Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa NIM Masalah Utama : Lina Mafula : 0910720050 : CKD dengan Hipertensi

A. CKD 1. Definisi CKD (Chronic Kidney Disease) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min (Suyono, et al, 2001). Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448). Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). CKD merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun ,berlangsung progresif dan cukup lama sehingga kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. 2. Etiologi a. b. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis) Penyakit peradangan (glomerulonefritis) primer dan sekunder Glomerulonefritis adalah peradangan ginjal bilateral, biasanya timbul pasca infeksi streptococcus. Untuk glomerulus akut, gangguan fisiologis utamanya dapat mengakibatkan ekskresi air, natrium dan zat-zat nitrogen berkurang sehingga timbul edema dan azotemia, penigkatan aldoeteron menyebabkan retensi air dan natrium. Untuk glomerulonefritis kronik, ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif lambat, akan nampak ginjal mengkerut, berat lebig kurang dengan

permukaan bergranula. Ini disebabkan jumlah nefron berkurang karena iskemia, karena tubulus mengalami atropi, fibrosis intestisial dan penebalan dinding arteri c. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)

Merupakan penyakit primer dan menyebabkan kerusakan pada ginjal. Sebaiknya CKD dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme. Retensi Na dan H2O, pengaruh vasopresor dari system rennin, angiotensin dan defisiensi prostaclandin, keadaan ini merupakan salah satu penyebab utama GGK, terutama pada populasi bukan orang kulit putih. d. e. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik) Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal) Penyakit ginjal polikistik yang ditandai dengan kista multiple, bilateral yang mengadakan ekspansi dan lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Asidosis tubulus ginjal merupakan gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal/kehilangan HCO3 dalam kemih walaupun GFR yang mamadai tetap dipertahankan, akibatnya timbul asidosis metabolic. f. g. h. 3. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme) Nefropati toksik Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)

Klasifikasi

(American Diabetes Association, 2007) 4. Manifestasi Klinis Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369): a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi

b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi). Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut: a. Gangguan kardiovaskuler Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema. b. Gannguan Pulmoner Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels. c. Gangguan gastrointestinal Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia. d. Gangguan muskuloskeletal Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot otot ekstremitas. e. Gangguan Integumen kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh. f. Gangguan endokrin Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.

g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia. h. System hematologi Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

5.

Patofosiologi (pohon masalah : terlampir) Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)

diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368) Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

6.

Komplikasi a. Hipertensi b. Hiperkalemia c. Anemia d. Asidosis e. Osteodistropi ginjal

f. Hiperurisemia g. Neuropati perifer h. Retinopati i. Encepalopati

7.

Pemeriksaan Penunjang a. Urin Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria) Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1 Klirens kreatinin: mungkin agak menurun Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada b. Darah BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl SDM: menurun, defisiensi eritropoitin GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2 Natrium serum : rendah Kalium: meningkat Magnesium; Meningkat Kalsium ; menurun Protein (albumin) : menurun

c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg d. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter e. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas

f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

8.

Penatalaksanaan

a) Konservatif Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin Observasi balance cairan Observasi adanya odema Batasi cairan yang masuk

b) Dialysis peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis ) Hemodialisis Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan : AV fistule : menggabungkan vena dan arteri Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung ) Penatalaksanaan pasien yang menjalani hemodialisa 1. Diet dan masalah cairan Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam akan menumpuk pada serum pasien dan bekerja sebagai toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut dikenal dengan gejala uremik dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. 2. Dampak diet rendah protein rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala. Diet ini tidak disukai penderita GGK karena merasa

disingkirkan ketika berada bersama orang lain karena ada beberapa pilihan makanan.

3.

Pertimbangan medikasi Obat yang diekresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obatan ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik. Apabila seorang pasien menjalani dialis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi yang sering merupakan bagian dari susunan terapi dialisis, merupakan salah satu contoh dimana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda.

c) Operasi Pengambilan batu transplantasi ginjal

d) Diet Diet protein 0,6 /KgBB/hari dimaksudkan untuk mengurangi sindrom uremik dan memperlambat penurunan GFR. Diet rendah garam dimaksudkan untuk mengurangi retensi natrium yang dapat mengakibatkan hipertensi dan edema. Diet rendah kalium dimaksudkan untuk mencegah terjadinya hiperkalemia yang dapat menimbulkan aritmia jantung yang fatal. e) Diuretik Diuretik diberikan untuk mengurangi cairan akibat dari retensi Na dan air. Pemberian diuretik pada pasien ini dimaksudkan untuk mengurangi gejala sesak napas akibat edema paru . Diuretik yang diberikan furosemid 40 mg 1 tab/hari. Selain itu diuretik juga digunakan untuk menurunkan tekanan darah. Target tekanan darah yang dianjurkan adalah <130/80 f) Anti hipertensi Pemberian antihipertensi diperlukan untuk mengurangi tekanan darah pada pasien, karena hal ini dapat memperberat proses sklerosis glomerulus dan menambah beban jantung sehingga jantung bekerja lebih berat lagi dan akhirnya menimbulkan dekompensasi kordis. Anti hipertensi yang diberikan pada pasien ini awalnya methyldopa 250 mg 3x1, kemudian digantikan dengan amlodipine 5 mg 1x/hari. Amlodipine termasuk dalam golongan Ca antagonis non dihydropiridine, yang berfungsi sebagai venodilator vas eferen

g) Statin Statin diberikan pada keadaan dislipidemia dengan target LDL kolestrol <100mg/dl pada pasien DM dan <70 mg/dl bila sudah ada kelainan kardiovaskular. Pada pasien ini diberikan simvastatin 10 gr, malam hari. 5. Terapi pengganti ginjal Terapi ini dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5 yaitu pada LFG <15 ml/mnt. Terapi pengganti tersebut berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.

B. HEMODIALISA

1.

Definisi Hemodialisa berasal dari kata hemo=darah,dan dialisa=pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeabel. Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Smelzer dan Bare. 2001).

2.

Tujuan Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan : a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat dengan cara dialisis b. Membuang kelebihan air dengan cara ultrafiltrasi c. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.

d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh. e. Memperbaiki status kesehatan penderita.

3.

Indikasi dialysis pada CKD Kliren kreatinin <10 ml/menit pada non DM, atau <15 ml/menit apabila sudah terdapat uremia. Kliren kreatinin <15 ml/menit apabila nefropati diabetik

4.

Proses hemodialisa / Prinsip yang mendasari kerja hemodialisa Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut : 1. Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut (solut) melewati membran karena perbedaan kadar di dalam darah dan di dalam dialisat. Prinsip difusi ini berguna untuk menarik kelebihan elektrolit dan sisa metabolism dari darah. Semakian tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat. 2. Proses Ultrafiltrasi yaitu proses pengeluaran kelebihan air dari tubuh dengan menggunakan cara konveksi. Perpindahan zat pelarut (sebagian zat terlarut terbawa), melalui membran akibat tenaga hidrostatik yang bekerja pada membran. Molekul air dan dapat melewati semua membran semipermeable. Ultrafiltrasi terjadi saat air didorong oleh kekuatan hidrostatik atau osmotik. 3. Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas darah dan dialisat.

5.

Istilah dan alat hemodialisa Dialiser/ holowfiber : Adalah alat yang berisi ribuan serat,berupa membran semipermeable, yang memisahkan kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Membran semipermiable : adlh lapisan sangat tipis dan memiliki pori-pori mikroskopik.Partikel kecil dan air bisa lewat, sel-sel darah tak bisa lewat Kompartement darah Kompartement dialisat Blood line ; arteri line/inlet dan vena line/outlet Segmental,bulbe traff,tempat monitor tekanan arteri ,tempat monitor tekanan vena

Cairan dialisat : adalah larutan elektrolit yg konsentrasinya dibuat sama dengan plasma normal Washing Priming volume Reuse Water treatment Priming volume Blood pump TMP UFG UFR Reuse Sirkulasi extracorporeal

6.

Peran Perawat di Unit HD Perawat Sebagai Pembuat Keputusan Didalam Unit Hd Perawatan pasien jangka pendek Perawatan pasien jangka panjang

Management Prosedur Dialisa Tindakan Perawatan Tindakan awal setiap dialisis Edukasi pasien dan keluarga Analisa cairan tubuh pasien Analisa tempat pemasangan fistula Adakah tanda-tanda infeksi Adakah tanda-tanda anuresma Adakah tanda-tanda abvious stenoses

Kaji tempat penusukan/pungsi Persiapan jangka panjang untuk fistula Sebanyak mungkin tempat penusukan Hindari areal aneurysma Jalur tetap fistula Apakah berat badan kering stabil Berapa banyak berat badan kering itu Berapa banyak cairan yang akan diberikan selama dialisa Apakah pasien menoleransi cairan tersebut Ultrafiltrasi rate jika tidak ada monitor uf Menstabilkan kuffor dialiser Memakai TMP dan dialiser Ketergantungan posisi jarum dan av fistula Problem : hypovolemia dan overload Dosis heparin Pakai dosis minimal untuk menghindari dialiser yang kotor Tujuan mencegah clotting di dialiser tanpa ada resiko perdarahan ACT tester dan dosis heparin Low-moluculer weigh heparin Problem overanticoagulan, lipids, bones Kecepatan darah Tujuan sebelum persiapan dialisis maximal KT/V tergantung kecepatan darah Untuk 4 jam 300ml/mnt Ketergantungan av acces pungsi dan tempat jarum Tingginya tekanan vena tidak samanya dengan ufcm Munculnya hipotensi membuat takut dalam kecepatan darah Tindakan selama dialisis Penataan hipertensi Hypotensi disebabkan refilling vasculer yang lebih lambat daripada cairan yang diambil atau cardiak disfunction Kapan harus bertindak dan apa yang harus dilakukan ; - beri normal saline, atau osmotic agent (dextran hemaccel) dextrose

- berapa banyak yang harus diberikan Membran reaction biasanya muncul selama 15 menit pertama Biasannya muncul selama 15 menit pertama Biasanya bersamaan hipertensi Mungkin demam, berkeringat, mual muntah Kemungkinan seperti gejala hypoxia Banyak melebihi batas dirinya Mebutuhkan perubahan membran-biasanya dialisis berikutnya-condisi biocompatible membran Nb ; ethylene oxide, formaline Demam ; Kemungkinan disebabkan ; membran reaction, dialisat terkontaminasi, infeksi awal, av shunt infeksi, infeksi lainnya atau hemolisis Ambil kultur darah Tunggu dialisis selesai

chest pain biasanya disebabakan sebelumnya punya penyakit ischemic heart disease. Hipotensi karena anemia Lakukan ; turunkan blood flow rate, turunkan ultrafiltrasi , atasi

hipotensinya Disequilibrum sindroma hal ini jarang terjadi biasanya pada waktu pertama kali dialisis dan juga pada gagal ginjal akut Mungkin bisa berupa sakit kepala gangguan istirahat pening bahkan kejang dan coma sampai mininggal Biasanya disebabkan penurunan ureum kreatine di jaringan otak yang terlalu cepat atau cairan otak pindah kevasculer terlalu cepat Perawatannya menurunkan efisiensi dialisis 2-3 jam saja Kram penyebab belum diketahui sampai sekarang Kemungkinan karena uf melebihi berat badan kering

PARAMETER HEMODIALISIS ADEQUATE


KLINIS 1. Berat badan kering tercapai( ultrafil trasi) Status Gizi baik Tekanan darah =130/80 Tak ada gejala uremia (Kt/V >1,2) LABORATORIUM
1. 2. 3. 4. 5. 6. Hb = 10 g/dl Albumin = 3 g/dl Calsium 8,8 11 mg/dl Phospat < 6 mg/dl Ca x P: < 70 Kalium < 5 mEq/L

2. 3. 4.

GOOD QUALITY OF LIFE

LONG SURVIVAL

Tindakan setelah dialisis Jarum arteri Selang normal salin Dialiser Bilik drip vena Detector Port pemberian obat Pemantau tekanan arteri Pompa darah Sistem pengalir dialiser Pemantau tekanan vena Jarum vena Penginfus heparin

7. Persiapan Peralatan

9. Komplikasi Komplikasi terapi dialysis sendiri dapat mencakup hal-hal berikut (Brunner & Suddarth, 2002). a. Hipotensi dapat terjadi selama proses dialysis ketika cairan dikeluarkan b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien. c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh. d. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialysis ketika produk akhir metabolism meninggalkan kulit.

e. Gangguan keseimbangan dialysis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadinya lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat, f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat meninggalkan ruang ekstrasel. g. Mual dan muntah

C. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CKD 1. Fokus Pengkajian 2. Aktifitas /istirahat Gejala: kelelahan ekstrem, kelemahan malaise Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)

Tanda: - Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak 3. Sirkulasi Gejala: - Riwayat hipertensi lama atau berat - Palpitasi, nyeri dada (angina) Tanda: Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan 3. Integritas ego Gejala: Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan Disritmia jantung Nadi lemahhalus, hipotensi ortostatik Friction rub perikardial Pucat pada kulit Kecenderungan perdarahan

Tanda: - Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang, perubahan kepribadian 4. Eliminasi

Gejala: Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut) Abdomen kembung, diare, atau konstipasi

Tanda: Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan

- Oliguria, dapat menjadi anuria 5. Makanan/cairan Gejala: - Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi) - Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia) Tanda: - Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir) - Perubahan turgor kuit/kelembaban - Edema (umum,tergantung) - Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah - Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga 6. Neurosensori Gejala: - Sakit kepala, penglihatan kabur - Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki - Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitasbawah (neuropati perifer) Tanda: - Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian,

ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma - Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang - Rambut tipis, uku rapuh dan tipis 7. Nyeri/kenyamanan Gejala: Nyei panggu, sakit kepala,kram otot/nyeri kaki Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah 8. Pernapasan Gejala: - nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa Sputum

Tanda: - takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul - Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)

9. keamanan Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi Tanda: - pruritus - Demam (sepsis, dehidrasi)

10.

Seksualitas Gejala: Penurunan libido, amenorea,infertilitas

11.

Interaksi sosial Gejala: Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan

fungsi peran dalam keluarga

12. -

Penyuluhan Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria

Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan Penggunaan antibiotik nr\efrotoksik saat ini/berulang

Rencana Asuhan Keperawatan


No 1 Diagnosa Keperawatan Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat Tujuan & Kriteria hasil Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi Intervensi a. Auskultasi bunyi jantung dan paru Rasional Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur

Kriteria hasil : mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler

b. Kaji adanya hipertensi

Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteronrenin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)

c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)

HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri

d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas

Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

Kelebihan volume cairan : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)

Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital b. Batasi masukan cairan

pasien CKD akan cenderung kelebihan cairan

Kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan

Pembatasan cairan akn

output

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan

menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah

Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

a. Awasi konsumsi makanan / cairan

Mengidentifikasi kekurangan nutrisi

Kriteria hasil: menunjukan BB stabil

b. Perhatikan adanya mual dan muntah

Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi

Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan c. Berikan makanan sedikit tapi sering Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial

d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan e. Berikan perawatan mulut sering

Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak

disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan

Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik

Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam c. Atur posisi senyaman mungkin

Menyatakan adanya pengumpulan sekret

Kriteria hasil: RR normal, pola nafas normal

Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2

Mencegah terjadinya sesak nafas d. Batasi untuk beraktivitas Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis

Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga

a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan

Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.

Kriteria hasil : o o Mempertahankan kulit utuh Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan

c. Inspeksi area tergantung terhadap udem

Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek

d. Ubah posisi sesering mungkin

Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia

e. Berikan perawatan kulit

Mengurangi pengeringan , robekan kulit

f.Pertahankan linen kering

Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit

g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar

Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera

Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

Tambahan Diagnosa yang mungkin muncul

6.

Ganguan

pola

tidur

berhubungan

dengan

rasa

nyeri

pada

kepala.

7. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan 8. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Diagnosa Keperawatan No. 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat ditandai dengan gangguan irama jantung (gambaran EKG abnormal), gangguan preload (distensi vena jugularis, mur-mur, edema, kelemahan, BB berlebih), gangguan afterload (oliguria, CRT lambat, variasi TD), gangguan kontraktilitas (crackles +, suara S3 dan S4, ortopnea, cemas, restlessness) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Kriteria hasil Pada saat evaluasi didapatkan rentang skor 4-5 pada indicator NOC NOC : No

Indikator

Keterangan 1 : severe 2 : substantial 3 : moderate 4 : Mild 5 : None Intervensi NIC

2.

Diagnosa Keperawatan No. Kelebihan volume cairan : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O) ditandai dengan edema pada ekstremitas bawah, peningkatan TD, peningkatan BB, penurunan urine output Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, tanda-tanda kelebihan volume cairan teratasi Kriteria hasil Pada saat evaluasi didapatkan rentang skor 4-5 pada indicator NOC NOC : Keparahan kelebihan cairan No Indikator 1 Edema pada ektremitas 2 Peningkatan TD 3 Peningkatan BB 4 Penurunan urine output Keterangan 1 : severe 2 : substantial 3 : moderate 4 : Mild 5 : None Intervensi NIC

Diagnosa Keperawatan No. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah ditandai dengan penurunan nafsu makan, porsi makan berkurang, lemah. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, status nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan tubuh Kriteria hasil Pada saat evaluasi didapatkan rentang skor 4-5 pada indicator NOC NOC : Keparahan kelebihan cairan No Indikator 1 Ada keinginan makan 2 Menghabiskan porsi makan 3 Pemasukan cairan sesuai kebutuhan dan indikasi

Keterangan 1 : severe 2 : substantial 3 : moderate 4 : Mild 5 : None Intervensi NIC

DAFTAR PUSTAKA Smeltzer,S.C,. Bare,B.G., Hinkle,J.L & Cheever,K.H. (2008 ). Textbook of medical surgical nursing. ed 12. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins. Zhou, Y.L., Liu, H.L., Duan, X.F., Yao, Y., Sun, Y., & Liu, Q. (2006). Impact of sodium and ultrafiltration profiling on haemodialysis related hypotension. Nephrol Dial Transplant. 21(11).3231-7.

Smelzer dan Bare. 2001. Keperawatan Medical Bedah. EGC. Jakarta Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6, EGC, Jakarta Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai