Anda di halaman 1dari 11

ABSTRACT ROSASEA Della Putri Yuwinanda1, M.

Ihwan1, Merlina Gusrini1, Putra Elba1 Suci Pratiwi1, Dwi Astuti Candrakirana2 Rosacea is a chronic inflammatory condition of the facial skin affecting the blood vessels and pilosebaceous units. Some reports state that approximately 4% of rosacea patients are of African, Latino, or Asian descent. It is estimated that from 10 to 20 million Americans have the condition. In a Swedish survey of people between 20 and 60 years of age, approximately 10% were thought to have rosacea, with a female-to-male ratio of 3:1. Rosacea is usually manifested as flushing in patients in their 20s, becomes troublesome to patients in their 30s, and may continue to progress thereafter. Morbidity associated with rosacea typically occurs in the fourth and fifth decades of life. Patients usually present with complaints of flushing and blushing and sensitive skin, and their skin may be especially irritated by topical preparations. Standard treatments approved by the FDA include azelaic acid, topical metronidazole, and oral tetracyclines, in particular minocycline and doxycycline. Key word: Rosasea,definition, epidemiology, sign and symptoms, treatment.

ABSTRAK ROSASEA Della Putri Yuwinanda1, M. Ihwan1, Merlina Gusrini1, Putra Elba1 Suci Pratiwi1, Dwi Astuti Candrakirana2

Rosasea

adalah

kondisi

peradangan

kronik

pada

kulit

wajah

yang

mempengaruhi pembuluh darah dan unit pilosebasea.Beberapa negara melaporkan bahwa sekitar 4% pasien rosasea adalah dari Afrika, Latin, atau Asia. 10 sampai 20 juta orang Amerika memiliki kondisi tersebut. Survei di Swedia antara umur 20 dan 60 tahun, sekitar 10% yang diperkirakan menderita rosasea, dengan rasio perempuan dan laki-laki yaitu 3:1. Rosasea biasanya bermanifestasi seperti kemerahan pada pasien berusia20-an, dan gejala menjadi lebih mengganggu untuk pasien berusia 30-an, dan akan terus berkembang setelahnya. Meskipun gejala bertambah dan berkurang selama jangka pendek, rosasea dapat

berkembang dengan waktu. Morbiditas berhubungan dengan rosacea biasanya terjadi dalam dekade keempat dan kelima dari kehidupan. Pasien biasanya datang dengan keluhan kemerahan kulit sensitif, dan kulit dapat ter iritasi

oleh preparat topikal. Rosasea memiliki berbagai pemicu, tetapi tidak diperhatikan oleh pasien. Pengobatan standar dengan FDA meliputi asam azelaic,

metronidazol topikal, dan tetrasiklin oral, diminocycline dan doksisiklin. Kata kunci: Rosasea, definisi, epidemiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan

BAB I

Pendahuluan Rosasea dikenal dengan akne rosasea, merupakan penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah yang menonjol yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan talangiektasi disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi papul, eritema, telangiectasia, kekasaran kulit, papulopustular inflamasi menyerupai jerawat dan edema.3 Rosasea sering diderita pada umur 30-40 tahun, namun dapat pula pada remaja maupun orang tua. Umumnya wanita lebih sering terkena dari pada pria. Ras kulit putih (Kaukasia) lebih banyak terkena dari pada kulit hitam (Negro) atau berwarna (Polinesia).3 Penelitian yang dilakukan National Rosacea Society didapatkan lebih dari 76 persen pasien rosasea mengalami gangguan psikologis seperti penurunan rasa percaya diri dan harga diri, dan 41 persen pasien tidak bersosialisasi. Di antara pasien rosacea dengan gejala berat, 88 persen mengatakan gangguan tersebut telah mempengaruhi interaksi profesional mereka dalam pekerjaan, dan 51 persen mengatakan mereka bahkan kehilangan pekerjaan karena kondisi penyakit mereka. Sedangkan penyebab dari rosacea tidak diketahui dan belum ada pengobatan yang pasti, hanya bersifat simptomatis.7

BAB II

Tinjauan Pustaka 2.1 Definisi Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah yang menonjol atau mencembung yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasis disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi papul, pustul dan edema.3 2.2 Etiologi dan Patogenesis Etiologi dari rosasea tidak diketahui. Ada beberapa faktor yang terlibat dalam patogenesis terjadinya rosasea yakni pembuluh darah, paparan iklim/musim, degenerasi matriks kulit, makanan dan obat-obatan,

mikroorganisme, ekspresi ferritin, reactive oxygen species (ROS), peningkatan angiogenesis, dan disfungsi peptida antimikroba.1,2 1. Pembuluh darah Peningkatan aliran darah ke pembuluh darah wajah dan peningkatan jumlah pembuluh darah yang letaknya lebih dekat ke permukaan wajah diduga menjadi faktor terjadinya eritema dan flushing. Selain itu, vasodilatasi dan respon normal terhadap hipertermia lebih menonjol pada orang-orang dengan rosasea.1 2. Paparan iklim/musim Peran musim panas atau musim dingin, termasuk di dalamnya peran sinar ultraviolet matahari yang dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah kulit penyebab eritema persisten masih terus diselidiki karena belum jelas dan bertentangan hasilnya.3 3. Degenerasi matriks kulit Rosasea melibatkan adanya kerusakan endotel pembuluh darah dan degenerasi matriks kulit, namun tidak diketahui apakah kerusakan awal adalah pada matriks kulit sehingga membuat kurangnya jaringan pada pembuluh darah kulit hingga menyebabkan penyatuan serum, mediator inflamasi, dan sisa-sisa metabolisme atau apakah kelainan awal terletak pada pembuluh darah kulit yang menyebabkan kebocoran pembuluh darah dan penundaan klirens protein serum, mediator inflamasi, dan sisa-sisa metabolisme sehingga mengakibatkan degenerasi matriks kulit.1

4. Makanan dan obat-obatan Makanan pedas, alkohol, dan minuman panas dapat memicu flushing pada penderita rosasea.1 Alkohol merupakan penyebab rosasea yang diutarakan sejak zaman Shakespeare yang pernah ditulis dalam salah satu bukunya.3 Adanya peningkatan bradikinin yang dilepas oleh adrenalin pada saat kemerahan kulit flushing menimbulkan dugaan adanya peran obat, baik sebagai penyebab maupun yang dapat digunakan sebagai terapi rosasea, seperti amiodarone, steroid topikal, steroid hidung, dan vitamin B-6 dan B-12 dosis tinggi.1 5. Mikroorganisme Demodex folliculorum (tungau yangbiasa hidup di folikel rambut manusia) dahulu dianggap berperan pada etiologi rosasea, namun akhir-akhir ini mulai ditinggalkan.1 6. Ekspresi ferritin Besi mengkatalisis konversi hidrogen peroksida menjadi radikal bebas, yang menyebabkan cedera jaringan dengan cara merusak membran sel, protein, dan DNA. Pada tingkat sel, zat besi yang tidak dimetabolisme disimpan sebagai ferritin. Dalam sebuah studi 2009, spesimen biopsi kulit dari pasien dengan rosasea yang secara imunohistokimia dianalisis, dan jumlah sel-sel feritin-positif secara signifikan lebih tinggi pada individu yang terkena dibandingkan dengan subjek kontrol. Selain itu, positif feritin yang lebih tinggi berkorelasi dengan subtipe yang lebih tinggi dari rosasea. Dengan demikian, peningkatan pelepasan besi bebas dari proteolisis feritin dapat mengakibatkan kerusakan oksidatif pada kulit, yang dapat berkontribusi pada patogenesis rosasea.1 7. Reactive oxygen species (ROS) Pada awal proses peradangan, ROS yang dilepas oleh neutrofil memiliki peranan penting dalam peradangan pada rosasea. Radikal bebas, seperti anion superoksida dan hidroksil radial, selain molekul reaktif lainnya, seperti molekul oksigen, oksigen singlet, dan hidrogen peroksida, terdiri dari banyak ROS yang bisa menyebabkan kerusakan jaringan oksidatif. Beberapa mekanisme menjelaskan bagaimana ROS mengakibatkan peradangan kulit, terutama deaktivasi pertahanan alami disebabkan oleh stres oksidan yang berlebihan dari

ROS, kimia dan modifikasi oksidatif protein dan lipid oleh ROS; perubahan keseimbangan lipid pada pasien rosacea, yang, dalam proporsi normal akan menekan pembentukan ROS, produksi sitokin dan mediator inflamasi lainnya oleh keratinosit, fibroblas, dan sel endotel yang rusak akibat ROS, dan generasi ROS oleh cathelicidins, yang ditemukan dalam jumlah yang lebih besar di kulit wajah dari individu yang terkena.1 8. Angiogenesis dan ekspresi berlebihan dari vascular endothelial growth factor (VEGF) Studi yang dilakukan dengan menggunakan capillaroscopy video pada lesi rosasea eritematotelangiektasia menunjukkan neoangiogenesis meningkat dan pembesaran pembuluh darah. Studi imunohistokimia multipel menunjukkan ekspresi VEGF meningkat pada endotel pembuluh darah pada kulit lesi dibandingkan dengan yang non lesi pada pasien rosasea. Cuevas dkk menggunakan dobesilat topikal, penghambat faktor pertumbuhan angiogenik, untuk pengobatan rosasea eritematotelangiektasia dan melaporkan adanya perbaikan dalam eritema dan telangiektasia setelah 2 minggu.1 9. Disfungsi Antimicrobial Peptides (AMPs) AMPs adalah protein berat bermolekul kecil yang merupakan bagian dari respon imun bawaan dan telah menunjukkan aktivitas antimikroba spektrum luas terhadap bakteri, virus, dan jamur. AMPs dengan cepat dilepaskan jika terjadi cedera dan atau infeksi kulit, dan juga terlibat dalam patogenesis penyakit inflamasi pada kulit. Cathelicidins dan -defensin adalah 2 terkenal jenis AMPs, yang telah terbukti dinyatakan dalam tingkat abnormal tinggi pada pasien dengan rosasea.1 Secara khusus, bentuk peptida cathelicidin LL-37, selain bentuk proteolitik olahan LL-37, telah ditemukan dalam jumlah signifikan yang berbeda pada pasien rosasea dibandingkan dengan individu sehat. LL-37 diekspresikan oleh leukosit polimorfonuklear dan limfosit. LL-37 berinteraksi dengan sel endotel dan merangsang angiogenesis baik in vitro dan in vivo. Hal ini juga memodulasi ekspresi VEGF. Injeksi LL-37 dan peptida baru yang berasal dari LL-37 ke tikus menginduksi terjadinya inflamasi, eritema, dan telangiectasia. Oleh karena itu,

peneliti berhipotesis bahwa kelebihan cathelicidins ditambah dengan proses yang abnormal dapat menyebabkan penyakit.1 2.3 Diagnosis Tempat predileksi rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi, dagu, kening dan alis. Kadang-kadang meluas ke leher bahkan pergelangan tangan atau kaki. Lesi umumnya simetris. Gejala utama rosasea adalah eritema, telangiektasia, papul, edema dan pustul. Komedo tidak ditemukan dan bila ada merupakan kombinasi dengan akne (komedo solaris, akne kosmetika). Adanya eritema dan telangiektasia bersifat persisten pada setiap episode dan merupakan gejala khas rosasea. Papul kemerahan pada rosasea tidak nyeri berbeda dengan akne vulgaris dan hemisferikal. Pustul hanya ditemukan pada 20% penderita sedangkan udem dapat menghilang atau menetap antara episode rosasea. Pada tahap awal atau stadium 1 rosasea dimulai dengan timbulnya eritem tanpa sebab atau akibat sengatan matahari. Eritem ini menetap lalu diikuti timbulnya beberapa telangiektasis. Pada stadium 2 diselingi episode akut yang menyebabkan timbulnya papul, pustul dan udem, terjadilah eritem persisten dan banyak telangiektasis, papul dan pustul. Pada stadium 3 terlihat eritema persisten yang dalam, banyak telangiektasia, papul, pustul, nodul, dan edema.

Akne rosasea6

Pustular rosasea6

2.4 Diagnosis Banding:4 1. Akne Vulgaris Akne vulgaris terjadi pada umur remaja, kulit seboroik, klinis komedo, papul, pustul, nodus, kista. Tempat predileksi muka, leher, bahu, dada, dan punggung bagian atas. Tidak ada telangiektasia.4 2. Dermatitis Seboroik Terdapat sebore, skuama berminyak dan agak gatal. Tempat predileksi retroaurikular, alis mata, sulkus nasolabial.4 3. Dermatitis Perioral Terjadi pada wanita muda, tempat predileksi sekitar mulut dan dagu, polimorfi tanpa telangiektasia dan keluhan gatal.4 4. Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) Meskipun SLE dapat menstimulasi terjadinya rosasea, namun klinis terlihat eritema dan atrofi pada pipi dan hidung dengan batas tegas dan berbentuk kupu-kupu.4

2.5 Pengobatan rosasea Pengobatan sistemik Obat-obat yang diberikan yaitu seperti tetrasiklin, dosis yang diberikan 4x250 mg selama 3-4 minggu sebelum makan, diturunkan perlahan-lahan dengan dosis 250 mg/1-2hari, eritromisin(4x250 mg/hari), doksisiklin(50mg/hari), dan minosiklin,dosis yang sama dengan dosis akne vulgaris, memberikan efek yang baik karena efek antimikroba dan anti-inflamasinya. Kemudian dosis diturunkan bila keadaan membaik.3,8,9 Isotretinoin, isotretinoin diberikan untuk penderita rosasea yang resisten terhadap antibiotik, tetapi pemakaiannya perlu dipertimbangkan karena dapat menyebabkan kelainan pada mata. Dosis isotretinoin 0.5-1.0/kgBB. Penggunaannya harus diamati secara ketat.3,5,9

Metronidazol, metronidazol oral biasanya efektif untuk semua tipe rosasea, terutama yang tidak respon terhadap tertasiklin, karena memiliki efek samping metronidazol digunakan sebagai obat pilihan kedua dan tidak dianjurkan pada wanita hamil. Dosis metronidazol 2x500 mg/hari diberikan selama 6 hari, efektif baik stadium awal maupun lanjut.3,5,9 Kortikosteroid tidak boleh diberikan kecuali pada akne fulminans. Pada keadaan ini kortikesteroid peroral dan topikal dapat diberikan dalam jangka pendek. Dosis 1 mg/hari selama 1 minggu untuk menekan reaksi, kemudian diikuti dengan pemberian isotretinoin.8,9 Pengobatan topikal Antibiotik topikal kadang-kadang efektif seperti tetrasiklin, klindamisin dan eritromisin, dalam bentuk salap 0.5-2.0%. Eritromisin lebih baik hasilnya dibandingkan yang lainnya.3,5,8,9 Metronidazol 0,75% gel atau krim aman dan efektif untuk lesi papul dan pustul tetapi tidak mempengaruh eritema, telangiektasi atau kemerahan pada muka(flushing).8,9 Imidazol mempunyai efek anti inflamasi, pada bakteri gram positif dan dapat ditoleransi dengan baik pada penderita rosasea dengan kulit yang sensitif. Ketokonazol dalam bentuk krim dipakai 1-2kali/hari.3,5,9 Isotretinoin krim 0.2% juga dapat diberikan dan memberikan efek yang baik. Antiparasit juga dapat diberikan untuk membunuh D.folikulorum, misalnya lindane, krotamitone, atau benzoil benzoat. Pemberian kortikosteroid kekuatan rendah (krim hidrokortison 1%) hanya dianjurkan pada stadium berat.3,5,9 Pengobatan lainnya Pasien rosasea memiliki dasar kulit yang rentan terhadap bahan kimia dan cedera fisik, jadi hindari agen yang menyebabkan iritasi, seperti sabun, kosmetik, parfum dan iritasi lainnya. Tabir surya dianjurkan pada penderita rosasea, karena dapat menahan sinar UVA dan UVB dengan (sun protection

factors) SPF 15 atau lebih tinggi. Massase fasial dahulu dianjurkan dilakukan, namun hasilnya tidak jelas. Diet rokok, alkohol, kopi, pedas dapat dilakukan untuk mengurangi rangsangan eritem. Bedah kulit, skalpel atau dermabrasi dilakukan untuk rinofima dan bedah listrik untuk telangiektasis.3,5,8,9

DAFTAR PUSTAKA

1. Banasikowska AK. Rosacea. [updated 2011 May 31]. [cited 2012 June 6]. Available from: http://www.emedicine.medscape.com.
2. Crawford GH, Pelle MT, James WD. Rosacea: I. etiology, pathogenesis,

and subtype classification. Journal of the American Academy of Dermatology. 2004 [cited 2012 June 6]; 51 (327-341) [about 15 p]. Available from: http://www.elsevier.com. 3. Wasitaatmadja SM. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima Dalam Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010: 253-263. 4. Wasitaatmadja, Sjarif. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal. 262. 5. Orjuela P, Mendoza N. Rocacea .Pusat Dermatology Federico Lleras Acosta. http://med.javeriana.edu.co/publi/vniversitas/serial/v44n4/0039%20rosace a.pdf 6. http://emedicine.medscape.com/article/1071429-overview 7. http://www.rosacea.org/index.php 8. Barankin B, Freiman A. Dermo Notes- Clinical Dermatology Pocket Guide. PP:139-140(F.A Davis Company, Philadelphia, 2006) 9. Harahap M. Rosasea dan Akne Vulgaris. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipocrates. Jakarta.2000. hal 31-35.

Anda mungkin juga menyukai