Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bulimia Nervosa adalah kelainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan berlebihan yang terjadi secara terus menerus. Bulimia adalah kelainan pola makan yang sering terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri. Yang paling sering dilakukan oleh lebih dari 75% orang dengan bulimia nervosa adalah membuat dirinya muntah, kadang-kadang disebut pembersihan; puasa, serta penggunaan laksatif, enema, diuretik, dan olahraga yang berlebihan juga merupakan ciri umum. Penyakit mental lainnya yang biasanya dialami oleh wanita, Bulimia atau juga dikenal dengan bulimia nervosa mempengaruhi sekitar 3% dari wanita di amerika Serikat. Bulimia adalah penyakit yang diakibatkan oleh psikologi pasien, yang mengakibatkan kelainan makan. Bulimia merupakan keadaan dimana seorang pasien makan secara berlebihan secara berulang-ulang (binge) dan kemudian kembali mengeluarkannya. Mengeluarkan makanan yang dimakan ini bisa melalui muntah yang biasanya diinduksi dengan obat pencahar, selain itu juga dengan mengeluarkannya lewat kencing dengan menggunakan obat diuretik.

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Bulimia adalah gangguan makan yang dicirikan oleh makan yang berlebihan. Perilaku makan berlebihan (binge) terdiri atas konsumsi sejumlah besar makanan berkalori tinggi secara diam-diamdan tidak terkontrol (atau terlarang)selama periode waktu singkat (biasanya kurang dari 2 jam). Sifat makan yang berlebihan dinetralkan dengan berbagai metode pengendalian berat badan (pengurasan), termasuk merangsang muntah sendiri, penyalahgunaan diuretik dan laksatif, serta olahraga yang berlebihan. Frekuensi makan berlebihan ini dapat b eragam dari satu kali seminggu sampai 7 atau 8 kali sehari. Siklus perilaku makan berlebihan / pengurasan ini diikuti oleh pikiran yang mencela diri sendiri, mood depresi, dan keadaan bahwa pola makan adalah abnormal. Gangguan dipantau secara lebih sering pada remaja akhir dan wanita usia muda. Khususnya, individu yang terkena bulimia telah menjadi pendiet yang tidak sukses, memiliki control terhadap rangsangan yang rendah dan mungkin menyadari bahwa dirinya mengalami kelebihan berat badan di masa kanakkanak. Mereka terbagi menjadi 2 kategori, yaitu 1. 2. Mereka yang melakukan pengurasan Mereka yang tidak melakukan pengurasan

Beberapa dari mereka memiliki berat normal atau (lebih sering) berat badannya berada sedikit di atas normal, yang lainnya dengan bulimareksia mengalamiberat badan kurang seperti individu anoreksia. B. Evaluasi Diagnostik Diagnosis mungkin pertama kali dapat diperkirakan dari adanya komplikasi, termasuk gangguan cairan dan elektrolit dari masalah gastrointestinal, erosi pada enamel gigi dan peningkatan karang gigiakibat asam lambung yang dimuntahkan dan keluhan tenggorokan. Diagnosis

ditetapkan berdasarkan criteria yang telah ditetapkan oleh American Psychiatric Association (1994). 1. Episode makan berlebihan yang berulang (konsumsi sejumlah besar makanan yang cepat dalam periode waktu berbeda) 2. Merasa tidak dapat mengendalikan perilaku makan berlebihan selama makan. 3. Individu secara regular merangsang dirinya sendiri untuk muntah, menggunakan laksatif atau diuretik, diet atau puasa dengan ketat, atau melakukan olahraga berat untuk mencegah pertambahan berat badan 4. Makan berlebihan minimal terjadi 2 kali per minggu selama kurang lebih 3 bulan 5. Perasaan khawatir berlebihan yang persisten terhadap bentuk tubuh Dari American Psychiatric Association : Diagnostic and statistical manual of mental disorder, ed 4 (DSM-IV), Washington, DC, 1994, The Association. C. Penatalaksanaan Terapi sama dengan penatalaksanaan anoreksia nervosa. Hospitalisasi mungkin diperlukan, terutama untuk komplikasi seperti deplesi kalium dan kerusakan esophagus. Cairan IV dan penggantian kalium adalah elemen perawatan yang penting, dan diindikasikan pemantauan jantung; serta terapi perilaku juga mungkin digunakan. Terdapat 2 pendekatan yang dilakukan untuk mengobati bulimia: 1. 2. Terapi psikis (psikoterapi) oleh psikiater untuk mengendalikan perilaku menyimpangnya. Obat-obatan. Obat anti-depresi seringkali bisa membantu mengendalikan bulimia, meskipun penderita tidak tampak depresi. Tetapi bulimia akan kambuh kembali jika pemakaian obat dihentikan. D. Etiologi Bulimia merupakan salah satu kelainan mental, penyebab bulimia belum diketahui secara biologis. Namun karena ini berhubungan dengan behavioral health, maka para ahli meyakini ada beberapa factor yang bisa menyebabkan penyakit ini:

- masalah keluarga - perilaku maladaptif - pertentangan identitas diri - budaya yang terlalu menitikberatkan kepada penampilan fisik. Masalah penampilan serta berat badan merupakan factor utama yang penyebab bulimia pada seorang wanita. Seorang penderita bulimia biasanya mempunyai ketahanan mental yang kurang, kurang percaya diri dan memiliki masalah dengan berat badan dan ini yang membuatnya menjadi terobsesi dengan penurunan berat badan. Hal-hal seperti di atas juga bisa menjadi akibat bulimia yang mengerikan. Pengalaman mempunyai masalah dengan berat badan membuatnya selalu merasa gemuk. Hal ini mendorong diet yang tidak terkontrol, olah raga berlebih dan akhirnya menderita bulimia. Penelitian baru menunjukan bahwa kelainan mental ini juga disebabkan oleh proses kimiawi yang ada di dalam otak. Para ahli menduga bahwa kelainan neurotransmitter dalam otak, utamanya neurotransmitter serotonin merupakan pemicu terjadinya penyakit bulimia nervosa ini. Namun dugaan awal ini masih belum bisa dijelaskan secara spesifik karena kompleksnya penyakit. E. Gejala Bulimia Seperti yang dijelaskan di atas, binge merupakan gejala utama dari bulimia. Binge bulimia ini akan diikuti dengan muntah, diet yang ketat serta olah raga berlebihan. Namun untuk mendeteksi gejala bulimia dalam kehidupan sehari-hari sangatlah susah. Proses makan berlebihan terkadang adalah hal umum dalam masyarakat. Makan merupakan kegiatan yang menyenangkan, bisa menghilangkan stres atau depresi. Selain itu, setiap orang juga memiliki nafsu makan berbeda, sehingga makan dengan jumlah banyak tersebut kadangkala adalah hal yang normal.

Selain itu, penderita bulimia tidak selalu kurus. Bisa saja memiliki berat badan normal atau malah gemuk. Namun ada beberapa pertanda yang bisa dianggap sebagai gejala bulimia, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Selalu ke kamar mandi setelah makan untuk muntah (tentu saja dilakukan berkali-kali) Olah raga berlebih. Terjadi perubahan seperti pipi atau rahang yang bengkak, pecahnya pembuluh darah di mata, rusaknya lapisan email gigi sehingga gigi yang nampak jelas. Terlalu terbelenggu dengan urusan berat ataupun bentuk badan. Sama halnya dengan anoreksia, diagnosis untuk penyakit bulimia susah karena ini menyangkut masalah perilaku yang bisa saja disangkal oleh penderita. Namun sebagai dasar bagi dokter untuk mendiagnosa penyakit ini, ada lima criteria dasar yang bisa dipakai sebagai patokan. 1. Pesta makan yang terjadi berulangkali. Hal ini ditandai dengan porsi yang sangat banyak dan di luar porsi normal makan seorang manusia dalam jangka waktu dua jam. 2. 3. Merasa tidak bisa berhenti makan dalam satu periode. Perilaku yang menyimpang untuk mengurangi berat badan secara ekstrim dan berlebihan, seperti muntah, penggunaan obat pencahar dan diuretic, puasa ataupun olah raga berlebihan. 4. 5. Pesta makan serta perilaku penurunan badan yang ekstrim terjadi minam dua kali dalam seminggu selama jangka waktu tiga bulan. Rasa yang tidak pernah puas terhadap bentuk tubuh yang dimiliki. Bahaya bulimia ini disebabkan oleh perilaku makan berlebihan dan kemudian membersihkannya yang terjadi secara berulang. Berbagai macam organ akan rusak akibat pembersihan secara ekstrim ini, seperti 1. Pembengkakan kelenjar ludah di pipi G. Akibat dan Bahaya Bulimia terhadap Kesehatan

F. Diagnosis bulimia

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Jaringan parut di buku jari tangan yang digunakan untuk merangsang muntah Pengikisan email gigi akibat bulimia yang sering muntah dan mengeluarkan asam lambung Kadar kalium yang rendah dalam darah. Gigi sensitive terhadap panas atau dingin Masalah pada kelenjar ludah yang berupa rasa nyeri atau pembengkakan Paparan asam lambung berlebih pada kerongkongan bisa menyebabkan borok, pecah atau penyempitan. Terganggunya proses pencernaan akibat pencahar, bisa mengakibatkan disfungsi organ pencernaan. Ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretic secara berlebih. Akibat bulimia juga terjadi pada kehidupan social, penderita bulimia

cenderung akan bermasalah dalam hal sosialisasi lingkungan, bersifat impulsive, seringkali merasa stress atau depresi dan menyalahgunaan alcohol atau obat-obatan. H. Komplikasi Komplikasi yang potensial meliputi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan kardiovaskuler, kelemahan otot, dan anemia. I. Faktor Resiko 1. Body image yang rendah Kultur yang menekankan pada tubuh yang kurus dan cantik dapat menyebabkan ketidakpuasan diri akan tubuh mereka. Ini khususnya terjadi pada wanita muda yang diserang oleh citra media tentang bentuk fisik yang ideal. 2. Harga diri rendah Orang-orang yang berfikir bahwa dirinya tidak berguna, tidak berharga, dan tidak menarik, mereka beresiko untuk menglami bulimia. Hl-hal yang dapat mendukung rendahnya haega diri adalah depresi, perfeksionisme, penyalahgunaan seksual saat anak-anak, dan lingkungan rumah yang kritis.

3. Makanan Orang-orang yang makan lebih banyak cenderung untuk berkembangnya gangguan makan. Kehilangan makanan secara drastis dapat memicu terjadinya binge eating, terutama siklus binge-purge pada penderita bulimia. 4. Penampilan berorientasi pada profesi atau aktivitas Orang-orang yang menghadapi desakan yang luar biasa untuk melihat suatu cara tertentu atau tetap dalam keadaan kurus rentan untuk berkembangnya suatu gangguan makan. Orang-orang yang dapat beresiko dalam hal ini contohnya ballerina, model, ahli senam, pegulat, pelari, dan actor. 5. Perubahan hidup yang besar Bulimia sering dipicu oleh stress karena perubahan atau transisi, seperti perubahan fisik masa pubertas, masuk sekolah atau perpisahan. Binge atau purge bisa menjadi suatu jalan yang salah sebagai usaha untuk bertahan dari stress ini. 6. Factor biologis Gangguan makan muncul dalam keluarga, hal ini menunjukkan peran komponen genetic. Penelitian menunjukkan juga bahwa kadar serotonin yang rendah dapat mengakibatkan terjadinya bulimia. J. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Psikososial Binging yang kambuh memperlihatkan perilaku mengonsumsi makanan berkalori tinggi Muntah yang diinduksi sendiri Penyalahgunaan laksatif dan diuretic Menyembunyikan makanan Ketakutan yang sangat karena ketidakmampuan mengendalikan asupan makanan Depresi setelah binging

b. Kardiovaskuler Aritmia Dilatasi lambung Esofagitis Kram Penurunan fungsi usus Fluktuasi berat badan Erosi email pada permukassn dalam gigi Karies gigi Nyeri tenggorokan Pembengkakan pada kelenjar ludah tanpa nyeri Ketidakteraturan menstruasi c. Gastrointestinal

d. Musculoskeletal e. Mata, telinga, hidung, dan tenggorokan

f. Endokrin

2. Diagnose Keperwatan a. Gangguan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perilaku binge-purge b. Gangguan identitas personal berhubungan dengan berat badan 3. Intervensi No. 1. Diagnosa Gangguan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perilaku binge-purge NOC Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi adekuat dengan criteria hasil : 1. Remaja mengonsumsi diet yang diprogramkan, NIC 1. Buat kontrak tertulis bersama remaja yang menguraikan pdoman diet dan pedoman aktivitas Rasional 1. Kontrak tertulis memberisuatu sruktur dan pembatasan kebutuhan pasien penderita bulimia, sambil mengurangi perilaku yang manipulatif

2. Mempertahankan berat badan dalam batas standar 3. Dapat menahan diri untuk tidak menginduksi diri supaya muntah 2. Temani pasien selama dan setelah makan

(misalnya, makan, kemudian muntah atau mengonsumsi laksatif) 2. Menemani pasien dapat memberi motivasi yang dibutuhkan dan memastikan bahwa ia tidak lagi memaksakan diri untuk menginduksi diri agar muntah. 3. Anjurkan klien untuk mendiskusikan perasaannya dan bagaimana perasaan tersebuut berhubungan dengan binging dan purging yang dialaminya 3. Bagian yang penting dari terapi secara keseluruhan adalah mendiskusikan perasaannya, memungkinkan pasien mulai mengenali bagaimana ia selama ini telah menggunakan makan sebagai cara mengatasi masalah. 1. Diskusi semacam ini membantu perawat mengkaji status kognitif dan emosional remaja,

2.

Gangguan identitas personal berhubungan dengan berat badan

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat mendemonstrasikan

1. Motivasi remaja untuk mendiskusikan perasaannya tentang keluarga,

peningkatan konsep diri dengan criteria hasil : 1. Ada ungkapan penerimaan terhadap tubuh dan berat badannya.

teman, dan diri sendiri.

dan mulai membangun hubungan yang terapeutik dengannya.

2. Cari tanda dan gejala penganiayaan seksual (misalnya, perilaku dan bahasa seksual yang terangterangan, peningkatan masturbasi, isolasi, dan menarik diri dari orang dewasa) 3. Kaji mekanisme koping yang biasa digunakan pasien.

2. Remaja mengalami bulimia mungkin memiiki riwayat penganiayaan seksual yang membuatnya memiliki konsep diri negative dan harga diri rendah.

3. Pengkajian semacam ini membantu perawat mendeteksi mekanisme koping yang maladaptive, yang dapat berkontribusi terhadap kondisi serta konsep diri negative pada pasien. 4. Mencapai sasaran

10

4. Bantu pasien menetapkan dan mencapai sasaran jangka-panjang dan pendek yang realistic

yang didefinisikan secara jelas, realistic dan dapat diukur meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal, khususnya pada pasien yang menderita harga diri rendah kronis. 5. Pemberian umpan

5. Beri pujian untuk kekuatan dan keterampilan yang dimiliki pasien

balik membantu pasien berfokus pada aspek positif dari personalitasnya, bukan pada aspek negative yang mungkin mempengaruhi kondisi bulimia saat ini. 6. Keadekuatan peran

6. Ajarkan remaja perilaku peran yang diperlukan, yang dapat meningkatkan perasaan terhadap kompetensi dirinya. 7. Koordinasi

meningkatkan harga diri

7. System pendukung yang kuat dapat

11

dukungan keluarga dan teman-teman untuk menyediaakan umpan balik yang realistic dan positif.

member suasana peran asuhan kepada pasien sehingga meningkatkan harga diri.

12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Bulimia Nervosa adalah kelainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan berlebihan yang terjadi secara terus menerus. Diagnosis ditetapkan berdasarkan criteria yang telah ditetapkan oleh American Psychiatric Association (1994). 1. Episode makan berlebihan yang berulang (konsumsi sejumlah besar makanan yang cepat dalam periode waktu berbeda) 2. Merasa tidak dapat mengendalikan perilaku makan berlebihan selama makan. 3. Individu secara regular merangsang dirinya sendiri untuk muntah, menggunakan laksatif atau diuretik, diet atau puasa dengan ketat, atau melakukan olahraga berat untuk mencegah pertambahan berat badan 4. Makan berlebihan minimal terjadi 2 kali per minggu selama kurang lebih 3 bulan 5. Perasaan khawatir berlebihan yang persisten terhadap bentuk tubuh Dari American Psychiatric Association : Diagnostic and statistical manual of mental disorder, ed 4 (DSM-IV), Washington, DC, 1994, The Association. B. Saran Setelah membaca makalah ini diharapkan akan pengetahuan bagi para pembaca dan terutama bagi penyusun. menambah

13

DAFTAR PUSTAKA Speer, Kathleen Morgan. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinikal Pathways. Jakarta: EGC http://id.wikipedia.org/wiki/Bulimia_nervosa Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Proverawati, Atikah. 2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja. Yogyakarta : Nuha Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai