Anda di halaman 1dari 5

1. A. GAMBARAN UMUM Sungai Serayu merupakan salah satu sungai terbesar di Pulau Jawa terletak di bagian tengah pulau.

Daerah tangkapan sungai tersebut sebesar 4375 km2 dan sungai utama memiliki panjang 180 km dengan 11 anak sungainya. Sungai berasal dari lereng barat laut Gunung Prahu dan mengalir keluar ke Samudera Hindia. Sedangkan kompleks gunung slamet terletak di tengah-tengah daearh aliran sungai. Beberapa pegunungan, termasuk Sumbing dan Sundoro di sebelah timur, Walirang di utara, dan serangkaian perbukitan rendah di sepanjang bagian selatan mengelilingi daerah aliran sungai serayu yang merupakan rangkaian pegunungan selatan. Iklim monsun tropis dominan atas daerah aliran sungai dan lebih dicirikan oleh berbeda musim basah dan kering. Rata-rata curah hujan tahunan di dalam DAS mencapai sekitar 4 000 mm dan rata-rata tahunan di Banjarnegara discharge (704 km2) adalah 57,16 m3/s pada tahun 1995. Penduduk lembah Sungai Serayu adalah 3,5 juta pada tahun 1995. Para Sungai Serayu digunakan untuk irigasi, air minum, industri, listrik tenaga air, dan lain-lain. Beberapa bendungan,seperti Pangsar Sudirman Bendungan yang dibangun pada tahun 1983 (kapasitas 141 juta m3), Banjar Cahyana Weir (mengairi 6 550 ha), Tajum Weir (mengairi 3 200 ha) dan Pesanggrahan Weir (mengairi 4 000 ha) telah dibangun. Terletak di kaki bukit Pegunungan Serayu di tengah pulau Java, Wonosobo dikenal sebagai pintu gerbang ke Dataran Tinggi Dieng tempat tertua di Jawa Terletak kuil Hindu. Wonosobo adalah pohon kepala daerah aliran sungai utama di Propinsi Jawa Tengah: Serayu, Bogowonto dan Luk Ulo. 1. B. KONDISI GEOGRAFIS DAS SERAYU 1. a. Kondisi Geologi 1. b. Kondisi Geomorfologi Lebih dari 30% dari daerah ini pada kemiringan 40 derajat atau lebih, dengan ketinggian antara 2703,250 masl dan hujan 2,000-3,000 mm per tahun. Dengan lereng-lereng curam tanah ini terkunci kabupaten, Wonosobo dapat dianggap sebagai lingkungan area kritis untuk erosi dan tanah longsor. hutan negara Wonosobo mencakup lebih dari 19,2% dari total lahan. Ada dua hutan unit manajemen Perhutani (Kehutanan milik negara Perusahaan) yaitu Kedu Selatan dan Kedu Utara. UPH Kedu Selatan meliputi 8,934.72 ha, terbuat dari Agathis pinus dan perkebunan. Utara Kedu UPH meliputi wilayah 9,961.7 ha, ditutup dengan perkebunan pinus. Meskipun lansekap berbukit-bukit, sebagian besar merupakan kawasan hutan negara sebagai hutan produksi (67,96%), dengan hanya 31,59% melestarikan hutan, 0.27% konservasi hutan, dan 0,11% rekreasi hutan. Ada sekitar 20.000 ha lahan kering dikelola sebagai hutan masyarakat lokal commun 1. c. Kondisi Penggunaan Tanah (Landuse) Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu pada bagian hulunya melalui kabupaten Wonosobo. Wonosobo merupakan salah satu dari 38 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dan meliputi wilayah tanah 98.500 hektar (3% dari provinsi). Sungai Serayu terletak di Jawa Tengah, pusat budaya Jawa yang berorientasi pada kerajaan tradisi istana Yogyakarta dan Surakarta. Purwokerto adalah sebuah kota besar yang disahkan oleh Serayu Sungai dan berperan sebagai titik masuk ke daerah tujuan wisata yang terkenal bernama Baturaden, yang terletak 14 km di sebelah utara Purwokerto, dan menurun lereng Gunung Slamet. Tak jauh dari Baturaden, ada air panas yang disebut Sendang Pitu ketika mengalir ke tujuh mandi dan gua yang indah bernama Goa Lawa atau oa Batujajar yang merupakan gua terpanjang Goa di Indonesia dan terletak di lereng Gunung Slamet pada 900 m di atas permukaan laut. Sebuah lubang besar pada atap gua gudang cahaya terang dan membawa menyegarkan udara ke gua. Ada juga sebuah mata air dalam gua yang terbentuk bersih dan kolam air

dingin. Itu Gua telah dianggap sebagai tempat suci dikelilingi oleh stalaktit dan stalagmit yang terbentuk secara alami ribuan tahun yang lalu. Di dinding depan gua ada undang-undang hewan dan cerita legendaris manusia disebut Kamandaka. Diyakini bahwa dalam waktu kuno telah gua digunakan sebagai tempat bermeditasi bagi orang-orang mengharapkan kemakmuran. Situs penting lain sosiobudaya menarik adalah Dieng Highland di mana kaldera besar terbentuk di ketinggian 2 093 m di atas permukaan laut, dekat dengan puncak Gunung Prahu mana asal-usul Serayu Sungai dimulai .. Dataran Tinggi Dieng yang terletak 26 km sebelah utara Kota Wonosobo. Mengekspresikan alamnya keindahan, dataran tinggi Dieng telah berpredikat sebagai surga bagi dewa dan dewi-dewi, dan Pemerintah telah menyatakan sebagai Cagar Alam Nasional. 1. C. KONDISI KLIMATOLOGIS 1. a. Rata-rata suhu di wilayah DAS Serayu 2. b. Ggg 3. c. Ff 4. d. Fff 5. e. Ff 6. f. fff 7. D. KONDISI HIDROLOGIS Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu di bagian tengah merupakan daerah yang relative datar, merupakan lembah yang subur, bagian wilayah ini meliputi kecamatan: Banjarnegara (sebagian), Madukara, Bawang, Purwanegara, Mandiraja, Purwareja Klampok, sebagian Kecamatan Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu. 1. E. SUMBER DAYA AIR Karena krisis ekonomi melanda Negara Asia Selatan pada tahun 1997, Indonesia mengalami dampak terburuk di antara Bangsa-bangsa lain di daerah, pembangunan pembangkit listrik telah melambat. Di Untuk mengejar ketinggalan dengan kekuatan permintaan, beberapa pembangkit listrik batubara adalah sedang dibangun. Salah satunya adalah Cilacap Coal Fire Power tanaman diletakkan dekat mulut sungai Serayu. Morfologi mulut sungai sangat dinamis; itu berubah sesuai akibat gelombang, pasang surut, dan aliran dataran tinggi Sebuah model matematika yang mencakup semua kekuatan pendorong yang disebabkan oleh gelombang, pasang surut, dan aliran dataran tinggi dikembangkan untuk memprediksi perubahan morfologi yang disebabkan oleh pembangunan pembangkit listrik fasilitas seperti asupan air pendingin, air pembuangan, dan batubara pembongkaran terminal. Input dari model elevasi pasang surut, gelombang iklim diramalkan oleh pengecoran belakang, aliran dataran tinggi, batimetri, dan sedimen properti. Model itu diverifikasi dan dikalibrasi oleh perubahan morfologis aktual yang terjadi di mulut sungai. Itu Model yang digunakan untuk memprediksi perubahan morfologis, sedimentasi di baskom pelabuhan terminal bongkar muat batu bara, dan bathymetrik perubahan. Model ini telah membantu para insinyur dalam perencanaan dan perancangan perlindungan pesisir. 1. F. BAHAN GEOLOGI The Serayu Valley Project, Jawa Tengah, Indonesia (1973-1980) Engelen, GB, Prof, Dr, Institute of Earth Sciences, Dept dari Hidrogeologi dan Geografis Hidrologi, Free University, Amsterdam. Abstrak: The Serayu Valley Project adalah gabungan Bahasa Indonesia / Belanda proyek enelitian dan pelatihan untuk pengembangan daerah aliran sungai. Kerjasama antara kultas Geografi Gadjah Mada universitas di Yogyakarta dan beberapa universitas elanda ilmu-ilmu bumi kelompok-kelompok ini

disponsori oleh Yayasan Universitas Belanda International Cooperation (NUFFIC). Bagian I berkaitan dengan tujuan, pendanaan, struktur dan organisasi pendidikan dan penelitian proyek. Bagian II berisi deskripsi ingkat dari Serayu Daerah Aliran Sungai (+ 3.700 km 2) dipilih sebagai daerah studi untuk proyek.Bagian III menyajikan pendekatan untuk perencanaan dan pembangunan di tentatif garis besar masterplan untuk sebuah baskom. Bagian I: Pengantar Serayu Valley Project (SVP) Pendahuluan Bawah sponsor dari Universitas Belanda Foundation for International Cooperation (NUFFIC) bersama Indonesia-Belanda pelatihan dan proyek penelitian yang Serayu Valley Project telah operasional sejak tahun 1973. Akan selesai pada tahun 1980 dan digantikan dan sudah tumpang tindih dengan lain kerjasama jangka panjang dengan lingkup yang lebih luas dan berfokus pada pelatihan dan penelitian untuk terpadu pembangunan pedesaan. Yang terakhir dimulai pada 1978 dan akan berlangsung selama sedikitnya lima tahun. Vally yang Serayu Proyek ini berpusat di Fakultas Geografi dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta pada Jawa Tengah, Indonesia. Lembaga yang berpartisipasi Belanda Internasional Institute for Aerial Survey dan Bumi Sciences di Enschede, Laboratorium untuk Fisika Geografi dan Ilmu Tanah dari Municipal University di Amsterdam dan Institut Bumi Ilmu dari Free University di Amsterdam. Tujuan Proyek Tujuan dari proyek dalam kutipan dari surat maksud dari tahap pertama proyek (1973-1976) dan dari rencana operasi untuk fase kedua (1976-1980). a) Untuk menyelidiki efek geomorphological dan meteorologi variabel pada sumber daya air, keseimbangan air dan angkutan sedimen di dalam baskom. Untuk mencapai tujuan ini sebuah studi menyeluruh tentang foto udara dan pengamatan lapangan rinci pada bentang alam dan dinamika mereka harus dikombinasikan dengan serangkaian pengamatan pada curah hujan, pada rasio antara permukaan run-off dan infiltrasi, yang pulang, di tanah erosi dan sedimen hasil, kejadian air bawah tanah, dll Untuk alasan statistik pengamatan ini harus mencakup periode setidaknya tiga tahun. b) Untuk survei gangguan keseimbangan alam akibat perubahan lingkungan yang diperkenalkan oleh manusia melalui penggunaan lahan, deforestasi, dll Berdasarkan informasi kuantitatif diperoleh dan wawasan yang diperoleh dalam pengembangan Genetika daerah rencana untuk percepatan erosi combatment dan pengembangan baskom akan diambil. Itu demikian studi dapat digunakan sebagai proyek percontohan di daerah-daerah dengan sebanding masalah.c) Untuk mendorong penelitian Indonesia di bidang pembangunan daerah aliran sungai dan untuk membimbing sejumlah Ph.D. dan M.Sc. studi pada mata pelajaran yang terkait dengan proyek.d) Untuk meninggalkan di belakang lengkap dan tim yang berpengalaman Ilmuwan Indonesia mampu melaksanakan studi lanjut dari sifatnya serupa. Tujuan Tujuan dari proyek adalah untuk meningkatkan dan memperluas bumi sekarang ilmu kurikulum di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Universitas sehingga mereka akan menyediakan titik fokus penting dalam pelatihan tenaga kerja berkualifikasi tinggi untuk program-program pembangunan Indonesia berurusan dengan survei sumber daya alam, perencanaan, transmigrasi, peningkatan pertanian, suplai air dan lain-lain Pendanaan, Tenaga Kerja dan Fasilitas Proyek Biaya proyek ditanggung untuk bagian utama oleh Nuffic (melalui Departemen Belanda Kerjasama Pembangunan) dan untuk tingkat yang lebih rendah dari anggaran rutin yang berpartisipasi universitas dan institusi, dilengkapi dengan counterpar khusus t nggaran untuk Universitas Gadjah Mada dari Departemen Bahasa Indonesia Pendidikan dan Kebudayaan. Total biaya proyek atas penuh periode

secara kasar diperkirakan US ~ 1, 5.106. Total tenaga kerja yang telah secara langsung terlibat dalam proyek telah diberikan sebagai perkiraan konservatif orang-tahun untuk berbagai kategori sumbangan dari Belanda. Daripada manyears hanya jumlah orang yang terlibat Indonesia telah diberikan karena untuk kategori tersebut tidak cukup data tentang sebenarnya pria-tahun menghabiskan tersedia. Pribadi infrastruktur proyek: Belanda kontribusi: sebuah supervisor penduduk ahli ahli jangka pendek Ph.D. mahasiswa teknis dan administr, staf perkiraan konservatif masukan dalam manusia-tahun: Indonesian peserta (jumlah orang yang terlibat) supervisor 2 Ph.D. siswa (staf dosen ndon.) 4-6 staf akademik fakultas lain + 15 sarjana siswa + 50-200/year staf non-akademis + _ 15 Proyek yang disediakan untuk: bahan pustaka, peralatan lapangan, transpor fasilitas, fasilitas penginapan dalam bidang basis, repairshops untuk peralatan dan elektronik, laboratorium untuk interpretasi foto udara dan penginderaan jauh, kartografi, fotografi dan reproduksi, analisis tanah (termasuk micromorphology), waterquality, dan jaringan meteorologi dan hidrologi stasiun di Serayu River Basin. 1. G. SOSIAL & EKONOMI Penduduk telah berkembang dengan pesat (733.000 jiwa pada tahun 2001) mewakili 3% dari Jawa Tengah Provinsi. Debit Air Serayu Turun Drastis, PLTA Mrica Ubah Pola Operasi[BANJARNEGARA]Memasuki bulan keempat musim kemarau 2006 ini,debit air Sungai Serayu yang mengaliri Wonosobo,Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap, JawaTengah mengalami penurunan drastis.Hal itu tidak hanya mempengaruhi irigasi teknis yang airnya bersumber dari sungai Serayu, tapi juga berpengaruh pada operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mrica di Waduk Mrica Banjarnegara. PLTA Mrica yang kini dikelola PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Mrica Banjarnegara, mulai mengubah pola operasinya. Pola operasi di musim kemarau dengan muka air waduk dipertahankan maksimal 230,9 meter dari permukaan laut . Air yang ada ditampung lebih dulu untuk operasi malam, sehingga pada siang hari tidak beroperasi kata General Manager PT Indonesia Power UBP Mrica, Jateng, Teguh Adi Nuryanto kepada Pembaruan Rabu (2/8) pagi. Menurut Teguh, operasi malam hari tergantung kepada kebutuhan, tapi yang jelas hanya untuk pedk load atau beban puncak mulai pukul 17.00 s/d 22.00 WIB. Lebih lanjut Teguh mengatakan, hal itu terpaksa dilakukan, karena debit air sungai Serayu sudah mencapai titik yang rendah yaitu tujuh meterkubik per detik. Padahal waduk harus tetap mengeluarkan air untuk saluran irigasi Banjarcahyana sebesar 11 meter kubik per detik. Karena ada saluran yang ditutup, maka perlu diganti pasokan air dari Waduk Mrica. Air tersebut mensuplai persawahan sampai ke Purbalingga sejauh 40 kilometer lebih. Teguh juga mengatakan, pembuangan air dari Mrica untuk irigasi tetap diutamakan, agar petani yang sawahnya tergantung pada jaringan irigasi Banjarcahyana di Banjarnegara maupun Purbalingga bisa tetap panen. Hal ini memang menganggu produksi listrik di PLTA Mrica. Tapi unt uk sementara kebutuhan listrik Jawa Bali bisa dipasok dari pembangkit lain ujarnya. Pada musim hujan, debit Serayu sangat besar melebihi kapasitas, sehingga elevasi air harus ditu-runkan sampai 228 meter kubik.

Namun, biasanya masih banyak air yang melimpah karena tak tertampung. Sehingga pada musim hujan ini mesin pembangkit dioperasikan siang malam, karena air untuk menggerakan dua pembangkit yang masing-masing berkapasitas 180 Mega Watt (MW) cukup tersedia. Air yang dikeluarkan dari PLTA Mrica, masih bias dimanfaatkan untuk menggerakan tiga pembangkit minihidro , yang masing-masing berkapasitas 600 Kilo Watt (KW). Ketiga mesin pembangkit itu berada di Desa Tapen Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara.Saat ini, akan dibangun dua pembangkit lagi yaitu di Siteki dengan kapasitas 1,2 MW dan di Plumbungan dengan kapasitas 1,6 MW. Keduanyaberada di Kabupaten Banjarnegara. Menurut rencana pembangunannya akan dimulai menjelang akhir tahun 2006. [WMO/W8] 1. H. PERTANIAN Erosi yang terjadi di hulu DAS Serayu di kecamatan kejajar kabupaten Wonosobo sangat parah. Kebanyakan bagian di kawasan Kejajar mengalami erosi lebih dari 500 ton / ha / tahun, bahkan mengalami erosi lokasi tertentu dengan volume mencapai 3.000-6.000 ton / ha / tahun. Kondisi ini disebabkan oleh orang-orang yang memotong pohon di kawasan hutan untuk mendapatkan tanah lebih subur untuk menanam sayuran. Mereka melakukannya tanpa izin pemerintah dan manajemen yang baik. (lihat gambar) Gambar: Tingkat erosi yang tinggi di Hulu DAS Serayu, Tahun 2005

http://uigeostudyclub.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai