Ahsan, Mukhamad Fathoni, Nurul Bariyyah ABSTRAK Tuberkulosis membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk mencapai kesembuhan. Tipe pengobatan jangka panjang menyebabkan besarnya angka ketidakpatuhan pasien dalam berobat yang dapat memungkinkan terjadinya bahaya resistensi obat. Dibutuhkan suatu lingkungan yang mendukung pasien tuberkulosis paru kambuh agar patuh dalam menjalani pengobatan jangka panjang. Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan serta menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik total sampling dengan kriteria inklusi didapatkan sampel sejumlah 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian, dukungan keluarga pada Pasien Tuberkulosis Kambuh dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang tergolong dukungan keluarga baik (83,3%) sedangkan tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan tergolong kepatuhan sedang (40%), tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pada pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan (p=0,349). Penelitian selanjutnya disarankan menggali faktor penyebab tingkat kepatuhan sedang dan rendah pada pasien tuberkulosis kambuh. Kata kunci: Dukungan Keluarga, Tingkat Kepatuhan Pengobatan, Tuberkulosis kambuh
ABSTRACT Tuberculosis requires long term treatment to achieve a cure. Type of long-term treatment causes the amount numbers of non-compliance patients in the treatment which may allow the danger of drug resistance. It needs a supportive environment for relapse pulmonary tuberculosis patients to be adherence in long-term treatment. Patient adherent is influenced by family support. This study aims to identify the family support and level of patient adherence in the treatment of tuberculosis relapse and to analyze the relationship of family support with level of compliance of tuberculosis relapse patients undergoing the treatment in all primary health care of Malang. This study uses cross-sectional design. The sample was selected using a sampling technique with total inclusion criteria obtaining a sample of 30 people. Based on this research, family support on relapsed Tuberculosis Patients undergoing treatment in the primary health care of Malang was considered good family support (83.3%), while the level of compliance in treatment adherence was classified as moderate (40%), there was no significant relationship between family support with level of compliance to tuberculosis patients in relapse treatment (p = 0.349). It is suggested for further research to explore the factors causing medium and low adherers to tuberculosis relapse patients. Keywords: family support, the level of compliance in undergoing treatment, relapse pulmonary tuberculosis patients
PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi yang masih
masyarakat. penelitian
Sementara &
itu,
dari
hasil (2011)
Setiono
Musrichan
menemukan kasus kambuh sebanyak 11 dari 98 orang (11,2%)1,6,7,8. Penderita TB Paru BTA Positif akan menjadi sumber penularan bagi lingkungan sekitarnya. Penularan TB disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran penderita dalam menjalani penyembuhan proses pengobatan tidak dan jarang
menjadi masalah utama di Indonesia maupun di dunia oleh karena tingginya tingkat
bahwa pada tahun 2010, sebanyak 8,8 juta orang menderita Tuberkulosis dan 1,4 juta meninggal karena Tuberkulosis (TB atau TBC). Sedangkan di Indonesia yang
sehingga
merupakan salah satu dari lima negara dengan beban Tuberkulosis tertinggi secara
mengakibatkan tingginya angka kegagalan pengobatan menyebabkan penderita makin TB banyak paru dan
ditemukan
penderita TB paru dengan BTA yang resisten dengan pengobatan standar sehingga banyak menimbulkan penyebab kekambuhan. Salah satu adalah
terjadinya
kekambuhan
riwayat minum obat yang tidak teratur karena ketidakpatuhan pengobatan yang dapat
memungkinkan terjadinya bahaya resistensi obat. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kepatuhan pasien dalam pengobatan 9,10,11. Faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan pasien dalam pengobatan adalah dukungan keluarga, seperti pada penelitian Hutapea dukungan yang keluarga menyimpulkan dapat bahwa
meningkatkan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis penderita TB Paru. Hal ini didukung pada penelitian Syahputra tentang hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien minum obat, menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien minum obat.
Namun, berbeda dengan penelitian Dewi, Nursiswati & Ridwan, pada penelitian
tersebut tidak didapatkan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien TB
12,13,14,15
Kota Malang pada tahun 2012 (periode Januari hingga Desember) dan tahun 2013 (periode Januari hingga Mei) sebanyak 37 orang. Sampel. Teknik Sampling yang
dalam .
menjalani
pengobatan
Tujuan Umum. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan pada pasien TB Paru kambuh di Puskesmas Se-Kota Malang. Manfaat. penelitian lain Akademik. untuk Mendukung solusi
digunakan adalah total sampling. Kriteria inklusi: Pasien yang tercatat sebagai pasien TB paru dengan pengobatan lini II kategori kambuh, pasien pindahan/rujukan dari unit pelayanan kesehatan lain seperti Rumah Sakit Umum, Dokter Praktek Swasta dan lainlain dan bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi. Pasien yang dinyatakan meninggal pada saat akan dilakukan pengambilan data. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 37 orang tetapi pada saat dilakukan penelitian jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 orang karena 3 orang pasien meninggal dunia, 2 orang tidak bersedia menjadi subjek penelitian dan 2 orang berdomisili di luar kota. Penelitian ini menggunakan dua angket pertanyaan tertutup dengan skala berbeda. Variabel dukungan keluarga menggunakan skala likert dalam bentuk checklist sejumlah 16 item pernyataan dengan 4 pilihan jawaban (selalu/sering/ kadang-kadang/tidak pernah.
mencari
pemecahan masalah terkait kurang patuhnya pasien kambuh dalam menjalani pengobatan tuberkulosis. Praktis. Memberikan informasi pentingnya dukungan keluarga terhadap
kepatuhan pasien yang dapat digunakan untuk panduan dalam upaya pencegahan pasien konseling kambuh kepada dengan keluarga memberikan sehingga
mengetahui cara merawat keluarga mereka yang dalam mengalami Tuberkulosis. program Masukan khususnya
penyusunan
pasien kambuh terkait dengan pengoptimalan peran keluarga dalam merawat keluarga yang sakit dalam upaya penanggulangan TB. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian. Jenis penelitian adalah deskriptif korelasional dengan desain Cross Sectional Study, untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan dalam menjalani
Variabel kepatuhan menggunakan alat ukur kuesioner MMAS-8 sebanyak 8 item pertanyaan dengan skala Guttman dan Likert. Pilihan jawaban ya/tidak, sedangkan item
nomor 8 yang merupakan skala likert, pilihan jawaban tidak pernah/sekali-sekali/kadangkadang/biasanya /selalu16. Uji dengan validitas koefisien menggunakan alpha teknik
pengobatan pada pasien TB Paru kambuh di Puskesmas Se-Kota Malang. Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita TB paru pengobatan lini II kategori kambuh di 15 Puskesmas se-
hubungan antara dua variabel adalah uji Spearman Rank dengan SPSS 16 for windows. Uji korelasi menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan signifikansi 5%. HASIL PENELITIAN Dukungan Keluarga
40 20 0 Baik 25 4 Cukup 1 Kurang
n = 30 Gambar 1 Distribusi Frekuensi Dukungan keluarga Pasien TB Kambuh yang Menjalani Pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang
hampir setengahnya mendapat informasi yang cukup dan kurang dari keluarga. Untuk dukungan penghargaan digambarkan bahwa sebagian besar dukungan penghargaan yang didapatkan responden adalah baik yaitu
sebesar 63.3% (19 responden) dan hampir setengahnya tergolong cukup dan kurang dalam mendapatkan dukungan penghargaan. Berdasarkan data hasil penelitian
emosional yang baik yaitu sebesar 83.3% (25 responden) dan sebagian kecilnya mendapat dukungan emosional cukup. Begitu pula
data
hasil
dengan subvariabel dukungan instrumental digambarkan dukungan bahwa sebagian yang besar
keluarga gambar 1
keseluruhan
instrumental
didapatkan
menggambarkan dukungan
bahwa
sebagian yang
responden adalah baik yaitu sebesar 80% (24 responden) dan sisanya mendapat dukungan instrumental yang cukup dan kurang. Kepatuhan
15
keluarga
didapatkan
responden adalah baik yaitu sebesar 83.3% (25 responden), kategori cukup sebanyak 4 responden (13.3%), dan 1 (3.3%) responden kategori kurang.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Sub-variabel Dukungan Keluarga Pasien TB Paru Kambuh di Puskesmas Se-Kota Malang
No 1 2 3 4
Dukungan keluarga Baik Cukup Kurang N % N % N % 20 66.7 8 26.7 2 6.7 19 63.3 10 33.3 1 25 83.3 24 80 5 16.7 0 5 16.7 1 3.3 0.0 3.3
Berdasarkan
data
hasil
penelitian di
sedang,
atas menggambarkan bahwa sebagian besar responden mendapat dukungan informasi baik yaitu sebesar 66.7% (20 responden), dan
kategori kepatuhan tinggi sebesar 36.7% (11 responden) dan 23.3% (7) responden dalam kategori kepatuhan rendah.
Hubungan
Dukungan
Keluarga
dan
cukup
serta
responden keluarga
yang kurang
mendapatkan
dengan tingkat kepatuhan rendah. Hasil uji korelasi spearman diperoleh nilai koefisien korelasi antara variabel 1 dan 2 sebesar -0,177 memiliki dengan kambuh yang berarti dukungan yang tidak pasien menjalani
Sedang N (%) 8 (26.7) 3 (10.0) 1 (3.3) 10 ( 33.3) 2 (10.0) 0 (0.0) 11 ( 36.7) 1 (3.3) 0 (0.0) 9 (30.0) 3 (10.0) 0 (0.0) 11 ( 36.7) 1 (3.3) 0 (0.0)
Baik 6 (20.0) Cukup 4 (13.3) Kurang 1 (3.3) Baik 5 (16.7) Dukungan Cukup 5 (16.7) Penghargaan Kurang 1 (3.3) Baik 9 (30.0) Dukungan Cukup 2 (6.7) emosional Kurang 0 (0.0) Baik 9 (30.0) Dukungan Cukup 2 (6.7) instrumental Kurang 0 (0.0) Baik 8 (26.7) Dukungan Cukup 2 (6.7) keluarga Kurang 1 (3.3) Dukungan informasi
Renda h N (%) 6 (20.0) 1 (3.3) 0 (0.0) 4 (13.3) 3 (10.0) 0 (0.0) 5 (16.7) 2 (6.7) 0 (0.0) 6 (20.0) 0 (0.0) 1 (3.3) 6 (20.0) 1 (3.3) 0 (0.0)
Total N (%) 20 (66.7) 8 (26.7) 2 (6.7) 19 (63.3) 10 (33.3) 1 (3.3) 25 (83.3) 5 (16.7) 0 (0.0) 24 (80) 5 (16.7) 1 (3.3) 25 (83.3) 4 (13.3) 1 (3.3)
keluarga signifikan
hubungan
kepatuhan dalam
tuberkulosis
pengobatan, sedangkan besar signifikansi adalah 0,349, karena angka tersebut di atas 0.05 (p>0.05) maka H0 gagal ditolak, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga kepatuhan pasien tuberkulosis
Pada hasil tabel silang terlihat bahwa terdapat 8 responden yang mendapatkan dukungan kepatuhan keluarga tinggi baik dengan tingkat
dengan
kambuh dalam menjalani pengobatan. PEMBAHASAN Berdasarkan diketahui bahwa hasil sebagian di atas, besar dapat pasien
dalam
menjalani
pengobatan, 2 responden yang mendapatkan dukungan keluarga cukup dengan tingkat kepatuhan tinggi, serta 1 responden yang mendapatkan dukungan keluarga kurang
dengan tingkat kepatuhan tinggi. Responden dukungan kepatuhan keluarga sedang yang baik mendapatkan dengan tingkat
keluarga baik. House membagi dukungan keluarga menjadi 4 bentuk yaitu dukungan informasional, dukungan
17
penghargaan, dukungan
dalam
menjalani
pengobatan sebanyak 11 responden, terdapat satu responden mendapat dukungan keluarga cukup dengan kepatuhan sedang dalam
menjalani pengobatan serta tak satupun responden mendapatkan dukungan keluarga kurang dengan tingkat kepatuhan sedang dalam menjalani pengobatan. Responden dukungan kepatuhan keluarga rendah yang baik mendapatkan dengan tingkat
informasional baik, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebagian besar responden mendapatkan nasihat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi dari keluarga
dengan baik. Sesuai dengan penelitian Dewi, Nursiswati menyimpulkan memberikan & Ridwan, sebagian dukungan yang besar informasi juga
dalam
menjalani
keluarga kepada
atau suntik. Informasi ini bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam
dan
mendampingi
pasien
ketika
kontrol
maupun pada saat minum obat atau suntik 17. Bentuk dukungan yang terakhir yaitu dukungan emosional. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa 83.3% responden mendapat dukungan emosional baik. Hal ini berarti sebagian besar responden menerima ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap keadaan pasien misalnya dalam bentuk mendengarkan keluhan psikologis
minum obat secara teratur dan tepat baik waktu maupun dosisnya. Secara konkret pemberian dukungan informasional yaitu
berupa nasihat atau pemberian informasi yang dibutuhkan terkait pengetahuan keluarga tentang TBC misalnya tanda dan gejala serta pengobatannya (diet, terapi obat atau suntik) yang diperoleh
15
dari
penjelasan
petugas
kesehatan, selebaran, televisi, koran, dan lain-lain . Bentuk dukungan keluarga yang
karena efek samping pengobatan, sehingga dengan adanya dukungan tersebut meyakini bahwa dirinya serta diurus, tidak diperhatikan, menyalahkan dan atas
kedua ialah dukungan penghargaan. Dari penelitian diperoleh hasil sebagian besar
disayangi
responden (63,3%) mendapatkan dukungan penghargaan baik. Hal ini berarti sebagian besar responden tergolong baik dalam bentuk dukungan penghargaan positif, dorongan
kepercayaan diri pasien untuk tetap patuh menjalani pengobatan17,19. Kepatuhan pasien sangat dituntut
maju untuk sembuh, pujian ketika berhasil minum obat atau suntik, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain. Dukungan penghargaan dapat meningkatkan harga diri seseorang dan effikasi diri sehingga perilaku yang diinginkan dapat tercapai18. Dukungan instrumental yaitu bentuk dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau material. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar
dalam menjalani pengobatan jangka panjang ini. Dengan upaya patuh dalam minum obat diharapkan kemampuan bakteri dalam tubuh dapat berkurang dan mati. Kepatuhan minum obat ini diperlukan pada seluruh penyakit terutama penyakit TBC yang membutuhkan pengawasan ekstra dalam pengobatannya. Kepatuhan meliputi sejauh mana pasien mengikuti jadwal minum obat dan suntik mereka seperti yang telah ditentukan penyedia perawatan15. Hasil menunjukkan responden penelitian bahwa termasuk hampir dalam kepatuhan sebagian kategori
responden (80%) mendapatkan dukungan instrumental menunjukkan cukup. bahwa Data sebagian cukup tersebut besar
responden tergolong
mendapatkan
dukungan keluarga instrumental. Dukungan instrumental tersebut merupakan bantuan yang dapat terlihat nyata seperti menyediakan dana yang dibutuhkan selama proses
kepatuhan sedang sebesar 40%, berikutnya kepatuhan tinggi 36,7%, dan sebagian kecil 7 responden (23.3%) dalam kategori kepatuhan rendah. Banyaknya jumlah responden yang termasuk dalam kategori kepatuhan sedang
dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan yang mempunyai efek positif maupun negatif antara lain faktor struktural dan ekonomi, pasien, terapi,
Berdasarkan hal tersebut, dukungan keluarga sangat memegang peranan yang penting dalam kepatuhan anggota keluarga lainnya. Namun dari hasil penelitian, ternyata tidak didapatkan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani
dukungan dari petugas pelayanan kesehatan dan faktor kondisi18. Teori biomedis menyatakan bahwa ketidakpatuhan dihubungkan dalam hal
pengobatan TB. Dukungan keluarga tidak hanya mengakibatkan efek memudahkan tapi juga dapat menghambat perilaku kepatuhan dalam menjalani pengobatan TB 17. Berdasarkan dukungan keluarga hasil tidak penelitian, berhubungan
karakteristik pasien termasuk usia. Selain itu, tidak adanya dukungan sosial dan kehidupan yang tidak mapan menciptakan lingkungan yang tidak mendukung kepatuhan dalam pasien program dan
tercapainya
kompleksitas regimen pengobatan merupakan faktor yang mempunyai efek negatif terhadap kepatuhan
22,23
perilaku menurut Snehandhu adalah niat seseorang sehubungan bahwa dengan perilaku bertindak atau
Hasil analisis didapatkan tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dewi, Nursiswati dan Ridwan, yang juga menyimpulkan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan TBC15. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam berobat adalah dukungan sosial di antaranya adalah dukungan dari keluarga. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah melakukan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit. Keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan dukungan agar pasien rutin dalam pengobatan. Adanya perhatian dan dukungan keluarga dalam mengawasi dan mengingatkan penderita untuk minum obat dapat memperbaiki derajat kepatuhan penderita17,18,20.
kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh sikap yang terdiri dari keyakinan dan evaluasi terhadap hasil perilaku serta motivasi untuk patuh, dan otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan.
Sedangkan menurut teori sosial kognitif, perilaku dapat dipengaruhi oleh efikasi diri dalam menjalani pengobatan 15,21,22. Kemungkinan hal ini dapat menjadi penyebab tidak terdapatnya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien minum obat TB. PENUTUP Kesimpulan 1. Dukungan keluarga pada pasien
sebanyak cukup
83,3%,
dukungan 13,3%
keluarga 3,3%
Bagi Masyarakat terutama keluarga dan pasien agar meningkatkan peran serta dalam pengobatan TB dan perlunya pendekatan lintas sektoral khususnya upaya peningkatan ekonomi masyarakat sehingga tidak menjadi alasan lagi untuk tidak minum obat oleh karena efek samping yang mengganggu aktivitas pekerjaan pasien. Bagi Penelitian Selanjutnya, hendaknya menggali faktor penyebab kepatuhan sedang dan rendah menggunakan desain cohort
sebanyak
dan
kambuh dalam menjalani pengobatan di 15 Puskesmas Se-Kota Malang, hampir sebagian responden termasuk dalam
kategori kepatuhan sedang yaitu sebesar 40%, serta 36,7% dalam kategori
kepatuhan tinggi dan 23,3% kategori kepatuhan rendah. 3. Tidak ada antara hubungan yang signifikan dengan Paru
untuk
mendapat
sampel
lebih
banyak,
dukungan pasien
keluarga
hendaknya dilakukan penelitian tentang faktor terapi misalnya motivasi untuk tetap patuh berobat samping dalam ringan menyeimbangkan maupun berat efek yang
kepatuhan
Tuberkulosis
kambuh dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang. Saran Bagi Institusi diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pemikiran dan pengembangan konsep keperawatan
mengukur variabel secara objektif, terutama variabel kepatuhan, misalnya dengan dan mengombinasikan pengkajian medis. DAFTAR PUSTAKA kuesioner Morisky
dukungan dari keluarga dan saran bagi puskesmas agar sistem pencatatan rekam pasien yang lebih baik. Bagi Praktek Keperawatan. Tenaga
kesehatan diharapkan meningkatkan kegiatan kunjungan rumah pada pasien tuberkulosis kambuh untuk pengawasan minum obat dan memonitor (terutama pekerjaan efek yang pasien) samping yang terjadi aktivitas diupayakan
mengganggu sehingga
berkolaborasi dalam
menyesuaikan dosis,
mengganti obat dengan yang lain, yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi dalam kepatuhan berobat.
1. WHO. 2011. Country Profile, (online), http://www.who.int/tb/publications/ global_report/2011/ gtbr11_a2.pdf, diakses pada tanggal 14 Oktober 2012. 2. WHO. 2011. Tuberculosis Control in The South-East Asian Region. http://www.searo.who.int/LinkFiles/TB_Da y_Kit_TB_Annual_Report_2011.pdf, diakses pada tanggal 14 Oktober 2012. 3. WHO. 2012. Tuberculosis, (online) http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs104/en/, diakses pada tanggal 6 Oktober 2012. 4. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan. 2012. Profil Data Kesehatan indonesia tahun 2011. http://www.depkes.go.id/downloads/PROF
IL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TA HUN_2011.pdf, diakses pada tanggal 14 Oktober 2012. 5. Hermayanti, D. 2010. Studi Kasus Drop Out Pengobatan Tuberkulosa (TB) di Puskesmas Kodya Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. 6. Dinas Kesehatan Kota Malang. 2013. Laporan Triwulan Penemuan Pasien TB Per UPK. 7. Setiono, A. & Musrichan. 2011. Uji Diagnostik Pemeriksaan Immunochromatographic Tuberculosis (ICT TB) dibandingkan dengan Pemeriksaan BTA Sputum Pada Tersangka Penderita TB Paru Di RSUP Dr Kariadi Semarang. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro. 8. Maharani, L., Affandi, B., Aditama, T. Y., Prihartono, J. 2009. Profil perempuan hamil penderita tuberkulosis di poliklinik tuberkulosis Persatuan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia Baladewa Jakarta Pusat. http://indonesia.digitaljournals.org/index.ph p/IJOG/article/viewFile/955/952, diakses pada tanggal 6 Oktober 2012. 9. Rochana, R.N. 2009. Evaluasi Kepatuhan Pasien Pengobatan Obat Hipoglikemik Oral Bagi Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 10. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak. 11. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Penanggulangan TB di Tempat Kerja (Workplace). 12. Syakira. 2012. Gambaran Pelaksanaan Tugas Pengawas Minum Obat Dan Kepatuhan Pasien Penderita TBC Dalam Mengkonsumsi Obat di RSUD Toto. Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Jurusan Farmasi. 13. Hutapea, T. P. 2010. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis, (online), http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/Du kungan%20Keluarga.pdf, diakses pada tanggal 11 Oktober 2012.
14. Syahputra Y, M. I. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pasien Minum Obat di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. 15. Dewi, M., Nursiswati & Ridwan. 2009. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pasien TBC dalam Menjalani Pengobatan di Tiga Puskesmas, Kabupaten Sumedang. Vol. 10 (No. XIX), hal 60. 16. Purwaningtyas, E., Ikawati, Z., Pramantara, D.P. 2011. Hubungan kepatuhan penggunaan Obat dengan persistensi Pengisian Obat pada Pasien Hipertensi di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. FK UGM dan RSUP Sardjito Yogyakarta. 17. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan, PT Grasindo, Jakarta. 18. WHO. 2003. Adherence to Long-Term Therapies : Evidence for action , (online), (http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/s488 3e/s4883e.pdf, diakses 22 Oktober 2012) 19. Peraturan Pemerintah RI No 40 Tahun 2011 Tentang Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Atau Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Atau Pelaku Pornografi, (online), (http://www.bkkbn.go.id/jdih/Peraturan%20 PerundangUndangan %20Pusat/PP%20NOMOR%2040%20TA HUN%202011%20PEMBINAAN,%20PEN DAMPINGAN,%20DAN%20PEMULIHAN %20TERHADAP%20ANAK%20KORBAN %20PORNOGRAFI.txt, diakses 30 Oktober 2012). 20. Ali. 2009. Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta. 21. Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. 22. Munro, S.; Lewin, S.;, Swart, T; & Volmink, J. 2007. A review of health behaviour theories: how useful are these for developing interventions to promote longterm medication adherence for TB and HIV/AIDS? BMC Public Health, 7:104. 23. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Kepatuhan Pasien: Faktor penting dalam Keberhasilan Terapi, volume 7 no 5 edisi September.