Anda di halaman 1dari 20

INTEGRATED LEARNING DAN COOPERATIVE LEARNING

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah

Teori Belajar dan Pembelajar


Dosen : Hartini Nara, M.Si.

Disusun Oleh : 1. Yuliyani (5415129034) 2. Inayah Rohmaniyah (5415117403) 3. Muhammad Kartiko (5415117412)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini pun dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah teori belajar dan pembelajaran.

Penulis pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih banyak kesalahan disana sini baik dari segi isi penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini lebih lanjut akan penulis terima dengan senang hati.

Terima Kasih

Jakarta, 18 Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISI

COVER... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang Rumusan Masalah.. Metode Penulisan... Tujuan Penulisan

1 2 3 4 4 5 5 5 6 6 6 7 8 8 9 10 10 11 12 13 18 19 19 19

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pendekatan Pembelajaran Terintegrasi (Integrated Learning)..

2.1.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Terintegrasi (Integrated Learning). 2.1.2 Langkah Langkah Penyusunan Pembelajaran Integrated Learning. 2.1.3 Teknik Pendekatan Integrated Learning.. 2.1.4 Model Model Pendekatan Integrated Learning. 2.1.5 Keunggulan dan Kelemahan Integrated Learning.. 2.2 Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)..

2.2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning). 2.2.2 Langkah Langkah Penyusunan Pembelajaran Cooperative Learning. 2.2.3 Teknik Pendekatan Cooperative Learning.. 2.2.4 Model Model Pendekatan Cooperative Learning 2.2.5 Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Belajar Kooperatif BAB III PENUTUP. 3.1 3.2 Kesimpulan. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Dalam praktik pembelajaran, terdapat beragam jenis pendekatan pembelajaran dan penerapannya. W. gulo (2000), mengemukakan bahwa, pendekatan pembelajaran adalah suatu pandangan dalam mengupayakan cara siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara Perceival dan Ellington (1988), mengemukakan dua kategori pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran berorientasi guru (teacher oriented) dan pendekatan pembelajaran berorientasi siswa (learner oriented).

Pada makalah ini kita akan membahas pendekatan pembelajaran yang berorientasi siswa (learner oriented) yaitu pendekatan integrated learning dan cooperative learning.

Integrated Learning (IL) adalah pembelajaran yang menggabungkan sejumlah bidang studi. Pembelajaran terpadu ini diharapkan dapat memberi kesempatan kepada subyek didik untuk berlatih mengembangkan keterampilan berpikir secara integratif, salah satu kualitas ataupun kemampuan yang sangat diperlukan untuk menghadapi masalah kehidupan yang semakin kompleks.

Cooperative berarti bekerja sama dan learning berarti belajar, jadi belajar melalui kegiatan bersama. Namun tidak semua belajar bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama melalui teknik teknik tertentu. Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil yang bekerja sama. Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok.

Menurut Slavin dalam (Isjoni, 2007 : 12), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 -6 orang, dengan struktur kelompok heterogen.
4

Pembahasan yang lebih mendalam tentang Integrated Learning dan Cooperative Learning beserta penerapannya dalam pembelajaran akan di bahas pada BAB II dari makalah ini.

1.2

Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, masalah yang perlu di bahas adalah :

A. Pendekatan Integrated Learning 1) Apa itu pendekatan Integrated Learning ? 2) Apa sajakah langkah langkah penyusunan pembelajaran Integrated Learning ? 3) Bagaimana teknik pendekatan Integrated Learning ? 4) Apa sajakah model model pendekatan Integrated Learning? 5) Apa sajakah keunggulan dan kelemahan Integrated Learning?

B. Pendekatan Cooperative Learning 1) Apa itu pendekatan Cooperative Learning ? 2) Apa sajakah langkah langkah penyusunan pembelajaran Cooperative Learning ? 3) Bagaimana teknik pendekatan Cooperative Learning ? 4) Apa sajakah model model pendekatan Cooperative Learning? 5) Apa sajakah keunggulan dan kelemahan Cooperative Learning?

1.3

Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah metode studi pustaka di perpustakaan wilayah maupun browsing di Internet.

1.4

Tujuan Penulisan

Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang, tujuan penulisan ini adalah agar pembaca yang membaca makalah ini mempunyai wawasan dan pengetahuan akan pendekatan integrated learning dan cooperative learning beserta penerapannya dalam pembelajaran secara lebih rinci.

BAB II PEMBAHASAN

2.3

Pendekatan Pembelajaran Terintegrasi (Integrated Learning)

2.3.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Terintegrasi (Integrated Learning)

Integrated learning merupakan pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam sajian pembelajaran. Inti dan pendekatan ini agar siswa memahami keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya atau materi pelajaran yang satu dengan yang lainnya (Megawangi, 2005). Integrated learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya disusun secara menyeluruh untuk membahas suatu pokok masalah tertentu (tema) dan dapat mengunakan berbagai mata pelajaran yang relevan dalam suatu bidang studi atau antar bidang studi (Dakir, 2004). Lake dalam Megawangi (2005) mengatakan bahwa definisi pendekatan terintegrasi adalah sebuah pendekatan yang dapat menyiapkan anak-anak untuk menjadi pembelajar sejati. Banyak yang mendukung bahwa pembelajaran holistik dengan pendekatan integrated learning adalah sebuah proses untuk mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk kehidupan.

Integrated learning meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk tema, dengan tujuan pembulatan mata pelajaran diharapkan dapat membentuk anak-anak menjadi pribadi-pribadi integrated yaitu manusia yang sesuai dan selaras dengan lingkungannya (Nasution, 1994).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Integrated learning merupakan suatu pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam sajian pembelajaran. Inti dari pendekatan ini agar siswa memahami keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya atau materi pelajaran yang satu dengan yang lainnya untuk mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi pribadi-pribadi integrated yaitu manusia yang selaras dengan lingkungannya.
6

Lake dalam Megawangi (2005) mengatakan bahwa ada tiga karakteristik dalam pembelajaran holistik dengan pendekatan integrated learning yaitu:

a. Ada keterkaitan antar mata pelajaran dengan tema sebagai pusat keterkaitan. Ini berbeda dengan kurikulum tradisional yang mengotak-ngotakan setiap mata pelajaran sehingga hubungan antar mata pelajaran tidak terlihat. b. Menekankan pada aktivitas kongkrit. c. Memberikan peluang bagi siswa untuk bekerja dalam kelompok.

Selain memberikan pengalaman untuk memandang sesuatu dalam perspektif keseluruhan, juga memberikan motivasi kepada siswa untuk bertanya dan mengetahui lebih lanjut mengenai materi yang diketahuinya. 2.3.2 Langkah Langkah Penyusunan Pembelajaran Integrated Learning

Maryanto (1994) mengatakan bahwa dalam pembelajaran integrated learning disusun secara keseluruhan dalam suatu tema yang mengandung suatu pertanyaan atau masalah yang akan dipelajari, langkah-langkah dalam penyusunan tema dalam pembelajaran integrated learning sebagai berikut:

a. Memilih pusat kendali. Guru mengawali kegiatan dengan memilih pusat kendali yang berfungsi sebagai pusat pandang bagi pengembangan materi pelajaran.

b. Menentukan hubungan Guru menentukan mata rantai penghubung yang tertuju pada tema dalam bentuk pertanyaan topik, ide, orang atau benda yang kesemuanya cukup pendek yang tertuju pada tema. c. Menentukan pertanyaan-pertanyaan pemandu. Untuk menguatkan keterkaitan antar materi pelajaran dapat juga dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan umum sampai pertanyaan pokok yang terkait dengan tema dan materi pelajaran. d. Menuliskan kegiatan sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran. Terkait dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, sebaiknya tema dipilih sesuai dengan lingkungan dan kondisi yang ada sehingga memudahkan dalam menentukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
7

2.3.3 Teknik Pendekatan Integrated Learning

Maryato (1994) mengatakan bahwa ada empat prinsip yang menjadi teknik dalam pendekatan integrated learning melalui pembelajaran holistik yaitu:

a. Kritik berlaku dalam pembelajaran b. Spontanitas dan jawaban yang di luar dugaan akan membentuk daya cipta c. Sejumlah ide akan terungkap dan penilaian akan dilakukan setelah ide terungkap habis d. Panggabungan antara ide selalu dicari untuk menentukan ide yang lebih baik dan menyempurnakannya. 2.3.4 Model Model Pendekatan Integrated Learning

Beberapa tahapan model pendekatan integrated learning melalui pembelajaran holistik yaitu:

a. Menentukan kompetensi dasar, hasil yang akan dicapai serta indikator sebagai bahan evaluasi. b. Menentukan tema dan judul. c. Menentukan sebuah tema yang dapat mempersatukan berbagai mata pelajaran dengan berbagai kompetensi dasar yang ingin dicapai. d. Memilih sebuah judul yang menarik, nyata dan dekat dengan kehidupan anak. e. Membuat bagan keterjalaan melalui tema dari berbagai mata pelajaran yang dapat dikaitkan satu sama lain, sesuai dengan tema yang dipilih. f. Kompentensi-kompentensi ini kemudian diintegrasikan dengan menggunakan model web (keterjalanan). g. Menyusun kegiatan belajar yang menarik bagi anak dan efektif dalam pencapaian kompetensi. h. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan konsep Student Active Learning, Contectual Learning, dan mencakup kecerdasan majemuk yang dimiliki anak. i. Mengkondisikan kegiatan belajar yang merupakan kombinasi dari kegiatan individu dan kelompok. Kegiatan kelompok dapat menumbuhkan dan meningkatkan aspek
8

sosial anak, komunikasi, penggunaan bahasa dan juga menumbuhkan motivasi anak untuk belajar.

2.3.5 Keunggulan dan Kelemahan Integrated Learning

a. Keunggulan Pendekatan Belajar Terintegrasi Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran. b. Kelemahan Pendekatan Belajar Terintegrasi Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi,

keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun

kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubunghubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin
9

juga

fasilitas

internet.

Semua

ini

akan

menunjang,

memperkaya,

dan

mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

2.4

Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

2.4.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative berarti bekerja sama dan learning berarti belajar, jadi belajar melalui kegiatan bersama. Namun tidak semua belajar bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama melalui teknik teknik tertentu. Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil yang bekerja sama. Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok.

Menurut Slavin dalam (Isjoni, 2007 : 12), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 -6 orang, dengan struktur kelompok heterogen.
10

Pendekatan belajar kooperatif sangat dikenal pada tahun 1990-an (Duffy & Cunningham, 1996). Oxford Dictionary (1992) mendefinisikan kooperasi (cooperation) sebagai bersedia untuk membantu (to be of assistance or be willing to assist). Kooperatif juga berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Cooperative learning ini sangat menyentuh hakikat manusia sebagai makhluk sosial, yang selalu berinteraksi, saling membantu kearah yang baik secara bersama getting better together. Dalam proses belajar disini betul-betul diutamakan saling membantu di antara anggota kelompok.

Pengelompokan siswa merupakan salah satu strategi yang dianjurkan sebagai cara siswa untuk saling berbagi pendapat, beragumentasi dan mengembangkan berbagai alternative pandangan dalam upaya konstruksi pengetahuan. Tiga konsep yang melandasi metode kooperatif, sebagai berikut :

a. Team reward ; Tim akan mendapat hadiah bila mereka mencapai kreteria tertentu yang diterapkan. b. Individual accountability ; keberhasilan tim tergantung dari hasil belajar individual dari semua anggota tim. Pertanggungjawaban berpusat pada kegiatan anggota tim dalam membantu belajar satu sama lain dan memastikan bahwa setiap anggota siap untuk kuis atau penilaian lainnya tanpa bantuan teman sekelompoknya. c. Equal opportunities for success ; setiap siswa memberikan kontribusi kepada timnya dengan cara memperbaiki hasil belajarnya terdahulu. Kontribusi dari semua kelompok di nilai. 2.4.2 Langkah Langkah Penyusunan Pembelajaran Cooperative Learning Adapun langkah langkah dalam penyusunan pendekatan belajar kooperatif, antara lain :

a. Guru mendesain rencana pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keterampilan apa yang diharapkan akan muncul.

11

b. Guru menjelaskan desain ini kepada siswa c. Penjelasan materi : merupakan proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Guru menjelaskan sedikit tentang bahan pelajaran, tidak panjang lebar, karena materi lebih dalam akan lebih di gali oleh siswa dalam kelompoknya. d. Belajar dalam kelompok : setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokokpokok materi pelajaran, selanjutnya siswa di minta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan ini dibentuk secara heterogen artinya kelompok di bentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya. e. Penilaian : guru melakukan penilaian dalam bentuk tes atau kuis. Penilaian ini dilakukan baik secara individual atau kelompok. Penilaian secara individual bertujuan untuk melihat kemampuan dan hasil belajar siswa perorangan. Sedangkan penilaian secara kelompok bertujuan melihat kemampuan kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan ke dua nilai tersebut (nilai individual dan kelompok) dan di bagi dua. f. Pengakuan tim (reward) : penetapan tim yang paling menonjol dan kemudial diberikan penghargaan atau hadiah.

2.4.3 Teknik Pendekatan Cooperative Learning

Pendekatan belajar kooperatif menganut lima prinsip yang menjadi teknik pendekatan ini, yaitu :

a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence) : ketergantungan dalam hal ini adalah keberhasilan kelompok merupakan hasil kerja keras seuruh anggotanya. Setiap anggota berperan aktif dan mempunyai andil yang sama terhadap keberhasilan kelompok.

12

b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) : tanggung jawab perorangan muncul ketika seorang anggota kelompok bertugas untuk menyajikan yang terbaik dihadapan guru dan teman sekelas lainnya. Anggota yang tidak bertugas, dapat melakukan pengamatan terhadap situasi kelas, kemudian mencatat hasilnya agar dapat didiskusikan dalam kelompoknya. c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) : bertatap muka merupakan satu kesempatan yang baik bagi anggota kelompok untuk berinteraksi memecahkan masalah bersama, disamping membahas materi pelajaran. Anggota di latih untuk menjelaskan masalah-masalah belajar masing-masing, juga diberi kesempatan untuk mengajarkan apa yang dikuasai kepada teman satu kelompok. d. Partisipasi dan komunikasi (participation and communication) : model belajar kooperatif juga menghendaki para anggota dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapatnya. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk berlatih tengtang cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana pendapat orang lain tanpa menyinggung perasaan orang tersebut. e. Evaluasi proses secara kelompok : perlu dijadwakan secara khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. 2.4.4 Model Model Pendekatan Cooperative Learning

Dalam pendekatan belajar koopertif ada beberapa variasi yang dapat diterapkan menurut Slovin :

a. STAD (Student Team Achievement Division) Prosedur permodelan ini adalah sebagai berikut : Sajian guru meliputi penyajian pokok permasalahan, konsep, kaidah dan prinsipprinsip bidang ilmu. Penyajian dalam bentuk ceramah atau Tanya jawab.
13

Diskusi kelompok dilakukan berdasarkan permasalahan yang disampaikan oleh guru, oleh sekelompok siswa yang heterogen. Diskusi bertujuan untuk mendalami topik-topik yang disajikan oleh guru. Setelah pendalaman materi dilakukan tes / kuis / silang Tanya jawab antar kelompok siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dalam silang Tanya jawab, guru memberikan penguatan dalam dialog tersebut.

b. Jigsaw Prosedur permodelan ini adalah sebagai berikut : Siswa secara individual maupun kelompok (hoterogen) mengkaji bahan ajar. Dibentuk kelompok ahli (homogen) untuk diskusi pendalaman materi bahan ajar yang dibaca. Kembali ke kelompok asal (heterogen), siswa menjadi peer-tutor terhadap satu sama lain. Terjadi pembentukan pengetahuan secara berkelompok ( social contruction of knowledge). Tes / kuis untuk mengukur kemampuan siswa secara individual. Diskusi terbuka, sementara guru memberikan penguatan.

c. Group Investigation (GI) Permodelan GI hampir mirip dengan permodelan TGT (Teams Games Turnament), prosedur permodelan keduanya adalah : Dalam identifikasi masalah, siswa dan guru mencoba mengajukan masalah atau kasus yang berkaitan dengan materi atau konsep yang sudah dipelajari dalam pertemuan sebelumnya, atau melalui tugas membaca di rumah. Masalah dipecahkan bersama dalam kelompok. Kelompok dibentuk oleh siswa (boleh pilih-pilih teman). Hasil pemecahan masalah disajikan dalam bentuk turnamen, ada kompetesi untuk penyajian atau pemecahan masalah yang terbaik. Untuk memecahkan masalah siswa bisa mencari data di dalam kelas atau di luar kelas. Kemudian pada waktunya mereka harus melaporkan hasil kelompok dalam hal analisis dan kesimpulan. Guru dan beberapa siswa berperan sebagai penilai atau juri. Untuk mengukur kemampuan siswa dilakukan kuis.

14

d. Rotating Trio Exchage Prosedur permodelan ini antara lain : Dibentuk kelompok yang terdiri dari tiga orang siswa, yang diberi nomor 0,1,2. Setiap siswa diberi pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Masalah dipecahkan dalam kelompok. Setelah itu anggota kelompok dirotasi. No. nol di tempat sedang No. 1 pindah searah jarum jam dan No. 2 pindah kearah sebaliknya. Sehingga membentuk trio yang baru / bercampur dengan anggota kelompok lain. Kemudian di beri permasalah yang baru lagi dengan persoalan yang lebih sulit. Untuk mengukur kemampuan siswa dilakukan kuis.

e. Group Resume Dalam hal ini di bentuk kelompok yang di beri resume atau rangkuman dari materi pelajaran, kemudian melaporkan hasil resumenya.

James

Bell

(http//www.cdti.nus.edu.sq/cdtlhome/pubs.htm)

menulis

tentang

memperbaiki metode mengajar melalui cooperative learning dan menggunakan small groups dalam berbagai bentuk sebagai berikut :

a. Diskusi kelas yang menggunakan guru sebagai moderator.

b. Diskusi kelas yang menggunakan siswa sebagai moderator. c. Debate discussion : dilaksanakan di kelas yang besar dan banyak peserta. d. Student center discussion : ada guru ikut tetapi peranannya hanya mengawasi dan mendorong agar siswa berani. Guru mendorong siswa meningkatkan thinking skills and reinforces student who think. e. Developmental discussion : guru membagi empat kategori yang jelas melalui langkahlangkah, formulasikan problem yang jelas, buat hipotesis, kumpulkan data yang relevan dan evaluasi berbagai alternative jawaban (critical thingking).

15

f. The inner Cricle (the fishbowl technique) : dilakukan dengan cara membagi siswa menjadi menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama duduk membentuk lingkaran di tengah kelas dan bertugas mendiskusikan masalah. Kelompok kedua duduk di dalam kelas mengelilingi kelompok pertama dan bertugas mendengarkan kelompok pertama berdiskusi. Kelas ini juga bisa di bagi atas 4 kelompok atau 8 siswa erkelompok. g. Leaderless small group discussion : kelas dibagi atas kelompok dengan anggota 4 6 siswa yang diberi tugas untuk berdiskusi. Guru tidak ikut serta, hanya mengawasi dan membantu menjawab pertanyaan kelompok. Siswa belajar berpikir dan

mempresentasikan apa yang sudah dibahas kelompok. h. Buzz group : kelas dibagi atas kelompok yang terdiri 4 8 siswa. Setiap kelompok diberi pertanyaan yang harus diselesaikan dalam waktu singkat, kemudian melaporkan hasil pemikirannya dalam bentuk satu atau dua pemikiran. i. Circle of knowledge : kelas dibagi atas kelompok yang terdiri 4 6 siswa. Mereka menunjuk ketua dan penulis. Setiap siswa diwajibkan mengeluarkan pendapat tentang persoalan yang sedang dibicarakan dan semua dicatat oleh penulis. Jawaban siswa dikumpulkan secara tertulis dan dibacakan secara lisan. j. Brainstorming : kelas dibagi atas kelompok kecil dengan penulis. Masing-masing siswa diminta untuk mengeluarkan ide. Ide yang bagus digunakan untuk meningkatkan kreatifitas terutama dalam problem solving. k. Case studies : kelas dibagi atas kelompok kecil diangkat ketua dan penulis. Kelompok diberi cerita, kasus, peristiwa, situasi dan setiap siswa memikirkan pemecahan dengan thinking skills. l. Group retellings : di sini dibentuk kelompok dengan 2 atau 3 anggota. Mereka membaca bagian yang berbeda dari topik atau pokok bahasan yang sama. Kemudian masing-masing siswa menceritakan apa yang sudah mereka baca kepada kelompoknya.

16

m. Cooperative learning pair : dalam hal ini siswa belajar dalam bentuk berpasangan. Salah satu dari mereka menceritakan apa yang sudah dipelajari sedangkan yang lain mengkoreksi, mengklarifikasi dan membantu partnernya agar lebih mengelaborasi. Kemudian untuk materi selanjutnya pasangan ini bergantian peran. n. Research grouping : kelompok beranggotakan 4 atau 5 siswa yang diberi tugas untuk melakukan suatu penelitian dari topic tertentu. o. Cooperative teaching : siswa belajar berpasangan. Setiap siswa mempelajari topik atau pokok bahasan yang berbeda. Kemudian mereka saling memberitahu atau mengajarkan apa yang sudah mereka pelajari kepada pasangan masing-masing. p. Jigsaw : penjelasan dan prosedur sudah dijelaskan di atas.

q. Numbered heads : setiap siswa diberi nomor urut dari nomor 1 sampai 4. Mereka diberi pertanyaan lalu dipikirkan jawabannya dalam kelompok. Kemudian guru memanggil nomor siswa, yang harus menyampaikan jawaban. r. Interview : dibentuk kelompok dengan 4 anggota, diberi pertanyaan, dan mereka boleh member jawaban yang berbeda. Kemudian A melaporkan jawaban ke B, dan C ke D. kemudian B ke A dan D ke C. kemudia masing-masing siswa melaporkan apa yang ia terima dari partnernya. s. Paraphrase passport : sebelum seseorang menyampaikan pemikirannya, maka ia harus melaporkan hasil pemikiran dari pembicara terlebih dahulu. t. Think pair-share : pertanyaan diajukan untuk seluruh kelas, lalu setiap siswa memikirkan jawabannya, kemudian siswa dibagi pasangan untuk berdiskusi. Pasangan melaporkan hasil diskusi dan berbagi informasi dengan seluruh kelas. u. Partners : kelas dibagi atas kelompok dengan 4 anggota. Kemudian dua orang anggota dipindahkan ke ruang lain. Mereka bisa belajar secara tuntas. Tetapi mereka bisa saling tukar informasi dengan mengujungi partner di ruang lain. Selanjutnya kelompok ini me-review bagaimana mereka belajar dan mengajar anggota lain dan bagaimana mereka memperbaiki proses belajarnya.
17

2.4.5 Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Belajar Kooperatif

a. Keunggulan Pendekatan Belajar Kooperatif Siswa tidak terlalu tergantung kepada guru. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide orang lain. Membantu anak untuk respek kepada orang lain. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. Merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akdemik dan kemampuan sosial. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri. Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. Interaksi yang terjadi dapat memberikan motivasi dan rangsangan untuk berpikir kepada siswa.

b. Kelemahan Pendekatan Belajar Kooperatif Untuk memahami dan mengerti filosofis cooperative learning memang butuh waktu. Ciri utama dalam pendekatan ini adalah siswa membelajarkan. Apabila tidak dibimbing dan diarahkan oleh guru dengan benar, maka apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami oleh siswa tidak terpenuhi. Penilaian yang diberikan lebih banyak bertolak kepada hasil kerja kelompok bukan perorangan. Keberhasilan dalam mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup lama.

18

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut : Integrated learning merupakan suatu pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam sajian pembelajaran. Inti dari pendekatan ini agar siswa memahami keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya atau materi pelajaran yang satu dengan yang lainnya untuk mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi pribadi-pribadi integrated yaitu manusia yang selaras dengan lingkungannya. Disini dituntut keprofesionalan seorang guru dalam mengaitkan beberapa materi dalam satu pelajaran atau bahkan dari berbagai macam mata pelajaran. Guru sangat dituntut untuk berwawasan yangluas, sehingga dalam mengaitkan antar beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi satu kesatua. Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil yang bekerja sama. Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Sehingga peserta didik bisa saling berinteraksi, saling membantu kearah yang baik secara bersama getting better together. Dalam proses belajar disini betul-betul diutamakan saling membantu di antara anggota kelompok.

3.2

Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan dari makalah ini, sebaiknya dalam penerapan pendekatan integrated learning maupun cooperative learning di dalam kelas, haruslah melihat kondisi siswa dan situasi kelas tersebut. Guru haruslah bijak dalam mengambil keputusan untuk merepakan pedekatan belajar yang cocok di kelasnya. Hal ini agar setiap siswa meningkat prestasi dan hasil belajarnya.

19

DAFTAR PUSTAKA Eveline Siregar,. Dkk. (2011), Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor : Ghalia Indonesia. Prof. Dr. H. Buchari Alma,. Dkk. (2010), Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar, Bandung : CV Alfabeta. Wina Sanjaya (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Made Wena (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta : PT Bumi Aksara. Yuliani Nurani,. Dkk. (2003), Strategi Pembelajaran : Materi Pokok Akta 8820, Jakarta : Universitas Terbuka. Paulina Pannen,. Dkk. (2001), Konstruktivisme dalam Pembelajaran, Jakarta : PAU PPAI Dirjen Dikti Depdikbud. http//www.cdti.nus.edu.sq/cdtlhome/pubs.htm. http://fatonipgsd071644221.wordpress.com/2010/04/26/kelebihan-dan-kekuranganpembelajaran-terpadu/ http://galery-pendidikan.blogspot.com/2012/02/ptk-pembelajaran-integratedlearning.html

20

Anda mungkin juga menyukai