Anda di halaman 1dari 3

METODE PENYEBARAN BATUBARA Pada dasarnya hubungan antara kedudukan lapisan batuan, penyebaran singkapan dan topografi dirumuskan

dalam suatu aturan tertentu yang dikenal dengan hukum V. Hukum V (V Rule) adalah hukum yang menjelaskan hubungan antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief sehingga akan menghasillkan suatu pola singkapan yang beraturan. Aturan-aturan tersebut antara lain sebagai sebagai berikut : Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikuti pola garis kontur. Lapisan dengan kemiringan yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng maka kenampakan lapisan akan memotong lembah dengan pola singkapan membentuk huruf "V" yang berlawanan dengan arah kemiringan lembah. Pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan berupa garis lurus dimana pola singkapan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi. Lapisan yang miring searah dengan arah kemiringan lereng dimana kemumgan lapisan lebih besar danpada kemiringan lereng akan membentuk pola smgkapan dengan huruf "V" mengarah sama (searah) dengan arah kemiringan lereng. Lapisan dengan kemiringan yang searah dengan kemiringan lereng dimana besar kemiringan lapisan lebih kecil dari kemiringan lereng , maka pola singkapannya akan membentuk huruf "V" yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng / lembah. Lapisan yang kemiringan nya searah dengan kemiringan lembah dan besarnya kemiringan lapisan sama dengan kemiringan lereng/lembah maka pola singkapan tampak.

Gambar 1. Ilustrasi dari hukum V (V Rule)

Pada dasarnya, banyak hal yang dapat kita putuskan setelah kita mengetahui pola penyebaran lapisan batubara dari suatu singkapan. Salah satunya adalah kita dapat menentukan posisi dari lokasi titik bor yang akan kita lakukan. Selain itu, pola singkapan ini juga dapat membentu kita dalam menghitung besarnya jumlah cadangan batubara di suatu lokasi. Penghitungan cadangan ini sendiri terbagi menjadi beberapa metode seperti metode cross section, metode isoline (metode kontur), metode blok (grid), metode poligon (area of influence) dan metode circular United States Geological Survey (USGS, 1983). Dengan menentukan penyebaran lapisan batubara dari suatu singkapan, kita dapat pula menentukan jumlah overburden yang harus dibuang. Overburden sendiri merupakan batuan penutup yang menutupi singkapan. Penentuan lokasi aktivitas kegiatan pertambangan juga dapat ditentukan dengan menentukan penyebaran lapisan batubara terlebih dahulu. Selain hal hal tersebut diatas, kita dapat pula menentukan lokasi aktivitas kegiatan pertambangan yang akan dilakukan dan arah dari eksplansi dan konsesi. Selain metode diatas, metode lain untuk mengetahui pola penyebaran batubara yaitu: a. Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes Metode ini adalah salah satu metode perhitungan sumberdaya secara konvensional. Mengikuti Pedoman Rule of Gradual Changes, dengan menghubungkan titik antar pengamatan terluar. Sehingga untuk mencari satu volume dibutuhkan dua penampang.

Gambar 2. Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes

b. Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point Pada metode Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point, setiap blok ditegaskan oleh sebuah penampang yang sama panjang ke setengah jarak untuk menyambung sayatan.

Gambar 3. Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point

Anda mungkin juga menyukai