Anda di halaman 1dari 19

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL KEGIATAN: PEMANFAATAN JERAMI PADI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETHANOL

BIDANG KEGIATAN (PKM GT)

Disusun oleh: Ainu Safira Corni (1206263332)

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2013


i

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKMGT) yang berjudul Pemanfaatan Limbah Jerami Padi sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol dengan Menggunakan Jamur Trichoderma reesei . Semoga dengan adanya karya tulis ini, mampu memberikan maanfaat bagi masyarakat dan memiliki nilai positif sehingga dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup manusia. Karya tulis ini jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.

Depok, 14 November 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI
Lembar Judul ................................................................................................................................................. i Kata Pengantar ............................................................................................................................................. ii Daftar Isi ........................................................................................................................................... iii Daftar Gambar ............................................................................................................................................. iv Ringkasan .......................................................................................................................................... v

PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................................... 1 Alasan Penetapan Masalah .................................................................................................................... 2 Tujuan ..................................................................................................................................................... 2 Manfaat .................................................................................................................................................. 2 GAGASAN .......................................................................................................................................... 4 Kondisi Kekinian ..................................................................................................................................... 4 Kandungan dalam Jerami Padi ............................................................................................................... 5 Etanol dan Bioetanol .............................................................................................................................. 5 Solusi yang pernah ditawarkan .............................................................................................................. 6 Permanfaatan limbah jerami padi .......................................................................................................... 6 Proses Mengubah Limbah Jerami Padi menjadi Bioetanol .................................................................... 7 KESIMPULAN ................................................................................................................................... 12 Gagasan yang diajukan ......................................................................................................................... 12 Prediksi Hasil......................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 14

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Molekul Glukosa............................................................ 6 Gambar 2. Tahapan Proses Pembuatan Bioethanol dari Jerami Padi. 8

iv

RINGKASAN

Bioetanol merupakan salah satu bentuk energi terbaharui yang dapat diproduksi dari tumbuhan. Bahan bakar Etanol dari sumber energi terbaharui telah menarik perhatian sebagai pengganti dari bahan bakar fosil yang digunakan saat ini. Etanol dapat dibuat dari tanamantanaman yang umum, misalnya tebu, kentang, singkong, dan jagung. Pemanfaatan biomassa lignoselulosa yang terkadung didalam tanaman-tanaman umum tersebut memiliki potensi untuk dapat dimanfaatkan untuk memproduksi bahan bakar etanol dan biodiesel. Dalam karya tulis ini, penulis memberikan gagasan solutif terhadap permasalahan yang telah disebutkan diatas. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, penulis memilih jerami padi sebagai bahan baku dalam pembuatan bioethanol karena jumlahnya berlimpah dan juga potensi yang dimilikinya belum digunakan secara maksimal. Lebih jauh lagi dalam jerami padi terdapat kandungan lignoselulosa yang terdiri dari selulosa 32-47% dan hemiselulosa 19-27%. Dengan kandungan selulosa dan hemiselulosa tersebut, maka jerami padi memiliki potensi untuk menghasilkan bioethanol yang lebih hijau dan ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil. Pembuatan bioethanol dari jerami padi melalui 4 proses, yaitu persiapan bahan baku, sakarifikasi, fermentasi dan pemurnian untuk mendaparkan etanol. Dalam proses persiapan bahan baku, jerami diolah agar kandungan selulosa dalam jerami padi menjadi maksimal. Hal ini dilakukan dengan cara penambahan asam dan pemberian ultrasonik pada jerami. Kemudian jerami akan disakarifikasi secara hidrolisis bertujuan untuk mengubah selulosa menjadi glukosa. Pada proses fermentasi, glukosa yang ada dalam jerami akan diubah menjadi etanol dan hasilnya dimurnikan dalam tahap pemurnian etanol. Indonesia sebagai negara agraris memiliki tingkat produksi padi yang tinggi. Limbah jerami padi yang dihasilkan dari pertanian juga sangat berlimpah. Hal ini menjadi potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadikan jerami padi menjadi produk yang lebih berguna untuk membantu mengurangi penggunaan sumber daya alam fosil dunia.

PEMANFAATAN JERAMI PADI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETHANOL DENGAN JAMUR Trichoderma reesei

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, padi tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Untuk kelangsungan hidup sehari-hari, manusia membutuhkan asupan makanan yaitu beras yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Beras didapatkan dari proses pengolahan padi yang ditanam dan diambil hasilnya. Dalam proses pengambilan beras dari tanaman padi sudah matang, padi harus dipisahkan dengan tangkainya. Tangkai padi yang telah diambil padinya disebut dengan jerami padi. Selama ini, limbah tanaman padi yakni jerami masih kurang maksimal dalam penanganannya. Kebanyakan limbah tersebut hanya dibakar. Sejumlah efek negatif yang cukup berarti, diantaranya polusi udara dan kerusakan lingkungan, dihasilkan karena disebabkan oleh pemilihan cara penanganan yang kurang tepat. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai guna dengan teknologi aplikatif dan dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan masyarakat. Saat ini, jerami padi sudah banyak dimanfaatkan seperti untuk makanan ternak dan dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Langkah ini cukup baik karena sekarang jerami padi tidak hanya dibakar sehingga lebih memiliki nilai guna. Jerami padi adalah produk sampingan dari proses produksi beras dan merupakan sumber energi yang baik. Jerami padi mengandung lingnoselulosa yang sering lupakan di dunia. Jerami padi yang diproduksi dunai tiap tahunnya adalah sekitar 2000 juta ton. Hal inilah yang menjadi perhatian penulis untuk memanfaatkan secara optimal limbah jerami padi sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang dapat diperoleh dari bahan biomassa (bahan yang dapat diperbarui). Lebih dari ratusan tahun, sumber
1

daya alam fosil digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan bahan bakar. Akan tetapi sumber daya alam fosil tersebut kian lama kian menipis dan menimbulkan efek negatif pada lingkungan. Bioethanol menjadi isu yang menarik perhatian, sebab aman digunakan dan merupakan suatu sumber daya yang dapat diperbaharui.

Alasan Penetapan Masalah

Pemanfaatan limbah jerami padi yang belum maskimal dan penggunaan sumber daya alam tak terbaharui secara berlebihan menjadi alasan penetapan masalah yang telah dijelaskan diatas. Limbah jerami padi yang mengandung selulosa dan hemiselulosa yang cukup tinggi seharusnya dapat dimanfaatkan menjadi produk lain yang lebih bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, masalah lingkungan yaitu bahan bakar fosil yang kurang ramah lingkungan juga menjadi salah satu alasan penetapan masalah tersebut.

Tujuan

Pembuatan karya tulis ini bertujuan untuk memberikan solusi atas masalah lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan sumber daya alam fosil yang tidak dapat diperbaharui Dengan menggunakan bioethanol sebagai pengganti bahan bakar fosil, maka masalah penggunaan sumber daya alam tidak terbaharui dapat dikurangi. Selain itu, pada karya tulis ini diberikan gagasan pembuatan bioethanol dari limbah pertanian jerami padi. Jerami padi yang biasasnya hanya menjadi limbah, dibakar dan dijadikan pupuk tanaman, digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan etanol sehingga lebih dapat bermanfaat dan memiliki nilai guna yang tinggi untuk kehidupan sehari-hari.

Manfaat

Manfaat dari pembuatan karya tulis ini adalah : 1. Memberikan solusi alternatif dalam penanganan masalah penggunaan sumber daya alam tidak terbaharui yaitu fosil sebagai bahan baku utama dengan menggantinya dengan sumber daya alam terbaharui (biomassa) yakni jerami padi
2

2. Meningkatkan nilai guna jerami padi untuk dimanfaat menjadi produk yang lebih berguna dalam kehidupan manusia sehari-hari

GAGASAN
Kondisi Kekinian Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang subur. Negara agraris adalah negara yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Indonesia yang terkenal sebagai negara yang mempunyai wilayah yang luas, mempunyai potensi di bidang pertanian. Salah satunya adalah pertanian padi. Sepanjang tahun produksi padi menghasilkan limbah berupa jerami padi dalam jumlah yang besar. Jerami padi biasa dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan kompos. Namun ada juga yang hanya membakar jerami padi pada areal persawahannya. Produktivitas pertanian tanaman pangan di Indonesia setiap tahunnya menghasilkan jumlah yang cukup besar. Menurut FAO (2005), Indonesia merupakan produsen padi ketiga terbesar di dunia yaitu sebesar 9% dari total produksi dunia setelah China (31%) dan India (9%). Namun, tanaman pangan di Indonesia selalu membawa hasil samping atau limbah pertanian hingga mencapai jutaan ton setiap tahunnya. Limbah pertanian ini terdiri atas jerami padi, daun jagung, batang jagung, daun kedelai dan lain sebagainya. Jerami padi merupakan limbah pertanian terbesar di Indonesia. Jumlahnya sekitar 20 juta per tahun. Menurut data BPS tahun 2006, luas sawah di Indonesia adalah 11,9 juta ha. Produksi per hektar sawah bisa mencapai 12-15 ton bahan kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanaman. Sejauh ini, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak baru mencapai 31-39 %, sedangkan yang dibakar atau dimanfaatkan sebagai pupuk 36-62 %, dan sekitar 7-16 % digunakan untuk keperluan industri (safan, 2008). Jerami padi merupakan bagian dari batang padi tanpa akar yang tertinggal setelah diambil butir buahnya. Peningkatan produksi padi juga diiringi peningkatan limbah jerami padi. Banyaknya jerami padi yang belum dimanfaatkan secara optimal mendorong para peneliti mengembangkan potensi jerami padi menjadi sesuatu yang mempunyai nilai guna tinggi. Komponen yang terdapat dalam jerami padi antara lain: Selulosa 32-47% Hemiselulosa 19-27 % Lignin 5-24 % Abu 18.8%

Kandungan dalam Jerami padi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, di dalam jerami padi terkandung senyawasenyawa yang dapat dimanfaatkan dan memiliki potensi besar untuk dijadikan produk yang lebih bernilai guna. Jerami padi mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin dan abu. Dalam jerami padi, senyawa selulosa terkandung kira-kira sebesar 32-47%. Selulosa adalah polimer yang tersusun atas unit-unit glukosa melalui ikatan -1,4-glikosida. Bentuk polimer ini memungkinkan selulosa saling menumpuk / terikat menjadi bentuk serat yang sangat kuat. Panjang molekul selulosa ditentukan oleh jumlah unit 4 glucan di dalam polimer, disebut dengan derajat polimerisasi. Derajat polimerisasi selulosa tergantung pada jenis tanaman dan umumnya dalam kisaran 200-27.000 unit glukosa. Selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan menggunakan asam atau enzim (safan, 2008). Selain selulosa, terdapat juga senyawa lain dalam jerami yaitu hemiselulosa. Hemiselulosa yang ada dalam jerami berkisar 19-27%. Hemiselulosa mirip dengan selulosa, namun tersusun dari bermacam-macam jenis gula. Monomer gula penyusun hemiselulosa terdiri dari monomer gula berkarbon 5 (C-5) dan 6 (C-6), seperti : xylosa, mannose, glukosa, galaktosa, arabinosa, dan sejumlah kecil rhamnosa, asam glukoroat, asam metal glukoroat, dan dimensi. Kandungan lain yang ada didalam jerami padi adalah 5-24% lingnin. Lignin adalah material yang paling kuat dalam biomassa, namun sangat resisten terhadap degradasi, baik secara biologi, enzimatis, maupun kimia. Karena kandungan karbon yang relatif tinggi dibandingkan denga selulosa dan hemiselulosa lignin memiliki kandungan energi yang tinggi (safan, 2008). Lignin merupakan salah satu bagian yang berbentuk kayu dari tanaman seperti janggel, kulit keras, biji, bagian serabut kasar, akar, batang dan daun. Lignin mengandung substansi yang kompleks dan merupakan suatu gabungan beberapa senyawa yaitu karbon, hidrogen dan oksigen.

Etanol dan Bioethanol

Etanol merupakan salah satu jenis senyawa alkohol yang banyak digunakan sebagai bahan bakar. Etanol sering kali dijadikan bahan bakar yaitu bensin. Etanol yang dihasilkan dari sumber daya alam tak terbaharui yaitu fosil.
5

Bioetanol adalah etanol yang berasal dari sumber hayati. Bioetanol bersumber dari karbohidrat yang potensial sebagai bahan baku seperti tebu, nira sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, sagu, jagung: jerami, bonggol jagung dan kayu. Setelah melalui proses fermentasi, dihasilkan etanol. Dalam pembuatan bioetanol, dibutuhkan bahan baku berupa glukosa. Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6.

Gambar 1. Molekul Glukosa

Solusi yang Pernah Ditawarkan

Bioethanol yang bersumber dari berbagai sumber glukosa seperti jagung dan singjong pernah ditawarkan. Namun, kekhawatiran mengenai produksi dan adanya kemungkinan naiknya harga makanan muncul disebabkan karena dibutuhkan lahan yang sangat besar, terutama untuk makanan pokok seperti jagung. Untuk mengatasi masalah itu, jerami padi yang sudah tidak digunakan dan menjadi limbah dapat dimanfaatkan karena mengandung selulosa dan hemiselulosa yang memiliki potensi untuk diubah menjadi glukosa dan menghasilkan etanol tanpa membutuhkan lahan yang besar dan menaikkan harga makanan.

Pemanfaatan Limbah Jerami Padi

Pemanfaatan substrat jerami padi sebagai media fermentasi yang banyak mengandung selulosa untuk pertumbuhaan mikroorganisme memiliki prospek yang cerah di masa yang akan datang, karena memberikan alternatif biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan pembuatan enzim dengan menggunakan bahan-bahan kimia sintetik sebagai media pertumbuhan

mikroorganisme. Produksi enzim selulase dengan menggunakan substrat jerami padi yang

mengandung selulosa ini juga akan menghasilkan produk-produk lain yang berguna bagi manusia seperti glukosa, etanol, protein sel tunggal dan lain-lain (Darwis dan Sukara, 1990). Enzim selulase sendiri sangat penting perannya dalam hidrolisis selulosa untuk menghasilkan glukosa, yang laku dipasaran dan dibutuhkan untuk berbagai keperluan baik untuk keperluan pembuatan zat-zat kimia yang lain yang bernilai ekonomis lebih tinggi seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik, maupun digunakan sebagai sumber karbon pengusahaan mikroba untuk produksi enzim dan antibiotik (Gunam; 1997: Wyk et al, 2003; Gunam et al, 2004).

Proses Mengubah Limbah Jerami Padi menjadi Bioethanol

Jerami padi merupakan limbah pertanian yang mengandung polisakarida dalam bentuk Lignoselulosa (selulosa dan hemiselulosa), pektin dan lignin. Komponen polisakarida tersebut dapat diuraikan melalui proses sakarifikasi dan fermentasi dengan menggunakan aktifitas mikroba potensial seperti Trichoderma reesei untuk menghasilkan gula (glukosa) dan selanjutnya khamir Saccharomycess cerevisiae untuk menghasilkan etanol. Etanol dapat dihasilkan dari jerami padi dan alang-alang melalui proses secara bertahap (tahap 1 sakarifikasi untuk mengubah selulosa menjadi gula dengan menggunakan T. reesei dan tahap 2 fermentasi etanol dengan menggunakan khamir S. cerevisiae). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Elsayed B. Belal, 2011, kadar gula sederhana (glukosa) yang dihasilkan oleh hidrolisis jamur T. reesei cukup tinggi pada substrat jerami padi. Jerami padi memiliki potensi sebagai substrat dalam fermentasi etanol. Kadar etanol tertinggi yang dihasilkan secara fermentasi oleh khamir S. Cerevisiae pada jerami padi adalah sebesar 2-14%.
Untuk membuat glukosa, senyawa dari jerami padi yang dibutuhkan untuk menjadi bahan bakunya adalah selulosa. Selulosa merupakan homopolisakarida dengan glukosa sebagai monomernya, sedangkan hemiselulosa merupakan heteropolimer kompleks yang mengandung xilosa dan sejumlah glukosa, arabinosa, manosa, dan galaktosa (Burchadt dan Ingram, 1992). Dari senyawa tersebut, akan diambil glukosanya untuk difermentasikan dengan khamir Saccharomycess

cerevisiae, sedangkan lignin dari jerami padi tersebut akan dipisahkan dengan proses delignifikasi
yang dapat mempermudah pelepasan hemiselulosa pula.

Jamur yang digunakan untuk mengubah selulosa menjadi glukosa dalam proses pembuatan bioethanol dari jerami padi ini adalah Trichoderma reesei. T. reesei adalah jamur
7

mesofilik yang termasuk dalam jenis jamur berbentuk filamen. T. reesei memiliki kemampuan mensekresikan sejumlah besar enzim selulolitik, seperti selulase. Proses menggunakan jamur T. reesei memakai prinsip hidrolisis untuk mengubah komponen kompleks selulosa menjadi glukosa. Suhu dan pH sangat berpengaruh pada jamur ini. pH maksimum untuk jamur ini adalah pada pH 4.8, sedangkan suhu optimum untuk Trichoderma reesei adalah 25C. Setelah di dapatkan glukosa, glukosa akan diubah menjadi etanol dengan menggunakan khamir Saccharomycess cerevisiae.
Jerami padi

Asam Persiapan Sampel ultrasonik

Sakarifikasi (hidrolisis)

Fermentasi

Permurnian etanol
Gambar 2. Tahapan Proses Pembuatan Bioethanol dari Jerami Padi

Pembuatan bioethanol dari jerami padi secara umum melalui 4 proses, yaitu persiapan bahan baku, sakarifikasi dengan enzim selulosa (hidrolisis), fermentasi dan pemurnian untuk mendapatkan etanol. 1. Persiapan bahan baku/sampel Persiapan bahan baku dilakukan dengan memasukkan jerami padi ke dalam alat penggiling. Sebelum diproses, bahan baku berupa jerami padi sebelumnya diperkecil ukurannya dengan menggunakan crusher hingga ukuran 0,1 mm.

Setelah melalui proses persiapan sampel, tahap selanjutnya dari proses pembuatan adalah adalah penambahan asam. Asam yang digunakan adalah Asam sulfat dengan perbandingan 1:10 dengan sampel yang direaksikan pada suhu 121 C selama 15 menit. (Yoswathana and Phuriphipat, 2010). Penambahan asam ini berfungsi untuk proses delignifikasi, yaitu memisahkan selulosa dan hemiselulosa yang terikat pada lignin, sehingga glukosa yang dihasilkan nantinya dapat diubah dengan baik menjadi etanol oleh khamir.

Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah : H2SO4 C5H8O4 + H2O Hemiselulosa air C6H10O5 Selulosa

Sebelum sampel ditambahkan enzim selulosa untuk dihidrolisis, jerami padi diberi perlakuan khusus yaitu persiapan dengan menggunakan ultrasound. Sampel dipersiapkan dengan ultrasound pada 40 W selama 10 menit dengan temperature ultrasonic pada 50 C. Perlakuan ini berikan agar selulosa yang berubah menjadi glukosa dapat maksimal. Proses ultrasound ini akan memperngaruhi struktur selulosa dan pembentukan kristalnya. Setelah itu, sampel dapat dilanjutkan dengan penambahan enzim selulosa untuk memproduksi glukosa.

2. Sakarifikasi Sakarifikasi adalah proses untuk mengubah senyawa kompleks selulosa hemiselulosa menjadi glukosa. Sakarifikasi dilakukan dengan cara hidrolisis enzim pada sampel jerami padi. Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul air menjadi monomer atau penyusun terkecilnya yang direaksikan dengan zat lain dan menghasilkan zat baru. Proses hidrolisis dilakukan untuk mendapatkan glukosa yang terkandung pada jerami padi dengan menghidrolisis senyawa hidrolisis. Untuk hidrolisis enzimatik, enzim yang digunakan enzim selulosa melalui jamur Trichoderma reesei. Pemilihan jamur sebagai enzim selulosa karena jamur terkenal sebagai agen dekomposisi organic dan selulosa

yang baik (Lynd et al., 2002; Soni et al., 2010). Proses hidrolisis dengan menggunakan jamur ini dilakukan selama 12 jam dengan suhu 25 C dengan pH konstan 4.8.

Reaksi yang terjadi pada tahap hidrolisis dengan enzim ini adalah: C6H10O5 + H2O Selulosa Air C6H12O6 Glukosa

Kombinasi sakarifikasi menggunakan 3 tahap yaitu penambahan asam, pemberian ultrasound dan hidrolisis enzimatik ini memberikan konversi glukosa yang tinggi. Hasil ini menunjukan keefektifan dari kombinasi persiapan kimia dan fisika untuk hidrolisis enzimatik dari Lignoselulosa. Setelah 2 tahap ini, biasanya dilakukan detoktifikasi untuk menghilangkan substrat-substrat sampingan yang terbentuk selama persiapan dan sakarifikasi dilakukan. Substrat tersebut dapat berupa substasi furfural dan hidrometil furfural. Substrat ini adalah subtrat yang bersifat toksik yang dapat menghambat pertumbuhan khamir pada proses fermentasi nantinya.

3. Fermentasi
Setelah proses hidrolisis pada tahap sakarifikasi selesai, campuran selanjutnya masuk ke dalam tahap fermentasi. Dengan menggunakan mikroba yang berfungsi sebagai katalis

dan membantu proses fermentasi anaerob pada suhu 30C dan pH 5 dengan waktu proses fermentasi berlangsung selama 24 jam. Fermentor yang dimasukkan khamir Saccharomyces cerevisiae. Campuran yang akan difermentasikan mengandung antara lain glukosa (hasil dari proses sakarifikasi), 0.1% KH2PO4, 0.5% (NH4)2SO4, 0.05% MgSO4.7H2O and 0.1% yeast extract. Kandungan ethanol dari proses ini diukur 7 hari setelah fermentasi. (Sandhu et al., 1998; Patel et al., 2007).

Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah : C6H12O6 + S. cereviseae Glukosa ragi 2 C2H5OH + alcohol 2 CO2 + Biomassa

karbondioksida

10

4. Pemurnian Etanol Untuk mendapatkan etanol, Hasil fermentasi yang telah selesai kemudian di filter untuk memisahkan fraksi padat dan fraksi cair. Selanjutnya campuran etanol dan air yang sudah terpisah dari gula akan dimasukkan ke dalam membran ultrafiltrasi untuk memisahkan gula dengan etanol berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Selanjutnya campuran etanol dan air yang sudah terpisah dipompakan menuju tempat destilasi untuk memisahkan antara etanol dan air. Menara destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 96,5% (kondisi azeotrop). Selanjutnya campuran etanol dan air kemudian akan dimasukkan kembali ke membran pervaporasi yang kemudian dapat memurnikan etanol hingga 99,8%. Bioetanol dengan kadar 99,8% ini kemudian di dinginkan menggunakan cooler hingga suhu 30C dan kemudian bioethanol dapat disimpan dan siap digunakan.

11

KESIMPULAN
Gagasan yang diajukan

Kebutuhan masyarakat Indonesia, bahkan dunia, akan bahan bakar semakin meningkat. Penggunaaan bahan bakar dari derivate fosil yang selama ini digunakan berpotensi menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan karena fosil adalah sumber daya alam tak terbaharui. Oleh karena itu, dalam karya tulis ini, penulis memberikan gagasan solutif untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan SDA fosil sebagai etanol, yaitu dengan pembuatan bioetanol. Bioetanol yang digagaskan berbeda dengan bioetanol yang sudah ada, dimana bioetanol yang telah ada diolah menggunakan bahan baku pati dari jagung dan singkong yang sebenarnya masih dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti bahan makanan. Bioetanol yang digagas pada karya tulis ini adalah bioetanol dengan bahan baku jerami padi, dimana telah diketahui bahwa kandungan selulosa dan hemiselulosanya adalah 30-50%, namun saat ini penggunaannya belum maksimal. Dengan 4 tahap utama, limbah jerami padi diubah menjadi bioetanol yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari hari. Tahap pertama yaitu persiapan sampel, dimana terjadi proses penambahan asam dan pemberian ultrasound untuk mengubah hemiselulosa menjadi selulosa. Tahap kedua yaitu sakarifikasi, yakni hidrolisis menggunakan jamur Trichoderma reesei yang dapat memaksimalkan perubahan selulosa menjadi glukosa. Tahap ketiga yaitu fermentasi. Dalam proses ini, glukosa difermentasi menggunakan khamir Saccharomyces cerevisiae, sehingga berubah menjadi etanol. Setelah terbentuk asam laktat, maka dilakukan tahap terakhir yaitu proses pemurnian, dimana etanol yang telah dihasilkan dari hasil fermentasi, dimurnikan sehingga dapat berpisah dengan senyawa-senyawa yang terbentuk lainnya. Setelah etanol selesai dimurnikan, maka bioetanol dari jerami padi sudah didistribusikan dan siap digunakan. Prediksi Hasil Penulis memprediksi, jika langkah dan tahapan dilaksanakan dengan baik, maka hasil yang didapat juga akan seperti apa yang diharapkan. Dalam proses pembuatan bioetanol ini, kendala
12

yang akan ditemui, yaitu adanya substrat-substrat sampingan yang diproduksi dari proses persiapan sampel dan sakarifikasi. Proses detoksifikasi yang dilakukan untuk menghilangkan substrat ini memerlukan biaya dan waktu lebih dalam penanganannya. Untuk proses dan tahapan lainnya dalam proses pembuatan bioethanol ini, selain adanya substrat sampingan, tidak ditemukan lagi kendala yang cukup berarti. Bioethanol yang dihasilkan dari jerami padi ini dapat lebih ramah lingkungan karena merupakan limbah yang terus menerus akan dihasilkan dari bidang pertanian. Selain itu, limbah jerami padi ini juga melimpah jumlahnya sehingga akan lebih mudah didapatkan.

13

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Utama: Yoswathana.,N. Phuriphipat, P., Treyawutthiwat, P. & Eshtiaghi, M. N.. 2010. Bioethanol Production from Rice Straw. Thailand: Department of Chemical Engineering, Faculty of Engineering, Mahidol University.

Jurnal Pendukung: Elsayed B. Belal. 2011. Bioethanol Production from Rice Straw Residues. Egypt : Agricultural Microbiology, Dept. of Agric. Botany, Fac. of Agric., Kafrelsheikh University. Ravoof, S. A., Pratheepa, K., Supassri, T., & Chittibabu, S. 2012. Enhancing enzymatic hydrolysis of rice straw using microwave assisted nitric acid pretreatment. India: Department of Biotechnology, Periyar Maniammai University. Diep, N. Q., Fujimoto, S., Yanagida, T., Minowa, T. Sakanishi, K., Nakagoshi, N. & Tran, X. D., 2012. Comparison of the Potential for Ethanol Production from Rice Straw in Vietnam and Japan via Techno-economic Evaluation. Japan: Research and Innovation Promotion Headquaters, AIST Tsukuba Central ,Umezono, Tsukuba, Ibaraki.

14

Anda mungkin juga menyukai