Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PRAKTIKUM TOPIK : MANIPULASI RESIN AKRILIK POLIMERISASI KIMIAWI GRUP: 6 Tgl. Praktikum : 21 November 2012 No.

Nama Nomor Mahasiswa 1. Lastry Ruth Padang 08865 2. Lingga Kusumawardhany 08869 3. Ihdatul Aini Adawiyah 08873 4. Stefany Elan S. 08875 5. Hadziq Pohan 08877 6. Mentari Salma 08881 7. Wandita Swasti A. 08883 PEMBIMBING: Prof. Dr. drg. Widowati, MS

1. HASIL PRAKTIKUM Fase dough pada resin akrilik polimerisasi kimiawi sebesar 1 menit 57 detik Tidak terjadi porusitas. Permukaan resin kasar

2. PEMBAHASAN Resin akrilik polimerisasi kimiawi disebut juga sebagai resin autopolimerisasi, resin akrilik curing dingin. Material ini dapat berpolimerisasi pada suhu ruangan. Pada praktikum kami, resin akrilik mencapai fase dough pada 1 menit 57 detik. Menurut spesifikasi ANSI/ADA No. 12, fase dough tercapai dalam waktu kurang dari 10 menit. Dengan demikian, hasil praktikum kami sesuai dengan ketentuan ANSI/ADA yaitu fase dough tercapai kurang dari 10 menit. Adapun hal-hal yang mempengaruhi fase dough menurut (Combe,1992) yaitu : ukuran partikel polimer : partikel yang lebih kecil akan lebih cepat mencapai fase dough Berat molekul partikel : berat partikel yang lebih kecil lebih cepat mencapai fase

dough Adanya plasticizer : plasticizer yang terdapat pada bahan akan mempercepat fase dough Suhu rendah akan memperlama fase dough Perbandingan polimer atau monomer : semakin banyak polimer, fase dough semakin cepat tercapai Proses polimerisasi terjadi melalui tahap aktivasi, inisiasi, propagasi dan terminasi. Menurut McCabe (2008), activator hanya terdapat pada bahan-bahan yang dikelompokkan dalam self-curing atau material autopolimerisasi. Fungsi daripada activator adalah untuk bereaksi dengan peroksida dalam serbuk polimer untuk menghasilkan radikal bebas yang dapat menginisiasi polimerisasi monomer. Menurut Koudi (2007), porusitas eksternal disebabkan oleh kurangnya homogenitas fase dough dan kurang memadainya tekanan. Combe (1986) menyatakan bahwa porusitas material self-cured disebabkan oleh udara yang terjebak pada monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu ruang. Pada praktikum kami, tidak ditemukan adanya porusitas. Hal ini disebabkan karena homogenitas fase dough dan tekanan yang memadai. Penggunaan separating medium adalah untuk mencegah penetrasi monomer resin akrilik ke dalam material mould. Penetrasi monomer tersebut menyebabkan gips plaster menempel pada resin akrilik sehingga mengakibatkan permukaan resin kasar. (Manappalil, 2003) 3. KESIMPULAN

4. DAFTAR PUSTAKA Anusavice KJ. Science Combe, E.C. 1986. Notes on Dental Materials. Churchill Livingstone: USA 2003. Phillips science of dental material. 11th ed . USA: Elsevier

Combe E.C. 1992. Notes on dental material. 6th ed. Unites States : Churchill Livingstone Koudi, M.S., Patil, S.B. 2007. Prep Manual for Undergraduates Dental Material. Elseiver : India

Anda mungkin juga menyukai