PRAKTIKUM IKHTIOLOGI
Disusun oleh :
NINDA RIZKIYANI
( 10.0556.C)
JERRY
(10.0563.C)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
mata kuliah ikhtiologi. Laporan ini di susun dalam rangka memenuhi Nilai praktiokum
mata kuliah tersebut.
Dalam menyusun laporan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. M. Bahrussyakirin M,Si selaku dosen ata kuliah ikhtiologi
2. Ibu Mahardhika S,pi selaku dosen serta pembimbing dalam praktikum.
3. Orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan
bantuan baik moril maupun materil.
4. Seluruh teman teman yang telah banyak membantu penulis.
5. Serta semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................1
PRAKATA...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................7
1.1
Latar
belakang.................................................................................................7
1.2 Tujuan.............................................................................................................8
1.3 Wkatu dan Tempat..........................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................10
2.1 Morfologi tubuh ikan.......................................................................................10
2.1.1 Bentuk sirip.............................................................................................10
2.1.2 Bentuk dan tipe ekor...............................................................................11
2.1.3 Bentuk tubuh...........................................................................................11
2.1.4 Sisik ikan.................................................................................................12
2.2 Anatomi tubuh
ikan..........................................................................................14
2.2.1 sistem
digestoria......................................................................................14
2.2.2 sistem Muscularia...................................................................................15
2.2.3 Sistem skeleton.......................................................................................16
2.2.4 Sistem Resporatoria................................................................................16
2.2.5 Sistem urogenitalia.................................................................................17
2.3 Taksonomi ikan................................................................................................18
BAB III MATERI DAN METODE...................................................................................20
3.1 Materi ..............................................................................................................20
3.1.1 Alat..........................................................................................................20
3.1.2 Bahan......................................................................................................20
3.2 Metode.............................................................................................................20
3.2.1 Pengamatn morfologi..............................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ichtyologi merupakan suatu ilmu yang khusus mempelajari ikan dari segala aspek
kehidupannya, termasuk di dalamnya bentuk luar (morfologi), anatomi, fisiologi,
taksonomi serta identifikasinya. Ichtyologi berasal dari kata Yunani, yaitu ichthyes yang
berarti ikan dan logos yang berarti ilmu. Sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa
ichtylogi adalah ilmu yang mempelajari ikan dengan segala aspek kehidupannya. Ilmu ini
merupakan salah satu cabang dari biologi ( Saanin,1968 ). Menurut Djuanda (1981),
sekurang-kurangnya sepuluh abad sebelum masehi orang-orang Cina telah menyelidiki
ikan dengan berhasil. Orang-orang Mesir, Yunani dan Romawi Kuno mencatat
pengamatan terhadap ragam, kebiasaan dan kualitas berjenis-jenis ikan.
Menurut Lagler et. al. (1977), sejak abad 18 Ichtyologi telah berkembang meliputi
beberapa cabang ilmu, antara lain :
1. Klasifikasi, yaitu melanjutkan mencatat semua jenis ikan yang masih ada maupun yang
sudah berupa fosil dan memasukkannya kedalam taksa serta memberi nama ilmiahnya.
2. Anatomi, yaitu mempelajari tentang struktur ikan secara makroskopik, embriologik,
serta perbandingan jenis ikan yang satu dengan ikan yang lain, termasuk fosil yang masih
ada.
3. Evolusi dan genetik, yaitu mempelajari asal mula ikan, perkembangan ikan modern
dan ikan sebelumnya serta mekanisme ciri-ciri mereka.
4. Natural history dan ekologi, yaitu mempelajari cara hidup dan habitat serta interaksi
antara ikan yang satu dengan ikan yang lain dan dengan lingkungannya.
5. Fisiologi dan biokimia, yaitu mempelajari fungsi dan sistem organ, metabolisme, dan
integrasi sistem pada tubuh.
Jumlah spesies ikan yang ada sekarang diperkirakan sekitar 15-20 ribu spesies,
sedangkan yang masih belum terdeteksi diperkirakan sekitar 40 ribu spesies. Lebih lanjut
dikatakan bahwa jumlah ikan merupakan jumlah terbanyak dari seluruh fauna di bumi ini
( 42,6 % ) ( Rahardjo, 1985 ).Ikan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai binatang
vertebrata yang berdarah dingin yang hidup dalam lingkungan air. Adapun pergerakan
dan keseimbangan badannya menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang.
Bentuk ikan akan beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya. Dengan kata lain,
habitat atau tempat hidup ikan akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh dan fungsi alat
tubuh. Sedangkan cara bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda dari satu habitat
ke habitat lainnya. Ikan akan tnenyesuaikan diri dengan faktor fisika, kimia, dan
biologinya dari habitat itu sendiri ( Saanin, 1968 ).
Dasar pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa memahami tentang
Ikhtiologi dan semua hal yang menyangkut di dalamnya. Dengan Ikhtiologi kita dapat
mengetahui segala bentuk luar atau morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi, dan
identifikasi dari ikan. Maka dari itu, Ikhtiologi dapat dijadikan landasan penguasaan ilmu
perikanan.
Dengan adanya Ikhtiologi, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan serta
menghubungkan ilmu-ilmu yang ada dalam perikanan di bidang pemanfaatan,
pengolahan dan pelestarian sumberdaya alam. Dan kesemuanya itu, yang terpenting
adalah kita akan memiliki bekal untuk melakukan praktikum yang selanjutnya.
1.2 Tujuan
Tujuan Praktikum Ikhtiologi ini adalah:
1. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi (bentuk luar) tubuh ikan dari
berbagai jenis habitat (tawar, payau dan laut) balk dari ikan osteichtyes (teleostei) .
2. Mempelajari dan mengetahui beberapa sistem organ tubuh pada beberapa jenis
ikan secara section anatomis, antara lain:
a. Sistem digestoria
b. Sistem muscularia
c. Sistem skeleton
d. Sistem urogenitalia
e. Sistem respiratoria
3. Membuat dan mengetahui suatu deskripsi tentang ciri-ciri luar yang tampak serta
pengukurannya antar bagian tubuh ikan serta membandingkannya sebagai kunci
identifikasi, antara lain:
a. Rumus sirip
b. Bentuk dan tipe sisik
c. Bentuk dan tipe ekor
d. Bentuk dan tipe mulut
e. Bentuk dan jumlah filamen pada insang.
f. Perbandingan antara bagian tubuh ikan seperti fork lenght,standar length, total
lenght,diameter mata, panjang dan lebar kepala, panjang predorsal, tinggi badan,
tinggi batangekor serta ukuran panjang sirip-siripnya.
4. Mengidentifikasi ikan
1.3 Waktu dan Tempat
Waktu : Sabtu, 10 Desember 2011
Tempat : Laboratorium Kimia, Universitas Pekalongan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dan kebiasaan hidup di dalam suatu habitat hidup ikan. Dengan kata lain, habitat atau
lingkungan dimana ikan itu hidup akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh; sedangkan
cara bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda dari satu habitat ke habitat lainnya.
Ikan akan menyesuaikan diri terhadap faktor-faktor fisika, kimia, biologi dari habitat ikan
yang bersangkutan, misalnya kedalaman air, suhu air, arus air, pH, salinitas, dan
makhluk-makhluk lainnya seperti plankton, jasad-jasad renik, benthos, dan sebagainya
(Saanin H,1968).
Ikan yang hidup di dalam lumpur diantara bebatuan, tumbuhan air, misalnya ikan
belut dan ikan sidat akan memiliki bentuk tubuh memanjang seperti ular. Sedangkan pada
ikan perenang cepat seperti tengiri, tongkol dan tuna mempunyai bentuk stream line
(Djuanda, 1981).
Tubuh ikan pada umumnya mempunyai atau terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
bagian kepala, badan, dan ekor. Ikan umumnya berbentuk simetris bilateral namun ada
juga yang berbentuk tidak simetris bilateral yaitu ikan ilat-ilat (Cyonoglossus monopus)
dan yang lainnya (Rahardjo, 1985).
Pada bagian kepala (caput) ikan, terdapat organ mata (organon visus), mulut (rima
oris), lekuk hidung (fovea nasalis), dan tutup insang (operculum). Pada sebagian ikan
juga terdapat sungut dan antena. Fungsi hidung pada ikan bukan untuk pernafasan
melainkan untuk penciuman. Operculum atau tutup insang yang terdapat diantara kepala
dan tubuerguna untuk melindungi insang. Ikan elasmobranchia tidak mempunyai tutup
insang (Rahardjo, 1985).
10
2.1.1.Bentuk Sirip
Sirip pada ikan berfungsi sebagai keseimbangan ubuh dan alat gerak. Sirip yang
tidak berpasangan seperti sirip punggung dan sirip anus berfungsi sebagai penjaga
keseimbangan. Sirip yang berjumlah sepasang fungsinya sebagai alat gerak, sedangkan
sirip ekor untuk kemudi (Rahardjo, 1985).
2.1.2. Bentuk dan tipe ekor
Menurut Rahardjo (1985), bentuk ekor ikan ditentukan oleh beberapa ruang
vertebrata yang paling belakang. Ekor ikan dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1. Protocercal
Ruas-ruas vertebrata menyokong sirip ekor tanpa mengalami perubahan bentuk. Sirip
ekor simetri antara bagian atas dan bawah. Tipe ini dimiliki oleh ikan kelas
cephalaspidomorphi.
2. Heterocercal
Bentuk ekor tidak simetri. Bagian atas ujung ekor melengkung ke atas dan disokong
oleh ruas tulang punggung dan bagian ujung tulang ekor lebih pendek dan disokong
oleh beberapa jari-jari sirip ekor. Tipe ini terdapat pada kelas chondrictyes dan ikan
bertulang sejati tingkat rendah.
3. Homocercal
Bentuk ekor simetri, bagian atas sama dengan bagian bawah dan disokong oleh jari-jari
sirip ekor. Dua ruas terakhir tulang punggung mengalami perubahan bentuk dan
terdapat beberapa potong tulang tambahan.
2.1.3. Bentuk tubuh
Menurut Rahardjo (1985), Bentuk tubuh ikan akan beradaptasi dengan cara tingkah
laku dan kebiasaan hidup di dalam habitat ikan tersebut. Ikan yang hidup di daerah
dasar perairan mempunyai bentuk perut datar dan punggung mengelembung.
Sedangkan untuk ikan-ikan pelagis mempunyai bentuk bagian tubuh yang
mengelembung pada bagian perut maupun punggung. Bentuk tubuh ikan terdiri dari:
1. Bentuk Torpedo
11
Bentuk tubuh ramping dengan potongan melintang, badannya berbentuk elips dan
bentuk ekor sempit tepat di depan sirip ekor. Bentuk tubuh ini dimiliki oleh ikan tuna,
selar dan kembung betina.
2. Bentuk seperti ular
Bentuk tubuh memanjang dengan penampang melintang bundar. Terdapat pada belut
dan sidat.
3. Bentuk Pipih
a. Pipih secara lateral
Ikan bentuk ini dalam keadaan biasa berenang dengan lambat dan bila ada bahaya
mampu berenang dengan cepat. Misalnya ikan mas.
b. Pipih secara dorsoventral
Bentuk tubuh ini cocok dengan ikan yang hidup di dasar perairan misalnya genus
Rajidae mobulidae.
4. Bentuk Tubuh Benang
Terdapat pada famili Nemichtydae.
5. Bentuk Membulat
Bentuk tubuh ikan ini bulat akan semakin tampak apabila dalam keadaan bahaya
karena ikan akan mengembangkan tubuhnya semakin maksimal. Terdapat pada famili
Tetraodentidae dan Diodontidae.
6. Bentuk Tubuh Pita
Terdapat pada famili Trachypterydae dan Trichiuridae.
7. Bentuk Kombinasi
Famili Claridae dan Pangasidae mempunyai kepala yang picak, badan bundar dan ekor
yang pipih.
2.1.4 Sisik ikan
Menurut Rahardjo (1985), berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung
didalamnya, sisik ikan dibedakan menjadi :
1. Ganoid
Terdiri dari garam-garam saponim, bentuknya seperti belah ketupat.
2. Placoid
12
Sisik dari tonjolan kulit bentuknya seperti duri halms dan terletak rebah ke belakang
dibawah kulit.
3. Cycloid
Disebut juga sisik lingkaran, mempunyai bentuk bulat, tipis transparan dan mempunyai
lingkaran pada belakang bergirigi.
4. Ctenoid
Disebut juga sisik sisir, mempunyai bentuk agak persegi.
5. Cosmoid
Pada ikan terdapat lima macam bentuk sirip yaitu sirip tunggal (sirip punggung, sirip
dada dan sirip dubur), sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada). Sirip punggung
terdapat pada ikan teleostei disokong oleh tulang rawan dalam pectoral girdle yang kuat
walaupun rapuh atau lunak dan disebut caracos sapula. Pada sirip dada ikan teleostei,
gelang bahu terdiri dari tulang rawan dan tulang demersal yang berasal dari tulang
rawan adalah tulang ceracoid yang berpasangan, seapul dan empat pasang tulang radial.
Sirip perut elasmobranchia disokong oleh tulang rawan pelvic yaitu tulang rawan
tempat menempelnya tulang basipterygum. Sirip perutnya menempel pada tulang ini.
Pada ikan jantan, di ujung rawan basal terdapat organ clasper yang digunakan dalam
pcmijahan untuk membantu menyalurkan sperma. Pada kelas ostheichtyes, gelang bahu
dan perut juga dibentuk dari tulang rawan yang disebut basipterygum (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), pada umumnya ikan memiliki tipe mulut yang berbeda
tergantung dari lingkungan, cara makan dan jenis makanan yang dikonsumsi. Tipe
mulut ikan yang dimaksud antara lain:
1. Tipe Terminal
Yaitu letak mulut ikan terletak diujung depan kepala.
2. Tipe Subterminal
Yaitu letak mulut ikan terletak didekat ujung depan kepala.
3. Tipe Superior
Yaitu letak mulut ikan terletak diujung bagian atas.
4. Tipe Inferior
Yaitu letak mulut ikan terletak dibawah kepala.
13
2.2
14
15
2.2.2
Sistem skeleton
Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau
menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ-organ tubuh ikan dan berfungsi pula
dalam pembentukkan butir darah merah (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), rangka ikan dapat dibedakan menjadi 3 bagian :
1. Rangka axial
Terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan-tulang rusuk.
2. Rangka visceral
Terdiri dari semua bagian tulang lengkung insang dan derivatnya.
3. Rangka appendicular
Terdiri dari sisik dan perekat-perekatnya. Sedangkan pada tulang punggung pada ikan,
berkembang dari scelerotome yang terdapat di sekeliling notochorda dan batang saraf.
Setiap pasang dari scelerotome berkembang menjadi empat pasang arcualia. Pada
beberapa ikan, pembentukan pusat tulang punggung (centrum) bukan semata-mata
dari arcualia, melainkan oleh sel mesenchyme yang merapat dan berkumpul di sekitar
notochorda, yang kemudian bersama-sama arcularia membentuk centrum.
2.2.4 Sistem respiratoria
Menurut Rahardjo (1985), organ utama untuk pernafasan dari dalam media air pada
ikan adalah insang. Udara pernafasan diambil melalui mulut dan keluar melalui dubur.
Insang terdapat di dalam rongga insang yang berasal dari kantong insang. Pada waktu
embrio, kantong merupakan sepasang penonjolan ke arah luar dari lapisan endodermal di
daerah anterior saluran pencernaan embrio.
1.
16
lamela insang. Setiap lengkung insang pada elasmobranchia disokong oleh rangka
yang melengkung, terdiri dari :
a. Tapis insang, terdapat pada dasar lengkung insang mengarah ke dalam rongga
pharing. Berfungsi untuk menapis bahan makanan yang terbawa bersama air
pernafasan, yang kemudian diteruskan ke dalam oesophagus.
b. Jari-jari insang, melekat pada bagian luar dari lengkung insang mengarah ke
permukaan tubuh sebagai penguat struktur insang.
c. Lamela insang, berupa rambut yang halus terbungkus oleh epithelium tipis
dengan satu ujungnya melekat pada jari-jari insang penuh dengan kapiler darah.
Di sini terjadi proses pernafasan di dalam insang.
2. Insang pada ikan osteichthyes
Pada ikan ini operculum yang tersusun atas 4 potong tulang dermal, yaitu
operculum, properculum, interculum, dan sub operculum. Selaput tipis bekerja sebagai klep pada celah insang. Bagian depan dari selaput melekat pada
operculum, sedangkan pada bagian belakangnya terlepas bebas. Selaput kulit tipis
ini disebut membran branchiostegii yang disokong oleh beberapa potong yang
terletak pada dinding ventral pharing disebut radii branchiostegii. Septum insang
hanya satu saja dan tidak menonjol keluar dari lamela insang, serta kadangkadang insang tidak ada. Jari-jari insang selalu ada sepasang untuk setiap
lengkung insang ber-jumlah 5, tetapi lengkung insang 1 dan 5 berupa
hemibranchia, hanya lengkung kedua, tiga dan empat saja yang berupa
holobranchia. Lamela insang pada lengkung pertama hanya ada pada bagian
belakang lengkung insang dan pada lengkung insang kelima pada bagian depan
saja.
2.2.5
Sistem urogenitalia
Merupakan gabungan antara sistem urinaria dan sistem genitalis. Akan tetapi
dalam praktikum ini hanya sistem genitalis saja yang dilihat (Rahardjo, 1980).
Ikan termasuk hewan heteroseksual, artinya perbedaan antara sel kelamin jantan dan
betina jelas. Perbedaan secara mikro dapat diketahui, misalnya dengan kita memijat
17
pada bagian di atas porus urogenotalis pada jantan, maka ikan mengeluarkan cairan
putih seperti susu. Sedangkan pada ikan betina akan mengeluarkan cairan kekuningkuningan. Secara anatomis perbedaan tersebut akan terlihat jelas karena pada ikan
jantan di dekat ginjal terdapat kantong berbentuk memanjang putih keruh, sedangkan
pada ikan betina lebih besar dari pada ikan jantan. Alat perkembangbiakkan ikan yaitu
gonad, gonad pada jantan disebut testis dan pada betina disebut ovarium (Djatmiko,
1986).
2.3
Taksonomi
Menurut Subani (1978), taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu menge-nai
klasifikasi dari jasad-jasad. Istilah taksonomi berasal dari kata Yunani taxis yang berarti
susunan dan pengaturan. Dan dari kata nomos atau hukum dan istilah ini diusulkan oleh
Candolle pada tahun 1813 untuk teori mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan.
Identifikasi merupakan salah satu dari tiga tugas pokok ahli taksonomi, dimana
ini merupakan tingkatan analitis. Tugas pokok seorang ahli sistematika adalah
mengelompokkan jasad yang telah begitu beraneka ragam dari alam ke dalam berbagai
kelompok yang sudah dikenal untuk menetapkan ciri-ciri penting dari kelompok ini dan
untuk senantiasa mencari perbedaan yang tetap di antara kelompok itu. Disamping itu
ahli ini harus memberikan nama ilmiah kepada kelompok-kelompok itu untuk
memungkinkan pemberian nama pengakuan kepadanya oleh ahli-ahli lain di seluruh
dunia. Kronologi geologis dari jasad tergantung dari ketetapan identifikasi dari fosil. Tiap
survei ekologi yang bersifat ilmiah harus diselesaikan dengan mengidentifikasikan semua
spesies yang ekologis penting (Subani, 1978).Juga ahli biologi telah menyadari
pentingnya identifikasi yang tepat. Banyak sekali generasi yang memiliki spesies yang
secara morfologis tidak berbeda. Perbedaannya terletak di dalam sifat fisiologisnya
(Subani, 1978).
Membuat klasifikasi adalah tugas kedua dari ahli taksonomi. Pada umumnya
untuk menyusun suatu klasifikasi adalah dengan menetapkan suatu definisi dari suatu
kelompok atau kategori-kategori menurut skala hirarki. Tiap-tiap kategori meliputi satu
atau beberapa kelompok lebih rendah yang terdekat yang merupakan kategori berikutnya.
18
Hasilnya adalah bahwa semua binatang dapat diklasifikasikan ke dalam suatu hirarki
taksonomi yang terdiri dari satu rentetan kategori-kategori yang meningkat dari species
hingga kingdom, tiap-tiap kategori berikutnya meliputi satu atau beberapa kategori
sebelumnya.
Satu hal yang perlu diingat bahwa klasifikasi pada pokoknya harus praktis. Dari
semua kategori-kategori tersebut akan mempunyai arti khas atau spesifik dari semua
jenis ikan yang ditemukan (Saanin H, 1968).
Kategori-kategori yang saat ini dipakai adalah :
Kingdom
Filum
Sub-filum
Kelas
Sub-kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
Kategori-kategori tersebut yang sekarang dipakai dalam penyusunan klasifikasi.
Terkadang ada beberapa buku yang memasukkan unsur sub-ordo ke dalamnya (Saanin H,
1968).
19
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Materi
Table 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
No
1.
Alat
Styrofoam
Ketelitian
-
2.
Gunting
Membedah ikan
3.
Pinset
4.
Pisau bedah
Membedah ikan
5.
Lup
6.
Alat tulis
Mencatat data
7.
Tissue/kapas
Membersihkan lender/darah
8.
Penggaris
9.
Laporan se,entara
10.
Mikroskop
1mm
Kegunaan
Tempat preparat ikan
3.1.2 Bahan
Ikan-ikan yang diamati dalam praktikum ini adalah :
1. Ikan bawal air laut
2. Ikan kakap merah
3. Ikan bandeng
4. Ikan mujair
3.2 Metode
3.2.1. Pengamatan morfologi
Cara kerja pengamatan pada morfologi ikan adalah:
1. Meletakkan ikan pada bak paravin dan menatanya sesuai pola.
2. Mengamati dan menggambar bentuk luar tubuh ikan pada kertas yang telah disiapkan
beserta keterangannya dari tiap bagian.
20
21
10. Mengamati dan menggambar ginjal dan gonade termasuk sistem urogenitalia
beserta keterangannya.
3.2.3. Pengamatan taksonomi
Prosedur pengamatan taksonomi ikan adalah:
1. Mencatat bentuk dan ciri-ciri morfologi ikan yang akan diidentifikasi.
2. Mencari dan mencocokkan data hasil pengamatan dengan data yang telah ada dalam
buku identifikasi yang digunakan.
3. Membuat tingkatan klasifikasi dari ikan. Data yang diperoleh menjadi acuan untuk
membuat pangklasifikasian ikan tersebut beserta keterangannya dari tingkatan kingdom
sampai tingkatan spesies.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1
Gambar :
1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
Keterangan gambar :
1. Mulut (roma oris)
9. Anus (porus urogenitalis)
2. Hidung (Fovea nasalis)
10. Gurat sisi (linear Lateralis)
3. Mata (organon visus)
11. Sirip dada (Pinnea Pectoralis)
4. Tengkuk kepala
5. Sisik (squama)
6. Sirip punggung (pinnea dorsalis)
7. Sirip ekor (Pinnea caudalis)
8. Batang ekor
A. Kepala ( Caput )
B. Badan ( truncus )
C. Ekor ( caudal)
23
1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Keterangan gambar :
1. Mulut (roma oris)
9. Anus (porus urogenitalis)
2. Hidung (Fovea nasalis)
10. Gurat sisi (linear Lateralis)
3. Mata (organon visus)
11. Sirip dada (Pinnea Pectoralis)
4. Tengkuk kepala
12. Sirip Anus ( Pinnea Analis)
5. Sisik (squama)
6. Sirip punggung (pinnea dorsalis)
7. Sirip ekor (Pinnea caudalis)
8. Batang ekor
A. Kepala ( Caput )
B. Badan ( truncus )
C. Ekor ( caudal)
24
3. Ikan bandeng
Gambar :
1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Keterangan gambar :
1. Mulut (roma oris)
9. Anus (porus urogenitalis)
2, Hidung (Fovea nasalis)
10. Gurat sisi (linear Lateralis)
3. Mata (organon visus)
11. Sirip dada (Pinnea Pectoralis)
4. Tengkuk kepala
12. Sirip anus ( Pinnea analis)
5. Sisik (squama)
6. Sirip punggung (pinnea dorsalis)
7. Sirip ekor (Pinnea caudalis)
8. Batang ekor
A. Kepala ( Caput )
B. Badan ( truncus )
C. Ekor ( caudal)
25
4. Ikan Mujair
Gambar :
1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Keterangan gambar :
1. Mulut (roma oris)
9. Anus (porus urogenitalis)
2. Hidung (Fovea nasalis)
10. Gurat sisi (linear Lateralis)
3. Mata (organon visus)
11. Sirip dada (Pinnea Pectoralis)
4. Tengkuk kepala
12. Sirip anus (pinnea analis)
5. Sisik (squama)
6. Sirip punggung (pinnea dorsalis)
7. Sirip ekor (Pinnea caudalis)
8. Batang ekor
A. Kepala ( Caput )
B. Badan ( truncus )
C. Ekor ( caudal)
26
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan :
1. Panjang total
2. Panjang kepala
3. Panjang prodersal
4. Panjang hingga cabang ekor
5. Panjang Sirip punggung
6. Panjang moncong
7. Panjang mata
8. Tinggi tubuh
9. Panjang sirip punggung
10. Panjang batang ekor
: 21 cm
: 3,8 cm
: 7cm
: 16cm
: 7,5 cm
: 0,8 cm
: 0,8 cm
: 10,6 cm
: 5,5 cm
: 1,2 cm
27
1
2
3
4
5
6
Keterangan :
1. Panjang total
2. Panjang kepala
3. Panjang prodersal
4. Panjang hingga cabang ekor
5. Panjang Sirip dada
6. Lebar ikan
: 24,7 cm
: 4,8 cm
: 20,1 cm
: 24,7 cm
:11,5 cm
: 1,2 cm
28
3. Ikan bandeng
Gambar :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan :
1. Panjang total
2. Panjang standar
3. lebar perut
4. lebar mata
5. Panjang Sirip punggung
6. Panjang kepala
7. Panjang sirip dada
8. panjang sirip peiut
9. panjang sirip anus
10. Panjang sirip punggung
11. Panjang batang ekor
: 31cm
: 26,5 cm
: 6,5 cm
: 1,8 cm
: 3,4 cm
: 6 cm
: 3,5 cm
: 3 cm
: 2,8 cm
: 3,4 cm
: 8 cm
29
4. Ikan mujair
Gambar :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan :
1. Panjang total
2. Panjang standar
3. Panjang kepala
4. Panjang ekor
5. Panjang Sirip punggung
6. Panjang sirip perut
7. Panjang sirip dada
8. panjang sirip anus
9. Panjang sirip ekor
: 21 cm
: 17,5 cm
: 5cm
: 3,5 cm
: 9,5 cm
: 3cm
: 6 cm
: 3 cm
: 5cm
30
1
2
Keterangan :
1. Pada sirip dada terdapat 13 jari-jari keras, dan 12 jari-jari lunak dengan rumus
PXIII-12
2. Pada sirip punggung terdapat 23 jari-jari keras dan 12 jari-jari lunak sehingga
rumus DXXIII-12
3. Pada sirip anus terdapat 9 jari-jari keras dan 28 jari-jari lemah sehingga
rumusnya AIX-28
31
1
2
3
4
Keterangan :
1. Pada sirip dada tidak ditemukan jari-jari keras, dan 15 jari-jari lunak dengan
rumus P0-15
2. Pada sirip punggung terdapat 10 jari-jari keras dan 14 jari-jari lunak sehingga
rumus DX-14
3. Pada sirip anus terdapat 3 jari-jari keras dan 12 jari-jari lemah sehingga
rumusnya AIX-2
4. pada sirip perut ditemukan 2 jari-jari keras dan 2 jari-jari lunak dengan rumus
VII-2
32
3. Ikan bandeng
Gambar :
1
2
3
4
Keterangan :
1. Pada sirip dada terdapat 8 jari-jari keras, dan 6 jari-jari lunak dengan rumus
PIIX-6
2. Pada sirip punggung terdapat 10 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak sehingga
rumus DX-5
3. Pada sirip anus terdapat 6 jari-jari keras dan 5 jari-jari lemah sehingga
rumusnya AVI-5
4. Pada sirip perut terdapat 5 jari-jari keras dan 4 jari-jari lemah dengan rumus
sirip VV-4
33
4. Ikan mujair
Gambar :
1
2
3
4
Keterangan :
1. Pada sirip dada ditemukan 7 jari-jari keras, dan ditemukan 6 jari-jari lunak
dengan rumus PVII-6
2. Pada sirip punggung terdapat 15 jari-jari keras dan tidak ditemukan jari-jari
lunak sehingga rumus DXV-O
3. Pada sirip anus terdapat 6 jari-jari keras dan 7 jari-jari lemah sehingga
rumusnya AVI-7
4. Pada sirip perut ditemukan 2 jari-jari keras dan 3 jari-jari lemah dengan rumus
VII-3
34
1
2
Keterangan :
Jenis sub abdomubalis, letak sirip perut sedikit dibelakang sirip dada.
1. Sirip perut
2. Sirip dada
1
2
Keterangan :
Jenis sub abdomubalis, letak sirip perut sedikit dibelakang sirip dada.
1. Sirip perut
2. Sirip dada
35
3. ikan bandeng
Gambar :
1
2
Keterangan :
Jenis abdomubalis, sirip perut terletak jauh dibelakang sirip dada,
1. Sirip perut
2. Sirip dada
4. ikan mujair
Gambar :
1
2
Keterangan :
Jenis sub abdomubalis, letak sirip perut sedikit dibelakang sirip dada.
1. Sirip perut
2. Sirip dada
36
4.1.1.5
Gambar :
1
2
3
4
5
Keterangan :
Bentuk
: burbot.
Tipe sisik
: cyloid
1. Chromathopore
2. Circuli
3. Annulus
4. Radius
5. Focus
Keterangan :
Bentuk
: Perch.
Tipe sisik
: Ctenoid
1. Chromathopore
2. Circuli
3. Annulus
4. Radius
5. Focus
6. Ctenii
37
3. Ikan bandeng
Gambar :
1
2
3
4
5
Keterangan :
Bentuk
: burbot.
Tipe sisik
: cycloid
1. Chromathopore
2. Circuli
3. Annulus
4. Radius
5. Focus
4. Ikan mujair
Gambar :
1
2
3
4
5
Keterangan :
Bentuk
: burbot.
Tipe sisik
: cyloid
1. Chromathopore
2. Circuli
3. Annulus
4. Radius
5. Focus
38
4.1.1.6
Jumlah sisik
1. Ikan bawal air laut
Gambar
1
2
3
Keterangan :
1. Jumlah sisik diatas linear lateralis aitu 32
2. Jumlah sisik sepanjang linear lateralis yaitu 123
3. Jumlah sisik dibawah linea lateralis yaitu 43
1
2
3
Keterangan :
1. Jumlah sisik diatas linear lateralis aitu 51
2. Jumlah sisik sepanjang linear lateralis yaitu 6
3. Jumlah sisik dibawah linea lateralis yaitu 13
39
3. Ikan bandeng
Gambar
1
2
3
Keterangan :
1. Jumlah sisik diatas linear lateralis aitu 12
2. Jumlah sisik sepanjang linear lateralis yaitu 105
3. Jumlah sisik dibawah linea lateralis yaitu 22
4. Ikan mujair
Gambar
1
2
3
Keterangan :
1. Jumlah sisik diatas linear lateralis aitu 32
2. Jumlah sisik sepanjang linear lateralis yaitu 123
3. Jumlah sisik dibawah linea lateralis yaitu 43
40
4.1.1.7
Letak mulut
1. Ikan bawal air laut
Gambar :
Keterangan :
Latak mulut : didekat ujung kepala
Tipe mulut : sub terminal
Keterangan :
Latak mulut : didekat ujung kepala
Tipe mulut : sub terminal
41
3. Ikan bandeng
Gambar :
Keterangan :
Latak mulut : di ujung hidung
Tipe mulut : terminal
4. Ikan mujair
Gambar :
Keterangan :
Latak mulut : di ujung hidung
Tipe mulut : terminal
42
4.1.1.8
Gambar :
Keterangan :
Bentuk : Homocercal
Tipe ekor : Forked
2. Ikan kakap merah
Gambar :
Keterangan :
Bentuk : Heterocercal
Tipe ekor : Forked
43
3. Ikan bandeng
Gambar :
Keterangan :
Bentuk : Heterocercal
Tipe ekor : Forked
4. Ikan mujair
Gambar :
Keterangan :
Bentuk : Heterocercal
Tipe ekor : Forked
44
4.1.2
Gambar :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Keterangan :
1. Insang
2. Jantung
3. Hati
4. Gelembung renang
5. Ginjal
6. Anus
7. Usus halus
8. Kelenjar kelamin
9. Usus besar
10. Lambung
11. Kantong empedu
12. Pancreas
45
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan :
1. Jantung
2. Hati
3. Ginjal
4. Saluran telur
5. Anus
6. Lambung
7. Usus
8. Pancreas
9. empedu
46
3. Ikan bandeng
Gambar :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Keterangan :
1. Mulut
2. Insang
3. Jantung
4. Hati
5. Kelenjar pencernaan
6. Lambung
7. Ginjal
8. Usus halus
9. Usus besar
10. Kelenjar kelamin
11. Anus
47
4. Ikan mujair
Gambar :
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan :
1. Jantung
2. Ginjal
3. Saluran telur
4. Hati
5. Limfe
6. Pancreas
7. Lambung
8. Usus
48
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan :
1. Mulut
2. Saluran pencernaan
3. Lambung
4. Usus halus
5. Usus besar
6. Anus
7. Hati
8. Pancreas
49
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan :
1. Mulut
2. Saluran pencernaan
3. Lambung
4. Usus halus
5. Usus besar
6. Anus
7. Hati
8. Pancreas
50
3. Ikan bandeng
Gambar :
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan :
1. Mulut
2. Saluran pencernaan
3. Lambung
4. Usus halus
5. Usus besar
6. Anus
7. Hati
8. Pancreas
51
4. Ikan mujair
Gambar :
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan :
1. Mulut
2. Saluran pencernaan
3. Lambung
4. Usus halus
5. Usus besar
6. Anus
7. Hati
8. Pancreas
52
Abdominal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tampak samping
Keterangan :
1. Supracaniralis
2. Epaxial mootomes
3. Ventrical septum
4. Vertebrata
5. Red lateral muscle
6. Horizontal septum
7. Hypaxial motomes
8. Body cavity
9. Infracarinalis
53
Abdominal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tampak samping
Keterangan :
1. Supracaniralis
2. Epaxial mootomes
3. Ventrical septum
4. Vertebrata
5. Red lateral muscle
6. Horizontal septum
7. Hypaxial motomes
8. Body cavity
9. Infracarinalis
54
3. Ikan bandeng
Gambar :
Abdominal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tampak samping
Keterangan :
1. Supracaniralis
2. Epaxial mootomes
3. Ventrical septum
4. Vertebrata
5. Red lateral muscle
6. Horizontal septum
7. Hypaxial motomes
8. Body cavity
9. Infracarinalis
55
4. Ikan mujair
Gambar :
Abdominal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tampak samping
Keterangan :
1. Supracaniralis
2. Epaxial mootomes
3. Ventrical septum
4. Vertebrata
5. Red lateral muscle
6. Horizontal septum
7. Hypaxial motomes
8. Body cavity
9. Infracarinalis
56
4.1.2.4
Sistem respiratoria
1. Ikan bawal air laut
Gambar :
1
2
3
4
Keterangan :
1. Filament
2. Lamella
3. Tapis insang
4. Lengkung insang
2.
Gambar :
1
2
3
4
Keterangan :
1. Filament
2. Lamella
3. Tapis insang
4. Lengkung insang
57
3. Ikan bandeng
Gambar :
1
2
3
4
Keterangan :
1. Filament
2. Lamella
3. Tapis insang
4. Lengkung insang
4. Ikan mujair
Gambar :
1
2
3
4
Keterangan :
1. Filament
2. Lamella
3. Tapis insang
4. Lengkung insang
58
4.1.2.5
Sistem skeleton
1. Ikan bawal laut
Gambar :
Abdominal
Caudal
4
5
6
7
8
Keterangan :
Abdominal
Caudal
1. Neural spine
1. Neural spine
2. Neural arch
2. Zygophophsis
3. Neural canal
3. Neural canal
4. Zygopophsis
5. Centrum
6. Basapophysis
7. Intermuscularbone
8. Pleural rip
59
Caudal
4
5
6
7
8
Keterangan :
Abdominal
Caudal
1. Neural spine
1. Neural spine
2. Neural arch
2. Zygophophsis
3. Neural canal
3. Neural canal
4. Zygopophsis
5. Centrum
6. Basapophysis
7. Intermuscularbone
8. Pleural rip
60
3. Ikan bandeng
Gambar :
Abdominal
Caudal
4
5
6
7
8
Keterangan :
Abdominal
Caudal
1. Neural spine
1. Neural spine
2. Neural arch
2. Zygophophsis
3. Neural canal
3. Neural canal
4. Zygopophsis
5. Centrum
6. Basapophysis
7. Intermuscularbone
8. Pleural rip
61
4. Ikan mujair
Gambar :
Abdominal
Caudal
4
5
6
7
8
Keterangan :
Abdominal
Caudal
1. Neural spine
1. Neural spine
2. Neural arch
2. Zygophophsis
3. Neural canal
3. Neural canal
4. Zygopophsis
5. CentrumBasapophysis
6.
7. Intermuscularbone
8. Pleural rip
62
4.1.2.6
Sistem urogenitalia
1. Ikan bawal air laut
Gambar :
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan :
1. Testis
2. Ginjal
3. Vas differens
4. Dukus wolffian
5. Sinus urogenitalis
63
3. Ikan bandeng
Gambar :
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan :
1. Testis
2. Ginjal
3. Vas differens
4. Dukus wolffian
5. Sinus urogenitalis
4. Ikan mujair
Gambar :
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan :
1. Testis
2. Ginjal
3. Vas differens
4. Dukus wolffian
5. Sinus urogenitalis
64
4.1.3 Taksonomi
1. Ikan bawal air laut
Klasifikasi Ikan Bawal menurut Bryner (1999)adalah sebagai berikut
Phyillum
: Chordata
: Pisces
Sub Class
: Neoptergii
Ordo
: Cypriniformes
Sub Ordo
: Cyprinoidea
Family
: Characidae
Genus
: Colossoma
Spesies
: Colossoma macropomum
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Familiy
: Lutjanidae
Genus
: Lutjanus
Species
: L. Campechanus
3. Ikan bandeng
Klasifikasi ikan bandeng yaitu :
Phylum
: Chordata
Sub Phylum
: Vertebrata
Classis
: Pisces
Sub Classis
: Teleostei
Ordo
: Malacopterygii
Familia
: Chanidae
65
Genus
: Chanos
Spesies
: Chanos chanos
4. Ikan mujair
Klasifikasi ilmiah
4.2
Kerajaan: Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Perciformes
Famili: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies: O. mossambicus
Pembahasan
1. Ikan bawal air laut
Linealateralis adalah garis yang dibentuk oleh pori-pori, sehingga LL ini
terdapat baik pada ikan yang bersisik maupun ikan yang tidak bersisik. Pada
ikan yang tidak bersisik LL terbentuk oleh pori-pori yang terdapat pada
kulitnya, sedangkan pada ikan yang bersisik LL terbentuk oleh sisik yang
berpori. Pada umumnya ikan mempunyai satu buah garis LL, namun demikian
adapula ikan yan mempunyai beberapa buah LL. LL ini berfungsi LL untuk
mendeteksi keadaan linkungan, terutama kualitas air dan juga berperan dalam
proses osmoregulasi (Ghazali, 2011).
Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat
secara langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan
mulai dari posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea
lateralis terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk menghubungkan
kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan
pembuluh syaraf. Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ
sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik.
Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi sebagai echo-location yang
membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya (Dwi, 2011).
66
3. Ikan bandeng
Bentuk tubuh ikan bandeng (Chanos chanos) berbentuk fusnform, bentuk
mulutnya dapat disembulkan dengan posisi superior dan tidak mempunyai
67
sungut. Bentuk kepalanya relative lancip, dan ikan ikan banding digolongkan
kedalam jenis ikan herbivore dimana jenis makanan utamanya berasal dari
nabati.Bentuk tubuh ikan bandeng (Chanos chanos) adalah simetris, berarti
terdiri atas dua belahan yang sama, apabila tubuh dibelah dua belahan yang
sama, dan tubuh dibelah dua dari kepala sampai ekor dengan arah punggung
perut. Pada ujung depan dari kepala terdapat mulut, diatas mulut terdapat
cekung hidung, pada sebelah menyebelah kepala terdapat mata, dan diantara
bagian kepala dan badan terdapat tutup insang.Pada ikan bandeng (Chanos
chanos) tidak memiliki ciri khusus, dan tidak memiliki sungut, bentuk ekor
yaitu brbentuk cagak, posisi mulutnya berbentuk terminal, dan tidak memiliki
preoperkulum.
4. Ikan mujair
Ikan Mujair merupakan ikan yang mempunyai bentuk pipih kesamping
memanjang. Mata kelihatan menonjol dan relatif kecil dengan bagian tepi
mata berwarna putih badan relatif lebih tipis dan tidak kekar dibandingkan
ikan Nila. Garis lateralis (gurat sisi ditengah tubuh) terputus dan dilanjutkan
dengan garis terletak lebih bawah(Affandi,1992).
Bentuk tubuh ikan Mujair simetris bilateral, namun jika dikelompokkan dalam
beberapa bentuk daseir maka dapat dikatakan pipih (compress) karena lebar
tubuh relatif besar dibanding dengan tinggi tubuh. Bagian-bagian tubuh Ikan
Mujair yaitu terdiri bagian kepala, badan dan ekor, mempunyai sirip dorsal,
sirip ekor, sirip dada, sirip perut, sirip anal, mulut, lubang hidung, operkulum,
preoperkulum, rahang atas dan rahang bawah. Sirip ekornya berbentuk agak
membundar (rounded), posisi mulut terminal yakni rahang atas dan rahang
bawah relatif sama panjang, kemudian posisi sirip perut terhadap sirip dada
turosik karena sirip perut berada dibawah sirip dada, tipe sirip dorsal tunggal
dan memiliki linea literalis (gurat sisi) guna sebagai alat pendeteksi keadaan
lingkungan dan Ormoregulasi (Wijaya,1976)
Pada ikan mujair ini memiliki garis linea lateralis (gurat sisi) yang terletak
dibawah garis sirip punggung di belakang ujung kepala hingga de depan
68
pangkal ekor. Ikan mujair ini tidak memiliki ciri khusus seperti finlet, kil,
ataupunscute.(J.E.Bataragoa,1990)Ikan mujair merupakan ikan yang bersisik,.
Ikan mujair memiliki 3 tipe sisik, yakni sisik kepala,sisik badan, sisik ekor,
dan
sisik
ikan
berdasarkan
bentuknya
ada
macam
,adalah
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
69
Dari hasil praktikum ikhtiologi ini penulis dapat beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Bentuk tubuh ikan setiap spesies berbeda-beda tergantung dimana ikan itu
tinggal. Ikan pelagis mempunyai bentuk tubuh stream line dan ikan demersal
mempunyai brntuk tubuh pipih
2. Ikan teleostei mempunyai rangka sejati dan tulang tambahan tutup insang antara
3-4 pasang. Tubuhnya bersisik dan kebanyakan tipe sisiknya cycloid. Mulutna
terletak diujung moncong dan siripna simetris.
3. Ikan pelagis memiliki gurat sisi yang jelas, sirip yang lengkap, tipe ekornya
adalah homocercal atau heterocercal. Ikan ini merupakan perenang cepat dan
hidup dipermukaan air.
5.2 Saran
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin memberikan beberapa saran untuk
praktikum ikhtiologi, antara lain :
1. Cirri-ciri spesifik pada ikan harus diperhatikan untuk memudahkan dalam
identifikasi
2. Ketelitian yang tinggi sangat diperlukan dalam proses pembedahan ikan agar
bagian-bagian yang akan diamati tidak hancur atau hilang
3. Menjaga kebersihan waktu praktikum akan memudahkan dalam praktikum
4. Praktikan diharapkan mematuhi segala peraturan yang ada waktu praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A. Iqbal. 2008. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya.Yayasan Citra
Emulsi. Makassar.
70
71