Oleh : KELOMPOK 6
ANNISA NURAISA DJAUSAL 1118011010 BELINDA A.B DESSY EVA DERMAWATY FAUZIA ANDINI I GEDE EKA WIDAYANA M.AGUNG PRASETYA NARITA EKANANDA PRADILA DESTY SARI RIZKY BAYU AJIE SUGMA EPRI SETIAWATI 1118011021 1118011028 1118011041 1118011057 1118011069 1118011083 111801096 1118011112 1118011128
PNEUMATISASI MASTOID
Prosesus mastoid sangat penting untuk sistem pneumatisasi telinga. Pneumatisasi didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan atau perkembangan rongga-rongga udara didalam tulang temporal, dan sel-sel udara yang terdapat didalam mastoid adalah sebagian dari sistem pneumatisasi yang meliputi banyak bagian dari tulang temporal. Sel-sel prosesus mastoid yang mengandung udara berhubungan dengan udara didalam telinga tengah. Bila prosesus mastoid tetap berisi tulang-tulang kompakta dikatakan sebagai pneumatisasi jelek dan sel-sel yang berpneumatisasi terbatas pada daerah sekitar antrum. Prosesus mastoid berkembang setelah lahir sebagai tuberositas kecil yang berpneumatisasi secara sinkron dengan pertumbuhan antrum mastoid. Pada tahun pertama kehidupan prosesus ini terdiri dari tulang-tulang seperti spon sehingga mastoiditis murni tidak dapat terjadi. Diantara usia 2 dan 5 tahun pada saat terjad i pneumatisasi prosesus terdiri atas campuran tulang-tulang spon dan pneumatik. Pneumatisasi sempurna terjadi antara usia 6 12 tahun. Luasnyapneumatisasi tergantung faktor herediter konstitusional dan faktor peradangan pada waktu umur muda. Bila ada sifat biologis mukosa tidak baik maka daya pneumatisasi hilang atau kurang. Ini juga terjadi bila ada radang pada telinga yang tidak menyembuh. Maka nanti dapat dilihat pneumatisasi yang terhenti (pneumatisationshemung arrested pneumatisation) atau pneumatisasi yang tidak ada sama sekali (teori dari Wittmack). Menurut derajatnya, pneumatisasi prosesus mastoideus ini dapat dibagi atas : 1. Proesesus Mastoideus Kompakta ( sklerotik), diomana tidak ditemui sel-sel. 2. Prosesus Mastoideus Spongiosa, dimana terdapat sel-sel kecil saja.
3. Prosesus Mastoideus dengan pneumatisasi yang luas, dimana sel-sel disini besar. Sellulae mastoideus seluruhnya berhubungan dengan kavum timpani. Dekat antrum sel-selnya kecil tambah keperifer sel-selnya bertambah besar. Oleh karena itu bila ada radang pada sel-sel mastoid, drainase tidak begitu baik hingga mudah terjadi radang pada mastoid (mastoiditis)13. Menurut tempatnya sel-sel ini dapat dibedakan : 1. Terminal 2. Perisinus 3. Sudut petrosal 4. Sub dural 5. Zigomatik 6. Facial 7. Periantral 8. Perilabirinter
Proses pneumatisasi mastoid didalam prosessus mastoid terjadi setelah bayi lahir. Berdasarkan pertumbuhan dan bentuknya dikenal 4 jenis: a.Infantil
Selula yang terjadi akibat proses pneumatisasi sedikit. Akibatnya bagian korteks di proc. Mastoid mnjadi sangat tebal sehingga jika terjadi perluasan abses lebih mudah kearah endokranium b.Normal Selula yang terjadi meluas sedemikian rupa sehingga hampir meliputi seluruh proc. Mastoid, akibatnya bagian korteks dibag mastoid menjadi sangat tipis dan abses mudah pecah, sehingga timbul fiste retro auriculer c. Hiper Pneumatisasi Selula yang terjadi tidak hanya terbatas pada procesus mastoid saja, akan tetapi juga meluas sampai os. Zygomaticum dan bahkan sampai apex piramidalis, akibatnya peradangan pada amstoid dapat meluas sampai menimbulkan abses preaurikularis bahkan sampai abses supraaurikularis d. Sklerotik Berbentuk seperti pneumatisasi, tipe infantil. Terjadi akibat adanya peradangan kronik pada cavum timpani dan cavum mastoid (OMK dan mastoiditis). Akibatnya peradangan lebih meluas kearah tergmen antri, masuk ke fossa cranii media timbul meningitis atau abses otak
TES FISTULA
Tes fistula digunakan untuk mengetahui adanya hubungan (fistel) antara telinga tengah dengan telinga dalam. Caranya adalah dengan memberikan tekanan udara positif ataupun negatif pada liang telinga tengah melalui otoskop siegel dengan corong telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang dimasukan kedalam liang telinga, bila terjadi nistagmus setelah diberikan tekanan , maka berarti terdapat fistel. Balon karet dipencet dan udara didalamnya akan menyebabkan perubahan tekanan udara diliang telinga, bila fistula yang terjadi masih paten maka terjadi kompresi dan ekspansi labirin membrane. Hasil tes fistula : Positif : akan menimbulkan nistagmus atau vertigo Negatif : bila fistulanya sudah tertutup oleh jaringan granulasi, apabila labirin sudah mati atau pharesis kanal.