Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM


DI RUANG MERAK RSUD DR SOETOMO SURABAYA

Siska Dwi Purwaningtyas, S. Kep

(131413143025)

Putri Prawitasari, S. Kep

(131413143063)

Rizki Agustino, S. Kep

(131413143065)

Rizka Perwitasari, S. Kep

(131413143073)

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi dan Fisiologi
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang
dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri
dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.

Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat


ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk
ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir ke atas
dan belakang , sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan.Ujung
yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada
uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.
Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan
ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi
satu dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua
ligamentum berasal dari gubernakulum.

Struktur ovarium terdiri atas:


a. korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang
berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel
primordial
b. medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh-pembuluh darah, , serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap
bulan satu folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graff. Folikel-folikel ini merupakan
bagian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak
yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu
sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi folikel de
Graff yang matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung estrogen dan
siap untuk berovulasi.
Folikel de Graff yang matang terdiri atas :
a. Ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus
pula.

b. Stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor
follikuli.
c. Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan
sel-sel yang lebih kecildaripada sel granulose
d. Teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.
Pada ovulasi, folikel yang matang dan yang mendekati permukaan
ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang
melekat pada ovum dan yang membentuk korona radiata bersama-sama ovum
ikut dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua
tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.
Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai
berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli.
Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di
situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel
diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di
dalam sel-selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus
luteum. Sel-selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler
dan jaringan ikat diantaranya.
Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada
pembuahan ovum, sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan
menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat
laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi , korpus luteum tetap
ada, malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2.5 cm pada
kehamilan 4 bulan.

1.2 Definisi
Kanker Ovarium adalah tumor ganas pada ovarium. Kanker ovarium
berasal dari sel-sel yang menyusun ovarium, yaitu sel epitel permukaan, sel
germinal, dan sel stromal (Syafudin & Hamidah, 2007). Kanker jenis ini
biasanya disebut silent killer karena gejalanya sangat sulit diketahui dengan

pasti hingga penderita memasuki stadium lanjut. Pada umumnya kanker akan
terdeteksi jika sudah menyebar ke daerah panggul.

Gambar 1.3 Kanker Ovarium


Kanker ovarium biasanya terjadi pada umur di atas 50 tahun (60%
penderita), sedangkan pada perempuan usia reproduktif terjadi pada 30%
kasus kanker ovarium, dan pada usia lebih muda terjadi pada 10% penderita.
Kanker atau tumor ganas akan menginvasi dan menghancurkan
jaringan sekitarnya yang masih sehat. Sel kanker juga bisa menyebar ke organ
lain membentuk tumor baru. Kanker menyebar melalui aliran darah, atau
cairan limphe, atau menyebar melalui cairan tubuh lainnya seperti cairan
rongga perut, rongga paru, dan rongga jantung. Proses keganasan bermula
dari sel jaringan ikat ovarium termasuk sel epitel permukaan sel bakal telur
dan jaringan ikat penunjang sel bakal telur. Kanker ovarium termasuk
keganasan nomor 2 terbesar dari keganasan alat kandungan.

1.3 Etiologi
Sebab degenerasi kanker ovarium tidak jelas diketahui, Fathalla
(1971) dalam teorinya Hipotesis incessant ovulation mengemukakan bahwa
terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada
saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel kanker (Manuaba, 2010).

Walaupun etiologi kanker ovarium tidak jelas diketahui, namun


ada beberapa faktor resiko yang meningkatkan insidensi kanker ovarium,
yakni :
a. Faktor genetik
Terdapat riwayat kanker ganas pada anggota keluarga. Hal ini
meningkatkan risiko penyakit hingga 10 sampai 15 persen .
b. Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2
Gen BRCA 1 dan BRCA 2 adalah gen penekan sel tumor, sehingga
bila terjadi mutasi akan menimbulkan resiko kanker ovarium sekitar 27%.
c. Sindrom warisan herediter non polyposis kanker kolorektal (HNPCC)
Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker
kolon yang tidak berbentuk polip memiliki resiko kanker ovarium.
HNPCC disebabkan oleh mutasi pada gen MSH 2, MSH 1, PMS 1, dan
PMS 2.
d. Usia
Usia rerata onset penyakit kanker ovarium adalah 59 tahun. Resiko
makin tinggi apabila wanita melahirkan pada umur agak tua.
e. Paritas yang rendah
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi
memiliki risiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada
nullipara, yaitu dengan risiko relatif 0,7. Pada wanita yang mengalami 4
atau lebih kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker ovarium berkurang
sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita nullipara.
f. Infertilitas
Hal ini berkaitan dengan proses ovulasi dalam ovarium. Pada
lapisan korteks, gamet mengalami perkembangan untuk menjadi matang
dan siap dilepaskan ke rahim dalam hal ini terjadi setiap bulannya.
Teorinya, perubahan epitel korteks secara terus menerus untuk
mematangkan gamet dapat memicu terjadinya mutasi spontan yang pada
akhirnya menimbulkan kanker pada ovarium. Pada wanita yang hamil
proses ini terhenti untuk 9 bulan sehingga resiko kanker semakin turun.
g. Terapi hormon estrogen berlebihan

Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause dengan


estrogen saja selama 10 tahun akan meningkatkan risiko relatif. Pemakaian
terapi pengganti hormon dengan estrogen yang diikuti pemberian
progestin menunjukkan penurunan resiko. Selain itu, penggunaan pil
kontrasepsi pre menopause menurunkan resiko kanker ovarium.
h. Menstruasi yang terlalu dini
i. Tinggal dan mengikuti pola hidup masyarakat negara industri
Kejadian kanker ovarium tinggi di negara industri diperkirakan
karena mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak.

1.4 Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor
ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering
pada usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan
pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor
ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang
menyebabkan

berbagai

keluhan

samar-samar.

Kecenderungan

untuk

melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas
ovarium yang menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama
tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan,
aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.
1. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan
tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat
mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali
jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi

a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak


sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan
menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui
ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan
menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman
patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut
d. Robekan dinding kista
Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa
nyeri terus menerus.
e. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor
diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Tumor ganas merupakan
kumpulan tumor dan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal
dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal)
dengan sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam, kirakira 60% terdapat pada usia peri menopause 30% dalam masa
reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda. Tumor ovarium yang ganas,
menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan
supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh
terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan
masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas ovarium
(Harahap, 2003).

1.5 Klasifikasi
Jenis kanker ovarium ada tiga, yakni :
a. Epitelial

Kanker ovarium epitelial berkembang dari permukaan luar ovarium.


Kanker ini merupakan jenis kanker yang paling sering (8590%)
dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Beberapa
gambaran kanker ovarium epitelial dari pemeriksaan mikroskopis berupa
serous, mucous, endometrioid, dan clear cell.
b. Germinal
Kanker ovarium sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum.
umumnya kanker ovarium germinal adalah jinak meskipun beberapa
menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal terutama adalah teratoma,
dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan tumor
germinal terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun.
c. Stromal
Kanker ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis kanker ini jarang
ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartolileydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah
(Heffner&Schust, 2007).
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International
Federation of Gynecology and Obstetrics (Benson & Pernoll, 2008).
Stadium Uraian
I

Terbatas hanya di dalam ovarium

IA

Jaringan tumor hanya pada sebelah ovarium

IB

Jaringan tumor hanya terbatas ada di kedua belah ovarium tetapi sel kanker
tidak terdapat di permukaan tumor dan kapsul tumor masih membungkus rapi

IC

(intake)
Sel kanker sudah terdapat di permukaan dan kapsul tumor sering sudah sobek

II

Kanker sudah mengenai kedua ovarium dan alat-alat rongga panggul


lainnya sudah diekspansi sel kanker

IIA

Ekspansi sel kanker ovarium baru terbatas di uterus dan ovarium

IIB

Organ lain di rongga panggul sudah diekspansi sel kanker

IIC

Sel kanker sudah terdapat di permukaan. Kapsul tumor sudah diekspansi sel
kanker dan sudah terjadi penumpukan cairan di dalam rongga perut(ascites).

III

Sel kanker sudah menyerang kedua ovarium. Sel ini sudah terdapat pada
organ di luar rongga panggul serta pada kelenjar limfe.

IIIA

Sel kanker masih berada di dalam rongga panggul dan belum ada penyebaran di
kelenjar getah bening, tetapi secara mikroskopis, mungkin sel kanker sudah
ditemukan di luar rongga panggul.

IIIB

Sel kanker sudah menyebar di kedua pihak ovarium dan permukaan selaput
rongga perut(peritonium) dengan ukuran tumor>2 cm, tetapi kelenjar getah
bening tetap belum di metastase kanker

IIIC

Penyebaran kanker ke selaput pembungkus perut (peritoneum) dengan diameter


tumor >2cm, dan sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening lipat
paha dan di luar rongga perut (retroperitonium)

IV

Kedua ovarium sudah di metastase kanker, juga alat-alat yang jauh dari
ovarium, seperti paru dan hati

1.6 Manifestasi Klinis


Sering kali kanker ovarium tidak memperlihatkan gejala karena biasanya
pasien yang datang untuk berkonsultasi sudah pada kondisi yang parah.
Keluhannya bervariasi dari tanpa sampai menunjukkan keluhan pada stadium
lanjut (Yatim, 2005).

Gambar 1.4 Gejala awal kanker ovarium


a. Keluhan karena ditemukan suatu massa di bagian bawah perut :
i. Nyeri perut

ii. Rasa tertekan pada rongga panggul


iii. Bertambahnya ukuran perut
iv. Nafas pendek
b. Menstruasi irreguler
c. Perdarahan pervagina
d. Gangguan pencernaan (dyspepsia, indigesti)
e. Gangguan buang air kecil (poliuria sampai disuria)
f. Gangguan peristaltik usus menimbulkan perut kembung
g. Berat badan turun secara nyata
h. Keluhan pada stadium lanjut :
i. Perut terasa besar karena massanya besar
ii. Terdapat asites
iii. Mual, muntah, konstipasi, anoreksia, obstruksi usus (metastase ke usus)

1.7 Pemeriksaan Penunjang


Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu,
apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat
jinak atau ganas (kanker ovarium). Ciri-ciri kista yang bersifat ganas yaitu
kista cepat membesar, kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan,
dan kista dengan bagian padat (Otto, 2003).
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium
seperti :
a. Pemeriksan darah lengkap
b. Pemeriksaan kimia darah
c. Analisa air kemih
d. Pemeriksaan saluran pencernaan
e. CT scan atau MRI perut.
f. Pemeriksaan panggul
g. Staging laparotomi
Operasi ini bertujuan untuk menentukan stadium penyakit sehingga dapat
ditentukan rencana pengobatan selanjutnya. Sebelumnya, dilakukan

pemeriksaan ke laboratorium Patologi Anatomik (pemeriksaan potong


beku). Apabila hasil pemeriksaan potong beku bukan suatu kanker, maka
operasi selesai. Sebaliknya bila hasil pemeriksaan potong beku adalah
kanker ovarium maka operasi dilanjutkan dengan mengangkat rahim,
ovarium sisi lain, omentum, dan organ yang terkena metastase.
h. USG
Pemakaian USG transvaginal dapat meningkatkan ketajaman diagnosis
karena mampu menjabarkan morfologi tumor ovarium dengan baik.
Morfologi tumor ovarium yang diperiksa terdiri atas tiga kategori, yaitu
volume tumor, struktur dinding tumor, dan struktur septum tumor.
Pemakaian USG transvaginal dapat membedakan tumor ovarium jinak
dengan tumor ovarium ganas.
i. Pemeriksaan CT-Scan
CT-scan dapat mengetahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke
hepar dan kelenjar getah bening, ascites, dan penyebaran ke dinding perut.
Akan tetapi, CT-scan kurang disenangi karena risiko radiasi, risiko alergi
terhadap zat kontras, kurang tegas dalam membedakan tumor kistik
dengan tumor padat, serta biayanya mahal.
j. Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta HCG dan
alfafetoprotein
Wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut terjadi peningkatan Ca-125
(>35/ml) sekitar 80% walaupun ketepatan pemeriksaan ini baru mencapai
50 % pada stadium dini, pada wanita premonopause, kehamilan,
endometriosis, fibroid uterine, penyakit ganguan fungsi hati dan kista
ovarium juga terjadi peningkatan kadar CA-125.

1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
a. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke
strukturstruktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui

penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan


rongga panggul.
b. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura.
Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :
1. Infertilitas, adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga
muncul maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis
3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus,
asites fistula dan edema ekstremitas bawah (De Jong, 2003).

1.9 Prognosis
Walaupun angka harapan hidup 5 tahun meningat jelas dengan
dilakukannya terapi, namun hasilnya masih tetap rendah, yaitu 39%.
Prognosis meningkat 87% jika penyakit didiagnosis pada tahap dini dan
diterapi dengan cepat. Oleh karena kanker ovarium biasanya tidak
menunjukkan gejala, hanya 23% pasien yang terdiagnosis pada saat tumor
masih terlokalisir. Pasien yang didiagnosa pada tahap metastasis jauh,
memiliki angka harapan hidup 5 tahun sebesar 19% (Otto,2003).

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ny H usia 56 tahun merupakan pasien rujukan dari RS Ramelan Surabaya
dengan keluhan muncul luka di bagian abdomen, luka keluar nanah dan darah.
Jumlah cairan yang keluar 10cc, dengan warna merah segar. Sebelumnya luka
yang muncul seperti udun, tetapi oleh pasien digaruk dan pecah. Selain itu pasien
juga mengeluh perutnya membesar dan nyeri. Riwayat kesehatan Ny H,
sebelumnya pernah melakukan operasi post optimal debulking massa tumor.
Observasi tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg ; Nadi: 80x/mnt ; Suhu: 36
0

C ; RR: 18 x/menit. Diagnosa medis Ny H adalah Ca Ov IC+post optimal

debulking+fistel abdomen infiltrasi massa tumor

2.1 Pengkajian

Identitas

Pengkajian tanggal: 14 November 2014


Tanggal MRS
: 10 November 2014
Ruang/Kelas
: Merak/kelas 3

Jam
:
No. RM : 12.23.5x.xx
Dx. Medis: Ca Ov IC+post optimal
debulking+fistel abdomen infiltrasi
massa tumor

Nama Ibu

: Ny. H

Nama Suami

: Tn. S

Umur

: 55 tahun

Umur

: 60 Tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan

: Tukang becak

Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia

Suku/Bangsa

: Jawa/Indonesia

Alamat

Alamat

: Surabaya

: Surabaya

Ke: I

Riwayat Sakit dan Kesehatan

Keluhan Utama: pasien mengatakan nyeri pada perut


Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak perlu) saat ini:
Sebulan sebelum masuk rumah sakit, luka operasi pada perut pasien mengeluarkan darah
dan nanah. Kemudian pasien dibawa ke Rumah Sakit Ramelan dan dirujuk ke Dr Soetomo.
Penyakit/operasi yang pernah diderita:
Post optimal debulking
Penyakit yang pernah diderita keluarga:
Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat alergi: O ya

O tidak

Keterangan:

Menstruasi

Riwayat Obstetri

Riwayat

Lain-lain: Menarche: Usia 12 tahun


Banyaknya: sedang
HPHT: Usia Kehamilan: Lain-lain: -

Siklus: teratur
Lama: 7 hari
Dismenorhea: iya
Taksiran Partus: -

G...P ..........
Hamil
Usia
Jenis
Penolong Penyulit BB/PB
kekehamilan persalinan

Ket : pasien belum memiliki anak

Genogram

Keterangan:
Pasien :
Laki-laki :
Perempuan
Tinggal serumah

Usia anak
saat ini

KB/ Jenis/
Lama

Observasi
Kepala dan leher

Keadaan umum: Baik


Kesadaran: Komposmentis
Berat badan: 38,5 kg ;
Tinggi badan: 152 cm
Tanda Vital: TD: 110/70 mmHg ; Nadi: 80x/mnt ; Suhu: 36 0C ; RR: 18 x/mnt
CRT: < 3 detik ; Akral: hangat ; GCS: 456
Lain-lain: -

Rambut: warna hitam, ikal, mudah rontok


Mata: konjungtiva ananemis ; Sklera anikterus ; Pupil : isokor
O Edema palpebra ; O Penglihatan kabur ; lain-lain: _________________
Hidung: O Epistaksis ; lain-lain: simetris tidak ada sputum
Mulut: mukosa bibir: lembab ; lidah bersih ; gigi lengkap
Kebersihan mulut: baik ; lain-lain: bibir tidak kering, tidak ada sianosis
Telinga:simetris; gangguan pendengaran: tidak ada ; O Otorhea ; O otalgia ;
O tinitus ; kebersihan: bersih ; lain-lain: _________________
Cloasma: _______________ ; Jerawat: ________________
O Nyeri telan ;( ) pembesaran kelenjar tiroid ; O Vena jugularis
Lain-lain:
Masalah keperawatan:
Jantung: Irama: reguler ; S1/S2: ada ; Nyeri dada: -

Dada dan thoraks

Bunyi: normal / murmur / gallop ;


Nafas: Suara nafas: vesikuler / wheezing / stridor / Ronchi, Keterangan:
Jenis: dispnoe / kusmaul / ceyne stokes, Keterangan:
Batuk: - ; Sputum: tidak ada ; Nyeri: ____________
Payudara: konsistensi ____________ ; areola _____________ ; papilla ___________
Simetris/asimetris ; Produksi ASI ______________ ; Nyeri ____________
Lain-lain:
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

Perut (Abdomen)
Genitalia

Ginekologi:
Pembesaran: ada / tidak ; benjolan: ada / tidak , area: lapang abdomen
Ascites: ada / tidak ; Peristaltik: 8 x /detik ; Nyeri tekan: iya
Luka: ada lesi di abdomen dengan diameter 0,5 cm ; Lain-lain: keluar darah pada luka,
10cc warna merah segar.
Prenatal dan Intranatal:
Inspeksi: Striae: _______________ ; Lnea: ___________________
Palpasi: Leopold I : __________________________
Leopold II : __ ________________________
Leopold III: __________________________
Leopold IV: __________________________
DJJ: ______________________
Lain-lain: ________________________________________________________
Postpartum:
Fundus uteri: _______________ ; kontraksi uterus: _______________________
Luka: _____________________ ; Lain-lain: _____________________________
Lain-lain: pembesaran abdomen: konsistensi padat, posisi tidak berubah ketika bergerak
Masalah keperawatan: Resiko infeksi, Nyeri
Keputihan: ; Perdarahan: Laserasi: __________________________ ; VT: ____________; eff: ___________
Miksi: 500cc/6jam
; Defekasi: 1x/hari
Lain-lain:
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

Tangan dan kaki

Kemampuan pergerakan: bebas / terbatas ; Kekuatan otot:

5 5
5 5
Refleks: Patella ada ; Triceps ada ; Biceps ada ; Babinsky: tidak ada
Brudzinsky: tidak ada ; Kernig tidak ada ; Keterangan:
Edema: - ; Luka: Lain-lain:
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

Aspek
Nutrisi

Perubahan

Eliminasi

Istirahat/tidur
Aktivitas
Seksual
Kebersihan Diri
Koping

Sebelum
hamil*/melahirkan*/sakit*
Makan 3 kali sehari, dengan porsi
habis
BAB 1x sehari, konsistensi lembek,
warna tidak diperhatikan, BAK
lancar 4-5x/ hari.
terpenuhi
Melakukan aktifitas sehari-hari
secara mandiri
Melakukan hubungan suami istri 1x
/2 minggu
Mandi 2x sehari

Ibadah

Jika ada masalah pasien


membicarakan dengan suami
Pasien melakukan ibadah sholat

Konsep diri

Tidak ada gangguan konsep diri

Sesudah
hamil*/melahirkan*/sakit*
Makan 3 kali sehari, sekali
makan hanya 1-3 sendok, porsi
tidak habis, sisa separo.
BAB 1x sehari, konsistensi
lembek, BAK lancar 3-4x/ hari.
Sulit tidur
Dapat melakukan aktivitas
secara mandiri
Pasien tidak pernah melakukan
hubungan suami istri
Pasien hanya mandi 1x sehari,
namun terkadang hanya diseka.

Pasien tidak melakukan sholat


dengan alasan sakit
Tidak ada gangguan konsep diri

Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan

*) coret yang tidak perlu

Kontrasepsi: kb suntik
Perawatan bayi/diri (coret yang tidak perlu): pasien dapat melakukan perawatan diri secara
mandiri
Merokok: pasien tidak merokok
Obat-obatan/Jamu: Lain-lain:
Masalah keperawatan: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan pola tidur

dan Terapi

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
15-11-2014
Kimia klinik :
albumin 1,9 g/dl
Hematology
-Hb 11,2
-Hematokrit 34,2
-Eritrosit 4,09
-MCH 27,4
-MCV 83,6
-MCHC 32,7
-Leukosit 9,49
-Trombosit 180
-RDW 15,9
-MPV 8,5

Foto/Radiologi
Foto thoraks (13-112014) :
- Cor : besar dan
bentuk normal
- Pulmo : tak tampak
infiltrate/nodul
- Sinus
phrenicocostalis
kanan kiri tajam.
- Tak tampak proses
osteolitik/osteoblast
ik.
Kesan : tak tampak
proses metastasis

USG

Terapi/ Tindakan medis:


Diet TKTP ekstra putih telur
PZ 500cc/24 jam 7tpm
Post transfusi WB
Rawat luka fistel abdomen 2x/hari
Sf 2x1
Asam folat 2x1

2.2 Analisa Data


Data

Etiologi

DS :
Maligna
Px mengatakan nyeri bagian
perut.
Pembesaran massa
P = tidak ada pencetus
Q = tumpul/hilang timbul
Menekan jaringan sekitar
R = abdomen
S=3
Nyeri
T = setiap saat

Masalah
Keperawatan
Nyeri

Lain-lain

DO :
-

Meringis
Memegangi area yang
nyeri.

DS :
Px mengatakan nafsu makan
menurun
DO :
A: BB 39 kg
B : albumin 1,9
C : kulit keriput, badan kurus
kering.
D : porsi makan tidak habis
(2-3 sendok) terkadang sisa
separo.

Ca ovarium
Pembesaran massa di
abdomen

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Menekan lambung dan


usus
Nafsu makan
Asupan nutrisi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

DS :
Px mengatakan
tidur
DO :
-

Pembesaran massa
sulit untuk
Menekan jaringan sekitar
Nyeri

Waktu istirahat < 8


jam/hari.
Mata sayu
Kurang fokus

Kesulitan tidur
Gangguan pola tidur

Gangguan pola tidur

DS :

Post optimal debulking

Resiko infeksi

Luka bekas operasi


DO :
-

Suhu 36 celcius
Nadi 80x/menit
Terdapat luka pada
area abdomen
Perdarahan +

Timbul benjolan seperti


udun
Pecah, mengeluarkan
nanah dan darah
Resiko infeksi

2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan di sekitar
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penekanan pada lambung.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pembesaran abdomen.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit

2.4 Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan di sekitar
Tujuan

: setelah dilakukan tindakan 1x24 jam, pasien menunjukkan


pengendalian nyeri.

Kriteria hasil :
1) Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
2) Menunjukkan penurunan skala nyeri
3) Mempertahankan selera makan yang baik
4) Melaporkan pola tidur yang baik
No.
1

Intervensi

Rasional

Minta pasien untuk menilai nyeri atau Mengetahui tingkat keparahan nyeri
ketidaknyamanan pada skala 0-10

yang dapat mengganggu kenyamanan


pasien, sehingga dapat memberikan
informasi untuk tindakan selanjutnya

Lakukan

pengkajian

nyeri

yang Akan memberikan informasi untuk

komprehensif yaitu PQRST (Provoke, membantu


Quality, Range, Scale, Time)
3

Instruksikan

pasien

menentukan

tindakan

selanjutnya
untuk Memberikan kemampuan pasien dalam

menginformasikan kepada perawat jika mengidentifikasi timbulnya nyeri


nyeri tidak dapat ditahan
4

Ajarkan teknik relaksasi selama aktivitas Meredakan

nyeri

dengan

yang menimbulkan nyeri, sebelum nyeri nonfarmakologi


terjadi atau meningkat
5

Aktivitas kolaborasi dalam pemberian Menghilangkan nyeri


analgesik

Laporkan kepada dokter bila tindakan Untuk penatalaksanaan lebih lanjut


tidak berhasil

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


penekanan pada lambung.
Tujuan

: setelah dilakukan tindakan 1x24 jam, memperlihatkan status


gizi (asupan makanan dan cairan) yang adekuat

Kriteria hasil :
1) Asupan makanan dan cairan oral atau IV adekuat
2) Menunjukkan peningkatan napsu makan
3) Menoleransi diet yang diberikan
No.
1

2
3

Intervensi
Tentukan
motivasi
pasien
mengubah kebiasaan makan

untuk

Pantau nilai laboratorium, khususnya


transferin, albumin dan elektrolit
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga:
- Ajarkan metode untuk perencanaan
makan
- Ajarkan pasien/keluarga tentang
makanan yang bergizi dan tidak
mahal
- Informasikan tentang kebutuhan
nutrisi dan bagaimana memenuhinya

Rasional
Motivasi adalah adanya kemauan
pasien untuk memperbaiki kondisinya.
Dengan diketahuinya motivasi pasien
dalam kebiasaan makan, membantu
untuk melakukan tindakan selanjutnya
Nilai laboratorium dapat membantu
mendeteksi kekurangan nutrisi pasien
Penyuluhan kepada keluarga dan
pasien akan memberikan pengetahuan
dan meningkatkan kepatuhan dalam
proses terapi

Dukung
anggota
keluarga
untuk Selain mendapatkan makanan dari
memberikan makanan tambahan yaitu tenaga gizi, keluarga juga diharapkan
putih telur, dan sari/jus ikan kuthuk.
memberikan tambahan putih telur dan
jus ikan kuthuk untuk meningkatkan
kadar albumin.
Hindari prosedur invasive sebelum Prosedur invasive akan memicu
makan
suasana yang tidak kondusif dan
menimbulkan respon penurunan napsu
makan
Suapi pasien jika perlu
Menyuapi pasien akan memastikan
bahwa pasien mendapatkan asupan
makanan
sesuai
dengan
yang
dianjurkan

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pembesaran abdomen.


Tujuan

: setelah dilakukan tindakan 2x24 jam, kebutuhan tidur pasien

terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Tidur nyenyak
2) Nyeri berkurang atau dapat ditoleransi
3) Meringis kesakitan -, merintih No.
1
2
3
4
5
6

Intervensi

Rasional
Kaji vital sign
Mengetahui kesadaran, dan kondisi
tubuh dalam keadaan normal atau tidak
Kaji pola tidur
Untuk membuktikan bahwa kebutuhan
tidur pasien kurang
Kaji faktor yang menyebabkan gangguan Untuk mengetahui penyebab actual
tidur (nyeri akut, stress, ansietas)
dari gangguan tidur
Ciptakan suasana yang nyaman untuk Lingkungan yang nyaman akan
istirahat
memudahkan pasien untuk istirahat
Mengganti linen, baju tidur yang bersih Memberikan kenyamanan pada pasien
dan personal hygiene
Mengajarkan teknik relaksasi
Memberikan kenyamanan pada pasien

4. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit


Tujuan

: setelah dilakukan tindakan 1x24 jam, faktor resiko infeksi

akan hilang
Kriteria hasil :
2.1 Keadaan luka membaik (meliputi warna, luas luka dan keadaan
permukaan luka)

2.2 Pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi


2.3 Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat
No.
1
2

Intervensi
Pantau tanda dan gejala infeksi (TTV,
keadaan luka, lesi kulit)
Pantau hasil laboratorium (darah lengkap,
protein serum dan albumin)

Rasional
Mengetahui apakah pasien beresiko
tinggi infeksi
Akan memberikan informasi untuk
membantu
menentukan
tindakan
selanjutnya
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga:
Memberikan informasi yang dapat
- Instruksikan untuk menjaga hygien meningkatkan pengetahuan keluarga
personal untuk melindungi tubuh dan pasien sehingga memicu kepatuhan
terhadap infeksi
terapi
- Ajarkan pasien teknik mencuci tangan
yang benar
- Jelaskan mengapa sakit atau terapi
meningkatkan resiko terhadap infeksi
Rawat luka pasien setiap hari dan Perawatan luka yang benar akan
pertahankan teknik aseptik
membantu proses penyembuhan luka
dan menghilangkan resiko

2.5 Implementasi
Hari/Tanggal/Shift
Sabtu/15-11-2014
Shift sore

No. Dx
1

Jam
Implementasi
15.00 1. Meminta pasien untuk menilai nyeri
atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
15.05 2. Melakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif yaitu PQRST (Provoke,
Quality, Range, Scale, Time)
P = tidak ada pencetus
Q = tumpul/hilang timbul
R = abdomen
S=3
T = setiap saat
15.10 3. Menginstruksikan
pasien
untuk
menginformasikan kepada perawat jika
nyeri tidak dapat ditahan
15.20 4. Mengajarkan teknik relaksasi selama
aktivitas yang menimbulkan nyeri,
sebelum nyeri terjadi atau meningkat
15.30 1. Menentukan motivasi pasien untuk
mengubah kebiasaan makan
15.30 2. Memantau
nilai
laboratorium,
khususnya transferin, albumin dan
elektrolit
15.35 3. Memberikan penyuluhan untuk pasien

Paraf

Jam
20.00

Evaluasi
S: pasien mengatakan nyeri di
daerah luka
O: tidak ada pencetus (P), nyeri
tumpul/hilang timbul (Q),
abdomen (R), skala nyeri 3
(S), waktu nyeri setiap saat
(T). Pasien meringis dan
memegangi daerah yang
nyeri,
pasien
mampu
melakukan teknik relaksasi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

20.30

S:

pasien
mengatakan
menghabiskan
makanan
hanya 3 sendok makan
O: KU lemah, albumin (1,9),
badan kurus
A: Masalah belum teratasi

Paraf

15.45

4.

15.00
15.05
15.50

1.

15.55

2.
3.

16.00
4.

15.00

5.
1.
2.

16.00

3.

dan keluarga:
- Metode untuk perencanaan makan
- Mengajarkan
pasien/keluarga
tentang makanan yang bergizi dan
tidak mahal
- Menginformasikan
tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
Mendukung anggota keluarga untuk
membawa makanan kesukaan pasien
dari luar
Mengkaji vital sign
TD : 120/80 mmHg
S/N : 36,5 oC/80 x/menit
RR : 18 x/menit
Mengkaji pola tidur
Mengkaji faktor yang menyebabkan
gangguan tidur (nyeri akut, stress,
ansietas)
Menciptakan suasana yang nyaman
untuk istirahat
Mengajarkan teknik relaksasi
Memantau tanda dan gejala infeksi
(TTV, keadaan luka, lesi kulit)
Memantau hasil laboratorium (darah
lengkap, protein serum dan albumin)
Memberikan penyuluhan untuk pasien
dan keluarga:

P: Intervensi dilanjutkan

20.35

S: pasien mengatakan masih


nyeri di perut
O: skala nyeri 3, pasien
menekuk ke arah yang sakit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

20.45

S: Pasien mengetahui tanda


dan gejala infeksi setelah
diberi informasi
O: Luka di abdomen, perut
membesar, darah (+).
A: Masalah teratasi sebagian

Sabtu/15-11-2014
Shift malam (pagi)

17.30

4.

05.00

1.
2.

3.

4.

1.

Menginstruksikan untuk menjaga


hygien personal untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi
- Mengajarkan pasien teknik mencuci
tangan yang benar
- Menjelaskan mengapa sakit atau
terapi meningkatkan resiko terhadap
infeksi
Merawat luka pasien setiap hari dan
mempertahankan teknik aseptik
Meminta pasien untuk menilai nyeri
atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
Melakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif yaitu PQRST (Provoke,
Quality, Range, Scale, Time)
P = tidak ada pencetus
Q = tumpul/hilang timbul
R = abdomen
S=3
T = setiap saat
Menginstruksikan
pasien
untuk
menginformasikan kepada perawat jika
nyeri tidak dapat ditahan
Mengajarkan teknik relaksasi selama
aktivitas yang menimbulkan nyeri,
sebelum nyeri terjadi atau meningkat
Mengkaji vital sign
TD : 110/80 mmHg

P: Intervensi dilanjutkan

05.00

S: pasien mengatakan nyeri di


daerah luka
O: tidak ada pencetus (P), nyeri
tumpul/hilang timbul (Q),
abdomen (R), skala nyeri 3
(S), waktu nyeri setiap saat
(T). Pasien meringis dan
memegangi daerah yang
nyeri,
pasien
mampu
melakukan teknik relaksasi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

05.10

S: pasien mengatakan masih


nyeri di perut

2.
3.
1.

2.
3.

Minggu/16-11-2014
Shift sore

15.00

S/N : 36 oC/80 x/menit


RR : 18 x/menit
Mengkaji pola tidur
Mengajarkan teknik relaksasi
Menentukan motivasi pasien
mengubah kebiasaan makan
Memberikan penyuluhan untuk
dan keluarga:
Mendukung anggota keluarga
membawa makanan kesukaan
dari luar

O:

untuk

05.20

pasien
untuk
pasien

1. Memantau tanda dan gejala infeksi


(keadaan luka, lesi kulit)
2. Memberikan penyuluhan untuk pasien
dan keluarga:
- Menginstruksikan untuk menjaga
hygien personal untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi
- Mengajarkan pasien teknik mencuci
tangan yang benar
- Menjelaskan mengapa sakit atau
terapi meningkatkan resiko terhadap
infeksi
1. Meminta pasien untuk menilai nyeri
atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
2. Melakukan pengkajian nyeri yang

05.30

20.00

skala nyeri 3, pasien


menekuk ke arah yang sakit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
S:
pasien
mengatakan
menghabiskan
makanan
hanya 3 sendok makan
O: KU lemah, albumin (1,9),
badan kurus
A: Masalah belum teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan,
belum
ada
hasil
laboratorium terakhir
S: Pasien mengetahui tanda
dan gejala infeksi setelah
diberi informasi
O: Luka di abdomen, perut
membesar, darah (+).
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

S: pasien mengatakan nyeri di


daerah luka
O: tidak ada pencetus (P), nyeri

3.

4.
2

15.15

1.
2.

3.

14.00

1.

komprehensif yaitu PQRST (Provoke,


Quality, Range, Scale, Time)
P = tidak ada pencetus
Q = tumpul/hilang timbul
R = abdomen
S=3
T = setiap saat
Menginstruksikan
pasien
untuk
menginformasikan kepada perawat jika
nyeri tidak dapat ditahan
Menganjurkan menggunakan teknik
relaksasi bila perlu
Menentukan motivasi pasien untuk
mengubah kebiasaan makan
Memberikan penyuluhan untuk pasien
dan keluarga:
- Metode untuk perencanaan makan
- Mengajarkan
pasien/keluarga
tentang makanan yang bergizi dan
tidak mahal
- Menginformasikan
tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
Mendukung anggota keluarga untuk
membawa makanan kesukaan pasien
dari luar
Mengkaji vital sign
TD : 100/70 mmHg

tumpul/hilang timbul (Q),


abdomen (R), skala nyeri 3
(S), waktu nyeri setiap saat
(T). Pasien meringis dan
memegangi daerah yang
nyeri,
pasien
mampu
melakukan teknik relaksasi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

20.10

S: pasien mengatakan makanan


tidak habis, napsu makan
turun
O: KU lemah, albumin (1,9),
badan kurus
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

20.20

S: pasien mengatakan masih


nyeri di perut, kurang bisa

2.
3.

18.30

4.
1.

2.

3.
Senin/17-11-2014
Shift Pagi

09.00

1.

2.

S/N : 35,8 oC/80 x/menit


RR : 18 x/menit
Mengkaji pola tidur, apakah ada
kemajuan
Menciptakan suasana yang nyaman
untuk istirahat
Mengajarkan teknik relaksasi
Memantau tanda dan gejala infeksi
(keadaan luka, lesi kulit)
Luka di abdomen, darah (+), nyeri (+),
Hb (11,2), albumin (1,9)
Memberikan penyuluhan untuk pasien
dan keluarga:
- Menginstruksikan untuk menjaga
hygien personal untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi
- Mengajarkan pasien teknik mencuci
tangan yang benar
Merawat luka pasien setiap hari dan
mempertahankan teknik aseptik
Memantau tanda dan gejala infeksi
(TTV, keadaan luka, lesi kulit)
TD: 120/80 mmHg
S/N: 35,8 oC/86 x/menit
Keadaan luka berwarna merah, darah
(+), nyeri, perut membesar.
Memberikan penyuluhan untuk pasien
dan keluarga:

tidur
skala nyeri 3, pasien
menekuk ke arah yang sakit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
O:

20.30

S: Pasien mengetahui tanda


dan gejala infeksi setelah
diberi informasi
O: Luka di abdomen, perut
membesar,
darah
(+),
terlihat pasien melindungi
daerah luka
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

12.00

S: Pasien mengetahui tanda


dan gejala infeksi setelah
diberi informasi
O: Luka di abdomen, perut
membesar,
darah
(+),
terlihat pasien melindungi
daerah luka
A: Masalah teratasi sebagian

3.
4.

5.
1.
2.

3.

4.
2

1.
2.
3.

Menginstruksikan untuk menjaga


hygien personal untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi
- Mengajarkan pasien teknik mencuci
tangan yang benar
Menggantikan linen pasien
Merawat luka pasien setiap hari dan
mempertahankan teknik aseptic
Pasien puasa untuk foto toraks
Meminta pasien untuk menilai nyeri
atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
Melakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif yaitu PQRST (Provoke,
Quality, Range, Scale, Time)
P = tidak ada pencetus
Q = tumpul/hilang timbul
R = abdomen
S=3
T = setiap saat
Menginstruksikan
pasien
untuk
menginformasikan kepada perawat jika
nyeri tidak dapat ditahan
Menganjurkan menggunakan teknik
relaksasi bila perlu
Menanyakan perkembangan pasien
Memberikan motivasi pasien untuk
mengubah kebiasaan makan
Memberikan penyuluhan untuk pasien

P: Intervensi dilanjutkan

12.10

S: pasien mengatakan nyeri


belum berkurang
O: pasien sering memegangi
daerah luka. tidak ada
pencetus
(P),
nyeri
tumpul/hilang timbul (Q),
abdomen (R), skala nyeri 3
(S), waktu nyeri setiap saat
(T).
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

12.20

S: pasien mengatakan makanan


tidak habis, napsu makan
turun
O: KU lemah, albumin (1,9),

4.

1.
2.

3.
Senin/17-11-2014
Shift sore

14.00

dan keluarga:
- Mengajarkan
pasien/keluarga
tentang makanan yang bergizi dan
tidak mahal
- Menginformasikan
tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
Mendukung anggota keluarga untuk
membawa makanan kesukaan pasien
dari luar
Mengkaji pola tidur, apakah ada
kemajuan
Menciptakan suasana yang nyaman
dengan membersihkan lingkungan
sekitar pasien
Mengajarkan teknik relaksasi

1. Meminta pasien untuk menilai nyeri


atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
2. Melakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif yaitu PQRST (Provoke,
Quality, Range, Scale, Time)
P = tidak ada pencetus
Q = tumpul/hilang timbul
R = abdomen
S=3
T = setiap saat
3. Menginstruksikan
pasien
untuk

badan kurus
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

12.30

S: Pasien mengatakan nyeri


mengganggu tidur
O: Pasien merintih dan
melindungi daerah yang
luka
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
S: pasien mengatakan nyeri di
daerah luka
O: tidak ada pencetus (P), nyeri
tumpul/hilang timbul (Q),
abdomen (R), skala nyeri 3
(S), waktu nyeri setiap saat
(T). Pasien meringis dan
memegangi daerah yang
nyeri,
pasien
mampu
melakukan teknik relaksasi
A: Masalah teratasi sebagian

4.
2

1.
2.

3.

1.

2.
3.

4.
1.

menginformasikan kepada perawat jika


nyeri tidak dapat ditahan
Menganjurkan menggunakan teknik
relaksasi bila perlu
Menentukan motivasi pasien untuk
mengubah kebiasaan makan
Memberikan penyuluhan untuk pasien
dan keluarga:
- Metode untuk perencanaan makan
- Mengajarkan
pasien/keluarga
tentang makanan yang bergizi dan
tidak mahal
- Menginformasikan
tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
Mendukung anggota keluarga untuk
membawa makanan kesukaan pasien
dari luar
Mengkaji vital sign
TD : 100/70 mmHg
S/N : 36,4 oC/84 x/menit
RR : 18 x/menit
Mengkaji pola tidur, apakah ada
kemajuan
Menciptakan suasana yang nyaman
untuk istirahat
Mengevaluasi teknik relaksasi
Memantau tanda dan gejala infeksi

P: Intervensi dilanjutkan

S: pasien mengatakan makanan


tidak habis, napsu makan
turun
O: KU lemah, albumin (1,9),
badan kurus
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

S: pasien mengatakan masih


nyeri di perut
O: skala nyeri 3, pasien
menekuk ke arah yang
sakit,
pasien
mampu
melakukan teknik distraksi
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
S: Pasien mengetahui tanda

2.

3.
Selasa/18-11-2014
Shift Sore

1.
2.

3.

4.
2

1.

(keadaan luka, lesi kulit)


Luka di abdomen, darah (+), nyeri (+),
Hb (11,2), albumin (1,9)
Memberikan penyuluhan untuk pasien
dan keluarga:
- Menginstruksikan untuk menjaga
hygien personal untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi
- Mengajarkan pasien teknik mencuci
tangan yang benar
Merawat luka pasien setiap hari dan
mempertahankan teknik aseptik
Meminta pasien untuk menilai nyeri
atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
Melakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif yaitu PQRST (Provoke,
Quality, Range, Scale, Time)
P = tidak ada pencetus
Q = tumpul/hilang timbul
R = abdomen
S=3
T = setiap saat
Menginstruksikan
pasien
untuk
menginformasikan kepada perawat jika
nyeri tidak dapat ditahan
Menganjurkan menggunakan teknik
relaksasi bila perlu
Menentukan motivasi pasien untuk

dan gejala infeksi setelah


diberi informasi
O: Luka di abdomen, perut
membesar,
darah
(+),
terlihat pasien melindungi
daerah luka
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

S: pasien mengatakan nyeri di


daerah luka
O: tidak ada pencetus (P), nyeri
tumpul/hilang timbul (Q),
abdomen (R), skala nyeri 3
(S), waktu nyeri setiap saat
(T). Pasien meringis dan
memegangi daerah yang
nyeri,
pasien
mampu
melakukan teknik relaksasi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

S: pasien mengatakan makanan

mengubah kebiasaan makan


2. Mendukung anggota keluarga untuk
membawa makanan kesukaan pasien
dari luar

1. Mengkaji vital sign


TD : 110/80 mmHg
S/N : 36,4 oC/84 x/menit
RR : 18 x/menit
2. Mengkaji pola tidur, apakah ada
kemajuan
3. Menciptakan suasana yang nyaman
untuk istirahat
4. Mengevaluasi teknik relaksasi
1. Memantau tanda dan gejala infeksi
(keadaan luka, lesi kulit)
Luka di abdomen, darah (+), nyeri (+),
Hb (11,2), albumin (1,9)
2. Memberikan penyuluhan untuk pasien
dan keluarga:
- Menginstruksikan untuk menjaga
hygien personal untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi
- Mengajarkan pasien teknik mencuci
tangan yang benar
3. Merawat luka pasien 2x/hari dan
mempertahankan teknik aseptik

tidak habis, napsu makan


turun
O: KU lemah, albumin (1,9),
badan kurus
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
S: pasien mengatakan masih
nyeri di perut
O: skala nyeri 3, pasien
menekuk ke arah yang
sakit,
pasien
mampu
melakukan teknik distraksi
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
S: Pasien mengetahui tanda
dan gejala infeksi setelah
diberi informasi
O: Luka di abdomen, perut
membesar,
darah
(+),
terlihat pasien melindungi
daerah luka
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

Rabu/19-11-2014
Shift pagi

1. Memantau tanda dan gejala infeksi


(TTV, keadaan luka, lesi kulit)
TD: 120/80 mmHg
S/N: 36 oC/80 x/menit
Keadaan luka berwarna merah, darah
(+), nyeri, perut membesar.
2. Memberikan penyuluhan untuk pasien
dan keluarga:
- Menginstruksikan untuk menjaga
hygien personal untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi
- Mengajarkan pasien teknik mencuci
tangan yang benar
3. Merawat luka pasien setiap hari dan
mempertahankan teknik aseptic
1. Meminta pasien untuk menilai nyeri
atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
2. Melakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif yaitu PQRST (Provoke,
Quality, Range, Scale, Time)
P = tidak ada pencetus
Q = tumpul/hilang timbul
R = abdomen
S=3
T = setiap saat
3. Menginstruksikan
pasien
untuk
menginformasikan kepada perawat jika
nyeri tidak dapat ditahan

S: Pasien mengetahui tanda


dan gejala infeksi setelah
diberi informasi
O: Luka di abdomen, perut
membesar,
darah
(+),
terlihat pasien melindungi
daerah luka
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

S: pasien mengatakan nyeri di


perut (daerah luka)
O: tidak ada pencetus (P), nyeri
tumpul/hilang timbul (Q),
abdomen (R), skala nyeri 3
(S), waktu nyeri setiap saat
(T). Pasien meringis dan
memegangi daerah yang
nyeri,
pasien
mampu
melakukan teknik relaksasi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

Kamis/20-11-2014
Shift pagi

4. Menganjurkan menggunakan teknik


relaksasi bila perlu
1. Menanyakan perkembangan pasien
2. Memberikan motivasi pasien untuk
mengubah kebiasaan makan
3. Mendukung anggota keluarga untuk
membawa makanan kesukaan pasien
dari luar

1. Mengkaji pola tidur, apakah ada


kemajuan
2. Menciptakan suasana yang nyaman
dengan membersihkan lingkungan
sekitar pasien
3. Mengganti linen
4. Mengajarkan teknik relaksasi

1. Memantau tanda dan gejala infeksi


(TTV, keadaan luka, lesi kulit)
TD: 120/80 mmHg
S/N: 36 oC/80 x/menit
Keadaan luka berwarna merah, darah
(+), nyeri, perut membesar.
2. Memberikan penyuluhan untuk pasien
dan keluarga (perawatan di rumah):
- Menginstruksikan untuk menjaga
hygien personal untuk melindungi

S: pasien mengatakan nafsu


makan menurun, makan
hanya 3 sendok makan
tetapi ada tambahan snack
O: KU lemah, albumin (1,9),
badan kurus
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
S: pasien mengatakan masih
nyeri di perut
O: skala nyeri 3, pasien
menekuk ke arah yang
sakit,
pasien
mampu
melakukan teknik distraksi
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
S: O: Luka di abdomen, perut
membesar, darah (+), terlihat
pasien melindungi daerah luka
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dihentikan, pasien
KRS

tubuh terhadap infeksi


Mengajarkan pasien teknik mencuci
tangan yang benar
Merawat
luka
pasien
dan
mempertahankan teknik aseptic
Meminta pasien untuk menilai nyeri
atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
Melakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif yaitu PQRST (Provoke,
Quality, Range, Scale, Time)
P = tidak ada pencetus
Q = tumpul/hilang timbul
R = abdomen
S=2
T = setiap saat
Menganjurkan menggunakan teknik
relaksasi bila perlu
Menanyakan perkembangan pasien
Memberikan motivasi pasien untuk
mengubah kebiasaan makan

3.
1

1.
2.

3.
2

1.
2.

1. Mengkaji pola tidur, apakah ada


kemajuan
2. Menciptakan suasana yang nyaman

S: pasien mengatakan nyeri di


perut (daerah luka)
O: tidak ada pencetus (P), nyeri
tumpul/hilang timbul (Q),
abdomen (R), skala nyeri 2 (S),
waktu nyeri setiap saat (T).
Nyeri
berkurang,
pasien
mampu melakukan teknik
relaksasi.
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan pasien
KRS
S: makan hanya 3 sendok
makan tapi putih telur yang
diberikan habis
O: KU lemah, albumin 1,9,
badan kurus
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dihentikan, pasien
KRS
S: pasien mengatakan masih
nyeri di perut
O: skala nyeri 2, pasien

dengan membersihkan
sekitar pasien
3. Mengganti linen

lingkungan

menekuk kea rah yang sakit,


pasien mampu melakukan
teknik distraksi.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dihentikan, paien
KRS.

DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Edisi 1. Jakarta : EGC
Benson, Ralph C. Pernoll, Martin L. 1994. Buku Saku Obstetri dan ginekologi.
Edisi ke-9. Jakarta : EGC
De Jong, W. 2003. Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. EGC :
Jakarta.
Heffner, L. J. Schust, D. J. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. EGC :
Jakarta.
Juall, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Otto, Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. EGC : Jakarta
Syafrudin & Hamidah. 2007. Kebidanan komunitas. EGC : Jakarta
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC
Yatim, Faisal. 2005. Penyakit kandungan. Pustaka Populer Obor : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai