Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III PERADANGAN MULUT

Kelompok 02:

Mohammad Farihin Barirotu Nafiah Ardian Kusumarianto Mukaromah Ida Ayu Puspa A. Yulinda Wachidah Miftakhul Huda Nurdian Hanif Imam Rosyidi

M. Novian Fajrin M. Eka Setya M. Lukman Efendi Putri Salisati A. Lalu Hendry Lely Syahadah M.Z. Nurnindia Asianti Sumartono

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas penyertaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami telah menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul Makalah Asuhan Keperawatan pada askariasis. Penyusunan makalah ini untuk tugas mata kuliah Keperawatan

Medikal Bedah, melalui makalah ini kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Metode yang kami ambil dalam penyusunan karya tulis ini adalah berdasarkan data data dari dari buku dan internet. Kami menyadari makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan oleh beberapa pihak, oleh karena itu kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak tersebut, antara lain : 1. Bapak Drs. H. Budi Utomo Amd. Kep, M,MKes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan. 2. Bapak Arifal Aris S.Kep, Ns, M.Mkes, selaku Kaprodi S-1 Keperawatan. 3. Ibu Virgianti Nur Faridah M. Kep, Ns, selaku Dosen Mata Kuliah KMB 4. Teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Karena itu, kami sangat mengharapakan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lamongan, 18 oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang ............................................................................ Rumusan Masalah ....................................................................... Tujuan ......................................................................................... Manfaat .......................................................................................

i ii

BAB II KONSEP TEORI 2.1 Pengertian ................................................................................... 2.2 Pathway ....................................................................................... 2.3 Macam-macam peradangan pada mulut ..................................... BAB III KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN .............................. 3.1 Pengkajian ................................................................................... 3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 3.3 Kriteria Hasil ............................................................................... 3.4 Intervensi..................................................................................... BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 3.5 Kesimpulan ................................................................................. 3.6 Saran ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat. Hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat indonesia adalah penyakit jaringan penyangga dan karies gigi, sumber dari kedua penyakit tersebut akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudidayakan diseluruh masyarakat. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya dan didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Dalam kondisi normal, dari gigi dan mulut yang sehat tidak tercium bau yang tidak sedap. Kondisi ini dapat tercapai dengan perawatan gigi yang tepat. Keadaan oral hygine yang buruk seperti adanya kalkulus dan stain, banyak karies gigi, keadaan tidak bergigi atau ompong dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari hari. (Prayitno, 2008) Bila gigi jarang di bersihkan, lama kelamaan, sisa makanan bersama sama bahan bahan yang ada dalam ludah akan bersatu menjadi keras dan melekat pada permukan gigi (Machfoedz, 2005). Kebersihan gigi dan mulut sebagai bagian dari bagian kesehatan, kesehatan gigi ikut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Sisa makanan yang tidak dibersihkan dengan metode menyikat yang benar akan sulit dibersihkannya dan apabila hal tersebut terjadi maka ancaman gigi berlubang akan terjadi. Sehingga timbul fakta tentang beberapa penyakit

yang berhubungan dengan kesehatan mulut dan gigi. Penyakit gigi dan mulut yang banyak di derita masyarakat indonesia adalah gingivitis dan dan karies gigi, sumber dari kedua penyakit tersebut adalah akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut, sehingga terjadilah akumulasi plak, plak adalah lapisan tipis yang melekat erat di permukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri (Anitasari, 2004). Selain itu gusi berdarah juga dapat terjadi, penyebab gusi berdarah adalah karena kebersihan gigi yang kurang baik, sehingga terbentuk plak pada permukaan gigi dan gusi. Kuman - kuman pada plak menghasilkan racun yang merangsang gusi sehingga terjadi radang gusi dan gusi menjadi mudah berdarah (Tarigan, 1989). Dalam kehidupan sehari hari sering di jumpai orang orang yang merasa malu untuk tersenyum atau berbicara dengan leluasa. Hal ini terjadi karena berbagai macam hal, antara lain keadaan oral hygine atau kebersihan mulut yang buruk, banyak karies gigi atau dapat juga karena ompong (Prayitno, 2008). Hasil studi SKRT 2001 di peroleh prevalensi karies pada penduduk usia 10 tahun ke atas sebesar 70% yakni pada usia 12 tahun sebesar 43,9%, usia 15 tahun mencapai 37,4%, usia 18 tahun 51,1%, usia 35-44 tahun 80.1% dan usia 65 tahun keatas mencapai 96,7%. Susenas (Survei Kesehatan Nasional, 2001) melaporkan sebesar 1,2% penduduk indonesia menyatakan pernah sakit gigi satu bulan yang lalu dan meningkat pada golongan umur yang lebih tinggi, dimana keluhan tertinggi adalah pada golongan umur 34 39 tahun sebesar 1,8% dan rata rata lama dan

mengakibatkan terganggunya sekolah, pekerjaan dan aktivitas sehari hari akibat sakit gigi. Selanjutnya pada SKRT 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies telah mencapai 90,05% yang berarti hampir seluruh penduduk Indonesia menderita karies gigi (Faria, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anitasari pada tahun 2004 didapatkan hasil penilaian tingkat kebersihan gigi mulut dengan menggunakan indeks OHI-S pada 1650 siswa Sekolah Dasar Negeri kelas 1 sampai 6 di dapatkan 6,73% siswa keadaan kebersihan gigi dan mulut baik; 59,03% sedang; 34,24% buruk. Oral Hygiene Indeks Simplified (OHI-S) rata- rata adalah 3 termasuk kebersihan gigi dan mulut adalah sedang (Anitasari, 2004) Praktek kebersihan mulut oleh individu merupakan tindakan pencegahan yang paling utama dianjurkan, juga tindakan pencegahan yang paling utama dianjurkan, juga berarti individu tadi telah melakukan tindakan pencegahan yang sesungguhnya, praktek kebersihan mulut ini dapat dilakukan individu dengan cara menggosok gigi (Sriyono, 2005). Tujuan menyikat gigi adalah untuk menghilangkan dan mengganggu pembentukan plak, membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan, menstimulasi jaringan gigiva, mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang ditujukan terhadap karies, penyakit periodontal atau

sensitivitas (Sriyono, 2005). Upaya pemeliharan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menyikat gigi. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut juga di pengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat. (Riyanti, 2005) Dalam menyikat gigi kita perlu memperhatikan hal-hal berikut diantaranya:

jangan menekan berlebihan, berdurasi cukup, berkumur setelah sikat gigi juga harus

diperhatikan, teknik penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua permukaan gigi dan gusi secara efisien terutama daerah saku gigi dan daerah interdental,

pergerakan dari sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan gusi atau abrasi gigi, teknik penyikatan harus sederhana, tepat, dan efisien dalam waktu (Djamil, 2011) Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi (karies) dan penyakit periodontal, yang menyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita kerusakan gigi aktif (kerusakan pada gigi yang belum ditangani). Pengalaman karies perorangan rata-rata (DMF-T = Decay Missing Filling-Teeth) berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang berarti telah melebihi indeks DMF-T yang telah ditetapkan oleh WHO ( World Health Organization), yaitu 3 adapun prevalensi penyakit periodontal menunjukkan 42,8 %. Masalah tingginya

angka penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor perilaku masyarakat. Berdasarkan SKRT 1995 dan Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 1998 dinyatakan bahwa masyarakat belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini terlihat dari 22,8% penduduk Indonesia tidak menyikat gigi dan dari 77,2% yang menyikat gigi hanya 8,1% yang menyikat gigi tepat waktu. Kesadaran masyarakat untuk datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan masih rendah. Hal ini terlihat dari 87% masyarakat yang mengeluh sakit gigi tidak berobat, 12,3% masyarakat yang mengeluh sakit gigi datang berobat ke fasilitas kesehatan gigi sudah dalam keadaan terlambat sehingga dari rata-rata 6,4% gigi yang rusak 4,4% gigi sudah dicabut, dan 0,7% mencari pengobatan tradisional. (www.ilmukesehatangigi.com). Akibat yang ditimbulkan bila perawatan gigi sejak dini tidak dilakukan

maka gigi akan mengalami gangguan kesehatan antara lain gigi karies, ginggivitis, gigi tanggal sebelum waktunya, gangguan pada ukuran, bentuk maupun jumlah. (Palupi, 2005)

1.2 Rumusan Masalah Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan permasalahan yang ditimbulkan sebagai berikut : 1) Apa definisi dari peradangan pada rongga mulut? 2) apa saja jenis-jenis penyakit radang pada rongga mulut? 3) apa penyebab dari radang rongga mulut? 4) bagaimana perjalanan penyakit (patofisiologi) penyakit-penyakit yang menjangkiti rongga mulut? 5) bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan radang rongga mulut?

1.3 Tujuan Makalah 1.3.1 Tujuan Umum 1) Mengetahui penyakit peradangan pada rongga mulut1.3.2Tujuan Khusus. 2) Mengetahui apa yang dimaksudkan dengan peradangan pada ronngga mulut. 3) Mengetahui klasifikasi/jenis radang pada rongga mulut. 4) Mengetahui penyebab dari radang rongga mulut. 5) Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pada pasien dengan radang rongga mulut. 1.4 Manfaat Makalah 1.4.1 Manfaat akademis

Merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal keperawatan medikal bedah dengan tema peradangan rongga mulut. 1.4.2 Bagi penulis

Meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman yang nyata bagi penulis

dalam proses penulisan makalah ini.

BAB II KONSEP TEORI 2.1 Pengertian Radang mulut adalah Peradangan yang terjdi pada mukosa, gusi atau lidah yang disebabkan oleh bakteri atau jamur dan virus serta defisiensi vitamin.

2.2 Pathway Bakeri, Jamur, Virus

Masuk ke dalam mulut bersama makanan, udara dll

Kebersihan gigi dan mulut tidak terjaga

Bakteri/jamur/virus menginfeksi jaringan dalam mulut

Peradangan

Stomatitis

Pulpitis

Periodontitis

Tonsilitis

Tonsilitis

Gingivitis

Kebutuhan Dasar Manusia Terganggu Gangguan rasa nyaman (nyeri) Perubahan pada selaput mukosa oral Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh

Potensial kurangnya volue cairan

2.3 Macam-macam peradangan pada mulut 2.3.1 Stomatitis 1) Definisi Stomatitis merupakan peradangan pada selaput mukosa mulut yang menjadi sebuah lesi.

2) Macam-macam stomatitis (1) Stomatitis Aftosa Radang pada selaput mukosa mulut penyebabnya bisa karena Kebersihan mulut yang kurang, letak susunan gigi/ kawat gigi, makanan /minuman yang panas dan pedas, rokok, pasta gigi yang tidak cocok, lipstick, infeksi jamur dan lain-lain. Biassanya terjadi pada orang dewasa muda bisa menyerang bayi sampai orang dewasa, tanda gejala: Ulkus pada sel / mukosa Lesi buram. Sakit Sembuh 1-3 mnggu

Gambar stomatitis Atfosa Penatalaksanaan dari stomatitis Atfosa diantaranya hindari makanan seperti cabai, sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya, pelihara kebersihan mulut dan gigi, antibiotik, kortikosteroid, anti-jamur lokal.

(2) Stomatitis Herpatik Radang pada selaput mukosa mulut penyebabnya disebabkan virus herpes Tanda Gejala: Rasa terbakar pada mukosa bibir Vesikula Mengerak

Gambar Stomatitis Herpatik 2.3.2 Pulpitis 1) Definisi Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri. Pulpa adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan pembuluh darah (Medicastore, 2010).

2) Gambar

Gambar Pulpitis 3) Etiologi

Gambar Pulpitis

Penyebab pulpitis yang paling sering ditemukan adalah pembusukan gigi,

penyebab kedua adalah cedera. Pulpa terbungkus dalam dinding yang keras sehingga tidak memiliki ruang yang cukup untuk membengkak ketika terjadi peradangan. Yang terjadi hanyalah peningkatan tekanan di dalam gigi. Peradangan yang ringan, jika berhasil diatasi, tidak akan menimbulkan kerusakan gigi yang permanen. Peradangan yang berat bisa mematikan pulpa. Meningkatnya tekanan di dalam gigi bisa mendorong pulpa melalui ujung akar, sehingga bisa melukai tulang rahang dan jaringan di sekitarnya (Medicastore, 2010).

4) Klasifikasi Pulpitis (3) Pulpitis Reversibel Definisi pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah jejas dihilangkan. Rasa sakit biasanya sebentar, yang dapat dihasilkan oleh karena jejas termal pada pulpa yang sedang mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit ini akan hilang segera setelah jejas dihilangkan. Pulpitis reversibel yang disebabkan oleh jejas ringan contohnya erosi servikal atau atrisi oklusal, fraktur email (Seraficha, 2009).

(4) Pulpitis Ireversibel Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal (Seraficha, 2009).

5) Patofisiologi Pulpitis dapat terjadi karena adanya jejas, jejas tersebut dapat berupa kuman beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa kuman). Namun pada praktek sehari-hari pulpitis biasanya terjadi diawali dengan karies yang tebentuk karena kerusakan email akibat dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri-bakteri penghasil asam (pada umumnya Streptococus mutans) yang menyebabkan proses demineralisasi lebih cepat dari proses mineralisasi. Bila karies sudah terbentuk dan tidak mendapat perawatan, maka proses demineralisasi terus berlanjut dan menyebabkan karies semakin meluas ke dalam

gigi sehingga menembus lapisan-lapisan email, dentin dan pada akhirnya akan mencapai ke dalam ruang pulpa. Bila karies sudah mencapai ke dalam ruang pulpa maka bakteri akan masuk kedalam ruangan tersebut dan mengakibatkan peradangan pada jaringan pulpa. Jika peradangan hanya sebagian (pada cavum dentis) maka disebut pulpitis akut parsial,dan jika mengenai seluruh jaringan pulpa maka disebut pulpitis akut totalis (Zainuri, 2010).

6) Gejala (1) Gejala Pulpitis Reversibel Pulpitis reversible bersifat asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang baru muncul dan akan kembali normal bila karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik, apabila ada gejala (bersifat simtomatik) biasanya berbentuk pola khusus. Stimulus dingin atau panas, dapat menyebabkan rasa sakit yang tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera reda. Stimulus panas dan dingin menimbulkan nyeri yang berbeda pada pulpa normal. Ketika panas diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respon awal yang langsung terjadi (tertunda), namun jika stimulus panas ditingkatkan maka intensitas nyeri akan meningkat. Sebaliknya, jika stimulus dingin diberikan, pulpa normal akan segera terasa nyeri dan menurun jika stimulus dingin dipertahankan. Berdasarkan observasi hal ini, respon dari pulpa sehat maupun terinflamasi tampaknya sebagian besar disebabkan oleh perubahan dalam tekanan intrapulpa (Dentisha, 2010).

(2) Gejala Pulpitis Ireversibel Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentarsebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan

tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan nyeri pada periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika nyerinya semakin intens. Stimulus eksternal, seperti dingin atau panas dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan. Nyeri pada pulpitis ireversible berbeda dengan pulpa yang normal atau sehat. Sebagai contoh, aplikasi panas pada inflamasi ini dapat menghasilkan respon yang cepat dan aplikasi dingin, responnya tidak hilang dan berkepanjangan. Walaupun telah diklaim bahwa gigi dengan pulpitis ireversible mempunyai ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi elektrik, menurut Mumford ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan tidak terinflamasi adalah sama (Dentisha, 2010).

7) Diagnosis (1) Pulpitis Reversibel Anamnesa : ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah rangsangan dihilangkan Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar. Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-kadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit. Tes vitalitas: gigi masih vital (Seraficha, 2009) (2) Pulpitis Ireversibel Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit), nyeri lama sampai berjam-jam. Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan kadang-kadang ada keluhan. Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan vital. (Seraficha, 2009)

8) Terapi (1) Pulpitis Reversibel

Jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan (Seraficha, 2009). (2) Pulpitis Ireversibel Terapi pulpitis ireversibel adalah pulpektomi (Seraficha, 2009).

2.3.3 Periodontitis 1) Definisi Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah gusi, tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan tulang) (Adulgopar, 2009).

2) Gambar

Gambar Periodontitis

Gambar Periodontitis

3) Prevalensi Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Wahyukundari, 2009).

4) Etiologi Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat

pada permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis (Adulgopar, 2009).

5) Patogenesis Pada periodontitis akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu lingkungan bebas oksigen, yang mempermudah pertumbuhan bakteri. Jika keadaan ini terus berlanjut, pada akhirnya banyak tulang rahang di dekat kantong yang dirusak sehingga gigi lepas. Kecepatan tumbuhnya periodontitis berbeda pada orang-orang yang memiliki jumlah tartar yang sama. Hal ini mungkin karena plak dari masing-masing orang tersebut mengandung jenis dan jumlah bakteri yang berbeda, dan karena respon yang berbeda terhadap bakteri (Anggia, 2008).

6) Gejala Klinis Gejala-gejala periodontitis adalah : (1) perdarahan gusi (2) perubahan warna gusi (3) bau mulut

Pada pemeriksaan mulut dan gigi, gusi tampak bengkak dan berwarna merah keunguan.Akan tampak endapan plak atau karang di dasar gigi disertai kantong yang melebar di gusi. Dengan kedalaman kantong dalam gusi dengan suatu alat tipis dan dilakukan rontgen gigi untuk mengetahui jumlah tulang yang keropos. Semakin banyak tulang yang keropos, maka gigi akan lepas dan berubah posisinya. Gigi depan seringkali menjadi miring ke luar. Pada pemeriksaan intra oral dapat dijumpai perkusi yang positiv, dalam keadaan biasa, periodontitis tidak menimbulkan nyeri kecuali jika gigi sangat longgar sehingga ikut bergerak ketika mengunyah atau jika terbentuk abses (Anggia, 2008).

7) Terapi Pada kasus-kasus periodontitis yang belum begitu parah, biasanya perawatan yang diberikan adalah root planing dan kuretase, yaitu pengangkatan plak dan

jaringan yang rusak dan mengalami peradangan di dalam poket dengan menggunakan kuret. Tujuan utamanya adalah menghilangkan semua bakteri dan kotoran yang dapat menyebabkan peradangan. Setelah tindakan ini, diharapkan gusi akan mengalami penyembuhan dan perlekatannya dengan gigi dapat kembali dengan baik. Pada kasus-kasus yang lebih parah, tentunya perawatan yang diberikan akan jauh lebih kompleks. Bila dengan kuretase tidak berhasil dan kedalaman poket tidak berkurang, maka perlu dilakukan tindakan operasi kecil yang disebut gingivectomy. Tindakan operasi ini dapat dilakukan di bawah bius lokal. Pada beberapa kasus tertentu yang sudah tidak bisa diatasi dengan perawatan di atas, dapat dilakukan gingivectomy, yaitu prosedur yang meliputi pembukaan jaringan gusi, kemudian menghilangkan kotoran dan jaringan yang meradang di bawahnya. Antibiotik biasanya diberikan untuk menghentikan infeksi pada gusi dan jaringan di bawahnya. Perbaikan kebersihan mulut oleh pasien sendiri juga sangat penting (Adulgopar, 2009).

8) Pencegahan Pencegahan terbaik adalah menjaga kebersihan mulut dan gigi (Medicastore, 2010).

2.3.4 Gingivitis 1) Definisi Gingivitis adalah peradangan pada gusi (gingiva) yang terjadi pada jaringan epitel mukosa di sekitar cervical gigi dan prosesus alveolar (emedicine, 2010). Gingivitis sering terjadi dan bisa timbul kapan saja setelah tumbuhnya gigi (Nurasiah, 2009).

2) Gambar

Gambar Gingivitis 3) Prevalensi

Gambar Gingivitis

Dalam suatu penelitian prevalensi gingivitis yang dijumpai adalah tinggi (92,7 %) dengan distribusi gingivitis ringan yaitu 58,1 %, gingivitis sedang 32,3% dan gingivitis berat 2,4%, sedangkan anak yang bebas dari gingivitis hanya 7,3% Berdasarkan jenis kelamin, secara umum persentase gingivitis pada anak laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (Dharma, 2009).

4) Etiologi Gingivitis hampir selalu terjadi akibat penggosokan dan flosing (membersihkan gigi dengan menggunakan benang gigi) yang tidak benar, sehingga plak tetap ada di sepanjang garis gusi. Plak merupakan suatu lapisan yang terutama terdiri dari bakteri. Plak lebih sering menempel pada tambalan yang salah atau di sekitar gigi yang terletak bersebelahan dengan gigi palsu yang jarang dibersihkan. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka akan mengeras dan membentuk karang gigi. Plak merupakan penyebab utama dari gingivitis. Faktor lainnya yang akan semakin memperburuk peradangan adalah: (1) kehamilan (2) pubertas (3) pil KB. (Medicastore, 2010)

Obat-obat tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan gusi yang berlebihan sehingga plak sulit dibersihkan dan terjadilah gingivitis. Obat-obatan tersebut adalah: (1) fenitoin (obat anti kejang) (2) siklosporin (diminum oleh penderita yang menjalani pencangkokan organ) (3) calcium channel blockers (misalnya nifedipin, obat untuk mengendalikan

tekanan darah dan kelainan irama jantung) (4) pil atau suntikan KB. (Medicastore, 2010)

5) Klasifikasi Gingivitis diklasifikan sebagai berikut : (1) Gingivitis Marginalis Batas gingival berwarna merah tua, ada pembengkakan, terutama terdapat pada garis remaja (2) Gingivitis Atrophicans Gingival mengisut, batas pocket membengkak, calcullus subgingival (+) (3) Gingivitis Hypertrophicans Sifatnya kronis dan tidak sakit, gingival membengkak, terutama terdapat pada gadis dan wanita gravid (4) Gingivitis Plaunt Vincent Interdental papil necrose dan ulcera, bau busuk, ada demam, rasa sakit (+), kelenjar lymphe membesar, gingiva merah dan ada pendarahan, kadangkadang gigi goyah, laboratorium : Borellia vincenti dan Bacillus fusiformis (5) Gingivitis Herpetika Demam, bibir bengkak dan kering, Etiologi : herpes virus (6) Gingivitis Desquamatif Merupakan suatu keadaan yang paling sering ditemukan pada wanita pasca menopause. Lapisan gusi yang paling luar terpisah dari jaringan dibawahnya. Gusi menjadi sangat longgar sehingga lapisan terluarnya bias digerakkan dengan kapas lidi. Etiologi : makanan panas, obat-obatan dan trauma (tusuk gigi) gingival meluas dan membengkak. (Nurasiah, 2009) gingiva merah dan bengkak

6) Patogenesis Gingivitis dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya kebersihan mulut yang buruk, penumpukan karang gigi (kalkulus/tartar), dan efek samping dari obat-obatan tertentu yang diminum secara rutin. Sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan secara seksama menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Dengan meningkatnya kandungan

mineral dari air liur, plak akan mengeras menjadi karang gigi (kalkulus). Karang gigi dapat terletak di leher gigi dan terlihat oleh mata sebagai garis kekuningan atau kecoklatan yang keras dan tidak dapat dihilangkan hanya dengan menyikat gigi. Kalkulus juga dapat terbentuk di bagian dalam gusi (saku gusi/poket). Kalkulus adalah tempat pertumbuhan yang baik bagi bakteri, dan dapat menyebabkan radang gusi sehingga gusi mudah berdarah (Dharma, 2009).

7) Gejala Gusi yang mudah berdarah adalah salah satu tanda-tanda dari radang gusi (gingivitis).Gingivitis biasanya ditandai dengan gusi bengkak, warnanya merah terang, dan mudah berdarah dengan sentuhan ringan (Dharma, 2009).

8) Terapi Kondisi medis yang menyebabkan atau memperburuk gingivitis harus diatasi. Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka pertumbuhan gusi yang berlebihan harus diangkat melalui pembedahan. Jika terjadi kekurangan vitamin C dan niasin, maka diberikan tambahan vitamin. Gingivostomatitis herpetik akut biasanya membaik tanpa pengobatan dalam waktu 2 minggu. Bisa diberikan obat kumur anestetik untuk mengurangi rasa tidak nyaman ketika penderita makan dan minum. Tumor kehamilan diangkat melalui pembedahan, tetapi tumor ini cenderung tumbuh kembali selama kehamilan masih berlangsung. Pada gingivitis deskuamativa diberikan terapi sulih hormon. Pilihan pengobatan lainnya adalah tablet kortikosteroid atau salep kortikosteroid yang dioleskan langsung ke gusi (Medicastore, 2010).

9) Pencegahan Menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah cara terbaik mencegah gingivitis, karena dapat mencegah timbulnya plak yang dapat menyebabkan gingivitis (Rosenberg, 2010).

2.3.5 Tonsilitis 1) Definisi Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. (Ngastiyah,1997 )

Gambar Tonsilitis 2) Etiologi tonsilitis Penyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu : (1) Streptokokus Beta Hemolitikus (2) Streptokokus Viridans (3) Streptokokus Piogenes (4) Virus Influenza Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections)

3) Patogenesis

Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas, akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia. 4) Manifestasi klinis tonsilitis Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah : (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Nyeri tenggorok Nyeri telan Sulit menelan Demam Mual Anoreksia Kelenjar limfa membengkak (8) Faring hiperemis (9) Edema faring (10) Pembesaran tonsil (11) Tonsil hiperemia (12) Mulut berbau (13) Otalgia (sakit di telinga) (14) Malaise

leher

5) Pemeriksaan Penunjang Tonsilitis Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi : (1) Leukosit : terjadi peningkatan (2) Hemoglobin : terjadi penurunan (3) Kultur : Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat 6) Komplikasi Tonsilitis Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik bisa terjadi tonsilitis kronis dan otitis media. 7) Penatalaksanaan Tonsilitis Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah : (1) Penatalaksanaan medis Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll

Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen. Analgesik untuk meredakan nyeri.

(2) Penatalaksanaan keperawatan a) Kompres dengan air hangat b) Istirahat yang cukup c) Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat d) Kumur dengan air hangat e) Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian 1) Data subyektif (1) Rasa sakit di dalam mulut (2) Kehilangan nafsu makan (3) Mual (4) Mulut berbau (5) Peningkatan/penurunan saliva 2) Data obyektif (1) Perdarahan pada selaput mukosa/gusi (2) Kemerahan,edema,ulserasi,bercak putih seperti susu (3) Kondisi gigi (karies,gigi tanggal) 3) Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll 4) Riwayat kesehatan lalu (1) Riwayat kelahiran (2) Riwayat imunisasi (3) Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media ) (4) Riwayat hospitalisasi 5) Pengkajian umum Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda tanda vital dll

3.2 Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d peradangan pada mulut 2) Perubahan pada selaput mukosa oral b.d kurangnya personal hygiene; peradangan 3) Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh sd kesulitan

mengunyah/rasa kotor/tidak nyaman pada mulut 4) Potensial kurangnya volue cairan b.d perasaan kotor/tidak nyaman pd mulut

3.3 Kriteria Hasil 1) Mulut pasien bersih 2) Mukosa berwarna pink dan bersih serta halus 3) Intake cairan 1500 ml/hari 4) Turgor kulit baik 5) Pasien memakan diet seimbang 6) Pasien mengatakan mulut terasa nyaman 7) Pasien dapat menguraikan faktor resiko yang harus dihindari untuk mencegah terjadinyaperadangan mulut

3.4 Intervensi 1) Kaji keadaan mulut, kebersihan 2) Perawatan mulut yang teratur 2-4 jam dengan menggunakan sodium bicarbonate, sodium perbonat, lidokain kumur 3) Setelah kumur dengan larutan di atas bilas dengan air 4) Jika sulit menelan tablet berikan puyer 5) Ajarkan pd individu dan keluarga tentang factor factor yang menunjang perkembangan dan kemajuan perawatan 6) Mintalah individu menggambarkan atau memperagakan aturan perawatan di rumah 7) HE: Hindari makanan pedas 8) HE: Hindari merokok,alcohol 9) Kolab medis dalam pengobatan: analgetik, antibiotik 10) Kolaborasi diet TKTP

BAB IV KESIPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Kesehatan gigi dan mulut masyarakat indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat. Hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk indonesia. Radang mulut adalah Peradangan yang terjdi pada mukosa, gusi atau lidah yang disebabkan oleh bakteri atau jamur dan virus serta defisiensi vitamin. Peradangan pada mulut ada banyak macanya, seperti stomatitis, gigingvitis, pulpitis, periodontitis, tonsilitis dll. Dari masing-masing penyakit peradangan mulut memiliki penyebab yang berbeda-beda, bisa disebabkan oleh bakteri atau jamur dan virus serta defisiensi vitamin, selain itu penatalaksanaanya juga berbeda tergantung dari jenis penyakit dan tingkat keparahannya, untuk penatalaksanaan medis bisa dimulai dari perawatan kebersihan gigi dan mulut sampai dengan eradikasi penyebab sakit, dengan kriteria hasil tindakan keperawatan antara lain : Mulut pasien bersih 1) Mukosa berwarna pink dan bersih serta halus 2) Intake cairan 1500 ml/hari 3) Turgor kulit baik 4) Pasien memakan diet seimbang 5) Pasien mengatakan mulut terasa nyaman 6) Pasien dapat menguraikan factor resiko yang harus dihindari untuk

mencegah terjadinyaperadangan mulut

4.2 Saran Sebagai perawat kita harus memberikan penjelasan yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mempercepat proses penyembuhan dari penyakit pasien.

DAFTAR PUSTAKA Adulgopar, 2009. Periodontitis. http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/periodontitis.pdf (23 Juli 2011) Anggia D, 2008. Periodontitis. http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:MDzEoNdwrPAJ:yayanakhyar.files. wordpress.com/2009/01/gimul-tutorial-files (23 Juli 2011) Dentisha, 2010. Pulpitis Reversibel, Ireversibel, dan Nekrosis Pulpa. http://luv2dentisha.wordpress.com/2010/05/08/pulpitis-reversibel-ireversibelnekrosis-pulpa/. (22 Juli 2010) Dharma MS, 2009. Gigi dan Mulut. http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:MDzEoNdwrPAJ:yayanakhyar.files. wordpress.com/2009/01/gimul-tutorial-files (20 Juli 2011) Medicastore, 2010. Pulpitis (radang pulpa gigi). http://medicastore.com/penyakit/141/Pulpitis_radang_pulpa_gigi.html (21 Juli 2011) Medicastore, 2010. Gingivitis (radang gusi). http://medicastore.com/penyakit/143/Gingivitis_radang_gusi.html (20 Juli 2010) Medicastore, 2010. Periodontitis. http://medicastore.com/penyakit/306/Periodontitis_piore.html (23 Juli 2011) Nurasiah, 2009. Gingivitis. http://nur1207.blogspot.com/2009/05/gingivitis.html (22 Juli 2011) Rosenberg, 2010. Gingivitis. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001056.htm (23 Juli 2011) Stephen JM, 2010. Gingivitis. http://emedicine.medscape.com/article/763801overview#showall (23 Juli 2011)

Seraficha, 2009. Pulpitis Reversibel dan Ireversibel. http://seraficha.wordpress.com/page/33/ (21 Juli 2011) Wahyukundari MA, 2009. Perbedaan Kadar Matrix Metalloproteinase-8 setelah Scaling dan Pemberian Tetrasiklin pada Penderita Periodontitis Kronis. Jurnal PDGI. Vol 58 :1-6. Zainuri, MH. 2010. Pulpitis Akut Totalis. http://www.scribd.com/doc/50584456/PULPITIS-AKUT-TOTALIS (21 Juli 2011)

Anda mungkin juga menyukai