Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MODUL ORGAN REUMATOMUSCULOSKELETAL


SPINA BIFIDA OKULTA
Kelompok 10
030.05.080

Dwina Indah Y.

030.05.110

Ihsan S. Bayu P.

030.05.170

Pritta Diyanti Karyaman

030.06.230

Rudy Adiputra

030.07.180

Narizka Budi Rahmadhiani

030.07.220

Rina Wulandari

030.07.230

Sacha Klysa L.

030.07.250

Steven Tirta Putra

030.07.260

Vania Wahyuni

030.07.270

Widi Angga Kusuma

030.07.280

Yulius Dirck S.

030.07.290

Fizati binti Sabtu

030.07.300

Mohd. Fitri B. Mohamed

030.07.310

Nik Muhd. Faris bin Nik AB.

030.07.320

Nur Aida Syuhada binti Hakimin

030.07.330

Nurul Adibah binti Rozali

030.07.340

Siti Furzanie binti Idris

030.07.346

Zahidah binti Zakaria

030.07.339

Siti Fatimah binti Elyas

Jakarta, 12 NOVEMBER 2008

KASUS
LEMBAR I
Seorang wanita 10 tahun datang ke RS dengan keluhan luka pada kaki kanan sejak 2 minggu
yang lalu.
Kondisi patologi yang mungkin menyebabkan keluhan pada pasien ini:
a. Trauma
- fraktur, dislokasi, luka terbuka atau tertutup
b. Kongenital
-hemofilia, SLE
c. Metabolisme
-diabetes mellitus
d. Infeksi
-osteomyelitis
e. Keganasan
-osteosarcoma, bone cyst, ewing sarcoma
Informasi tambahan yang diperlukan dari pasien:
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama: luka
a. penyebab terjadinya luka
b. jenis luka, contoh : vulnus laceratum, vulnus punctum, dll
c. kondisi awal luka
d. luka sudah diobati atau belum
e. luka disertai dengan pus atau tidak
f. luka disertai dengan rasa nyeri atau tidak
3. Riwayat penyakit sekarang:
a. apakah sedang mengkonsumsi obat-obatan
b. apakah disertai gejala lain seperti demam
4. Riwayat penyakit dahulu:
a. adakah pernah mengalami kondisi yang sama (luka sukar sembuh)
b. pernah mengalami trauma atau tidak
5. Riwayat pengobatan:

a. adakah pernak melakukan radio / kemoterapi


b. adakah pernak melakukan operasi lokal
6. Riwayat penyakit keluarga:
a. penyakit herediter seperti spina bifida, hemofilia, diabetes mellitus
LEMBAR II
Identitas pasien
Nama

: Nn Linda

Umur

:10 tahun

Pekerjaan

: pelajar SD

Alamat

: Jl. Senen Raya , gang IV/3

Status pernikahan

: belum nikah

Suku

: Jawa

Riwayat penyakit sekarang


Sejak 2 minggu yang lalu pasien merasa ada luka pada tepi luar telapak kaki kanan. Pasien
mengaku banyak jalan pada 3 minggu terakhir. Luka sudah diobati tapi tidak pernah kering,
bertambah parah setelah banyak berjalan. Menurut pasien luka tersebut tidak terasa perih atau
sakit, bahkan area luka tersebut terasa lebih kebas ( tidak berasa). Disamping itu kaki kanan
menurut pasien lebih lemah dan sering terkilir.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami luka seperti ini sekitar 3 bulan yang lalu dan 1 bulan yang lalu.
Luka selalu timbul setiap kali banyak berjalan atau menggunakan sepatu baru.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti pasien.
Riwayat kebiasaan/aktivitas
Pasien seorang pelajar SD dan merupakan anak satu-satunya. Sejak kecil sampai sekarang
tidak pernah mengalami masalah seperti ini. Riwayat imunisasi lengkap, sesuai jadwal.
Disekolah pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik, hanya pada pelajaran olahraga
sering mengeluh tidak kuat saat berlari atau melompat.

Penyakit dan masalah yang mungkin dideritai oleh pasien beserta alasan.
Luka akibat trauma dengan gangguan saraf perifer.
Luka bertambah parah setelah banyak berjalan. Bagian yang luka tidak berasa
perih atau sakit, bahkan terasa lebih kebas. Kaki kanan lebih lemah dan sering terkilir.
Daftar masalah pasien.
Masalah yang dialami pasien adalah:
1. Luka pada tepi luar telapak kaki kanan.
2. Luka sudah diobati tetapi tidak pernak kering, dan bertambah parah setelah banyak
berjalan.
3. Kaki kanan terasa lebih lemah dan sering terkilir.
4. Luka sering kambuh setelah banyak berjalan atau menggunakan sepatu baru. Dialami
pasien 3 bulan yang lalu dan 1 bulan yang lalu.
5. Tidak kuat saat berlari dan melompat.
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan.
1. Pemeriksaan status generalis.
a. tanda vital
b. kesadaran
2. Pemeriksaan status lokal.
a. LOOK:
- kondisi luka => ada pus atau tidak
- oedem
- warna kulit, tanda-tanda radang
- dasar dan pinggiran luka
- cara berjalan
- mimik wajah
- panjang ekstrimitas ( bandingkan sisi yang abnormal dan sebelahnya)
b. FEEL:

- ada / tidak nyeri tekan sekitar luka


- ada massa / tidak
- kalor
- periksa motorik dan sensorik
c. MOVE:
- bagaimana gerakan pasif dan aktif
LEMBAR III
Pemeriksaan fisik umum
Pasien berjalan dengan pola antalgic gait. Stance phase kanan lebih pendek
TD

: 120/80 mmHg

: 72 x/menit

: 12 x/menit

Suhu

: 36,9 C

TB

: 168 cm

BB

: 65 kg

Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikteriok


Jantung

: Bunyi I dan II murni, murmur (-), gallop (-)

Paru

: sonor, vesikular, rongki -/-, wheezing -/-

Abdomen

: hati dan limpa tidak teraba, bising usus (+) normal

Status lokalis
Kaki
Look : luka lecet (abrasi) pada telapak kaki kanan sisi lateral. Luka belum mengering tetapi
tidak bernanah. Pergelangan kanan dan kaki kanan tampak lebih kecil dibandingkan
kaki kiri. Tampak bekas luka pada daerah MTP 1 kaki kanan.
Feel

: nyeri tekan (-), tes sensibilitas raba halus, dan tajam atau tumpul berkurang pada
daerah telapak kaki kanan dibandingkan telapak kaki kiri.

Move : lingkup gerak sendi normal, kekuatan motorik untuk dorsifleksor dan plantarfleksor
kanan=3, kiri =4
Punggung
Look : deformitas (-). Nampak bercak hiperpigmentasi pada daerah lumbal bawah, hiary
patches (+)

Feel

: prossesus spinosus L5 tidak teraba

Move : gerakan pinggang normal, nyeri gerak (-)


Kemungkinan diagnosis dari pasien ini beserta alasan.
Pada pasien ini mungkin mengalami penyakit spina bifida okulta.
Pada pasien ini ditemukan penurunan sensibilitas pada daerah telapak kaki kanan
dibandingkan yang kiri. Selain itu, penurunan kekuatan motorik untuk dorsi flexor dan
plantar flexor. Pada pasien ini tampak bercak hiperpigmentasi pada daerah lumbal bawah dan
hairy patches (+). Processus spinosus L5 tidak teraba.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan.
1. Pemeriksaan darah dan urin rutin.
2. Pemeriksaan faal hati dan ginjal.
3. X-RAY : bagian vertebrae lumbosakralis anterior posterior (AP) dan juga lateral
untuk deteksi defek tulang belakang.
4. MRI : untuk melihat sistem saraf pusat dengan melihat akar saraf dan soft tissue
swelling pada kanalis spinalis. Selain itu, untuk mendeteksi penyakit lain yang
menyertai spina bifida seperti srigomielin, limfoma, ataupun disarteria.
LEMBAR IV
Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium.
Hb
: 14,2 g/dL
Lekosit
: 9600/uL
Trombosit : 256000/uL
LED
: 10 mm/jam
SGOT
: 17 U/L
SGPT
: 21 U/L
Ureum
: 26 mg/dL
Kreatinin :0,5 mg/dL
Hasil pemeriksaan urin rutin.

N= 12-14 g/dL
N= 5000-10000/uL
N= 150000-400000/uL
N= <15 mm/jam
N= 10-34 U/L
N= 21-72 U/L
N= 20-40 mg/dL
N= 0,5-1,5 mg/dL

pH

: 7,0

N = 4,5-8

Nitrit

: negatif

Normal

Albumin : negatif

Normal

Glukosa

: negatif

Normal

Lekosit

: 2/LBP

N = <5/LBP

Bakteri

: negatif

Normal

Kristal

: negatif

Normal

Pada hasil laboratorium didapati pasien ini tidak mengalami kelainan pada hati dan
ginjal. Hasil lab yang didapatkan adalah normal.
Interpretasi hasil pemeriksaan radiologi.

Hasil pemeriksaan radiologi, didapatkan densitas normal, tidak adanya soft tissue
swelling, dan tidak adanya tanda neoplasma jinak. Namun didapatkan adanya:
a. Tidak terdapat procesus spinosus pada L5
b. Defek lengkung neural
c. Jarak antar vertebra
Ketiga hal diatas merupakan tanda-tanda dari spina bifida okulta. Biasanya arcus
neuron yang mengalami kelainan adalah L5 dan S1, dan bisa ada satu atau lebih vertebra
yang mengalami malformasi.

Diagnosis yang paling memungkinkan adalah spina bifida okulta,dengan patofisiologi:


Terdapat malformasi pada medula spinalis menyebabkan kegagalan pembentukan arcus
neural intra uterine pada minggu ketiga-keempat sehinnga menyebabkan gagalnya penutupan
arcus neural secara spontan. Kadang disertai kelainan lain berupa ketiga tipe yang lain
daripada spina bifida. Spina bifida mengakibatkan kelainan musculoskeletal, neurologi dan
koordinasi yang menyebabkan gangguan pola jalan. Dari gangguan pola jalan dan kelainan
posisi kaki inilah yang menyebabkan terjadinya luka pada kaki bagian lateral yang sulit
sembuh. Spina bifida okulta ini manyebabkan 3 tanda yang umum didapat pada pasien, yaitu:
a. Weakness
b. Numbness
c. Orthopedic deformities

Etiologi dari spina bifida okulta:


a.
b.
c.
d.

Genetik
Nutrisi: kurang asam folat mengakibatkan gangguan pembentukan asam folat
Lingkungan: zat-zat teratogen
Faktor predisposisi lain yang dimulai sejak awal konsepsi:
- hiperthermi pada ibu
- ibu diabetes
- ibu ter-radiasi
- ibu obese
- ibu epilepsi (obat anti konvulsan juga dapat menyebabkan spina bifida)

Klasifikasi dari spina bifida:


a.
b.
c.
d.

Okulta
Meningocele
Meningomyelocele
Myelocele

Gejala klinik yang tampak:


a. Spina bifida okulta: nyeri punggung atau kaki, skin defect seperti hairy patch dan
hiperpigmentasi, weakness, numbness, dan juga orthopedic deformities.
b. Spina bifida dengan meningocele: meningen dan beberapa akar saraf keluar, ditutupi
kulit normal dan berisi LCS, spinal cord tetap berada pada canalis spinalis.
c. Spina bifida dengan meningomyelocele: kantung berbentuk kulit tipis dan translucent,
kadang hanya tertutup dura atau arachnoid.

d. Spina

bifida

dengan

myelocele:

kulit

dan

dura

tidak

menutupi

spinal

cordterpaparinfeksikematian.
Sinus dermoid muncul karena adanya pembukaan saluran kecil yang akan
menimbulkan rambut maupun bercak.
Spina bifida okulta bisa menyebabkan kerusakan saraf, terutama yang ditandai dengan
hairy patch dan perubahan kulit, juga dapat menyebabkan meningitis recurrent.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan:
a. CT scan di kepala untuk pasien dengan ataupun dicurigai adanya hidrocephalus,
terutama padsa spina bifida dengan meningomyelocele (sindrom Arnold Chiari)
b. Urologi: untuk memeriksa kelainan vesika urinaria dan usus.
c. Pemeriksaan neurologi
d. Cystography: untuk memeriksa gangguan inervasi pada vesica urinaria.

Penatalaksanaan pada pasien ini.


Prinsip Multi Dicipline, karena membutuhkan disiplin ilmu kedokteran ahli yang
berbeda. Bagian anak, bedah neurologi, radiologi, dan rehabilitasi medik.
1. Penanganan kebocoran LCS, tindakan operasi.
2. Pasien dengan hidrocephalus dipasang VP shunts (Ventriculo Peritoneal shunts), yaitu
pembuatan jalur LCS ke cavum peritoneum dikarenakan LCS yang kaya protein
memiliki komposisi yang hampir sama dengan cairan peritoneal, sehingga LCS yang
tidak dapat mengalir sesuai jalurnya dapat digunakan oleh tubuh sebagai cairan
peritoneal.
3. Medulla spiunalis yang terlibat dipikirkan akibatnya terhadap LMN dan UMN,
gangguan sensorik dan sensibilitas, serta gangguan miksi dan defekasi. Medulla
spinalis yang mengalami perlengketan harus segera diberi tindakan bedah oleh bedah
neurologi.
4. Kelainan musculoskeletal dirujuk ke bedah orthopedi.
5. Cegah ulcus decubitus dengan merubah posisi.
6. Fisioterapi untuk berjalan yang terganggu akibat kontraktur, melatih otot agar tidak
atrofi dan tulang agar tidak osteoporosis, pemakaian tongkat ataupun kursi roda bila
kelainan cukup berat. Prinsip: tidak boleh di-imobilisasi dalam jangka waktu lama,
harus digerakkan segera.

7. Brace, untuk mencegah ambulasi.


8. KIE (Konfirmasi, Informasi, Edukasi) kepada pasien dan orang tua.
9. Merawat luka kaki.
10. Follow up.
Medikamentosa: antibiotik untuk cegah infeksi vesika urinaria dan meningitis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Spina bifida. Available at http://www.mayoclinic.com/health/spina-bifida. Accessed
on November 10 2008.
2. Spina bifida. Available at http://www.spinabifidaassociation.org. Accessed on
November 10 2008.
3. Spina

bifida.

Available

at

http://www.emedicine.com/orthoped/topic557.htm.

Accessed on November 10 2008.


4. Spina bifida. Available at http://www.emedicinehealth.com/sipna_bifida. Accessed on
November 10 2008.
5. Spina bifida. Available at http://kidshealth.org/parent/system/ill/spinabifida.html.
Accessed on November 10 2008.
6. Kliegman, Behrman, Jenson, Stanson. Spina bifida occulta. Nelson Textbook of
Pediatrics. 18th ed. Saunders Elsevier. 2007. p.2443-6.
7. Fauci, Braunwald, Kasper. Spina bifida occulta. Harrisons Principles of Internal
Medicine (vol I). 17th ed. McGraw Hill. 2008. p.110-1.

Anda mungkin juga menyukai