FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL BIJI MELINJO (Gnetun gnemon Linn.) Shanti Septiani, Nasrul Wathoni, Soraya R. Mita Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor 45363 *Email: shantibagusselalu@rocketmail.com
ABSTRAK Senyawa antioksidan dapat mengurangi efek buruk radikal bebas terhadap kulit. Biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) mengandung senyawa antioksidan yang tinggi, seperti senyawa golongan fenol, vitamin C, dan vitamin E. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi sediaan mesker gel dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) yang tepat sehingga dihasilkan produk masker gel peel off yang efektif, stabil, dan aman dalam penggunaannya. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Formulasi masker gel dibuat dengan basis Polyvinyl Alcohol (PVA) dengan konsentrasi 10%. Evaluasi sediaan masker gel meliputi pengamatan perubahan konsistensi, warna, bau, pH, dan viskositas selama 28 hari pada suhu penyimpanan yang berbeda, yaitu pada suhu 8oC, 25oC, dan 40oC. Nilai IC50dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) adalah sebesar 459,318 g/mL. Hasil uji sifat fisik sediaan menunjukkan bahwa semua sediaan masker gel stabil dalam aspek konsistensi, warna, dan bau. pH masker gel mengalami penurunan, tetapi masih berada pada rentang persyaratan pH untuk sediaan topikal. Viskositas masker gel mengalami penurunan, pada suhu 40oC penurunan viskositas cukup besar. Hasil uji antioksidan dan uji efektivitas sediaan menunjukkan bahwa sediaan masker gel formula 3 paling efektif dalam meningkatkan kelembaban dan kehalusan kulit, serta hasil uji iritasi menunjukkan sediaan masker gel tidak mengiritasi. Kata kunci: antioksidan, Gnetum gnemon Linn., masker gel FORMULATION OF ANTIOXIDANT GEL MASK FROM ETHANOL EXTRACT OF Gnetum gnemon SEEDS ABSTRACT Antioxidant compounds can reduce the adverse effects of free radical on the skin. Gnetum gnemon seeds contain high antioxidant compounds, such as phenol type compounds,vitamin C, and vitamin E. The aim of this study was to determine the formulation of gel mask from ethanol extract of Gnetum gnemon seeds produced gel mask peel-off isan effective, stable, and safe in use. Antioxidant activity assays performed with the Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Gel mask formulations prepared with 10% Polyvinyl Alcohol (PVA). Evaluation of gel mask preparations include effectiveness test, irritant test, and physical properties test of gel mask preparations covering changes in consistency, color, odor, pH, and viscosity during 28 days was determined at different storage temperature of 8oC, 25oC, and 40oC. The IC50 values of Gntum gnemon seeds ethanol extract was 459,318 g/ml. The results showed that all gel mask preparations is stable in terms consistency, color, and odor. pH of gel mask was descreased but remained in the range of Ph requirements for topical preparations. Viscosity
of gel mask more stable in the storage temperature of 8oC and 25oC for all formula,in the storage temperature of 40oC occured largest decrease. Antioxidant activity test and effectiveness test of the preparation showed that formula 3 of the gel mask is the most effective in increasing skin moisture and smoothness, as well as irritation test results showed that the mask preparation gel is not irritating. Key word: antioxidant, Gnetum gnemon Linn, gel mask
PENDAHULUAN Kulit menutupi mempunyai merupakan seluruh daya tubuh organ yang
tunggal
(monogenera) yang
dalam
suku
Gnetaceae,
termasuk dan
manusia,dan terhadap
Gymnospermae 2000),
(Hanan
proteksi
diketahui yang
memiliki tinggi.
pengaruh luar.Kulit sangat mendukung penampilan dirawat, seseorang dipelihara, Dengan sehingga dan perawatan perlu dijaga dan
antioksidan
antioksidan yang tinggi pada biji melinjo dapat menghambat radikal bebas dan juga sebagai anti aging. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pada biji melinjo terkandung senyawa polifenol (fenol sederhana, flavonoid, dan tanin), senyawa gnemonoside yang merupakan
kesehatannya.
pemeliharaan, maka penampilan kulit akan terlihat sehat, terawat, serta senantiasa memancarkan kesegaran (Wirajayakusuma, 1998). Proses perusakan kulit yang ditandai oleh munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah lebih banyak disebabkan oleh radikal bebas. Selain tampak kusam dan berkerut, kulit menjadi lebih cepat tua dan muncul flek-flek hitam (Maysuhara, 2009). Salah satu penangkap efek buruk dari radikal bebas adalah senyawa
salah
satu
golongan
stilbenoid
yang
berperan sebagai senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Selain itu, terkandung pula senyawa vitamin C dan tokoferol (Santoso, et al., 2010). Kandungan protein yang tinggi dalam biji melinjo, memberikan juga aktivitas antioksidan. Protein utama dengan berat molekul 30 kDa sangat efektif untuk
mudah untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik
kosmetika (Mario,2001). Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi, dan membran mukosa mulut, terutama untuk mengubah membersihkan, penampilan, mewangikan, dan/atau
pengujian antioksidan ekstrak etanol biji melinjo dan formulasi sediaan masker gel berbahan dasar ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) yang baik, efektif, stabil, dan aman dalam penggunaannya. BAHAN DAN METODE Bahan Tumbuhan: Simplisia biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) diperoleh dari Perkebunan Manoko, Lembang, dan
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2011). Kosmetika wajah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker. Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan sediaan masker bentuk gel masih jarang dijumpai, padahal masker bentuk mempunyai beberapa gel
dideterminasi di Jurusan Biologi FMIPAUniversitas Padjadjaran. Bahan kimia: DPPH, etanol 95%, etanol 70%, amonia 10%, kloroform, HCl 2N, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff, pereaksi Lieberman-Burchard, pereaksi
Nessler, aquadestilata, FeCl3 1%, larutan gelatin 1%, serbuk Mg, eter, larutan vanilin 10%, H2SO4 pekat, KOH 5%, larutan naftol 5%, larutan Ninhidrin 1%, vitamin C, Mueller Hinton Agar (MHA),
keuntungan
Sabouraud Dextrose Agar (SDA), Polivinil Alkohol Hydroxypropylmethylcellulose trietanolamin, nipasol. Alat: Magnetic stirrer(ikaeurostar), gliserin, (PVA), (HPMC), dan
Skrining Fitokimia Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang berasal dari bahan alam.
nipagin,
Proses skrining dilakukan terhadap ekstrak. Kromatografi Lapis Tipis(KLT) Fase diam berupa pelat silika gel GF 254 dan fase gerak berupa kombinasi pelarut etil asetat : metanol : air (40:5.4:5) (Masoko and Ellof, 2007). Pelat silika dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan fase gerak. Pola kromatogram diamati setelah disemprotdengan penampak bercak larutan DPPH 40 ppm. Freeze drying Ekstrak Ekstrak kental biji melinjo
mechanical stirrer (Yellow MAG HS 7), timbangan digital (Mettler Toledo), spear(Oakton), (Brookfield, viscotester DV II+ pH
Brookfield otoklaf
Pro),
Hirayama, inkubator (Sakura, IF-4), oven (Memmert), Spektrofotometer UV-Visible (Specord 200 Analytik Jena), skin analyzer HL 611, dan Dino Lite(AM-21.10X-200X). Metode Ekstraksi Simplisia biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.)dirajang lalu diekstraksi dengan cara maserasi selama 3x24 jam menggunakan pelarut etanol 70%, kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.
diserbukkan dengan menggunakan metode freeze drying. Proses freeze drying ekstrak kental dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Institut Teknologi Bandung.
Pembuatan Larutan Sampel Dibuat larutan uji dalam berbagai konsentrasi yaitu 1200 ppm, 1000 ppm, 800 ppm, 600 ppm, dan 400 ppm. Dibuat pula larutan uji vitamin C dengan berbagai konsentrasi, yaitu 20 ppm, 9 ppm, 8 ppm, 6 ppm, 4 ppm, dan 2 ppm. Larutan uji (3:2),
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum DPPH, dengan interval waktu 5 menit sampai didapat absorbansi yang stabil yaitu tidak terlihat adanya penurunan absorbansi sampai waktu 120 menit (2 jam). Blanko yang digunakan etanol. Penetapan Waktu Inkubasi Sampel Larutan DPPH ditambahkan ke dalam larutan ekstrak uji atau larutan vitamin diamati C (3:2), dihomogenkan, pada DPPH, lalu
vitamin C digunakan sebagai pembanding. Pembuatan Larutan DPPH Serbuk DPPH ditimbang sebanyak 0,002 g, dilarutkan dalam etanol 95 % sampai 50 mL sehingga didapat larutan 40 ppm. Larutan dijaga pada suhu rendah, terlindung digunakan. Penetapan Maksimum DPPH Larutan DPPH ditambahkan etanol (3:2), dihomogenkan, dan diamati dari cahaya untuk segera
absorbansinya maksimum
panjang dengan
gelombang
interval waktu 5 menit sampai didapat absorbansi yang stabil yaitu tidak terlihat adanya penurunan absorbansi sampai waktu 120 menit (2 jam). Blanko yang digunakan yaitu larutan ekstrak uji atau larutan vitamin C ditambahkan etanol (2:3). Pengukuran Absorbansi % Inhibisi Sampel Larutan DPPH ditambahkan ke
maksimum ditandai dengan serapan yang paling besar. Untuk blanko digunakan etanol.
dalam larutan uji ekstrak biji melinjo dan vitamin C (3:2) dalam berbagai konsentrasi Penetapan Operating Time DPPH dalam Etanol pada menit ke-45 setelah pembuatan larutan
Pembuatan dan pemilihan basis masker gel Pemilihan basis masker gel yang
menit, dan untuk larutan vitamin C akan digunakan dalam formulasi didasarkan diinkubasi selama 30 menit, kemudian pada sifat fisik basis masker gel (pH dan dibaca absorbansinya pada panjang viskositas) selama waktu penyimpanan dan gelombang maksimumnya. Sebagai blanko waktu yang diperlukan oleh masker untuk digunakan larutan uji ekstrak biji melinjo mengering. atau larutan vitamin C dalam berbagai konsentrasi dan etanol (2:3). % Inhibisi ekstrak dan vitamin C dihitung dengan rumus: % inhibisi = [ 1 (Auji/Akontrol)] x 100 % Dimana: Auji = Serapan rata-rata larutan DPPH dalam sampel Akontrol = Serapan larutan DPPH dalam etanol % inhibisi = Persentase kapasitas 3.1 Tabel Formula Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo
Komposisi (% b/b)
PVA
HPMC Gliserin TEA Nipagin Nipasol Ekstrak Aquadestilata add 0,2 0,05 100 1 12 2
Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo
bahan
F0 (%)
10
F2 (%) 10
1 12 2 0,2 0,05 0,584 100
F3 (%) 10
1 12 2 0,2 0,05 0,973 100
penghambatan radikal bebas Pengukuran IC50 Harga IC50 dihitung dari kurva regresi linier antara % inhibisi serapan dengan berbagai konsentrasi ekstrak dan vitamin C (larutan uji).
Keterangan: F0: tidak mengandung ekstrak, mengandung ekstrak 1 x IC100, mengandung ekstrak 3 x IC100, mengandung ekstrak 5 x IC100
Prosedur pembuatan: dikembangkan PVA dalam aquadestilata panas suhu 80o hingga mengembang sempurna, kemudian diaduk. Dikembangkan pula HPMC dalam aquadest sempurna. dingin hingga mengembang ditambahkan
Kemudian,
dilarutkan
dalam
aquadestilata
panas,
masing-masing
formula
sediaan,
dan
HPMC, serta TEA secara berturut-turut ke dalam massa PVA, diaduk hingga
dihitung nilai IC50. Pengujian sifat fisik sediaan masker gel Pengujian sifat fisik masker gel yang telah dibuat meliputi pengamatan perubahan organoleptis, pengukuran
homogen. Setelah itu ditambahkan ekstrak yag telah sebelumnya dilarutkan dalam aquadestilata sedikit demi sedikit, lalu diaduk hingga homogen. Pengujian aktivitas antioksidan sediaan masker gel dengan metode DPPH Pengujian aktivitas antiradikal bebas
viskositas, dan pengukuran pH selama 28 hari pada kondisi suhu penyimpanan yang berbeda, yaitu pada suhu 8oC, 25oC, dan 40oC (Akhtar, et al., 2011).
masker gel ekstrak biji melinjo dilakukan Pengamatan Organoleptis dengan mengukur inhibisi terhadap DPPH Dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV perubahan-perubahan bentuk, warna, dan pada panjang gelombang maksimal larutan bau dari sediaan masker gel. DPPH. Pengujian Viskositas Sediaan dalam masker gel terlebih dilarutkan Sebanyak 2 g sediaan masker gel aquadestilata dahulu, ditempatkan pada Viskotester Brookfield, selanjutnya untuk pengkondisian sediaan kemudian diatur spindle dan kecepatan dilarutkan dalam etanol, kemudian larutan yang akan digunakan, dan Viskotester dibuat dalam berbagai konsentrasi. MasingBrookfield dijalankan, kemudian viskositas masing larutan sampel dimasukkan ke dari masker gel akan terbaca. dalam vial, ditambahkan larutan DPPH 40 Pengujian pH ppm dengan perbandingan 2:3, didiamkan Dilakukan selama 35 menit. Absorbansi DPPH diukur mencelupkan elektroda pH meter ke dalam pada panjang gelombang maksimumnya. setiap sediaan masker gel yang sebelumnya Kemudian ditentukan % inhibisi dari telah dilarutkan dengan aquadestilata. dengan cara dengan mengamati
Setelah elektroda tercelup, nyalakan pH meter kemudian didiamkan hingga layar pada pH meter menunjukkan angka yang stabil. Pengujian mengering waktu untuk sediaan
1. Media untuk pertumbuhan bakteri yaitu MHA (Mueller Hinton Agar) dan media untuk jamur yaitu SDA (Sabouraud Dextrose Agar). 2. Sediaan masing-masing diencerkan
dengan pengenceran 10%, 1% dan 0,1%. Pengujian waktu kering dilakukan 3. Pada masing-masing sediaan diambil dengan cara mengoleskan masker gel 0,25 ml dengan berbagai pengenceran ke antioksidan ekstrak etanol biji melinjo dalam cawan petri yang berbeda. Hal ini berbagai konsentrasi ke punggung tangan dilakukan dan diamati waktu yang diperlukan sediaan Kemudian ditambahkan 4,75 ml MHA untuk mengering, yaitu waktu dari saat atau mulai dioleskannya masker gel hingga homogen. Diinkubasikan selama 1 x 24 benar-benar terbentuk lapisan yang kering. jam untuk bakteri dan 3 x 24 jam untuk Kemudian waktu tersebut dibandingkan jamur. Amati pertumbuhan bakteri dan dengan waktu kering masker produk jamur. inovator yang beredar di pasaran yaitu Pengujian efektivitas sediaan masker gel sekitar 10 20 menit. Pengujian dilakukan Pengujian secara triplo dan dilakukan selama waktu dilakukan penyimpanan (Vieira, et al., 2009). peningkatan kelembaban, kehalusan dan Pengujian secara mikrobiologi struktur kulit wajah. Pengujian efektivitas Pengujian dilakukan adalah mikrobiologi berupa uji yang ini dilakukan terhadap sediaan masker gel cemaran yang memiliki efek penangkal radikal bebas mikroba dan uji efektivitas pengawet. DPPH yang paling baik, yaitu masker gel Kedua pengujian ini dilakukan dengan formula 3. Pengujian dilakukan terhadap 11 langkah berikut: orang sukarelawan wanita dengan rentang untuk mengetahui adanya efektivitas sediaan SDA dan diratakan secara terhadap semua formula.
umur 30 40 tahun. Masker gel dioleskan pada kulit wajah setiap satu minggu 1 2 kali. Efektivitas masker gel dilihat dengan alat skin analyzer setiap minggu selama empat minggu pemakaian dengan indikator pengukuran berupa kandungan air, tingkat kandungan minyak, dan tingkat kekasaran kulit. Selain itu, digunakan pula alat Dino Lite untuk melihat struktur kulit wajah, sebelum pemakaian dan setelah satu bulan pemakaian (Akhtar and Yazan, 2008). Pengujian iritasi sediaan masker gel Uji iritasi dilakukan terhadap 10 orang relawan dengan teknik yaitu tempel terbuka yang patch test dilakukan
pelekatan atau penyentuhan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika reaksi ini timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit, maka iritasi ini disebut iritasi sekunder (Depkes, 1985). Analisis data Analisis data dilakukan secara
statistik ANAVA dengan desain faktorial, karena terdapat beberapa faktor (formula dan suhu), sebagai unit eksperimen adalah hasil uji sifat fisik (pH dan viskositas). Sedangkan hasil pengujian waktu untuk sediaan mengering, dan hasil pengujian efektivitas sediaan masker gel yang dilihat dari nilai kandungan air kulit wajah dianalisis dengan desain blok acak lengkap (DBAL). HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi 691,67 g simplisia biji melinjo adalah sebanyak 33,23 g. Nilai rendemen ekstrak yang diperoleh melalui perhitungan adalah sebesar 4,8%. Adapun karakteristik dari ekstrak yang diperoleh yaitu berbentuk
dengan mengoleskan sediaan (F1, F2, dan F3) seluas 2,5 cm2 pada punggung tangan kanan sukarelawan dan punggung tangan kiri basis (F0) sebagai pembanding. Uji keamanan dilakukan selama tiga kali dalam sehari selama tiga hari berturut turut setelah pembuatan penyimpanan sediaan. Gejala dan pada untuk yang hari terakhir
umumnya iritasi akan segera ditunjukkan dengan adanya reaksi kulit sesaat setelah
10
kental, berwarna coklat, tidak berasa,dan berbau khas. Identifikasi kualitatif ekstrak Skrining fitokimia Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak. Metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak etanol biji melinjo diantaranya adalah flavonoid, polifenol, monoterpenoid, seskuiterpenoid, dan kuinon.Polifenol dan flavonoid merupakan golongan senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antioksidan, sehingga dalam ekstrak biji melinjo diduga bahwa senyawa inilah yang berperan menangkal radikal bebas. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Hasil uji kualitatif ekstrak dengan menggunakan KLT adalah berupa bercak berwarna kuning berlatar ungu, setelah
antioksidan. Hal ini dikarenakan menurut literatur adanya senyawa antioksidan dalam uji kualitatif dengan menggunakan KLT ditandai dengan terbentuknya bercak
berwarna kuning berlatar ungu pada pelat KLT yang disemprot dengan penampak bercak larutan DPPH (Masoko and Eloff, 2007). Freezee drying ekstrak Serbuk ekstrak biji melinjo yang diperoleh dari proses freeze drying 25,555 g ekstrak kental biji melinjo adalah sebanyak 22,232 g. Nilai rendemen ekstrak yang diperoleh melalui perhitungan adalah
sebesar 87,01 %.Adapun karakteristikdari ekstrak biji melinjo yang telah di freeze drying yaitu berupa serbuk berwarna
kuning, tidak berasa, dan berbau khas. Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak dengan metode DPPH Penetapan DPPH
pelat
yang
menggunakan
etilasetat
metanol : air (40:5.4:5) disemprot dengan panjanggelombang penampak bercak larutan DPPH. Hasil KLT (Molyneux, 2004). Panjang gelombang tersebut menunjukkan bahwa dalam ekstrak terdapat senyawa yang memiliki aktivitas
11
maksimum yang diperoleh dari penelitian ini adalah 517 nm. Penetapan Operating Time DPPH dalam Etanol Penetapan operating time DPPH
Penetapan % inhibisi larutan ekstrak dilakukan secara duplo. Data absorbansi dan % inhibisi dari beberapa konsentrasi ekstrak biji melinjo dapat dilihat pada Tabel 4.2. Sedangkan kurva regresi linier antara
dalam etanol bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak dan %inhibisi ekstrak waktu kerja paling baik atau paling stabil dapat dilihat pada Gambar 4.1. senyawa DPPH dalam etanol.Berdasarkan hasil yang diperoleh operating time dari larutan DPPH berada pada menit ke-45 hingga menit ke-120 setelah penambahan etanol. Penetapan waktu inkubasi sampel Pengujian ini bertujuan untuk
80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 Konsentrasi (g/ml) 1200
1000 800 600 400 DPPH
Tabel 4.2 Data Absorbansi dan % Inhibisi dari Beberapa Konsentrasi Ekstrak
Absorbansi (A) 0,128 0,103
0,136 0,153 0,206 0,270 0,164 0,188 0,205 0,215
Ratarata 0,116
0,150 0,171 0,206 0,243 0,460
% Inhibisi 74,783
67,391 62,826 55,217 47,174
melihat rentang waktu dimana larutan DPPH memberikan absorbansi yang stabil dan telah bereaksi secara sempurna dengan sampel membentuk senyawa DPPH-H
%inhibisi ekstrak (%)
(Diphenylpicrylhydrazine).
Berdasarkan
300
600
900
1200 1500
hasil pengujian, waktu inkubasi untuk larutan ekstrak berada pada rentang waktu 30 45 menit, sedangkan waktu inkubasi untuk larutan vitamin C berada pada
Dari data yang diperoleh pada Tabel Gambar 4.1 Kurva Regresi Linier antaraKonsentrasi Ekstrak dan % Inhibisi
Pengukuran Sampel
Absorbansi
Inhibisi
konsentrasi ekstrak maka semakin kecil absorbansi DPPH sehingga peningkatan
12
konsentrasi hambat radikal bebas DPPH semakin besar. Sedangkan data absorbansi dan % inhibisi dari beberapa konsentrasi vitamin C dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan kurva regresi linier antara konsentrasi vitamin C dan % inhibisi vitamin C dapat dilihat Gambar 4.2. Tabel 4.3 Data Absorbansi dan % Inhibisi dari Beberapa Konsentrasi Vitamin C
Konsentrasi (g/ml) 9
8
6
4
DPPH
Gambar 4.2 Kurva Regresi Linier antara Konsentrasi Vitamin C dan % Inhibisi Pengukuran IC50 sampel Setelah dilakukan perhitungan dengan memasukkan konsentrasi sebagai x dan % inhibisi persamaan sebagai y maka = diperoleh 0,0337x +
regresinyay
34,521dan nilai dari IC50 ekstrak etanol biji melinjo didapat sebesar 459,318 g/mL. Sedangkan untuk vitamin C dengan
Ratarata 0,226
0,273
0,338
0,396
0,516
% Inhibisi 56,202
47,093
35,076
23,256
memasukkan konsentrasi sebagai x dan % inhibisi persamaan sebagai y maka = diperoleh 6,4447x -
0,212
0,332
0,362
regresinyay
3,0952dan nilai dari IC50 vitamin C didapat Berdasarkan data pada Tabel 4.2 sama halnya dengan ekstrak, bahwa semakin besar konsentrasi vitamin C maka semakin kecil absorbansi DPPH sehingga sebesar 8,239 g/mL. Dengan membandingkan IC50 ekstrak etanol biji melinjo terhadap vitamin C diperoleh aktivitas antioksidan ekstrak
etanol biji melinjo 1,794% dari vitamin C. Aktivitas antioksidan ekstrak lebih rendah dari vitamin C dapat disebabkan vitamin C yang lebih murni dibanding ekstrak etanol biji melinjo yang mengandung berbagai macam metabolit sekunder. Pembuatan dan pemilihan basis masker gel
13
Basis masker gel yang telah dibuat sebanyak empat macam formula dengan menggunakan basis PVA dengan Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengujian Sifat Fisik Basis Masker Gel
For Pengam atan
Bentuk
Warna Bau
7
K+
AK 6,82 308,9 3 14 menit K+++
AK 7,14 1884, 67
14
K+
AK 6,8 306,47
HPMC, gliserin, dan TEA dengan variasi konsentrasi. PVA digunakan sebagai
gelling agent memiliki sifat adhesive atau dapat membentuk lapisan film yang dapat dikelupas setelah mengering. Penambahan HPMC dalam formula berfungsi sebagai
2
15 menit K+++
AK 7,19 1980
13 menit K+++
AK 7,12 1883
peningkat viskositas dari basis masker gel. Kemudian gliserin berfungsi sebagai
humektan yang memiliki kemampuan untuk mengikat air (hidrasi), sehingga sediaan menjadi tetap lembab dan tidak kering. TEA digunakan untuk mengatur pH dari sediaan, sedangkan nipagin dan nipasol berfungsi sebagai pengawet. Empat macam formula basis masker gel kemudian diuji sifat fisik (pH dan viskositas) dan waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering selama 2 minggu penyimpanan, hasil pengujian sifat fisik basis masker gel dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
4
9 menit K++
AK 7,80 1263, 33 10 menit K++
AK 7,72 1422, 33 10 menit
16 menit K++
AK 7,23 1154, 33 17 menit K++
AK 7,33 1307
16 menit K++
AK 6,85 1025, 33 10 menit K++
AK 7,02 1236
15 menit K++
AK 6,68 1021,3 3 12 menit K++
AK 7,00 1221,6 7
17 menit
17 menit
17 menit
14
Keterangan: F1: Formula basis dengan gliserin 6 % dan TEA 1 %, F2: Formula basis dengan gliserin 12 % dan TEA 2 %, F3: Formula basis dengan HPMC 1 %, gliserin 12 %, dan TEA 2 %, F4: Formula basis dengan HPMC 2 %, gliserin 12 %, dan TEA 2 %, K+: Kental rendah, K++: Kental sedang, K+++: Kental tinggi, AK: Agak keruh, -: Tidak berbau Kental tinggi, AK: Agak keruh, -: Tidak berbau Berdasarkan hasil pengamatan hasil pengamatan sifat fisik dan waktu sediaan untuk mengering selama 2 minggu
ekstrak etanol biji melinjo dapat dilihat pada Gambar 4.3, dan hasil pengamatan organoleptis sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
penyimpanan, dari keempat formula yang telah dibuat, maka formula 3 yang akan digunakan sebagai basis dalam formulasi sediaan masker gel antioksidan. Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo Formula masker gel dibuat dalam berbagai konsentrasi ekstrak etanol biji melinjo berdasarkan pada nilai IC100 yang diperoleh dari pengujian aktivitas
Gambar 4.3 Gambar Hasil Formulasi Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengamatan Organoleptis Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo Formula Bentuk
F0
F1 F2 F3
Warna
AK
K KC+ KC++
Bau
Khas Khas Khas
K+++
K+++ K++ K+
antioksidan dengan menggunakan DPPH. Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam formulasi berdasar pada nilai IC100 karena diharapkan ekstrak etanol biji melinjo yang ditambahkan dalam formulasi dapat
Keterangan: K+++ = Kental tinggi, K++ = Kental sedang, K+ = Kental rendah, - = Tidak berbau, AK = Agak keruh, KC+ = Kuning kecoklatan lebih muda, KC++= Kuning kecoklatan lebih tua Pengujian aktivitas antioksidan sediaan Sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo diuji aktivitas antioksidannya pembuatan dan pada pada hari hari pertama terakhir
menghambat 100% radikal bebas. Hasil formulasi sediaan masker antioksidan dari
15
antioksidan pada sediaan, baik pada saat Hari pertama pembuatan maupun setelah waktu penyimpanan selama 28 hari. Berikut diagram nilai IC50 untuk sediaan dapat dilihat pada Gambar 4.4.
penyimpanan.Menurunnya
aktivitas
misalnya cahaya yang dapat menyebabkan proses oksidasiyang dapat menurunkan aktivitas antioksidan sediaan. Kemudian
IC50
Cara
pengemasan
yang
kurang
baik
dengan Gambar 4.4 Diagram Nilai IC50 Ekstrak dan Sediaan Masker Gel Keterangan:F0: tidak mengandung ekstrak, F1: mengandung ekstrak 1 x IC100, F2: mengandung ekstrak 3 x IC100, F3: mengandung ekstrak 5 x IC100 Dapat terlihat dari Gambar 4.4 bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak yang ditambahkan, maka semakin baik aktivitas antioksidan sediaannya. Hal ini didasarkan pada nilai IC50 yang lebih rendah. Selain itu, dari diagram di atas dapat diketahui bahwa waktu penyimpanan berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan sediaan. Aktivitas antioksidan sediaan
lingkungan,
sehingga
dapat
menurunkan aktivitas antioksidan sediaan. Pengujian sifat fisik masker gel Pengamatan Organoleptis Seluruh formula sediaan masker gel
mengalami perubahan konsistensi, warna, dan bau. Pengukuran Viskositas Hasil pengukuran viskositas pada suhu 8oC, 25oC, dan 40oC selama masa penyimpanan tertera pada grafik di bawah ini.
menurun selama penyimpanan, terlihat dari nilai IC50 yang lebih besar dari sebelum
16
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 1 3 7 14 21 28 Hari ke-
Viskositas (cP)
penyimpanan
berpengaruh
terhadap
viskositas. Pada semua formula penurunan viskositas paling besar terjadi tiap pada waktu suhu
penyimpanannya Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 8oC selama Masa Penyimpanan
pengujian 40oC, sedangkan pada suhu 8oC dan 25oCpenurunan viskositas tidak terlalu besar.Hal tersebut menunjukkan bahwa
Viskositas (cP)
suhu berpengaruh terhadap viskositas,hal ini sesuai dengan persamaan kinetika Arrhenius = AeEvRT,dari persamaan tersebut diketahui bahwa viskositas
Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 25oC selama Masa Penyimpanan
berbanding terbalik dengan suhu, semakin tinggi suhu maka semakin kecil viskositas. Selain itu waktu penyimpanan pun
Viskositas (cP)
berpengaruh terhadap viskositas, semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin menurun pula viskositas sediaan.
Penurunan ini terjadi karena semakin lama Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 40oC selama Masa Penyimpanan Berdasarkan grafik pada Gambar misalnya udara. Kemasan yang kurang 4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7 dapat kedap dilihat bahwa viskositas mengalami menyerap uap air dari luar, sehingga penurunan pada tiap suhu pengujian dan menambah volume air dalam sediaan. selama waktu penyimpanan. Hal ini dapat menyebabkan sediaan waktu penyimpanan, maka semakin lama juga sediaan terpengaruh oleh lingkungan,
17
Hasil pengukuran viskositas selama penyimpanan statistik. kemudian Hasil diolah secara statistik
analisis
viskositas pada suhu 40oC berbeda dengan suhu 8oC dan 25oC.Selain itu, waktu penyimpanan pun berpengaruh terhadap hasil pengukuran viskositas, yaitu
menunjukkan bahwa nilai viskositas yang diperoleh berbeda signifikan antar formula, suhu, dan waktu. Hal ini karena nilai signifikan untuk masing-masing pengaruh formula dan waktu penyimpananadalah 0,00, sedangkan 0,01 untuk pengaruh suhu, berarti Hipotesis 0 (H0) ditolak karena nilai signifikan lebih kecil dari taraf signifikan = 5%. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji lanjut LSD dan Tukey. Hasil uji lanjut untuk pengaruh formula menunjukkan bahwa F3 berbeda signifikan dengan F2, F1, dan F0.Adanya perbedaan yang signifikan antara F3 dengan F0 dapat disebabkan karena adanya
penyimpanan.Hasil uji lanjut dari pengaruh waktu penyimpanan terhadap viskositas menunjukkan bahwa hasil pengukuran pada hari ke-28 dan 21 berbeda signifikan dengan hasil pengukuran pada hari ke-1, 3, 7, dan 14.Hari ke-14 berbeda dengan hari ke-1 dan ke-3, serta hari ke-7 berbeda dengan hari ke-1. Semakin lama waktu penyimpanan, semakin lama pula sediaan terpengaruh oleh lingkungan, sehingga berpengaruh pada viskositas. Pengukuran pH Hasil pengukuran pH pada suhu 8oC, 25oC, dan 40oC selama masa penyimpanan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
penambahan ekstrak pada F3, sedangkan pada F0 tidak ada penambahan ekstrak. Ekstrak yang ditambahkan menyebabkan viskositas lebih rendah. Sedangkan F3 berbeda signifikan dengan F1 dan F2 dapat disebabkan oleh perbedaan konsentrasi ekstrak yang ditambahkan, sehingga
18
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 3 7 14 21 28 Hari ke-
pH
memenuhi persyaratan pH untuk sediaan topikal yaitu antara 4 sampai 8 (Aulton, 1988). Pada semua formula memiliki nilai lebih dari 7 karena disebabkan oleh komponen-komponen pada sediaan
didominasi oleh bahan yang bersifat basa. Selain itu terjadi penurunan nilai pH selama
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 3 7 14 21 28 Hari ke-
pH
CO2, karena CO2 bereaksi denganfasa air sehingga menjadi asam. Selanjutnya datadata hasil pengukuran pH selama waktu penyimpanan dianalisis secara
Gambar 4.9 Grafik Pengukuran pH pada Suhu 25oC selama Masa Penyimpanan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 3 7 14 21 28 Hari ke-
pH
karena nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,186 lebih besar dari taraf
signifikan =5%, artinya tidak ada perbedaan pH yang signifikan antar formula. Untuk
Gambar 4.10 Grafik Pengukuran pH pada Suhu 40oC selama Masa Penyimpanan
pengaruh
suhu
nilai
signifikan
yang
diperoleh sebesar 0,00 lebih kecil dari taraf Berdasarkan grafik pada gambar 4.8, gambar 4.9, dan gambar 4.10 di atas dapat dilihat bahwa nilai pH mengalami penurunan selama waktu penyimpanan. signifikan = 5%, sehingga Hipotesis 0 (H0) ditolak, artinya ada perbedaan yang signifikan antar suhu yang diberikan
19
untuk mengetahui perbedaannya, uji lanjut yang digunakan adalah LSD dan Tukey.
Pengujian mengering
waktu
untuk
sediaan
Sediaan masker gel antioksidan dari Hasil kedua uji lanjut tersebut menunjukkan ekstrak etanol biji melinjo memiliki waktu bahwa ketiga suhu (8oC, 25oC, dan 40oC) untuk mengering antara 8 16 menit. Hasil memberikan hasil pH yang berbeda pengujian tersebut menunjukkan bahwa signifikan satu sama lain. Dan waktu waktu kering dari semua formula dan pada penyimpanan pun berpengaruh terhadap setiap waktu penyimpanan masih berada hasil pengukuran pH, yaitu memberikan pada rentang waktu kering dari produk hasil pH yang berbeda signifikan dalam tiap masker yang ada di pasaran, yaitu antara 10 waktu penyimpanan, dapat dilihat pula dari 20 menit. nilai signifikan yang diperoleh yaitu sebesar Selanjutnya 0,00 yang lebih kecil dari taraf signifikan pengujian waktu kering masing-masing = 5%. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut. formula Uji lanjut yang digunakan adalah uji lanjut statistik.Berdasarkan hasil analisis data LSD dan Tukey. Hasil yang diperoleh statistik menunjukkan bahwa pH pada hari ke-14 menunjukkan bahwa H0 ditolak, karena berbeda dengan pH pada hari ke-1, 3, 21, nilai signifikan yang diperoleh sebesar dan 28, serta hari ke-7 berbeda dengan hari 0,001 lebih kecil dari taraf signifikan= ke-1. Adanya perbedaan pH pada hari-hari 5%, artinya terdapat perbedaan waktu tersebut menunjukkan bahwa waktu kering penyimpanan berpengaruh terhadap pH. masker gel. Oleh karena antar formula Seperti halnya dengan viskositas, pada pH memberikan hasil yang berbeda secara pun semakin lama waktu penyimpanan, signifikan, maka dilakukan uji lanjut berupa maka semakin lama pula sediaan uji lanjut LSD dan Tukey, dan hasil uji terpengaruh oleh lingkungan yang dapat lanjut tersebut menunjukkan bahwa waktu mempengaruhi pH sediaan. yang signifikan antar formula untuk pengaruh formula dianalisis secara data-data hasil
20
kering F1 berbeda signifikan dengan F0 dan F2, dan waktu kering F3 berbeda signifikan dengan F2.Adanya perbedaan waktu kering antar formula dapat disebabkan oleh adanya pengaruh penambahan ekstrak, ekstrak yang ditambahkan menyebabkan semakin lamanya proses evaporasi masker gel. Hal ini dikarenakan ekstrak biji melinjo yang ditambahkan memiliki kadar air yang cukup banyak, sehingga kandungan air dalam masker gel bertambah dan waktu kering sediaan pun menjadi lebih lama. Hasil analisis statistik untuk pengaruh waktu penyimpanan terhadap pH adalah H0
Pengujian secara mikrobiologi Pengujian secara mikrobologi yang dilakukan berupa cemaran mikroba dan pengujian efektivitas pengawet. Kedua pengujian ini dilakukan terhadap bakteri dan jamur. Berdasarkan hasil uji cemaran mikroba dan efektivitas pengawet
menunjukkan tidak terjadinya pertumbuhan bakteri maupun jamur. Hasil tersebut menunjukkan bahwa proses pembuatan dan penyimpanan sediaan sudah cukup baik, tidak terjadi kontaminasi dengan
lingkungan, sehingga sediaan yang dibuat tidak tercemar oleh bakteri dan jamur, baik pada saat pertama pembuatan maupun setelah waktu penyimpanan. Pengujian efektivitas sediaan Sediaan masker gel yang diuji efektivitasnya adalah sediaan masker gel formula 3, karena berdasarkan hasil
diterima, karena nilai signifikan yang didapat sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan = 5%. Hasil tersebut
menunjukkan adanya perbedaan waktu kering yang signifikan pada masing-masing waktu penyimpanan.Hasil uji lanjut untuk waktu penyimpanan menunjukkan bahwa waktu kering pada hari ke-1 berbeda dengan hari ke-3, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21, dan hari ke-28.Serta hari ke-3 berbeda dengan hari ke-7, 14, 21, dan 28.
memiliki nilai IC50 terendah yang artinya memiliki aktivitas antioksidan yang paling baik di antara formula lainnya. Selain sediaan formula 3, pada pengujian
21
efektivitas ini digunakan pula formula 0 sebagai blanko dan produk inovator sebagai pembanding. Pengujian efektivitas sediaan ini dilihat dari kemampuan sediaan uji dalam meningkatkan kelembaban dan
Berdasarkan Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa peningkatan kelembaban dan kehalusan kulit wajah cukup signifikan tiap minggunya setelah pemakaian sediaan F3 dan produk inovator, karena kandungan air pada kulit wajah mampu mencapai 37% 41% pada minggu terakhir pemakaian, hasil ini menunjukkan bahwa nilai kandungan air tersebut termasuk pada rentang kandungan air wajah yang normal, yaitu sebesar 38% 42%. Sediaan F3 mampu membuat kulit yang awalnya cenderung kering dan kasar, menjadi lebih lembab dan halus. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan ekstrak biji melinjo dalam F3, yang berdasarkan pengujian aktivitas antioksidan sediaan F3 memiliki aktivitas yang paling baik. Begitu pula dengan produk inovator, hasil yang
kehalusan kulit wajah. Dalam pengujian ini digunakan mengukur alat skin analyzer air, untuk tingkat
kandungan
kandungan minyak, dan tingkat kekasaran kulit wajah. Selain itu digunakan pula alat Dino Lite untuk melihat struktur kulit wajah sebelum dan sesudah pemakaian sediaan uji selama empat minggu. Diagram hasil pengukuran kandungan air kulit wajah pada tiga sediaan uji selama empat minggu pemakaian dapat dilihat Gambar 4.11 di bawah ini.
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0 1 2 3 4 Minggu ke-
Blanko
Formula 3
Produk Inovator
diperoleh inovator
menunjukkan memberikan
bahwa
produk
peningkatan
kelembaban dan kehalusan kulit. Hal ini dikarenakan pada produk inovator ini mengandung ekstrak buah stroberi yang
Gambar 4.11 Diagram Hasil Pengukuran Kandungan Air (%) Kulit Wajah pada Tiga Sediaan Uji selama Empat Minggu Pemakaian
diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Sedangkan untuk sediaan F0 atau blanko, peningkatan kelembaban dan
22
kecil minggu.
adanya pengaruh perlakuan suhu yang diberikan, adanya pengaruh lingkungan, dan lamanya waktu penyimpanan. Selanjutnya hasil pengukuran
dikarenakan pada sediaan tidak terdapat ekstrak apapun, tetapi hanya basis masker gel saja. Dari hasil pengujian efektivitas sediaan dengan melihat parameter-
kandungan air kulit selama empat minggu diolah secara statistik. Berdasarkan hasil analisis statistik yang diperoleh dapat diketahui bahwa Hipotesis Nol (H0) ditolak, karena nilai signifikan untuk sediaan uji sebagai perlakuan adalah sebesar 0,00 atau lebih kecil dari taraf signifikan = 5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ketiga sediaan uji memberikan hasil yang berbeda secara signifikan dalam meningkatkan
parameter yang diukur dengan alat skin analyzer telah diketahui bahwa sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo F3 mampu untuk meningkatkan kelembaban dan kehalusan kulit. Namun, bila dilihat dari stabilitas fisik atau sifat fisik yang berupa pengamatan organoleptis, pengukuran viskositas, dan pengukuran pH selama 28 hari penyimpanan, menurut hasil pengamatan organoleptis yang diperoleh bahwa sediaan masker gel F3 tidak
kandungan air kulit wajah. Oleh karena berbeda signifikan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji lanjut LSD dan Tukey. Hasil yang diperoleh dari kedua uji lanjut tersebut adalah bahwa F0 berbeda secara signifikan dengan F3 dan produk inovator, sedangkan F3 dan produk
mengalami perubahan selama 28 hari penyimpanan. Namun, apabila melihat hasil pengujian sifat fisik sediaan, viskositas dan pH sediaan masker gelF3 cenderung
inovator tidak berbeda secara signifikan. Dari hasil uji lanjut tersebut dapat pula diketahui bahwa F3 dan produk inovator memliliki kemampuan yang hampir sama dalam meningkatkan kandungan air kulit.
mengalami penurunan selama 28 hari penyimpanan rentang tetapi masih dan memenuhi pH yang
viskositas
23
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan F3 efektif dalam meningkatkan kelembaban dan kehalusan kulit. Selain sediaan uji, ingin diketahui pula pengaruh waktu pemakaian terhadap respon yang diamati, dan berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa Hipotesis Nol (H0) ditolak, karena nilai signifikan yang
berbeda dengan hasil pengukuran pada minggu ke-1, 2, 3, dan 4 karena pada minggu ke-0 belum digunakannya sediaan uji, sedangkan hasil pengukuran pada minggu ke-4 berbeda dengan pada minggu ke-1, 2, 3, dan 4 karena minggu ke-4 merupakan waktu pemakaian terakhir atau pemakaian terlama sediaan uji sehingga hasil yang diperoleh akan berbeda dengan hasil pada minggu ke-0, 1, 2, dan 3. Pengujian iritasi Uji iritasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo yang dilakukan terhadap 10 orang relawan memberikan hasil bahwa sediaan masker gel yang dibuat tidak menimbulkan reaksi apapun baik panas, gatal, eritema, ataupun perih. Sehingga sediaan masker gel
diperoleh sebesar 0,00 atau lebih kecil dari taraf signifikan = 5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar waktu pemakaian dengan hasil peningkatan kandungan air kulit wajah. Oleh karena adanya perbedaan yang signifikan, maka dilakukan pula uji lanjut dengan menggunakan uji lanjut LSD dan Tukey. Berdasarkan hasil kedua uji lanjut tersebut dapat diketahui bahwa pada minggu ke-0 hasil yang diberikan berbeda secara signifikan dengan hasil pada minggu ke-1, 2, 3, dan 4. Pada minggu ke-1 memberikan hasil yang berbeda secara signifikan dengan hasil pada minggu ke-3 dan ke-4. Serta hasil pada minggu ke-2 berbeda signifikan dengan minggu ke-4. Pada minggu ke-0 memberikan hasil yang
antioksidan dari ekstrak biji melinjo aman untuk digunakan sebagai sediaan topikal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.)1,794% dari aktivitas antioksidan vitamin
24
nilai
IC50
sebesar
459,318
sedangkan vitamin C memiliki nilai IC50 sebesar 8,239 g/ml. 2. Penelitian ini menghasilkan formula sediaan berbentuk masker peel-off gel antioksidan berbagai
dalam bentuk sediaan dan formula yang lain. Serta dapat dilakukan pula penelitian mengenai aktivitas lain dari biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.). DAFTAR PUSTAKA Akhtar, Naveed., Arshad Mehmood.,
dengan
konsentrasi ekstrak etanol biji melinjo (F1 = 0,194%, F2= 0,582%, dan F3 = 0,970%). 3. Sediaan masker gel secara umum stabil dalam aspek konsistensi, warna dan bau. pH masker gel mengalami penurunan, tetapi masih berada pada rentang
Barkat Ali Khan., Tariq Mahmood., Haji Muhammad Shoaib Khan and Tariq Saeed. 2011. Exploring for skin
cucumber
extract
persyaratan pH untuk sediaan topikal. Viskositas masker gel pun mengalami penurunan, penurunan terbesar terjadi pada suhu penyimpanan 40 C. Serta semua sediaan masker gel tidak
o
rejuvenation. African Journal of Biotechnology Vol. 10 (7), pp. 1206-1216. Akhtar, Naveed and Yasemin Yazan. 2008. Formulation and in-vivo evaluation of a cosmetic multiple emulsion containing vitamin C and wheat protein. Pak. J. Pharm. Sci. Vo.21 No. pp.45-50. Aulton, M. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. Curcill Livingstone. Edirberd.
mengiritasi kulit. 4. Formula 3 merupakan sediaan yang memiliki efektivitas aktivitas yang antioksidan baik, dan suhu
paling
penyimpanan yang disaranakan untuk formula 3 adalah pada suhu 25 C pada wadah tertutup dan terhindar dari sinar matahari.
o
London.p.244.
25
Hanan, Abdul dan Sutrisno. 2000. Gnemon: Tumbuhan Lahan Kering Multi Guna dan Konservasinya di Kebun Raya Bogor.Seminar dan Nasional
Konservasi
Pendayagunaan
Research
Paper. Afr. J. Trad. CAM (2007) 4 (2): 231 239. Maysuhara, S. 2009. Rahasia Cantik, Sehat dan Awet Muda. Edisi I.
http://eprints.uns.ac.id/204/1/170492
2411201011351.pdf [Diakses pada
tanggal 17 Januari 2012]. Harry, Ralph G. 1973. Harrys
Yogyakarta: Pustaka Panasea. Santoso, Martha., Yuko Nata, Clement Angkawidjaja, Tomoko Yamaguchi, Teruyoshi Matoba, and Hithosi
Cosmeticology. Edisi Keenam. New York. Chemical Publishing Co., Inc. Hal: 103 109. Molyneux, Philip. 2004. The use of the stable free radical
Takamura. 2010. Antioxidant and DNA Damage Prevention Activities of the Edible Parts of Gnetum gnemon and Their Changes upon Heat Treatment. Food Sci. Technol. Res., 16(6), 549-556. Wirajayakusuma, Hembing. 1998. Hidup Sehat Cara Hembing. Cetakan ke-1. Edisi ke-15. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Gramedia.
Songklanakarin J. Sci. Technol., 26(2) : 211-219. Mario, M. 2001. Inovasi Masker. Tersedia di http://www. Kosmetika-
26
27