Anda di halaman 1dari 23

BAB I ILUSTRASI KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Pekerjaan Agama Tanggal masuk RS : An.

FR : Laki-laki : 7 th 9 bl : Jakarta , Cipete : Pelajar SD : Islam : 13-09-2013(ke Poli Anak)

Tanggal pemeriksaan : 13-09-2013 NO. RM :

II. IDENTITAS ORANG TUA IBU Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan AYAH Nama Usia Pendidikan Pekerjaan : Bp. Ujang : 39 th : SLTA : Anggota : Ny.Diah : 30 th : SMA : Ibu Rumah Tangga :-

Penghasilan

: Rp. 4juta 5juta

Hubungan pasien dengan orang tua : anak kandung III. ANAMNESIS (Autonamnesis dan Alloanamnesis) Keluhan Utama Riwayat Penyakit Sekarang : Panas badan/demam :

Panas badan sejak 5 hari sebelum ke Poli Anak RSAL. Panas badan dirasakan terus menerus dan makin tinggi. Panas badan tidak disertai kejang, sesak, keringat malam, menggigil atau penurunan kesadaran. Tapi sedikit dirasakan pusing. Sehari sebelum panas badan OS mengalami batuk dan pilek. Batuk berdahak yang bewarna putih dan kental. Dahak sulit dikeluarkan. Biasanya batuk kambuh pada malam hari. Batuk berdahak dan pilek masih terus berlangsung sampai saat ini tapi sudah berkurang. Sekarang, timbul ruam merah semakin lama semakin bertambah banyak. Awalnya di bagian wajah dan belakang telinga yang menyebar ke dada, perut dan paha. Ruam tidak gatal, dan tidak berdarah. Ruam seperti ini pernah dialami temannya satu kelas. Dan OS mengaku pernah kontak dengan temannya. Kontak terjadi 8 hari sebelum berobat ke Poli Anak RSAL. Ruam juga disertai mata yang kemerahan. Matanya tidak mengeluarkan sekret.Kadang pada kedua mata berair. Tapi tidak mengaggu penglihatan dan mata tidak silau terhadap cahaya. Mencret 2x, sedikit-sedikit seukuran setengah gelas air mineral, dengan konsistensi kuning, cair, tidak berlendir dan tidak berdarah. Mencret hanya satu hari saja. BAK dalam batas normal, dengan warna kuning. Riwayat muntah lebih dari 3x. Muntah 2x ketika 10 jam sebelum ke rumah sakit. Muntah isi makanan. Muntah hanya sedikit. Mual dan nyeri ulu hati dirasakan bersamaan. OS juga mengeluh nyeri menelan setiap kali makan yang agak sedikit keras. Tidur

tidak mengorok. Nyeri menelan sebenarnya sudah dirasakan 3 minggu dengan nyeri hilang timbul, tetapi sangat dirasakan menganggu saat ini. Selama sakit, nafsu makan menjadi berkurang sejak OS panas badan. Os tidak mengeluh pegal-pegal di tubuhnya. Penderita pernah berobat ke dokter 3 hari sebelum ke rumah sakit, yang hanya diberi obat syrup penurun panas badan tapi sakit tidak kunjung membaik. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sakit kulit sebelumnya disangkal Riwayat sakit magh sebelumnya disangkal Riwayat alergi obat atau makanan disangkal Riwayat kontak dengan penderita campak positif yaitu teman sekelasnya. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ditemukan riwayat penyakit serupa dalam keluarga atau lingkungan sekitar rumahnya. Riwayat Kehamilan Antenatal care teratur Selama hamil ibu tidak pernah sakit Riwayat Kelahiran Tempat kelahiran Anak ke : : rumah bidan : 2 dari 3 bersaudara :

Penolong persalinan : bidan Cara persalinan Masa gestasi Keadaan bayi : spontan : 36 minggu : berat lahir 3000 gr dengan panjang badan saat lahir tidak ingat.

Langsung menangis, tidak biru, kuning, maupun kejang, kelainan bawaan (-). Kesimpulan Riwayat kehamilan/kelahiran: Perawatan antenatal baik, persalinan tidak ada penyulit.

Riwayat Tumbuh Kembang : Kesan Motorik Kasar , Motorik halus, Bicara, Sosial : tidak ada keterlambatan. BB terakhir ditimbang dengan BB : 42 Kg. Kesimpulan Riwayat Perkembangan : Riwayat perkembangan sesuai usia Riwayat Makanan :

Makanan keluarga diberikan 3 kali sehari sebanyak setengah porsi orang dewasa. Semenjak sakit, nafsu makan penderita berkurang. Makanan dibuat dari masakan rumahan. Kesimpulan Riwayat Makanan : kesan Kualitas dan kuantitas makanan baik. Riwayat Keluarga : Corak reproduksi No. Tgl lahir / JK Hidup/Mati

1 2003 Laki-laki Hidup 2 2005 Laki-laki Hidup -Pasien 3 2007 Laki-laki Hidup Riwayat Imunisasi :

Imunisasi seperti BCG, Hep. B. Polio, DPT dan campak lengkap sampai seusianya dan sesuai jadwal posyandu pada tahun tersebut. Kesan : imunisasi dasar lengkap menurut umur di posyandu. IV. PEMRIKSAAN FISIK (13-09-13) Pemeriksaan Umum Kesan sakit Kesadaran : tampak sakit sedang : compos mentis

Tanda Vital Tekanan darah : 100/800 mmHg

Frekuensi Nadi : 80x/mnt, reguler, isi cukup Frekuensi Napas : 24x/mnt, reguler, kedalaman cukup Suhu tubuh : 37,6 C aksilla

Status Antropometri Berat badan Tinggi badan Kesan : 41 kg : 135 cm

: berat badan sesuai umur termasuk berat badan lebih

Pemeriksaan Khusus 1. Kepala Tidak ada deformitas, rambut hitam lurus, tidak mudah dicabut, ubun besar sudah menutup. 2. Mata Tidak ada udem palpebra, sklera tidak ikterik, refleks cahaya (+/+), pupil bulat isokor, Konjungtiva : pucat (/), hiperemis (+/+) , sekret purulen (+/+) 3. Telinga Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri tekan retroaurikular, tidak ada sekret. 4. Hidung Tidak ada deformitas, tidak ada deviasi septum, ada sekret bewarna putih dan kental, pernapasn cuping hidung (-). 5. Mulut Bibir tidak ada kelainan Mukosa bibir dan lidah lembab, koplik spot (-) Tenggorokan : Tonsil T2-T2 hiperemis (+), faring hiperemis (+), kripta (-)

6. Leher Pembesaran KGB (-) 7. Thorak Jantung : Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Paru : : Simetris statis dan dinamis : tidak ada retraksi sela iga : seluruh lapangan paru terdengar sonor : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-, slam -/-8. Abdomen : datar, retraksi epigastrium tidak ada. : lembut, hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-), turgor baik. Perkusi Auskultasi : timpani : Bising Usus (+) normal : iktus kordis tidak terlihat : iktus kordis teraba di sebelah medial ICS V LMCS : tidak terdapat pembesaran jantung : BJ I dan II normal, tidak ada murmur ataupun gallop

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Inspeksi Palpasi

9. Ekstremitas : udem tidak ada 10. Akral 11. CRT : hangat : < 2 detik

Status Generalis Kulit : Ruam makulopapular di seluruh tubuh (+), gatal (-), kulit sawo matang, turgor kulit baik. Ruam berwarna merah gelap.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG - Tidak dilakukan (belum ada hasil) VI. DIAGNOSIS BANDING Rubella (Campak Jerman) Roseola Infantum (Eksantema Subitum) VII. DIAGNOSIS KERJA Morbilli Tonsilofaringitis kronik VIII. RENCANA PENELOLAAN A. Rencana Pemeriksaan Serologi IgM IgG B. Rencana Pengobatan Manajemen Umum a. Promotif :

yang menular sehingga pasien harus diisolasi minimal hingga 5 hari setelah gejala kulit muncul untuk mencegah penularan infeksi kepada orang lain. berian nutrisi yang adekuat (minum yang banyak)

200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Pemberian vitamin A berfungsi untuk membantu pertumbuhan sel epitel pernapasan yang rusak, menurunkan morbiditas campak dan meningkatkan titer IgG (meningkatkan daya tahan tubuh), dan khususnya untuk defisiensi vitamin A

pada keluhan oftamology. b. Symptomatik - Antipiretik - Vitamin C - Antibiotik (bila ada sekunder bakteri) - Ambroksol c. Konsul ke dokter THT Rencana pemantauan Pemantauan tanda vital pasien IX. PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad sanasionam : ad bonam : ad bonam : ad bonam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA MORBILI DEFINISI Morbili, campak, measles, atau rubela adalah penyakit akut akibat virus Paramyxovirus, yang menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik umumnya menyerang anak. ETIOLOGI Penyebabnya adalah virus morbili. BENTUK VIRUS Campak adalah virus RNA dari family Paramyxoviridae genus Morbili virus. Virus campak berada di sekret nasofaring dan di dalam darah dalam masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal dalam 34 jam pada temperature kamar, 15 minggu dalam pengawetan beku. Virus tidak aktif pada pH rendah. Virus campak menunjukkan antigenisitas yang homogeny. Infeksi dengan virus campak memicu pembentukan Nutralizing antibody, komplemen fixing antibody dan hemaglutinin inhibition antibody. Epidemiologi Berdasarkan penelitian di Amerika, lebih dari 50% kasus campak terjadi pada usia 5-9 tahun. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita campak, maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan sehingga dapat menderita campak begitu dilahirkan. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang

anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. Di Indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%), anak usia 1-4 tahun (0,77%). Pengalaman menunjukan bahwa epidemi campak di Indonesia timbul secara tidak teratur. Di daerah perkotaan epidemi campak terjadi setiap 2-4 tahun. Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak, yaitu daerah dengan populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang lemah. Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang sering dijumpai ialah Bronkopneumonia (75,2%), Gastroenteritis (7,1%), Ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%). Patogenesis Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, sejak 1-2 hari pada epitel nasofaring sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Pada masa prodormal virus dapat ditemukan pada nasofaring, darah dan urin. Virus ini masuk melalui saluran

pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata. Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Kemudian menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal, terbentuklah fokus

infeksi yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus. Manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis). demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit. Sel mononuklear yang terinfeksi

menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel warthin), sedangkan limfosit-T (T suppressor dan T helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah. Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernapasan seperti infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, yang dapat tanda pasti untuk menegakkan diagnosis. Sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makupapular pada hari ke 10 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi pada kulit. Manifestasi klinis Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium 1. Stadium kataral (prodormal) Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringan hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul rash, timbul bercak koplik yang khas bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejangkejang dan pneumoni.

Gambar 1. Bercak koplik

2. Stadium erupsi atau rush Terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam umumnya saling menyatu sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 C. Penderita saat ini mungkin tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun mereka pada dasarnya tampak baik. Kadangkadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diare dan muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah Black Measles yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.Ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang dari muka. Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika ruam muncul.

Gambar 2. Campak stadium erupsi

3. Stadium konvalesensi Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi) yang akan menghilang setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang khas untuk morbili. Pada penyakit lain dengan eritema atau eksentema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi Diagnosis Diagnosis dari morbili dibuat berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang khas. Selain itu diperlukan juga pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis dari morbili. Selama stadium prodormal dapat ditemukan sel raksasa multinuklear pada pulasan mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan, dan diagnosis didukung dengan kenaikan titer antibody yang dapat dideteksi pada serum pada fase akut dan konvalesens. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutinationinhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka untuk

mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih. Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Imunoglobulin IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak, muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi setelah 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat, sedangkan IgG terus meningkat.IgM menunjukkan pertanda baru terkena infeksi atau baru mendapatkan vaksinasi, sedangkan IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah lama. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal.Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Pemeriksaan untuk komplikasi Ensefalopati dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah, dan analisis gas darah. Enteritis : feses lengkap Bronkopneumonia : pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah. Meskipun demikian menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang, ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan pasien meninggal sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang berkelanjutan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara klinis, sedangkan pemeriksaan penunjang sekedar membantu, seperti pada pemeriksaan sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi, dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik.

Diagnosis banding a. Eksentema Subitum : pada penyakit ini, ruam baru muncul setelah demam menghilang. b. Rubella : pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, dan belakang telinga. Yang lainnya : infeksi karena echovirus, virus Koksaki, Adnovirus, Mononukleosis nukleosa, Toksoplasmosis, Meningokoksemia, Skarlet fever dan ruam karena obat. Penatalaksanaan Medikamentosa Terapi pada campak bersifat suportif, terdiri dari: a. Pemberian cairan yang cukup untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena demam. b. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi c. Suplemen nutrisi d. Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder e. Anti konvulsi apabila terjadi kejang f. Anti piretik bila demam g. Pemberian Vitamin A. 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Pemberian vitamin A berfungsi untuk membantu pertumbuhan sel epitel pernapasan yang rusak, menurunkan morbiditas campak dan meningkatkan titer IgG (meningkatkan daya tahan tubuh), dan untuk keluhan oftalmologi sehubungan dengan defisiensi vitamin A (sampai minggu ke 4).

h. Antivirus Antivirus seperti ribavirin (dosis 20-35 mg/kgBB/hari i.v) telah dibuktikan secara in vitro terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan penderita campak berat dan penderita dewasa yang immunocompromissed. Namun penggunaan ribavirin ini masih dalam tahap penelitian dan belum digunakan untuk penderita anak. i. Pengobatan komplikasi r kg BB per hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan Kloramfenikol 75 mg per kg BB per hari intravena dalam 4 dosis dan Oksigen 2 liter/menit sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan seteah anak sehat kembali ( 3-4 minggu kemudian) karena uji tuberculin biasanya negative atau alergi pada saat anak menderita campak. Terjadi alergi karena adanya gangguan delayed hipersensitifity disebabkan oleh sel Limfosit T yang terganggu fungsinya.

mengurangi edem otak disamping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah. Kloramfenikol dosis 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari. Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5 g/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tapering off). Kebutuhan jumlah cairan dikurangi kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit.

Indikasi rawat Pasien dirawat (di ruang isolasi) bila : Hiperpireksia (suhu > 39 0C) Dehidrasi Kejang Asupan oral sulit Adanya komplikasi Komplikasi a. Morbili dapat menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil. b. Diare dapat diikuti dehidrasi c. Laringotrakeobronkitis (croup) d. Ensefalitis Ensefalitis timbul pada fase erupsi, dengan angka kematian yang rendah dan sisa defisit neurologis sedikit e. Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) : suatu proses degenerative SSP dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti dengan kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul beberapa tahun setelah infeksi dan merupakan salah satu komplikasi campak awitan lambat. Menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. f. Bronkopneumonia Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Ditandai dengan batuk, menigkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa

hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pda saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus . gambaran infiltrat pada foto toraks dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. g. Otitis media h. Aktivasi tuberkulosis i. Infeksi piogenik pada kulit Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Komplikasi yang mungkin muncul, antara lain gangguan respirasi (bronkopneumoni, otitis media, pneumoni, laringotrakeobronkitis), komplikasi neurologis (seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis), juga diare, miokarditis, trombositopeni, malnutrisi pasca serangan campak, keratitis, hemorragic measles (morbili yang parah dengan perdarahan multiorgan, demam, dan gejala cerebral) serta kebutaan. Prognosis Prognosis morbili ini baik apabila anak memiliki keadaan imun yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk atau anak sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi. Biasanya akan sembuh setelah 7-10 hari setelah ruam muncul. Kematian biasanya disebabkan oleh komplikasi yang mungkin timbul, seperti encephalitis dan bronkopneumonia. Pencegahan 1. Imunusasi aktif Termasuk dalam Program Imunisasi Nasional. Penggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Vaksin

menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.Dianjurkan pemberian vaksin campak dengan dosis 1000 TCID 50atau sebanyak 0,5 ml secara subkutan pada usia 9 bulan. Imunisasi ulangan diberikan pada usia 5-7 tahun melalui program BIAS. Pada penyelidikan serologis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dilanjutkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Imunisasi kedua diberikan sebagai MMR (mump-measles-rubella) dapat diberikan saat anak masuk sekolah atau sekolah menengah. Respon terhadap vaksin campak hidup tidak dapat diramalkan jika telah diberikan immunoglobulin dalam 3 bulan sebelum imunisasi. Alergi terhadap tes tuberculin dapat berkembang selama 1 bulan atau lebih setelah vaksin campak diberikan. Antibody IgA sekretori dapat dideteksi dari sekret nasal dan terdapat di seluruh saluran napas. Daya efektivitas vaksin virus campak yang hidup dibandingkan dengan virus campak yang mati adalah adanya IgA sekretori yang hanya dapat ditimbulkan oleh vaksin virus campak hidup. Kontra indikasi pemberian vaksin campak yaitu pada anak dnegan leukemia dan pada merela yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif. Penggunaan vaksin virus tidak aktif tidak dianjurkan. 2. Imunusasi pasif (imunoglobulin) kumpulan serum konvalesen globulin plasenta atau gamma globulin dengan dosis 0,25 mL/kg BB diberikan secara intramuscular dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Indikasi : - Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR

diberikan sesegera mungkin sampai usia 15 bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin. Dosis anak : 0,2 ml/kgBB IM pada anak sehat maksimal 15 ml/dose IM

BAB III PEMBAHASAN Diagnosa morbili didasarkan pada: 1. Anamnesa Sebelum timbul ruam akan terjadi gejala 3 C. Pasien ini sebelumnya mengalami batuk diikuti panas badan tinggi. Bersaamaan dengan panas badan timbul ruam yang dimulai dari leher dam bagian belakang telinga menjalar ke seluruh tubuh. 2. Pemeriksaan Fisik Didapatkan ruam diseluruh tubuh bewarna merah gelap 3. Pemeriksaan Laboratorium Sebenarnya dari gejala klinis kita dapat mengetahui bahwa ini adalah gejala campak, tapi untuk lebih pasti bahwa ini disebabkan virus campak maka dilakukan isolasi virus. 4. Penatalaksanaan Karena ini adalah self limitting desease maka sebetulnya tidak ada pengobatan spsesifik. Tapi kita hanya perlu memberikan pengobatan symptomatik seperti antipiretik untuk demam, antikonvulsi jika ada kejang, dan pemberian vitamin A berfungsi untuk membantu pertumbuhan sel epitel pernapasan yang rusak, menurunkan morbiditas campak dan meningkatkan titer IgG (meningkatkan daya tahan tubuh). Tidak lupa pasien harus banyak istirahat.

Daftar Pusataka

1. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FK UI. 3. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Ed Wahab AS. Edisi 15 Volume 3. Jakarta: EGC. 4. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15511623 5. Soedarmo, Sumarmo. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. 2008. Edisi II. Hal.109-119. Badan penerbit IDAI : Jakarta. 6. Pusponegoro, Hardiono. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. 2004. Edisi I. Hal 95-98. Badan penerbit IDAI : Jakarta. 7. Ismoedijanto. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 2008. Edisi III. Hal 234-235 Penerbit Universitas Airlangga : Surabaya. 8. Garna, Herry. Pedoman Diagnosis dan Terapi. 2005. Edisi III. Hal 209-211. 71-75. Penerbit Universitas Padjajaran : Bandung.

LAPORAN KASUS CAMPAK Penyusun : Nik M. Faris Pembimbing : dr. Lilly Sp.A Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit AL Jakarta September 2013

Anda mungkin juga menyukai