Anda di halaman 1dari 82

Bab II

Sumber-Sumber Energi

Untuk mengidentidikasi sesuatu sebagai sumber energi, perlu terlebih dahulu


dipahami apa itu energi. Secara umum energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan kerja. Sumber-sumber energi adalah sesuatu yang dapat diolah/dikonversi
sehingga dapat memberikan kemampuan untuk melakukan kerja yangkita butuhkan
dalam menunjang semua aktifitas kehidupan.
Berdasarkan dapat-tidak sumber energi itu diperbaharui, sumber-sumber energi
dapat dibagi menajdi 2 bagian:
1) Sumber energi tak terbaharukan; dan
2) Sumber energi terbaharukan.
Energi-energi tersebut diperoleh dalam bentuk yang berbeda-beda; panas
(termal), sinar (radiant), mekanik, elektrik, bahan kimia, dan energi nuklir.

2.1. Sumber Energi Tak Terbaharui

Gambar 2.1. Sumber-sumber energi


Tak Terbaharui
Sumber energi tak tebaharui terdiri dari
1. Minyak bumi (Oil)
2. Gas Alam (Natural Gas)
3. Batu Barat (Coal)
4. Nuklir (Nuclear)

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 4


Semua sumber energi tersebut tidak dapat digunakan secara berualang dan tidak dapat
terbentuk dalam periode waktu yang singkat sehingga ia disebut sumber energi tak
terbaharukan. Sumber-sumber energi ini terbentuk di alam dalam waktu ribuan sampai
jutaan tahun. Waktu eksploitasi oleh manusia sangat singkat dibanding dengan waktu
terbentuknya, sehingga suatu saat sumber energi ini akan habis.

2.1.1. Energi Batu Bara


Umum
Satu abad yang lampau batu bara merupakan sumber langsung atau
tidaklangsung sebagian terbesar energi komersial dunia. Bahkan batu bara telah
memercikkan dan menggerakkan terjadinya apa yang dinamakan Revolusi Industri.
Dewasa ini peranan batu bara sudah jauh menurun, dan hanya memenuhi seperempat
pamakaian energi seluruh dunia. Namun demikian, volume penggunaannya masih
sangat besar, dan dengan perkembangan-perkembangan terakhir dunia bidang energi,
terutama setelah terjadinya apa yag dinamakan kemelut energi di tahun-tahun 1970-an,
dapat disimpulkan, bahwa di masa yang akan datang, peranan batu bara akan meningkat
lagi dengan pesat.
Batu bara terdiri atas berbagai campuran karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
dan beberapa pengotoran lain.
Sebagian karbon itu tetap padat bilamana dipanaskan, dan Sebagian lagi akan
berubah menjadi gas dan keluar bersama-sama unsur-unsur gas lainnya. Bagian gas ini
mudah terbakar dan menyala terus-menerus serta agak lebih berasap daripada karbon
padat yang membara.
Kadar air dan abu yang tidak dapat dibakar yang terkandung dalam batu bara,
tidak bermanfaat.
Kokas dibuat dengan memanaskan batu bara s~ingga gas dan pengotoran
menguap: bagian karbon yang padat itu disebut kokas.Kokas terutama dipergunakan
untuk mencairkan bijih besi. Semula bagian gas dan batu bara itu dibuang, akan tetapi
kini gas itu dapat dimanfaatkan.
Batu bara dibagi dalam berbagai kategori dan subkategori berdasarkan nilai
panas karbonnya, dimulai dengan lignit, yang kadar karbon padatnya terendah, melalui
berbagai tingkatan batu bara muda, batu bara subbituminus, batu bara bituminus, hingga
kepada antrasit.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 5


Batu bara yang tingkatannya terendah berwarna cokelat, mengandung banyak
abu dan lembap. Batu bara yang tingkatannya lebih tinggi, mengandung karbon lebih
banyak. Baban organik yang tidak cukup terurai sehingga terbentuk karbon, oleh karena
itu belum dapat dikatakan sebagai batu bara, disebut gambut (peat).
Batu bara adalah suatu batu endapan yang terutama berasal dan zat organik.
Kebanyakan ahli geologi berpegang pada teori, bahwa tumbuh-tumbuhan yang sangat
lebat, baik pohon-pohon besan maupun tumbuh-tumbuhan lainnya, tergenang dalam
rawa-rawa atau air lainnya, kemudian berturut-turut ditutup oleh endapanendapan lain,
biasanya non-organik. Pengumpulan-pengumpulan ini mula-mula menjadi semacam
lumpur organik, lambat laun agak mengeras, kemudian berubah menjadi gambut.
Setelah berlalu masa yang lama sekali, lapisan-lapisan endapan ini mengakibatkan
penekanan-penekanan, sehingga bahan-bahan gambut ini menjadi lebih keras. Misalnya
karena penekanan suatu lapisan yang semula tebalnya 10 meter, kemudian menjadi satu
meter atau kurang. Bilamana tekanan-tekanan itu disertai gerakan-gerakan atau
perubahan-perubahan lapisan atas kulit bumi, maka penekanan menjadi lebih besar lagi:
terjadilah batu bara melalui proses pengarangan.
Gambar 2.1 memperlihatkan secara skematis apa yang terjadi. Dalam proses itu
daun menyerap energi cahaya yang digunakan dalam proses fotosintesis sebagai
berikut:

Dalam proses ini diperlukan energi sebesar 112 kCal per mole CO2. yang diambil dari
energi matahani.Dapat dihitung jumlah energi cahaya yang diperlukan dalam
fotosintesis itu dengan berpegang pada teori kuantum cahaya Einstein:

di mana
E = energi cahaya;
h = konstanta Planck;
γ = frekuensi cahaya;
c = kecepatan cahaya dalam pakem; dan
λ = panjang gelombang cahaya.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 6


Dalam proses pengarangan yang memakan waktu jutaan tahun sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, kayu itu mula-mula menjadi gambut, kemudian meningkat
menjadi lignit, dan selanjutnya menjadi batu bara. batu bara ini kemudian digali oleh
manusia, lalu dibakar, misalnya dalam sebuah pusat listrik tenaga uap. Dalam proses
pembakaran dipakai oleh api zat asam 02, dilepaskan ke udara gas C02, dan dibebaskan
pula energi yang berupa panas, yang merupakan tujuan utama penggalian batu bara itu.

Gambar 2.1. Siklus Zat Asam.

Dan skema Gambar 2.1 itu dapat ditarik beberapa kesimpulan. Yang pertama
adalah, bahwa ada semacam siklus zat asam (02). Pohon yang “bernapas” melepaskan
ke udara zat asam, sedangkan pada proses pembakaran diperlukan zat asam tersebut.
Kesimpulan kedua adalah, bahwa bersamaan dengan proses itu terdapat siklus lain
yang mempunyai arab yang berlawanan. Pada proses pembakaran batu bara dibebaskan
CO2 sedangkan daun-daun pohon menyerap CO2 itu. Dan kesimpulan ketiga adalah
bahwa dalam proses pertumbuhan pohon, panas matahari diserap oleh daun-daun, untuk
kemudian disimpan sebagai energi ikatan dalam kayu. Bilamana kayu itu dibakar,
langsung sebagai kayu bakar, atau setelah melalui proses terjadinya gambut, lignit atau
batu bara, maka panas matahari yang disimpan dalam kayu irn dibebaskan kembali.
Yang berbeda adalah persoalan waktu energi yang disimpan alam yang memerlukan
waktu beberapa juta tahun, dihabiskan oleh manusia hanya dalam beberapa ratus tahun.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 7


Foto 1. Tambang batu bara di Virginia Barat – USA

Foto 2. Lapangan batu bara


methane di Cina

Foto 3. Dragline batu bara

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 8


Istilah Bahan bakar Fosil Padat (Solid Fossil Fuels) yang sering dipakai dalam
literatur biasanya mencakup batu bara maupun gambut. Sedangkan batu bara sering
pula dibagi menurut urutan lignit (atau batu bara muda), batu bara sub-bituminus (sub-
bituminous coal), batu bara bituminus (bituminous coal) dan antrasit (anthracite).
Dalam Tabel 2.1 tercantum suatu klasifikasi yang dipakai oleh WEC ( World
Energy Council). Perlu dikemukakan, bahwa klasifikasi WEC ini dipakai banyak
negara, akan tetapi terdapat pula negara lain, yang memakai suatu klasifikasi lain.
Klasifikasi ASTM1 pada asasnya juga mempergunakan klasifikasi WEC, akan tetapi
klasifikasi itu masih membagi masing-masing jenis, atau kelas dalam grup, misalnya
antrasit dibagi dalam meta-antrasit, antrasit dan semi-antrasit. Begitu pula halnya
dengan kelompok-kelompok lainnya.

Tabel 2.1. Batas-hatas Klasifikasi Bahan Bakar Padat Menurut World Energy
Council
Jenis Bahan Bakar Padat Kadar Air(%) berat Nilai Panas(k Cal/kg)
Gambut 70 —75 1k 1600
Lignit 35 —40 4.500 — 4.600
Batu Bara Subbituminus 1k 10 5.700 — 6.400
Barn Bara Bituminus 1k 3 1k 8.500
dan Antrasit

Suatu ketidak-seragaman yang serupa terdapat pula pada klasifikasi penentuan


cadangan sumberdaya energi, dan dalam hal ini klasifikasi cadangan batu bara.
WEC memakai istilah “cadangan terbukti di tempat” yang diartikan dengan
“cadangan terduga”. Sedangkan istilah proved recoverable reserves diartikan dengan
“cadangan teragakan” .
Tabel 2.2 memperlihatkan cadangan dan produksi batu bara, lignit dan gambut
dunia pada tahun 1982. Sebagaimana diketahui, sumber-sumberdaya energi di dunia
adalah terbatas adanya, sedangkan pemakaiannya tenus-menerus meningkat. Sampai
kapankah, misalnya batu bara, akan dapat dimanfaatkan hingga sumbendaya itu telah
habis?

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 9


Tabel 2.2. Cadangan dan Produksi Dunia Batu Bara, Lignit dan Gambut, 1982 (109 ton)
Jenis Bahan Bakar Cadangan Cadangan Jumlah Prod uksi
Terbukti Dapat Di Cadangan
Di Tempat manfaatkan
Bituminus & Antrasit 920 515 1,435 2,70
Pangsa (%) (64,1) (35,9) (100)
Subbituminus 260 166 426 0,30
Pangsa (%) (61,0) (39,0) (100)
Lignit 340 265 605 0,95
Pangsa (%) (56,2) (43,8) (100)
Gambut 52 24 76 4,50
Pangsa (%) (68,4) (31,6) (100)
Sumber: World Energy Conference, “Survey of Energy Resources 1983.”

Salah satu estimasi terlihat pada Gamban 2.3. Dengan mengasumsikan bahwa
seluruh cadangan dunia akan batu bara berjumlab 4,3 x 1012 ton, dan dengan
menganggap pemakaian batu bara akan berlanjut terus, maka menurut salah satu
perkinaan batu bara akan habis terpakai kira-kira lima ratus tahun lagi. Tampaknya
suatu jangka waktu yang masih lama, namun setelah tahun 2100 jumlah batu bara yang
akan dapat dimanfaatkan akan terus-menerus menurun secara cukup deras.
Gambar 2.4 memperlibatkan dalam bentuk skema beberapa proses utama
konversi batu bara menjadi bahan bakar untuk dipakai. Batu bara yang satu berbeda
sifatnya dengan batu bara yang lain. Oleb karena itu pada pembelian batu bara perlu
diperhatikan spesifikasinya, baik yang mengenai nilai panas, maupun sifat-sifat lain
seperti kadar abu, kadar air, dan kadar pengotoran lain.

Sumber: M.K. Hubbert, “The Energy Resources of the Earth”, in Energy and Power, Freeman & Co,
San Francisco, 1971.
Catatan: Estimasi Cadangan Dunia Batu Bara 4,3 x 1012 ton.

Gambar 2.3. Siklus Produksi Dunia Batu Bara.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 10


Foto 4. Tambang batu bara bawah tanah

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 11


Gambar 2.4. Beberapa Proses Konversi untuk Pemanfaatan Batu Bara.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 12


Batu Bara di Indonesia
Deposit batu bara ditemukan tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Akan
tetapi deposit yang mempunyai arti ekonomi terdapat hanya di beberapa tempat sebelah
Barat Indonesia, terutama di Sumatera dan Kalimantan.
Walaupun tendapat banyak laporan mengenai temuan batu bara yang tercatat dalam
peta-peta geologi dan laporan-laponan lainnya, kegiatan-kegiatan eksplonasi batu bara
belum banyak dilakukan secara sistematis. Tabel 2.3 benikut memberikan beberapa
angka perkiraan cadangan batu bara terpenting yang tendapat di Indonesia. Dalam
angka-angka ini sudab termasuk jenis lignit.
Tambang-tambang utama batu bara di Indonesia semula dapat di Ombilin,
Sumatera Barat, Bukit Asam, Sumatera Selatan, dan Loa Kulu, Kalimantan
limur.Pengembangan tambang Ombilin dimulai tahun 1892, yang menghasilkan batu
bara yang baik untuk listrik. Produksi tertinggi dicapai dalam tahun 1931 dengan jumlah
665.000 ton. Menjelang Perang Dunia II produksi ini masih cukup tinggi, dan berada
agak di bawah 600.000 ton setahun.
Tabel 2.3. Sumberdaya Batu Bara Indonesia (Satuan: 106 Ton)
Terindikasi dan
Wilayah Terukur Hipotetis Total
Terduga
Sumatera 2.338 6.344 14.290 22.972
Kalimantan 2.991 6.896 18 9.905
Jawa 4 23 20 47
Sulawesi 5 131 — 136
Irian Jaya — 4 — 4
Total Indonesia 5.338 13.398 14.328 33.064
Surnber:Ir. M. Boesono, Direktorat Bata Bara, Direktorat Jenderal Pertambangan, Jakarta, Desember
1990.

Pembukaan tambang batu bara Bukit Asam dimulai dalam tahun 1919. batu bara
yang dihasilkan terutama terdiri atas jenis-jenis lignit, batu bara dan antrasit. Produksi
dalam tahun 1940 mencapai 847.800 ton dan dalam tahun 1941 sebanyak 863.706 ton.
Beberapa tambang batu bara swasta kecil dibuka sebelum Perang Pasifik di
Kalimantan Timur dan Kalimantan lenggara. Yang terpenting terdapat di lenggarong
dekat Samarinda, di daerah Sungai Kelai dan Berau, serta bagian Utara Pub Laut.
Masing-masing tambang mempunyai produksi yang tidak melebihi 100.000 ton setahun.
Produksi tertinggi batu bara dicapai dalam tahun 1941 dengan jumlah sebesar 2.029 juta
ton.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 13


Tabel 2.4 memperlihatkan beberapa angka produksi tambang-tambang
Indonesia, sebelum dan sesudah Perang Dunia II, dengan catatan, babwa tahun 1970
Iambang Loa Kulu di Sungai Mahakain, Samarinda, ditutup.

Tabel 2.4 Produksi Batu Bara Indonesia Menurut Tambang,1939—1988


Tahun Ombilin Bukit Asam Lainnya Jumlah
1939 591 632 558 1781
1941 538 864 627 2029
1966 101 185 34 320
1970 77 91 4 172
1979 92 186 — 278
1980 143 161 34 338
1982 303 178 197 678
1984 584 501 383 1468
1886 710 1015 1025 2750
1988 648 1858 2670 5176
Sumber:Ir. M. Boesono, Direktorat Baw Bara, Direktorat Jenderal Pertambangan,
Jakarta 1990.
Satuan: Ribu Ton.

Angka-angka dalam Tabel 2.4 memperlihatkan dengan jelas peranan yang


sangat menurun dari batu bara selama 40 tahun hingga 1980. Sebagaiinana terjadi di
seluruh dunia, sebelum Perang Dunia II batu bara mempunyai peranan yang besar
dalam bidang penyediaan energi. Peranan ini kemudian secara berangsur-angsur
digantikan oleh minyak bumi, karena harga yang lebih baik, pemanfaatan yang lebib
mudah, transportasi yang lebih murah, dan penyimpanan serta pengaturan yang lebih
mudah.
Angka-angka terendah dicapai pada tahun-tahun 1960-an dan awal 1970-an.
Namun setelah terjadi apa yang dinamakan kemelut energi pada tahun 1973, diperoleh
peluang lagi bagi batu bara Untuk kembali menjadi jaya. Tampak peningkatan terlihat
pada tahuntahun 1980-an dan produksi meningkat dengan pesat, bahkan dengan cepat
melainpaui produksi puncak yang dicapai pada tahun 1941. Pada saat ini Indonesia
bahkan mengekspor batu bara ke mancanegara. Perlu dikemukakan, babwa pangsa-
pangsa produksi yang kian besar datang dan tambang-tambang swasta, terutama di
Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, yang sejak awal tahuntahun 1980-an mulai
beroperasi dan ~xrproduksi.
Untuk apakah batu bara sekarang dipakai di Indonesia? Walaupun Perusahaan
Jawatan Kereta Api untuk sebagian besar sudah beralib ke bahan bakar minyak , namun

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 14


masih terdapat beberapa trayek yang menggunakan lokomotif uap dengan batu bara
sebagai baban bakar. Perusahaan limah, Pabrik Semen, dan beherapa industri lainnya,
juga memakai batu bara sebagai bahan bakar.
Tabel 2.5 memberikan angka-angka pemakaian batu bara Indonesia menurut
jenis-jenis konsumen. Pemakai-pernakai utama adalah Kereta Api, Pabrik Semen dan
Pabrik limah. Karena bekerja di bawah kapasitas yang seharusnya, pemakaian sendiri.
oleh tambang merupakan komponen yang cukup besar dan seluruh pemakaian.
Akan tetapi, sejak tahun-tahun 1980-an, gambaran konsumsi batu bara Indonesia
mengalami perubahan yang cukup besar sekali. Dengan beralihnya Perusabaan Umum
Listrik Negara pada pembangkit-pembangkit listrik tenaga uap yang memakai batu bara
Sebagai bahan bakar secara besar-besaraii, maka mulai tahun 1985 pemakaian batu bara
untuk pembangkitan tenaga listrik meningkat dengan pesat sekali dan menjadi dominan.
Bertambahnya pabrikpabrik semen di Indonesia secara pesat serta beralihnya pemakaian
bahan bakar dan minyak dan gas menjadi batu bara juga meningkatkan dengan sangat
pesat pemakaian batu bara untuk produksi semen. Ekspor batu bara kemudian juga
menjadi sangat penting, setelah tambang-tambang batu bara swasta di Kalimantan
meningkat produksinya. Tabel 2.6 memperlihatkan angka-angka produksi, konsumsi
dan ekspor batu bara Indonesia pada pertengahan kedua dekade 1980.

Tabel 2.5. Pemakaian batu Bara Indonesia Menurut Jenis Konsumen, 1968—1979

Pernakaian Pabrik Pabrik Jndustri


Tahun PJKA .Jumlah
Sendiri Semen Timah Lain
1968 48,5 54,9 30,1 6,0 2,9 144,9
1969 45,6 61,9 32,2 9,9 3,2 154,&
1970 40,9 49,1 44,7 19,7 2,3 156,7
1971 42,5 49,9 49,1 40,3 3,5 185,3
1972 59,5 57,2 50,4 29,4 3,2 199,7
1973 61,6 39,5 40,2 2,4 4,9 148,6
1974 57,6 32,8 39,8 18,0 6,2 154,4
1975 60,0 50,0 50,0 25,0 5,0 196,9
1976 60,0 78,0 50,0 70,0 7,0 265,0
1977 64,0 43,1 50,6 28,8 5,1 191,6
1978 67,1 30,8 47,2 34,0 6,7 185,8
1979 61,9 26,1 56,9 26,2 9,1 180,2
Surnber: Laporan PN Bata Bara Tahun 1980
Cat atan: Semua Angka dalam Ribu Ton.

Tabel 2.6. Produksi, Pemakaian dan Ekspor Batu Bara 1985—1990

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 15


Konsumsi
Tahun Produksi
Listrik Semen Lainnya Ekspor
1985 2.072 212 468 374 1.018
1986 2750 470 616 689 975
1987 4.479 1.748 847 890 994
1988 5.176 2.043 939 658 1.536
1989 9.478 4.600 1.480 706 2.692
1990 11.696 4.762 1.878 432 4.624
Sumber:Jr. M. Boesono, Direktorat batu Bara, Direktorat Jenderal Pertambangan, Jakarta.
Cat atan: Satuan dalam Ribu Ton.

Pasaran ekspor batu bara adalah antara lain Bangladesh, Malaysia, Thailand,
Iaiwan, Jepang dan Filipina.
Bagaimana perkiraan hari depan batu bara Indonesia? Embargo minyak yang
dilakukan dalam tahun 1973 dan apa yang dinamakan Kemelut Energi yang kemudian
menyusul kiranya menyadarkan umat manusia, bahwa bukan saja jumlah tersedianya
nunyak bumi terbatas adanya, bahkan energi sebagai keseluruhan pun tidak tanpa batas
adanya di muka bumi ini . Harga minyak yang melonjak dengan tajam telah
menempatkan batu bara sekali lagi dalam suatu posisi yang agak baik untuk dapat
bersaing dalam gelanggang energi, terutama untuk penggunaan-penggunaan tertentu
dalam negeri. Posisi yang baik ini terdapat pula di Indonesia, sehingga memberikan
peluang kepada dunia batu bara unrnk meinpunyai peranan yang Iebih besar dalam
penyediaan energi di tanah air kita.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, Indonesia termasuk salah satu
negara yang memiliki potensi gambut yang besar. Potensi itu dinyatakan dalam luas
lahan, dan untuk Indonesia sumberdaya itu adalah sebesar 16,2 juta ha, sebagaimana
terlihat pada Tabel 2.7. Suinberdaya itu terbanyak didapat di Sumatera dan Kalimantan.
Jika ketebalannya dianggap rata-rata satu meter, maka volumenya adalah sebesar 16,2
juta meter kubik.
Nilai gambut sebagai bahan bakar ditenrnkan oleh kandungan kalor panas yang
dipunyainya, dan kandungan tersebut tergantung pada beberapa faktor seperti jenis asal
pembentukan gambut, tingkat dekomposisi, kandungan abu dan kandungan air.
Belum begitu lama berselang di negara-negara Belanda, Belgia, dan Uni Soviet,
gambut digali dan dimanfaatkan untuk me masak dan memanaskan ruangan
rumahtangga.
Tabel 2.7. Sumberdaya Gambut Indonesia
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 16
Wilayah Total
Sumatera 9,7
Kalimantan 6,3
Wilayah Lain 0,2
Total Indonesia 16,2
Sumber: M. Soepraptohardjo & P.M. Driessen, The Lowland Peat of Indonesia:
A Challenge for the Future. Makalah disampaikan pada Seminar Gambut
& Lahan Podzolic & Potensinya, Lembaga Penelitian Lahan, Bogor, 13-
14 Oktober 1976.

Hal ini kini tidak dilakukan lagi. Akan tetapi Irlandia dan Finlandia memanfaatkan
gambut sebagai bahan bakar unrnk pembangkitan tenaga listrik.
Di Indonesia gambut selama ini merupakan masalah pada lahan pertanian.
Tanah bergambut tidak dapat ditanami secara optimal karena tingkat keasamannya
tinggi. Sebagaimana dialami oleh penduduk Rasau Jaya, di Kalimantan Barat pada
tahun-tahun 1970-an; diperoleh kesukaran memanfaatkan tanahnya yang bergambut
untuk bercocok tanam.
Gambut dapat berperan sebagai sumber energi pada sektor rumahtangga dan
industri kecil, atau kegiatan-kegiatan yang biasanya mempergunakan biomassa sebagai
b.ahan bakar. Sebagaimana dilakukan di Irlandia dan Finlandia, gambut dapat juga
dimanfaatkan unrnk pembangkitan tenaga listrik. Hal demikian juga dipertimbangkan
oleh Perusahaan Umum Listrik Negara, yang merencanakan unrnk membuat sebuah
pusat listrik tenaga uap kecil yang mernakai gambut sebagai bahan bakar, bertempat di
Kalimantan Barat. Besar daya-terpasang diperkirakan 4—5 MW.

2.1.2. Energi Minyak Dan Gas Bumi

Umum

Batu bara telah mengakibatkan tercetusnya apa yang dinamakan Revolusi


Industri. Antara batu bara, minyak bumi dan gas alam, kadang-kadang saling
menyaingi, dan kadang-kadang saling melengkapi, telah memungkinkan meluasnya
industrialisasi sebagaimana terjadi sekarang ini .
Berupa benda yang berat, besar dan kotor, batu bara terutama mendapatkan
pasaran sebagai bahan bakar yang stasioner, atau mesin yang hanya bergerak perlahan-
lahan. minyak bumi dan gas alam, serta produksi-produksinya, di lain pihak, bukan saja
memiliki lebih banyak energi per satuan berat, tetapi dapat juga memenuhi keperluan
energi pada alat-alat yang kecil, seperti motor tempel untuk perahu, atau pesawat
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 17
terbang yang cepat, atau kapal laut yang besar. Lagi pula, pengangkutan dan
pengurusannya lebih mudah.
Dengan kemudahan penggunaan ini, ditambah dengan efisiensi termis yang
lebih tinggi, serta pengurusan dan pengangkutan yang lebih mudah, menyebabkan
penggunaan minyak bumi dan gas alam sebagai sumber utama penyedia energi lebih
deras meningkatnya.
Peranan minyak bumi dalam persoalan-persoalan ekonomi dunia dapat
disimpulkan sebagai berikut:
• Konsumen dan fasilitas konversi paling banyak ada di dalam tangan negara-negara
yang teknis maju;
• Di Dunia Barat, eksploatasi terutama dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta
yang besar, sedangkan di negara-negara lainnya, terutama dimiliki dan
dilaksanakan oleh negara;
• Investasi besar-besaran, terutama dari negara-negara Barat, banyak dilakukan di
negara berkembang, yang memiliki banyak sumber minyak bumi;
• Nasionalisme politik dan ekonomi merupakan suatu kekuatan aktif dalam pencarian
sumber-sumber minyak bumi;
• Pemilikan lapangan minyak tidak terbagi rata di antara negara, dan sangat banyak
didapat di Timur Tengah
Ada yang memperkirakan, sebagaimana halnya dengan batu bara, bahwa minyak
bumi dan gas alam terjadi dari sumber-sumber organik, yang dewasa ini didapatkan
dalam letak-letak endapan. Namun asal-usulnya berbeda daripada batu bara.
Pengetahuan mengenai asal-usul minyak bumi dan gas alan ini , sebenarnya
tidaklah begitu pasti. Dugaan yang semakin diterima dewasa ini , adalah bahwa minyak
bumi dan gas alam ini terjadi karena perubaharn kimiawi daripada kehidupan tumbuh
tumbuhan dan binatang-binatang kecil, terutama plankton yang pernah tertimbun
dalam-dalam di lumpur di bawah perairan dan rawa. Setelah lumpur tertindih oleh
endapan-endapan lain, terjadi kompresi. Kemungkinan, sebagai sebagian reaksi
terhadap kompresi tersebut, titik-titik minyak bumi berpindah, diaktivir oleh gas alam
yang terjadi dalam fase-fase permulaan ini , atau karena air.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 18


Bilamana lapisan-lapisan batu yang berdekatan cukup berpori, hidrokaron-
hidrokarbon ini memasukinya sampai tertahan oleh sesuatu halangan yang tidak dapat
ditembus, minyak bumi dan gas alam berkumpul dalam lubang-lubang lapisan-lapisan
yang dilaluinya. Perlu dikemukakan, tidak semua ahli sependapat bahwa minyak bumi
ini berasal dari bahan organik.
Minyak dan gas bumi terdiri atas berbagai campuran unsur karbon dan hidrogen,
yang biasanya disebut hidrokarbon, ditambah beberapa unsur lainnya yang kurang
penting. Bahan-bahan ini kadang-kadang berupa benda-benda gas, atau cair, atau
benda-benda berupa lilin, hal mana terutama tergantung daripada perbandingan karbon
dan hidrogen.
Penamaan minyak bumi atau petroleum, pada umumnya dipergunakan üntuk
bahan-bahan cair, yang kadang-kadang berisi gas atau cairan berupa campuran atau
larutan yang ringan, sedang ataupun berat..
Bila komponen minyak -minyak ringannya didistilasi atau diuapkan, maka sisa
yang tertinggal merupakan suatu campunan dari hidrokarbon yang disebut parafin.
Distilasi lebih lanjut menghasilkan pengotoran hidrokarbon lain berupa aspal.
Dalam urutan pengusahaan perminyakan terdapat empat jenis kegiatan yang
berbeda. Pertama adalah pencarian daripada sumber sumber minyak, yang biasanya
disebut eksplorasi. Kedua adalah pengelolaan daripada tambang-tambang minyak
unrnk menghasilkan minyak mentah, biasanya disebut produksi.
Ketiga adalah pengangkutan daripada minyak dan tempat produksi ke tempat-
tempat pemakaian, biasanya disebut transportasi. Dan keempat adalah usaha
memperoleh jenis-jenis produksi dad minyak tersebut, yang biasanya disebut

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 19


penyulihgan. hap kegiatan mempunyai teknologi sendiri, dan sering diusahakan seeara
terpisah atau tersendiri oleh perusahaan-perusahaan.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 20


Foto 5. Tambang minyak bumi di Equador

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 21


Foto 6. Tambang minyak bumi lepas pantai

Kecuali kalau sumber minyak


dengan mudah ditemukan karena keluar
dengan sendirinya dari permukaan bumi,
umumnya sumber tersebut terletak
tersembunyi jauh dalam perut bumi,
puluhan, ratusan bahkan hingga ribuan
meter dalamnya, dan pencariannya
memerlukan informasi-informasi geologi
dan geofisika.
Korelasi antara sumber-sumber
minyak atau gas dengan formasi-formasi
geologi tertentu sudah lama diketahui.
Hal ini menyebabkan perlu diadakannya
pemetaan bawah permukaan bumi.
Dalam membuat survei, sering
dipergunakan pengukuran magnetik,
gravimetrik dan seismik. Karena

Foto 7. Kapal eksplorasi minyak bumi pengukuran magnetik dan gravimetrik


kurang mahal, maka cara-cara ini sering
didahulukan. Walaupun ketelitiannya kurang tinggi, cara ini dapat memenuhi
keburnhan untuk mendapatkan data pertama.
Eksplorasi seismik lebih definitif dalam menganalisis struktur bawah tanah,
tetapi juga lebih mahal. leknik ini dilandaskan pada fakta, bahwa gelombang-
gelombang kejutan yang berjalan melalui bunii, akan dipanrnlkan pada pemisahan-
pemisahan antara lapisanlapisan. Gelombang-gelombang kejutan dibuat dengan
ledakanledakan yang dilakukan dalam lubang-lubang yang dangkal, dan dicatat tibanya
pada berbagai tempat dengan jarak-jarak tertentu. Kemajuan-kemajuan dalam metode-
metode eksplorasi diharapkan dapat dicapai dengan kemajuan-kemajuan teknologi
elektronika, baik untuk observasi, inaupun untuk analisis data. Sumber-surnberdaya
alarn bumi dapat juga disurvei dengan satelit.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 22


Setelah ada perkiraan lokasi kernungkinan sumbèr minyak atau gas bumi
dilakukan pengeboran. Semula pengeboran hanya dilakukan di daratan akan tetapi
karena sumber-suinber minyak banyak terdapat juga di dasar lautan, kini telah lazim
dilakukan pengeboran lepas pantai. Karena mahalnya biaya pelaksanaan pengeboran
lepas pantai ini dan tiap instalasi yang tetap, diusahakan untuk melakukan sebanyak
mungkin pengeboran. Dan sumber-sumber di daratan, minyak mentah dikumpulkan
melalui pipa-pipa untuk mengalirkannya ke tempat penyulingan, ke tempat
penyimpanan, tempat pengangkutan ataupun ke tempat pemakaian secara. langsung.
Unrnk pengeboran lepas pantai pemindahan minyak lebih sulit, karena memerlukan
pipa-pipa laut ataupun kapal. tengker.
Untuk transportasi minyak mentah pada umumnya dipergunakan tangker-
tangker yang besar, atau pipa-pipa panjang. Untuk menekan biaya angkutan, ukuran-
ukuran tangker menjadi kian besar. Belum lama berselang, sebuah tangker berukuran
50.000 DWT dianggap besar. Kini sudah banyak tangker berukuran antara 200.000
DWT. Bahkan dalam tahun 1973 telah beroperasi sebuah tangker berukuran 400.000
DWT, sedangkan dalam taraf perancangan sudah dibuat desain- sebuah tangker
berukuran 600.000 DWT.
Pengangkutan gas alam belum dilakukan secara besar-besaran. Gas mula-mula
dicairkan di tempat pemuatan untuk kemudian diangkut dalam kapal tangker yang
khusus ke tempat tujuan. Setelah tiba, gas cair ini diuapkan kembali, dan
didistribusikan melalui pipa.
Proses-proses penyulingan mengubah minyak bumi menjadi produk-produk
yang diperlukan berbagai bidang kegiatan seperti pengangkutan, listrik dan petrokimia.
Metode-metode pemisahan fisik seperti distilasi menghasilkan fraksi-fraksi
hidrokarbon tertentu. Pada proses pemecahan (cracking) maka molekul-molekul yang
besar dipecah menjadi molekul-molekul yang kecil yang diperlukan. Bila sebaliknya di-
perlukan campuran-campuran dengan berat molekul yang lebih besar, hal ini dapat
dicampuri dengan proses polimerisasi. Selanjutnya ada pula proses reformasi, di mana
struktur molekul diubah, sesuai dengan bentuk atau sifat yang dikehendaki.
Terbanyak minyak dan gas bumi dipakai pada usaba-usalia pembakaran untuk
mendapatkan energi, yang terakhir sebagai gas buangan pada cerobong atau peredam
letus (knalpot), untuk dilepaskan di udana.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 23


Produksi dan Pemakaian minyak dan Gas Bumi

Pengumpulan data mengenai cadangan minyak dan atau gas bumi sangat sulit,
baik disebabkan berbeda penggunaan metode eksplorasi, berbeda cara evaluasi data,
maupun kanena berbagai pertimbangan sekuriti dan ekonomi pemilik data tersebut.
Data perkiraan cadangan ini berbeda dari tahun ke tahun, sejalan dengan
perkembangan teknologi dan perkembangan ekonomi. Dalam tahun 1942 misalnya
diperkirakan bahwa cadangan minyak bumi dunia yang dapat dimanfaatkan berjumlah
82 miliar ton. Dalam tahun 1953 perkiraan ini naik menjadi 136 miliar ton. Untuk
tahun 1970 angka ini naik lagi menjadi 246 miliar ton dan perkiraan menurut WEC
yang dibuat dalam tahun 1980 jumlah cadangan dunia yang dapat - dimanfaatkan adalab
sebesar 354 miliar ton.
Dalam tabel 2.8 tercantum angka-angka produksi minyak bumi akumulatif
hingga awal 1979, cadangan terbukti yang dapat dimanfaatkan, serta cadangan mungkin
dan terduga yang dapat dimanfaatkan menurut WEC.
Dari kolom produksi kumulatif hingga awal 1979 pada Tabel 2.8 tampak
bahwa Amerika Utara dan Timur Tengah bersama-sama menghasilkan secara kumulatif
61% dan produksi seluruh dunia. Sedangkan produsen terkecil adalah Timur Jauh,
Pasifik dan Eropa Barat. Dari kolom cadangan terbukti, dan dapat dimanfaatkan, Timur
Tengah menonjol dengan jumlah cadangan sebesar 57%. Pada kolom cadangan
mungkin dan terduga dimanfaatkan, Timur Tengah tidak lagi menempati kedudukan
nomor satu, melainkan nomor dua dengan 24%.
Tabel 2.8. Cadangan dan Produksi Akumulatif minyak Bumi Dunia, Awal 1979

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 24


Tempat pertama diduduki oleh wilayah USSR, RRC dan Eropa Timur dengan
jumlah 30%. Afrika menempati nomor tiga dan Amerika Utara nomor empat. Daerah
Antartika juga tercatat dalam kolom ini .
Pada kolom jumlah cadangan yang dapat dimanfaatkan kembali, Timur Tengah
menempati urutan pertama dengan 33%, disusul oleh wilayah USSR, RRC dan Eropa
Timur.
Produksi minyak bumi seluruh dunia dalam tahun 1979 mencapai 65,2 juta
barel sehari. Produsen terbesar adalah negara-negana OPEC yang menghasilkan 31,5
juta barel sehari, atau 48,2% produksi dunia, disusul oleh negara-negana perencanaan
terpusat dengan produksi 14,2 juta barel sehari, atau 21,8% disusul oleh OECD
Amerika Utana, yang terdiri atas USA dan Kanada, dengan produksi 11,9 juta barel
sehari, atau 18,3%.
Gambar 2.5 memperlihatkan secara visual cadangan dunia minyak bumi untuk
tahun 1971. Data ini sudah agak tua, namun menarik untuk memperhatikan cara
penyajian yang menarik dari data-data. Juga menarik untuk diperhatikan bahwa terdapat
perbedaan besar antara pengertian serta data cadangan suatu sumberdaya minyak . Hal
demikian terdapat pula pada sumber-sumberdaya energi lainnya.

Sumber:M.K. Hubbert, “The Energy Resources of the World”, in Energy & Power. Freeman &
Cc, San Francisco, 1971.

Gambar 2.5. Cadangan Dunia minyak Burnt, 1971.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 25


Foto 8. LPG Plant

Foto 9. Kilang minyak di Indonesia

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 26


Tabel 2.9 memberikan data yang lebih mutakhir mengenai Cadangan dan
produksi minyak bumi untuk 20 produsen terbesar dunia. Menarik untuk melihat bahwa
cadangan terbesar adalah pada Arab Saudi, sedangkan produsen terbesar adalab
Amerika Serikat. Juga dapat dilihat bahwa di Timur Tengah terdapat Cadangan 67
persen minyak bumi dunia, sedangkan produksinya kurang dan 27 persen. Negara-
negara OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries) memiliki hampir 80
persen Cadangan dunia, sedangkan produksinya hanya meliputi 40 persen. Secara
keseluruhan dapat dikatakan, bahwa dengan produksi sekarang juinlah minyak hanya
akan cukup untuk 1k 50 tahun saja.
Tabel 2.9. Cadangan dan Produksi minyak Bumi 20 Terbesar Dunia, Tahun 1989
Cadangan Produksi Cadangan/
Negara Produksi
109 SBM (%) 109SBMH) (%)
(Tahun)
Negara OPEC
1. Arab Saudi* 255,0 26,8 4,9 9,4 142,6
2. Irak* 100,0 10,5 2,8 5,4 97,8
3. Kuwait~’ 94,5 9,9 1,5 2,9 172,6
4. Iran”’ 92,9 9,8 2,9 5,6 87,8
5. Abu Dhabi* 92,2 9,7 1,4 2,7 180,4
6. Venezuela 58,5 6,1 1,7 3,3 94,3
7. Libia 22,8 2,4 1,1 2,1 56,8
8. Nigeria 16,0 1,7 1,6 3,1 27,4
9. Aljazair 9,2 1,0 0,7 1,3 36,0
10. Indonesia 8,2 0,9 1,2 2,3 18,7
11. Qatar”‘ 4,5 0,5 0,4 0,8 30,8
Total OPEC 753,8 79,2 20,9 40,3 98,8
Non-OPEC
1. Uni Soviet 58,4 6,1 12,2 2,4 13,1
2. Meksiko 56,4 5,9 2,6 5,0 59,4
3. Amerika Serikat 25,9 2,7 7,7 14,8 9,2
4. RR Cina 24,0 2,5 2,8 5,4 23,5
5. Norwegia 11,5 1,2 1,5 2,9 21,0
6. India 7,5 0,8 0,7 1,3 29,4~
7. Kanada 6,1 0,6 1,6 3,1 10,4
8. Mesir 4,5 0,5 0,9 1,7 13,7
9. Inggris 4,3 0,5 1,7 3,3 6,9
Total Non-OPEC 192,8 20,8 31,0 59,7 17,5
Jumlah Besar 952,0 100 51,9 100 50,3

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 27


*Tjmur Tengah 639,1 67,1 13,9 26,~ 125,9
Surnber: Fortune, 7 Mei 1990.
Cat atan 1. SBM = Setara Barel minyak .
2. SBMH Setara Barel minyak Sehari.
3 .OPEC = Organization of Oil Exporting Countries.
Suatu proyeksi perkembangan produksi dunia minyak bumi yang dibuat oleh
Lane terlihat pada Gambar 2.8. Proyeksi ini juga memperkirakan bahwa minyak akan
tersedia hanya hingga pertengahan abad ke-2 1. Menurut perkiraan ini , titik puncak
produksi akan dicapai sekitar tahun 2000.

Sumber: J.A. Lane, Outlook for Alternative Energy Sources, Wina, 1975.

Gambar 2.8. Proyeksi Perkembangan Produksi minyak .

Tabel 2.10 memperlihatkan angka-angka tahun 1979 mengenai situasi dunia


gas bumi per wilayah dunia.
Tabel 2.10. Produksi Kumulatif dan Cadangan Dunia Gas Bumi Tahun 1979
Produksi Cadangan Cadangan
Jumlah Ca-
kumulatif terbukti dapat mungkin dan
dangan da pat
Wilayah Dunia hingga awal dimanfaatkan terduga dapat
diman faatkan
1979 (awal 1979) dimanfaatkan
1012 m3 %
1012 m3 % 1012 m3 % 1012m3 %
Afrika 0,1 0,4 7,3 9,9 26 13,5 33,4 11,4
Amerika Utara 16.9 63,1 7,5 10,1 42 21,9 66,4 22,7
Amerika Latin 1,8 6,7 4,7 6,3 10 5,2 16,5 5,6
Timur Jauh 0,2 0,7 3,3 4,5 10 5,2 13,5 4,6
Pasifik
Timur Tengah 1,1 4,1 20,5 27.6 30 15,7 51,6 17,6
Eropa Barat 1,5 5,6 3,9 5,3 6 3,1 11,4 3,9

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 28


USSR, RRC, 5,2 19,4 26,9 36,3 64 33,3 96,1 32,8
EropaTimur
Antartika — — — — 4 2,1 4,0 1.4
Jumlah 26,8 100 74,1 100 192 100 292,9 100
Sumber: WEC, Survey of Energy Resources, 1980.
Dari tabel 2.10 dapat dilihat bahwa produksi kumulatif gas bumi hingga awal
1979 adalah terbesar pada Amerika Utara dengan porsi 63,1%, disusul oleh Wilayah
USSR, RRC dan Eropa Timur dengan 19,4%. Akan tetapi mengenai jumlah cadangan
yang dapat dimanfaatkan maka USSR, RRC dan Eropa Timur menempati kedudukan
pertama dengan 32,8%, disusul oleh Amerika Utara dengan 22,7%, kemudian Timur
Tengah dengan 17,6%.
Diperkirakan., bahwa permintaan akan gas bumi akan mencapai lebih-kurang
1500 miliar in3 dalam tahun 1985, untuk meningkat lagi menjadi 2400 miliar m3 dalam
tahun 2000 dan lebih dad 3000 miliar m3 dalam tahun 2020.
Angka-angka tersebut tercanrnm dalani Gambar 2.10. Dalani gambar tersebut
tercantum pula perkiraan garis potensi produksi. lanipak bahwa dalam tahun 2020 garis
permintaan mendekati garis potensi dan diperkirakan bahwa pada pertengahan abad ke-
21 p0-tensi produksi tidak lagi akan dapat memenuhi permintaan.

Sumber: WEe, World Energy: Looking Ahead to 2020.


Gambar 2.10. Perkiraan Potensi Produksi dan Permintaan Dunia
Gas Bumi Hingga 2020.

Minyak dan Gas Bumi di Indonesia


Minyak bumi ditemukan dalam jumlah-jumlah yang ekonomis di Sumatera
Tengah, Sumatera Selatan, lepas pantai Jawa Barat, lepas pantai Kalimantan limur,
Kalimantan Selatan dan lepas pantai Irian Jaya.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 29


Suatu masa sekurang-kurangnya tiga tahun diperlukan unrnk melakukan
eksplorasi yang luas untuk dapat membuat perkiraan yang baik akan cadangan minyak
bumi. Menurut data terakhir, besarnya cadangan bumi di Indonesia diperkirakan
berjumlah 59 miliar barel.
Sebelum Perang Dunia II beberapa perusahaan minyak telah melakukan
kegiatan eksplorasi dan eksploatasi, seperti BPM, Standard Vacuum Petroleum
Company, dan Caltex Pacific, dengan kegiatan-kegiatan terutama di Sumatera Tengah
dan Surnatera Selatan. Semua lapangan yang diketemukan pada akhir abad lalu awal
abad in praktis sudah habis atau sudah mendekati batas produksi ekonomis.
Tabel 2.11 memperlihatkan angka-angka mengenai sumberdaya minyak bumi
di Indonesia. Tampak bahwa terbanyak minyak ditemukan di Sumatera, dan juga di
Kalimantan dan Jawa. Cadangan pasti berjumlah 10,2 miliar barel, sedangkan seluruh
sumberdaya berjumlah 58,6 miliar barel.

Tabel 2.11. Sumberdaya minyak Indonesia (Satuan: 109 Barel)

Belum
Wilayah Cadangan Total
Ditemukan
Sumatera 6.4 17.4 23.8
kalimantarn 1.4 16.0 17.4
Jawa 2.0 8.7 10.7
Wilayah Lain 0.4 6.3 6.7
Total Indonesia 10.2 48.4 58.6
Sumber: Erwin S., Mutu Batu Bara Indonesia Sebagai Bahan Bakar. Makalah disampaikan pada
“Lokakarya Energi 1988”. Komite Nasional Indonesia, World Energy Conference, 1-2 Agustus
1988.

Tabel 2.12 memperlihatkan produksi minyak bumi Indonesia dan tahun 1985
sampai 1988. tampak bahwa sebeluin Perang Dunia II produksi minyak tidak seberapa
banyak, namun dalam dekade 1970-an produksi minyak meningkat dengan pesat untuk
mencapai titik tertinggi pada tahun 1977, unrnk kemudian secara berangsur-angsur
menurun.
Peranan gas bumi kini kian lama kian besar, balk sebagai bahan bakar untuk
pemakaian energi didalam negeri, maupun sebagai komoditi ekspor dan penghasil
devisa. Hal ini disebabkan terdapatnya gas bumi sebagai sumberdaya yang cukup besar
di Indonesia. Tabel 2.13 memberikan suatu ikhtisar sumberdaya gas bumi di tanah air.
lerlihat bahwa terbanyak gas bumi, baik sebagai cadangan, maupun sebagai sumberdaya
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 30
keseluruhannya, terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Sekalipun dalam jumlah yang
lebih kecil, cadangan gas bumi juga ditemukan di Pulau Jawa.

Tabel 2.12. Produksi minyak Bumi Indonesia Hingga 1988. (Dalam Juta Barel)
Tahun Produksi Naik(%) Tahun Produksi Naik(%) Tahun Produksi Naik(%)
1895 1,1 — 1945 7,6 -91,6 1975 476,9 -5,0
1900 2,2 100,5 1950 48,4 536,8 1976 550,4 15,4
1905 8,0 265,7 1955 86,0 77,6 1977 615,1 11,8
1910 11,0 36,4 1960 150,0 74,5 1978 597,0 -3,1
1915 12,0 10,0 1965 175,4 17,4 1979 580,4 -2,7
1920 17,5 45,5 1970 311,6 77,6 1980 577,0 -0,6
1925 21,4 23,0 1971 325,6 4,5 19.82 488.2 -18,2
1930 41,7 94,8 1972 396,0 21,5 1984 517,0 5,9
1935 47,2 13,0 1973 488,6 23,5 1986 507,2 -1,9
1940 62,0 31,5 1974 501,8 2,7 1988 491,5 -3,1
Sumber: Buku Tahunan Pertambangan Indonesia, Departemen Pertambangan & Energy, Jakarta,
Beberapa Edisi.
Catatan: Produksi Tertinggi terjadi pada tahun 1977.

Cadangan gas bumi terbesar terdapat di Aceh, di mana terdapat sebuah pabrik
elenji Arun, di Kalimantan limur, dengan pabrik elenji Badak, dan di Kepulauan
Natuna, yang belum dieksploatasi. Di samping irn terdapat pula cadangan-cadangan
yang lebih kecil di sekitar Indramayu, Jawa Barat, dan di lepas pantai Pulau Madura.
Juga di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan terdapat cadangan gas bumi dalam jumlah
yang tidak begitu besar. Gas bumi yang dihasilkan oleh lapangan-lapangan lndramayu,
lepas pantai Pulau Madura, dan Sumatera Utara dan Selatan pada umuninya
dipergunakan untuk bahan bakar dan bahan baku pabrilc pupuk, industri petrokimia,
dan pembangkitan tenaga listrik. Gas yang berasal dan lapangan Lndramayu juga
dipergunakan untuk gas kota dan pabrik baja Krakatau Steel.
Tabel 2.13. Sumberdaya Gas Bumi Indonesia. (Satuan: 1012 SKK)
Wilayah Cadangan Belum Ditemukan Total
Sumatera 59.6 11.3 70.9
Kalimantan 17,6 13,1 30,7
Jawa 2,8 7,0 9,8
Wilayah Lain 0,5 3,6 4,1
Total Indonesia 80,5 35,0 115,5

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 31


Swnber: Badan Pengkajian & Penerapan Teknologi, The Indonesia Gas Sektor, Laporan Data &
Modeling Terakhir, Jakarta, Januari 1989.
Catatan: 1) Lapangan Natuna termasuk Sumatera.
2) SKK = Standar Kaki Kubik.

Tabel 2.14 memberikan angka-angka produksi gas bumi Indonesia menurut


produsen dan tahun 1986 sampai dengan 1988. Tampak banwa produsen terbesar adalah
kontraktor bagi hasil Pertamina
Tabel 2.14. Produksi Gas Bumi Indonesia Menurut Produsen, 1986-1988, 109 SKK
Produsen 1986 1987 1988
Pertaniina 229,1 240,3 249,1
Kontraktor Bagi-Hasil 1.377,8 1.470,9 1.576,5
Lemigas 0,2 0,2 0,1
PT Stanvac Indonesia 21,8 20,5 22,0
PT Calasiatic-Topco 0,02 0,02 0,03
Jumlah 1.628,9 1.731,9 1.847,7
Sumber: Buku Tahunan Pertambangan Indonesia 1988, Departemen Pertambangan & Energi, Jakarta,
April 1989.
Catatan: SKK = Standar Kaki Kubik.

Dari tabel itu dapat pula dilihat bahwa produksi gas bumi secara berangsur-
angsur meningkat, sekalipun tidak dengan jumlah yang besar.
Gas bumi di dalain negeri dipergunakan untuk keperluan industri, rumahtangga,
dan belakangan juga untuk transportasi, walaupun yang terakhir ini inasih dalam
jumlah yang kecil.

2.1.3. Energi Nuklir


Reaksi Nuklir
Dalam tahun 1938 Otto Hahn, seorang ahli kimia Jerman, menemukan
pemecahan atau fisi nuklir, suatu bentuk reaksi nuklir; beberapa tahun kemudian, yaitu
tahun 1942, Enrico Fermi, di University of Chicago, Amerika Serikat.
Produksi pertama dipakai untuk sebuah bom. Pembebasan energi pada reaksi
nuklir semula dimanfaatkan untuk keperluan perang berupa bom atom. Sungguh pun
demikian penemuan itu sering dianggap sebagai kemajuan teknis terpenting setelah
penemuan api. Menurut salah satu definisi, reaksi nuklir adalah berbagai macam
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 32
interaksi (interactions) antara partikel-partikel bebas dan inti-inti (nuclei). Dalam salah
satu jenis reaksi nuklir yang tercapai antara inti degnan neutron, yang disebut absorpsi
neutron, terjadi tubrukan antara sebuah neutron bebas dan suatu inti (nucleus), sehingga
neutron bebas tersebut kehilangan kebebasannya, dan diserap, atau diabsorpsi oleh inti
itu, Salah satu kemungkinan kejadian akibat absorpsi neutron itu adalah pemecahan atau
fisi (fission). Dalam fisi ini, inti pecah menjadi dua atau lebih, dengan melepaskan dua
atau tiga neutron bebas, yang terbang dengan kecepatan yang tinggi sekali, sehingga
mempunyai energi kinetik yang besar. Dalam suatu reaktor energi ini dilepaskan kepada
moderator, yang merupakan bagian dan sumber panas dalam reaktor nuklir. Akan
terjadi reaksi berantai bilamana jumlah neutron bebas yang diabsorpsi. Dalam teknologi
nuklir bila keadaan ini terjadi maka disebut tercapai criticality, atau knitikalitas.
Reaksi fisi nuklir dapat dirumuskân sebagai berikut:

di mana:
n : neutron
U : uranium
F1 : fraksi 1
F2 : fraksi 2
E : energi yang dibebaskan

Bilamana inti uranium 235 menyerap sebuah neutron (n), terjadilah suatu
transisi inti yaitu uranium -236 yang memasuki keadaan labil atau keadaan eksitasi
(diberi tanda bintang*), yang kemudian dapat melepaskan energinya dengan beberapa
cara. Tambahan energi yang diperoleh inti U -236 adalah jumlah energi kinetik dan
energi ikatan dari neutron yang diserap.
Untuk inti-inti berat dengan angka massa ganjil seperti U -235 energi eksitasi
yang berkaitan dengan serapan neutron adalah lebih besar daripada ambang (threshold)
atau energi aktivasi untuk pemisahan dua hasil fisi dalam keadaan eksitasi F1* dan F2*
dengan angka atom masing-masing Z1 dan Z2 serta angka massa A1 dan A2. Pada saat

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 33


yang sama sejumlah b neutron dan energi sebanyak E dilepaskan. Walaupun
memerlukan waktu yang lama, hasil-hasil fisi F akan kehilangan energi eksitasinya
dengan memancarkan sinan-sinar beta dan gama dan melepaskan beberapa neutron.
Suatu inti yang memancarkan sinar beta akan bertambah angka atomnya (atau muatan
intinya) dengan satu unit dan menjadi satu unsur baru.
Jumlah energi yang dibebaskan reaksi nuklir adalah kira-kira sebanyak:

Energi kinetik fraksi fisi F1 dan F2 E1 + E2 = 167 MeV


Energi kinetik neutron En = 5 MeV
Energi sinar gamma berupa foton . . . Eg = 13 MeV
Energi sinar beta berupa elektron . . . . Eb = 7 MeV
Jumlah energi per atom U-235 E = 192 MeV.

Dengan demikian, maka per pemecahan atom U-235 dibebaskan energi


sejumlah 192 MeV.
Bilamana dibandingkan dengan pembakaran sebuah atom zat arang C dengan atom zat
asam 02 yang menghasilkan energi sebanyak kira-kira 4eV, kiranya massa relatif zat
arang (C- 12) dan nuklir (U-235) untuk bahan bakar yang diperlukan bagi produksi
energi setara akan lebih-kurang mempunyai perbandingan:

Dengan demikian maka 2,45 ton zat arang adalah setara dengan 1 gram bahan
bakan nuklir untuk menghasilkan jumlah energi yang sama. Angka itu berlaku untuk
zat-zat yang murni. Untuk bahan bakar dalam keadaan yang sebenarnya berlaku angka--
angka praktek yang lebih rendah, yaitu 1 10.000 bagi batu bara dan 1: 7.000 bagi
minyak bumi. Walaupun demikian angka-angka ini masih sangat tinggi, sehingga hal ini
merupakan salah satu kelebihan tenaga nuklir, bahwa banyak energi tersimpan dalam
jumlah berat yang kecil. Dipandang dari sudut angkutan dan penyimpanan hal ini
merupakan suatu keunggulan, sebab memungkinkan untuk melakukan pembangkitan
listrik secara besar-besaran tanpa persoalan angkutan.
Terjadinya reaksi nuklir secara visual terlukis dalam Gambar 4.1.Pada taraf a,
sebuah neutron bebas, yang berjalan secara“biasa” atau “lambat”, bertubrukan dengan
inti uranium U-235. Neutron ini diserap oleh U-235, yang menjelma menjadi U-236,

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 34


sebagaimana tampak pada taraf b Gambar 4.1. Inti uranium-236, mengalanii eksitasi.
Inti ini kemudian pecah menjadi dua jenis atom lam yang lebih ringan, yang dinamakan
hasil fisi, atau pemecahan, atau hash pemecahan, sebagaimana terlihat pada -taraf c
Gamban 4.1. Pecahan itu sering berupa iodine atau perak.

Gambar 4.1. Skema Terjadinya Reaksi Nuklir dengan Fisi.

Bersamaan dengan pemecahan itu, terjadi dua hal; Hal pertama, terjadi radiasi
beberapa jenis sinar, seperti sinar alpha, betha dan gamma. Radiasi ini pada umumnya
berbahaya untuk kesehatan. Hal kedua, ada dua atau tiga neutron terlempar keluar
dengan kecepatan yang besan, yang menimbulkan panas.
Pada asasnya yang terjadi dalam proses pemecahan inti Uranium-235 adalah inti itu
pecah menjadi dna atom lain yang lebih ringan, sedangkan energi pengikat atom semula
dibebaskan. Dan energi yang dibebaskan itu berbentuk energi kinetik dan dua atau tiga
neutron cepat yang dilempar keluar dan radiasi beberapa jenis sinar dan panas.
Oleh karena itu menjadi penting adalah ~bagaimana “menangkap” energi yang
dibebaskan tersebut di atas. Hal ini dilakukan dengan melepaskan neutron-neutron cepat
itu ke dalam suatu zat yang dinamakan “moderator”. Moderator itu mempenlambat
kecepatan neutron-neutron cepat itu. Atau dengan perkataan lain, moderator itu
mengerem kecepatan neutron-neutron itu. Energi kinetik neutron itu diubah oleh
moderator menjadi panas: suhu moderator naik. Bilamana neutron cepat, yang kini
sudah menjadi neutron lambat, bertemu lagi, atau bertubrukan lagi dengan sebuah inti
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 35
uranium235, sebagaimana terlukis pada fase e, maka terulanglah serapan neutron oleh
U-235 yang menjadi U-236, yang kemudian menyebabkan terjadmya lagi proses
pemecahan. Knitikalitas sebagaimana telah disebut di atas tercapai, bilamana reaksi ini
telah mencapai taraf berupa reaksi berantai. Perlu dicatat bahwa dapat terjadi, neutron
lambat itu bertubrukan dengan inti uranium-238. Uranium238 tidak fisil, akan tetapi
akan menyerap neutron itu sehingga terjadi U-239, dan yang kemudian menjeLma
menjadi plutonium
239. Bila dilcatakan U-235 itu fisil, maka U-238 dinamakan fertil atau subur.
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, diperlukan suatu bahan, yang
dinaniakan moderator, untuk menyerap semua energi yang dikembangkan, dan untuk
memperlambat jalannya neutron cepat yang dihasilkan oleh proses pemecahan. Reaktor-
reaktor yang pertama dibuat menggunakan grafit sebagai moderator. Bahanbaban lain
yang dipakai kemudian adalah air biasa (H20) dan air berat (D20).
Bahan yang dipakai sebagai moderator harus memenuhi syarat agar jangan
menyerap terlampau banyak neutron, karena neutron diperlukan untuk bertubrukan
seterusnya supaya reaksi berantai dapat terpelihara. Salah satu karakteristik suatu
material sebag~i moderator disebut “rasio moderator” yang untuk air biasa adalah 60,
untuk grafit sekitar 220 dan untuk air berat 1700. Lebih tinggi rasio moderator, lebih
baik sifat-sifatnya.

PLTN Francis

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 36


PLTN US

Chornobyl
Bahan Bakar Nuklir

Penggunaan tenaga nuklir memerlukan isotop-isotop fisil, terutama uranium-235


yang fisil. Kiranya eksplorasi dan~ penambangan mineral uranium merupakan langkah
pertama ke arah pembuatan bahan bakar nuklir. Besar cadangan yang dapat diman-
faatkan akan tergantung danipada harga pasaran dunia bahan bakar in Kiranya jelas
bahwa harga bahan bakar nuklir berkaitan erat dengan harga bahan bakar lainnya,
seperti misalnya minyak bumi. Selain danipada itu, harga bahan bakar nuklir akan juga
tergantung pada penerimaan masyarakat terhadap penggunaan energi nuklir pada
umumnya, dan yang kini telah menjadi persoalan politis.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 37


Dalam Tabel 2.15 tercantum angka-angka mengenai cadangan teragakan dan
cadangan terduga, sebagai ketergantungan dan harga bahan bakar nuklir di pasaran
dunia.
Uranium dijual di pasaran dunia berupa konsentrat dengan suatu komposisi
kimia tertentu dengan nama Yellou Cake; ia merupakan suatu campuran dan amonia,
sodium dan manganese, sedangkan harganya ditentukan isi uraniumnya, yang dihitung
per pound U308. Pada asasnya, Yellow Cake merupakan suatu produk, berisi uranium
alam dengan komposisi isotope sebagaimana ditemukan dalam alam, dan biasanya
berisi uranium dengan kadar 0,7%. Untuk penggunaan sebagai bahan bakar nuklir dan
reaktor air biasa, kadan uranium ini masih harus ditingkatkan dan 0,7% menjadi antara
2 dan 3%. Untuk penggunaan dalam reaktor air~ berat, bahan bakar ini tidak perlu
diperkaya, karena kadar 0,7% uranium sudah meneukupi.

Tabel 2.15. Cadangan Sebagai Fungsi Harga Bahan Bakar Nuklir


Harga U308 Cadangan Teragakan Cadangan Terduga
(US$ per pound) (Ribu Ton) (Ribu Ton)
Sampai10 765 470
Sampai 15 1.375 775
Sampai 30 1.760 1.740
Sampai 130 2.192 2.176
Sumber: Energy Technology Handbook, McGraw-Hill Book Coy, New York.

Sebagaimana telah dijelaskan, untuk penggunaan dalam reaktor air biasa, bahan
bakar uranium masih perlu diperkaya, ditingkatkan kadar uranium sampai meneapai
taraf antara 2 dan 3%. Ada beberapa proses pengkayaan uranium yang dikenal pada
masa mi. Proses-proses itu umumnya dilandaskan pada fakta, bahwa uranium dengan
angka atom yang tinggi, merupakan salah satu unsur terberat yang dikenal. Pada proses
difusi, yang kini dipakai secara besan-besaran di USA dan USSR, pada asasnya atom-
atom “disaring” sehingga unsur-unsur yang mempunyai perbedaan berat terpisah.
Hal ini juga terjadi pada sistem nozzle yang dikembangkan oleh Jerman Barat
dan sistem sentrifugal yang dikembangkan di negeri Belanda. Prancis pada saat ini
sedang mengembangkan suatu proses keempat, yang berlandaskan suatu reaksi kimia.
Untuk dapat memperkaya bahan bakar uranium, bentuknya yang seperti roti atau
kue, harus diubah menjadi berupa gas. Salah satu jenis gas yang memenuhi syarat,
adalah gas UF6. Karenanya, sebelum diperkaya, U308 perlu dikonversi menjadi UF6.
Setelab diperkaya, bahan bakar nuklir ini perlu diberi bentuk yang cocok untuk dipakai
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 38
dalam reaktor nuklir, yaitu berbentuk tablet atau pelet. Oleh karena itu gas UF6 diubah
menjadi U02’yang berbentuk bubuk atau powder, dan yang kemudian dicetak dalam
bentuk tablet atau pelet, yang diisikan dalam elemen-elemen bahan bakan nuklir, berupa
tabung-tabung. Bahan bakar nuklir kini telah siap untuk dipakai dalam pusat listrik
tenaga nuklir. Sekedar untuk mendapatkan gambaran, sebuah PLTN dengan daya terpa-
sang 600 MW PWR akan memerlukan bahan bakar U02 sebanyak 30 ton setahun, yang
berasal dad 130.000 ton bahan penambangan (uranium ore) dengan kemurnian 0,1%.
Bahan bakan yang telah dipakai didinginkan dulu, selama beberapa waktu, dalam
sebuah kolam pendingin, dan kemudian diangkut ke pabrik proses ulang. Pabrik proses
ulang menghasilkan tiga produk. Pertama adalab uranium yang masih dapat diman-
faatkan biasanya dalam bentuk UNH yang masih perlu diubah menjadi UF6, agar
kemudian dapat dibawa ke pabrik pengkayaan. Hasil kedua adalah plutonium, yang juga
dapat dimanfaatkan, dan “produk” ketiga adalah bahan buangan yang harus “dibuang”.
Kanena bahan buangan nuklir ini masih sangat radioaktif, dan masih sangat berbahaya,
penyimpanannya dilakukan dengan menanamnya dalam tanah, yang mempunyai sifat
dapat bertindak sebagai perisai lagi pula tidak mengandung air tanah. Salah satu tempat
yang dipakai untuk keperluan ini di Jerman Barat adalah suatu tambang garam yang
tidak dipakai lagi terletak di kota kecil Assen, sebelah timur Hannover, berdekatan
dengan perbatasan Jerman Timur. Bekas tambang ini diperkirakan cukup untuk 25
tahun, kira-kira sampai tahun 2000. Sedang dipersiapkan suatu tempat lain yang serupa
untuk menyimpan bahan bakar nuklir buangan pada taraf selanjutnya. Diakui, bahwa
cara penyimpanan ini, walaupun sudah dianggap baik, masih bersifat sementara.
Diperkirakan, bahwa di waktu yang akan datang, bahan buangan liii akan dimasukkan
dalam suatu kapsul, yang kemudian “ditembakkan” ke dalam ruang angkasa. Secara
ideal adalah, bilamana bahan buangan itu dapat didaratkan di matahari, akan tetapi hal
liii dipandang terlampau mahal. Atau diorbitkan di ruang angkasa yang cukup jauh dan
bumi, mengelilingi sebuah planet lain. Kiranya masalah bahan buangan ini masib
merupakan persoalan. Gambar 4.3 memperlihatkan apa yang dinamakan Sildus Bahan
Hakar Nuklir (Nuclear Fuel Cycle), mulai dan penambangan, pemanfaatan, sampai
dengan penyimpanan akhir.
Pasaran pengkayaan juga masih merupakan persoalan yang cukup berat. Secara
praktis, di waktu lalu USA memegang monopoli dalam jasa-jasa pengkayaan. Beberapa
tahun kemudian, USSR menyusul dan dalam waktu dekat, beberapa negara lain

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 39


kemudian juga menyusul antaranya dan Perancis, Spanyol dan Iran (Eurodif) dan dan
Jerman Barat, Inggris dan Belanda (Urenco). Pada saat ini masih dirasakan adanya
ketergantungan politis yang berat terhadap negara-negara besar dalam bidang
pengkayaan. Diharapkan ketergantungan ini akan berkurang bilamana proses-proses
pengkayaan lainnya dengan nozzle, sentrifugal, dan cara kimia telah mencapai
kematangan penuh secara ekonomis.

Catatan: Sebuah PLTN 600 MW jenis PWR akan memerlukan bahan bakar U02 sebanyak 30 ton
pertahun, yang berasal dan baha~’ penambangan sebanyak 130.000 ton uranium (uranium ore)
dengan kemurnian 0,1%

Gambar 4.3. Siklus Bahan Bakan Nuklir.

Kemampuan pabrik-pabrik untuk proses ulang bahan bakar yang telah dipakai,
juga masih jauh daripada mencukupi. Walaupun berbagai pabrik untuk proses ulang ini
telah dibangun: di Perancis (La Hague) dengan kemampuan 800 ton setabun, di Inggrins
(Windscale) dengan kemampuan 1200 ton setahun, dan di Jerman (Kewa) dengan
kemampuan 1500 ton setahun, namun jumlah bahan bakar terpakai yang setiap tahun
memerlukan reprosesing, jauh melampaui kapasitas pabrik yang ada.
Tiap PLTN harus mempunyai suatu rencana pengungsian. Bilamana terjadi
sesuatu hal yang tidak diinginkan, misalnya terjadi sesuatu bencana nuklir yang dapat
membahayakan penduduk Sekitamya, maka sudah harus tersedia suatu rencana
pengungsian, yang mempakan pola bagi pemerintah daerah untuk mengambil tindakan-
tindakan. Pula harus tersedia, suatu unit, suatu task force, lengkap dengan peralatan,
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 40
untuk setelah terjadinya rencana itu, datang memberi bantuan untuk mengurangi atau
men~batasi bahaya-bahaya yang terjadi karena bencana nuklir itu.
Di Jerman Barat hal ini dilakukan dengan membentuk suatu Tim Penolong, yang
dipusatkan pada Pusat Penelitian Nuklir di Karlsruhe secara tetap. Tim di Karlsruhe itu,
yang terdiri atas regu-regu terlatih baik lengkap dengan peralatan, diperuntukkan
membantu seluruh Jerman Barat.
Bersamaan dengan penggunaan PLTN, perlu dibuat juga rencana penutupan atau
pengakhirannya - kelak. Hal ini diperlukan bukan saja karena sebuah PLTN merupakan
bangunan yang besar dengan dinding-dinding yang sangat tebal akan tetapi terutama
karena di dalam PLTN itu terdapat banyak bagian-bagian dan alat-alat yang juga pada
akhir masa pemakaiannya masih mengandung kegiatan-kegiatan radioaktif yang besar.
Di antara sebabsebab pengakhiran pemakaian PLTN dapat disebut:
• Telah mencapai akhir pemakaian secara teknis, ataupun secara ekonomis;
• Telah mencapai akhir pemakaian secara fungsional misalnya untuk reaktor-reaktor
percobaan atau prototipe;
• Terjadinya suatu kerusakan yang besar, yang akan memerlukan biaya yang
terlampau tinggi untuk perbaikan.
Pengalaman hingga kini masih terbatas pada pengakhiran beberapa PLTN ukuran
kecil saja, dengan masa pemakaian yang agak singkat. Pada pengakhiran pemakaian,
perlu dicatat sisa radio aktivitas yang ada (inventory).
Cara-cara pengakhiran pemakaian suatu PLTN terdiri atas:
• Penutupan secara aman. Bagian-bagian radioaktif yang ditaruh dalam mangan-
ruangan tertentu dalam bangunan PLTN, kemudian ditutup darn dijaga.
• Pembongkaran sebagian beserta penutupan secara aman dan bagian-bagian yang
tidak dibongkar.
• Pembongkaran secara keseluruhan. Dalam hal ini bagian-bagian yang mengandung
bahan bakar radioaktif disimpan di tempat lain yang aman.

Perkembangan PLTN
Dalam tahun 1955 di seluruh dunia hanya terdapat dua buah PLTN dengan daya
terpasang total 7,8 MWe, di dna negara. Sepuluh tahun kemudian, dalam tahun 1965,
jumlah ini menjadi 66 buah PLTN dengan daya terpasang keseluruhan 7.000 MWe, di 9
negara. Dalam tahun 1980, lima belas tahun berikutnya, jumlah ini menjadi 249 PLTN,

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 41


dalam 25 negara, dengan daya terpasang 142.000 MWe. Sedangkan dalam tahun 1991
angka-angka di atas menjadi 420 PLTN di 28 negara mengoperasikan daya terpasang
total 326,6 ribu MWe. Sedangkan pada tahun 1991 itu sejumlah 76 satuan dengan daya
terpasang sebesar 62 nbu MW berada dalam taraf pembangunan. Angka-angka di atas
terlihat pada Tabel 2.16

Tabel 2.16. Perkembangan Daya Terpasang PLTN 1955—1991


Keterangan 1955 1960 1965 1970 1975 1980 1988 1991
Daya Terpasang (Ribu MWe) 0,008 0,13 7 20 76 142 311 327
Jumlah PLTN 2 24 66 98 200 249 410 420
Jumlah Negara 2 5 9 14 19 25 32 34
Sumber: IAEA Bulletin, Quarterly Journal of the International Atomic Energy Agency,Vienna, Berbagai
edisi.

Pada tahun 1991 Perancis membangkitkan hampir 73 persen dan energi


listriknya dan tenaga nuklir, yang tertinggi di dunia, disusul dengan 59,3 persen oleh
Belgia. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.5. Selanjutnya dapat juga dibaca bahwa di ~
1 negara pangsa energi nuklir adalah lebih dan 25 persen seluruh pembangkitan tenaga
listrik.
Produksi uranium terdapat di sejumlah negara yang relatif terbatas. Australia,
Kanada dan Amenika Serikat termasuk negara-negara yang memiliki deposit uranium
yang agak besar.
Pada saat ini Indonesia memiliki tiga buah reaktor nuklir penelitian, sebuah di
Bandung dengan daya 100 kW, sebuah lagi di Yogyakarta dengan daya terpasang 91
kW, sedangkan sebuah reaktor uji bahan (material tes reaktor) yang cukup besar
terpasang di Serpong, Jawa Barat, dekat Tangerang, dengan daya 30 MW termal.
Diperkirakan babwa pada dekade pertama Abad ke-21 Indonesia akan memiliki
PLTN komersial pertama dengan daya terpasang 600 MW elektrik, yang kemungkinan
besar akan terletak di dekat Gunung Muria, Jawa Tengah.
Eksplorasi mineral radioaktif mendapat prioritas yang tinggi di Indonesia.
Beberapa survei dilaksanakan di daerah-daerah Kalimantan, Lampung, Sumatera Barat,
dan Irian Jaya untuk memperoleh indikasi terjadinya anomali radioaktif.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 42


2.2. Sumber Energi Terbaharukan

Gambar 2.1. Sumber-sumber energi


terbaharui

Sumber energi terbaharukan dapat diperbaharui/digantikan dalam priode waktu


yang tidak lama. Lima sumber energi terbaharukan yang banyak digunakan meliputi:
1. Energi panas bumi (geotermal).
2. Matahari.
3. Biomassa.
4. Hydropower (air),
a. Air kandungan mekanis
i. Energi air terjung
ii. Energi pasang surut, dan
iii. Energi ombat/gelombang dan arus laut
b. Air kandungan termis
i. Energi panas laut
5. Angin.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 43


2.2.1. Energi panas bumi (geotermal).

Umum

Menurut salah satu teori, pada prinsipnya bumi merupakan pecahan yang
terlempar dari matahari. Karenanya, bumi hingga kini masih mempunyai suatu inti
panas sekali yang meleleh. Kegiatan gunung-gunung berapi di banyak tempat di
permukaan bumi dipandang sebagai bukti dari teori ini. Magma, yang menyebabkan
letusan-letusan vulkanik juga menghasilkan sumber-sumben uap dan air panas pada
permukaan bumi.
Pada asasnya bumi terdiri atas tiga bagian sebagaimana terlihat pada Gambar
4.7. Bagian paling luar adalah lapisan kulit. Tebalnya adalah rata-rata 30 sampai 40 km
atau lebih di daratan, dan di laut antara 7 dan 10 km. Bagian berikutnya dinamakan
mantel, yang terdiri atas batu yang dalamnya mencapai kira-kira 3000 km, dan yang
berbatasan dengan inti bumi yang panas sekali. Inti ini terdiri atas inti cair, atau inti
meleleh, yang mencapai 2000 km lagi kemudian paling tengah berupa inti keras yang
mempunyai garis tengah sekitar 2600 km. Panas inti mencapai 50000C lebih.
Diperkirakan ada dua sebab mengapa inti bumi itu berada dalam keadaan panas.

Gambar 4.7. Isi Bumi Terdiri Atas, Inti, Mantel dan Lapisan Kulit.

Pertama diperkirakan disebabkan tekanan yang luar biasa besarnya karena


gravitasi bumi mencoba mengkompres atau menekan bertriliun ton materi, sehingga
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 44
bagian yang tengah menjadi paling terdesak. Hal ini juga menyebabkan, bahwa
kepadatan bumi menjadi lebih besar di sebelah dalam.
Sebab kedua adalah bahwa bumi mengandung banyak bahan radioaktif seperti
uranium-238, uranium-235, dan thorium 232. Sebagai halnya dalam inti bahan bakar
sebuah reaktor atom, kegiatan bahan-baban radioaktif ini membangkitkan jumlah panas
yang tinggi. Panas ini dengan sendirinya berusaha untuk mengalir ke luar, akan tetapi
ditahan oleh mantel yang mengelilinginya. Walaupun demikian, panas yang mencapai
permukaan bumi menurut perkiraan rata-rata berjumlah 400 kCal/m2 setahun. Karena
luas permukaan bumi berjumlah 5,1 x 1014 m2, maka jumlah panas itu adalah kira-kira 2
x l017 kCal, atau kira-kira 2,3 x 1014 kWh, setahun.
Menurut perkiraan, terbanyak arus energi terdapat di bawah lautan. Bilamana
dimisalkan, bahwa 1% jumlah energi itu dapat dimanfaatkan dengan efisiensi 25% dan
faktor kapasitas kira-kira 50% maka hal ini adalah sama dengan daya terpasang pusat-
pusat listrik sebesar 200 GW, atau 200.000 MW! Kiranya suatu potensi yang cukup
mengagumkan.
Di permukaan bumi sering terdapat sumber-sumber air panas, bahkan sumber
uap panas. Panas itu datangnya dari batu~batu yang meleleh, atau magma, yang
menerima panas dari inti bumi. Gambar 4.8 memperlihatkan secara skematis terjadinya
sumber uap, yang biasanya disebut fumarol dan geiser, serta sumber air panas.
Magma, yang terletak dalam lapisan mantel, memanasi suatu lapisan batu padat.
Di atas batu padat terletak suatu lapisan batu berpori, yaitu batu yang meinpunyai
banyak lubang kecil. Bila lapisan batu berpon ini berisi air, yang berasal dan air tanah,
atau resapan air hujan, atau resapan air danau misalnya, maka air itu turut dipanaskan
oleh lapisan batu padat yang panas itu. Bila panasnya besar, maka terbentuk air panas,
bahkan dapat terbentuk juga uap dalam lapisan batu berpori. Bilamana di atas lapisan
batu berpori terdapat lagi Sam lapisan. batu padat, maka lapisan batu berpori berfungsi
sebagai semacam boiler. Uap dan juga air panas, bertekanan, dan akan berusaha keluar,
dalam hal ini ke atas, yaitu ke arah permukaan bumi. Hal ini akan terjadi bila terdapat
celah-celah atau pecahan-pecahan batu padat. Demikianlah terjadinya sumber air panas
dan sumber uap.
Energi panas bumi sudah lama digunakan manusia. Orang-orang Romawi
menggunakan sumber air panas bumi untuk mengisi kolam pemandian panas bagi
kesehatan lebih dari 2000 tabun yang lalu. Dan dalam zaman modem ini banyak

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 45


Kurhaus yang tersohor di Jerman pada prinsipnya mempergunakan sumber daya panas
bumi.
Gejala tenaga panas bumi pada umumnya tampak di permukaan bumi berupa
mata air panas, fumarol (uap panas) geiser (semburan air panas), dan sulfatora (sumber
belerang). Dengan jalan pengeboran, uap alam yang bersuhu dan tekanan tinggi dapat
diambil dari dalam bumi dan dialirkan ke generator turbo yang selanjutnya
menghasilkan tenaga listrik.

Gambar 4.8. Skema Terjadinya Sumber Air Panas dan Sumber Uap.

Perkiraan atau penilaian potensi panas bumi pada prinsipnya mempergunakan


data-data geologi, geofisika dan geokimia. Analisis-analisis kimia memberikan
parameter-paremeter yang dapat digunakan untuk perkiraan potensi panas bumi suatu
daerah. Rumus-rumus yang ada, adalah sangat kasar, dan merupakan perkiraan-
perkinaan gariis besar. Di antara rumus atau metode, yang sering dipakai, dapat disebut
Metode Perry dan Metode Bandwell, yang pada umumnya memupakan minus empinis.
Rumus-mumus tersebut disainpaikan di bawah mi.

Metode Perry mempergunakan prinsip energi dan panas yang hilang.


Rumus E = D x Dt x P kCal per detik

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 46


dengan E = energi;
D = debit (L/dtk);
Dt = perbedaan suhu permukaan air panas dan
air dingin;
P = panas jenis (kCallkg), diambil berat jenis
air = 1; (1 kCaL/dtk = 4,186 kW).
Untuk perhitungan-perhitungan ini, data-data suhu dinyatakan dalam derajat
Celcius (0C), debit air panas dalam satuan liter per detik, sedangkan isi klorida dalam
lamutan air panas dinyatakan dalam miligram per liter.

Metode Bandwell E = (panas) M (h1 — H) kWh


dengan . M = massa dan waduk uap panas bunu
yang terdiri atas cairan dan uap (kg);
= enthalphy uap pada t1 (BTU/lb);.
= enthalphy uap pada t2 (BTU/lb);
= suhu waduk uap panas bumi mula-
mula (0F);
= suhu waduk uap panas bumi mula-
mula (0F);
M tergantung daripada:
a. Volume waduk uap panas bumi (kin3);
b. % uap yang terkandung dalam waduk.

Perkembangan Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi

Percobaan pertama untuk membangkitkan tenaga listrik dengan energi panas


bumi dimulai di Lardarello, Itali, tahun 1904. PLTP (Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi)
pertama dengan daya terpasang 250 kW mulai beroperasi di tempat itu dalam tahun
1913. Kemudian Jepang menyusul dengan mengadakan pengeboran dalam tahun 1919,
dan memasang sebuah PLTP kecil sebesar 1 kW dalain tahun 1924. Di Amerika Serikat
pemboran dimulai di tahun 1920-an di Geysers dan Niland, California. Dalam tahun
1928 diadakan pemboran di Kamojang, dekat kota Garnt, Jawa Barat, Indonesia. Juga
dalam tahun 1928 dilakukan pemboran di Reykjavih, Islandia, yang

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 47


mempergunakannya untuk pemanasan. Menjelang tahun 1940 diselenggarakan
pemboran di Rotoma dan Danau Tuopo, Selandia Baru, untuk keperluan pemanasan.
Setelah Perang Dunia II perhatian yang besar kembali ditumpuhkan kepada
energi panas bumi, terutama di negan-negara yang tidak mempunyai sumberdaya
minyak, seperti Itali, Jepang dan Selandia Baru.
Setelah terjadinya embargo minyak dalam tahun 1973, disusul dengan apa yang
dinamakan kemelut energi, perhatian itn menjadi lebih besar lagi. Dalam tahnn 1976
daya terpasang dunia PLTP mencapai hampir 1.400 MW, tahun 1980 lebih dan 2.500
MW, dan tahnn 1985 sebesar hampir 15.000 MW.
Menurut perkiraan, dalam tahun 2000 daya terpasang PLTP seluruh dnnia akan
berjumlah antara 80.000 dan 118.000 MW.
Tabel 2.17 memperlihatkan daya terpasang tersebut untuk 23 negara dalam
tahun 1976, 1980 dan 1985 serta perkiraan untuk tahun 2000. Dari tabel itu dapat dilihat
bahwa dalam tahun 1976 “tiga besar” adalah Amerika Serikat, Itali dan Selandia Baru.
Komposisi ini berubah menjadi Amerika Serikat, Itali dan Filipina dalam tahu 1980.
Dalam tahun 1985 urutan ini menjadi Amerika Serikat, Filipina dan Itali.

Tabel 2.17. Daya Terpasang Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi 1976—1985 dan
Perkiraan Tahun 2000
Negara 1976 (MW)) 1980 (MW 1985 (MW) 2000 (MW)
Amerika Serikat 522 908 3.000 20.000—40.000
Itali 421 455 800 —
Filipina — 443 1.726 4.000
Jepang 68 218 100 48.000
Selandia Barn 192 203 282 352
Meksiko 78,5 218 400 1.500-20.000
Eslandia 2,5 64 150 500
El Savador 60 60 180 180
Urn Soviet 3 5,7 5,7 5,7
Indonesia — 2,3 142,5 600
RRC 1 3 50 200
Turki 0,5 0,5 400 1.000
Nikaragua - - 150 300-400
Kosta Rika - - 100 100
Guatemala — — 100 100
Honduras — — 100 100
Panama — — 60 60
Taiwan - - 50 200
Portugal — — 30 200
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 48
Kenya — — 30 60—90
Spanyol — — 25 200
Argentina — — 20 20
Kanada — — 10 10
Jumlah 1.348,5 2.580,5 7911,2 80.000—100.000
Bahan dari berbagai sumber.

Sejarah panas bumi di Indonesia sudah dimulai pada awal Abad ke-20. Pemboran
percobaan di Kawah Kamojang (Jawa Barat) dan Dataran Tinggi Dieng (Jawa Tengah)
dalam tahun 1928 membuktikan bahwa terdapat uap panas bumi. Tampaknya terdapat
suatu jalur api (fire-belt) yang mulai dan Aceh di ujung Barat Laut Sumatera berjalan
melalui Jawa, Bali dan Sulawesi hingga Halmahera di bagian Timur Nusantara. Jalur
itu, yang mempunyai lebar anatana 50-200 km sepanjang 7.000-7.500 km menjadi
tempat kedudukan gunung-gunung berapi yang aktif sejak beberapa juta tahun yang
lalu. Pada waktu ini, sebagian yang cukup besar gunung-gunung api itu masih berada
dalam keadaan aktif. Peta potensi panas bumi Indonesia dapat dilihat pada gambar
?????
Untuk mengembangkan potensi tenaga panas bumi, khususnya untuk
pembangkitan tenaga listrik, mulai tahun 1980 telah diundang ealon-ealon investor luar
negeni untuk mengadakan perundingan bagi penanaman modal. Diperkirakan bahwa
pada akhir Abad ke-20, kira-kira sebanyak 600 MW tenaga panas bumi dapat
dikembangkan untuk pembangkitan tenaga listnik.

2.2.2. Energi Surya Langsung

Umum

Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, pada asasnya dan


datam arti yang luas, energi yang berasal dan sang surya bukan saja terdiri atas
penyinaran langsung oleh pancaran matahari ke bumi, akan tetapi sebenarnya termasuk
seluruh efek tidak langsung, seperti tenaga angin, tenaga air dan energi dan taut. Bahkan
juga termasuk segala macam bentuk energi yang berasal dan biomassa. Dalam bab ini
akan dibatasi dengan uraian mengenai pemanfaatan energi yang berasal dan pancaran
sinarsinar matahani secara langsung.
Dalam pelaksanaan pemanfaatannya, dapat dibedakan tiga cara. Cara pertama
adalah prinsip pemanasan langsung. Dalam hal ini sinar-sinar matahani memanasi

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 49


Langsung benda yang akan dipanaskan, atau memanasi secara langsung medium,
misalnya air, yang akan dipanaskan. Air panas itu, nanti akan dipakai misalnya untuk
mandi. Cara kedua adalah, bahwa yang dipanaskan adalah juga air, akan tetapi panas
yang terkandung dalam air itu, akan dikonversikan menjadi energi listrik, misalnya.
Sedangkan cara ketiga adalah cara fotovoltaik. Dengan cara ini maka energi sinar ma-
tahari langsung dikonversikan menjadi energi listrik.

Pemanasan Langsung

Pemanfaatan energi surya oleh manusia secara tangsung dalam bentuk


pemanasan, telah lama dikenat. Menjemur pakaian adalah contoh yang terlihat sehari-
hari di rumah-rumah tangga biasa. Pembuatan ikan kering dan membuat garam dari tau
merupakan contoh-contoh lain dalam bidang perindustrian. Dengan cara pemanasan
langsung ini suhu yang akan diperoleh tidak akan melampaui 100oC.
Efektivitas pemanfaatan energi surya dengan cara pemanfaatan langsung dapat
ditingkatkan bila mempergunakan pengumpul-pengumpul panas, yang biasa disebut
kolektor. Sinar-sinar matahari dikonsentrasikan dengan kolektor ini pada satu tempat,
sehingga diperoleh suatu suhu yang lebih tinggi. Dalam Gambar 4.9 terlihat beberapa
kolektor dan berbagai bentuk.
Gambar 4.9(a) merupakan kolektor pipih, atau kotektor datar, Gambar 4.9(b) adalah
kolektor parabolik silindris sedangkan Gainbar 4.9(c) merupakan kolektor parabolik
bulat. Bentuk kotektor parabolik bulat melandaskan prinsip kompor surya, sebagaimana
terlihat pada Gambar 4.9(d).
Kompor surya menumt Gambar 4.9(d) tampaknya cukup menanik, akan tetapi
persoalannya adalah bahwa sang Thu Rumahtangga harus memasak di panas terik
matahani.
Sistem-sistem peinanasan secara langsung ini mempunyat efisiensi dan sekitar 30—
40% dan harga (1980) seputar US$ 100 per in2, belum terpasang. Pada saat ini
penggunaannya adalah terbanyak untuk pemanasan air kolam dan air untuk mandi.

Konversi Surya Tennis Elektnis


Suatu teknotogi yang tampaknya cukup mempunyai potensi adalah apa yang
disebut Konversi Surya Termis Elektris (KSTE), atau yang dalam bahasa asing disebut
Solar Thermal Electric Conversion (STEC). Pada prinsipnya KSTE memerlukan sebuah
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 50
konsentrator optik untuk pemanfaatan radiasi surya, sebuah alat untuk menyerap energi
yang dikumpulkan, suatu sistem pengangkut panas, dan sebuah mesin yang agak
konvensional untuk pembangkitan tenaga listnik.

Sistem KSTE besar yang pertama dibuat adalah dalam tahun 1920, dengan
kapasitas 45 kW, di Meadi, Mesir. Tungku surya yang dibangun di Odeillo, Perancis,
mempunyai sebuah instalasi 1000 kW, termal. Di Amerika Serikat sedang
dikembangkan suatu program KSTE untuk membuat sebuah unit 5 MW-termal di New
Meksiko, sebuah unit 10 MW Listnik di Barstow, California, bahkan diharapkan dalam
pertengahan tahun 1992-an dapat dibuat sebuah unit 100 MW listnik.
Dua buah perusahaan swasta, yaitu Ansaldo di Italia dan MBB di Republik
Federal Jerman bekerja sama untuk membuat instalasi KSTE berlandaskan desain dan
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 51
Profesor Francia, dengan unit-unit hingga 1 MW listrik, untuk dijual secara komersial.
Diperkirakan, bahwa sebuah unit KSTE 100 MW listrik akan mempunyai 12.500 buah
heliostat, dengan permukaan refleksi masing-masing seluas 40 m2, sebuah menara
penerima setinggi 250 m, yang memikul sebuah penyerap untuk membuat uap bagi
sebuah turbin selama enam hingga delapan jam sehari. Desain-desain PLTS (Pusat
Listrik Tenaga Surya) ini dilengkapi dengan sebuah boiler biasa agar sentral listrik
bekerja siang dan malam. Harganya diperkirakan antara US$ 2000,- hingga US$ 5000,-
per kW listrik.

Gambar 4.10. Pembangkitan Tenaga Listrik dengan Mempergunakan Menara


dan Deretan Heliostat.

Konversi Energi Fotovoltaik


Energi radiasi surya dapat diubah inenjadi arus listrik searah dengan
mempergunakan lapisan-lapisan tipis dan silikon (Si) murni atau bahan semikonduktor
lainnya. Pada saat ini silikon mert4akan bahan yang terbanyak dipakai. Silikon
mempakan pula suatu unsur yang banyak terdapat di alam. Untuk keperluan pemakaian
Sebagai semikonduktor, silikon harus dimurnikañ hingga suatu tingkat pemurnian yang
tinggi sekali: kurang dan sarn atom pengotoran per 1010 atom silikon. Gambar 4.11(a)
memperlihatkan pengaturan atom dalam kristal silikon. Bentuk kristalisasi demikian
akan terjadi bilamana silikon cair terjadi padat, hal mana disebabkan karena tiap atom
silikon mempunyai elektron valensi. Dengan demikian terjadi suatu bentuk kristal di
mana tiap atom silikon mempunyai sejumlah 4 tetangga terdekat. Tiap dua atom silikon
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 52
yang bertetangga saling memiliki salah satu elektron valensinya. Bentuk kisi kristal
menurut Gambar 4.11(a) sering juga dinamakan kisi intan.
Struktur tiga dimensi menurutt Gambar 4.11(a) diperlihatkan dalam Gambar
4.11(b) secara skematis dengan bentuk dua dimensi. Dalam gambar ini terlihat pula
bahwa tiap atom mempunyai empat tetangga terdekat. Kedua garis antara tiap atom
merupakan dua elektron valensi, satu buah dari masing-masing atom. Tiap pasangan
elektron valensi adalah suatu ikatan kovalensi, yang pada asasnya merupakan hubungan
yang mengikat atom-atom kristal.
Pada suhu nol absolut (00 K) semua ikatan kovalensi berada dalam keadaan utuh
dan lengkap. Bilamana suhu naik, atom-atom akan mengalami keadaan getaran termal.
Getaran-getaran ini yang meningkat dengan suhu, pada suatu saat dapat nengganggu
beberapa ikatan kovalensi.
Terganggunya ikatan valensi dalam kristal semikonduktor pada suhu lingkungan
biasa mempunyai beberapa akibat besar terhadap sifat-sifat listrik kristal itu dan penting
dalam penjelasan efek fotovoltaik.
Dan Gambar 4.11(b) terlihat bahwa terputusnya ikatan valensi melepaskan
sebuah elektron, yang dapat bergerak bebas dalam kristal dan dapat berperan serta
dalam proses hantaran. Cara bantaran listrik dapat terjadi bila sebuah “lubang” yang
terjadi karena pelepasan elektron, diisi oleh elektron lain dan tetangganya, dan
setemsnya.

Gambar 4.11. Kisi Intan Kristal Silikon.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 53


Jika kristal itu diletakkan dalam suatu medan listrik, maka elektron-elektron
bebas itu condong mengalir ke arab melawan medan sedangkan “lubang-lubang” yang
terjadi akan memiliki arab yang berlawanan. Lubang-lubang itu berperan sebagai
partikel dengan muatan positif. Dengan demikian seolah-olah dalam sebuah
semikonduktor terjadi dua anus dengan arab saling berlawanan:
suatu arus elektron dan suatu arus lubang.
Jumlah elektron yang mengalir dalam semikonduktor jauh lebib kecil daripada
yang merupakan konduktor. Sebagai perbandingan, dalam bahan silikon murni, pada
suhu ruangan biasa, terdapat kirakira satu pasangan elektron dan lubang per 1010 atom.
Untuk kebanyakan kristal logam angka itu adalah satu per satu.
Dapat juga terjadi bahwa ikatan valensi terganggu disebabkan pengaruh radiasi
elektromagnetik yang datang dan luar. Jika foton dan radiasi yang masuk itu memiliki
banyak energi, maka di tempat resapan akan dapat terjelma suatu pasangan
elektron dan lubang. Jumlah energi yang diperlukan untuk terjadinya hal itu adalah
1,1 eV bagi siikon pada suhu ruangan biasa. Dengan demikian maka setiap foton yang
memiliki jumlah energi yang lebih besar dan 1,1 eV, atau panjang gelombang kurang
dan 1.100 nm, yang tenletak di wilayah inframerah spektmm, dapat mengakibatkan
terjadinya pasangan elektron dan lubang di silikon. Khususnya be,sar dan spektrum
radiasi surya mempunyai kemampuan tersebut bila diresap siikon. Dengan demikian
maka akan terdapat suatu muatan listnik yang melampaui keseimbangan hal mana dapat
mengakibatkan terjadinya suatu gaya gerak listrik.
Gambar 4.12 memperlihatkan sebuab knistal silikon yang di’
masukkan satu atom arsenikum (As), yang diperoleh misalnya dan suatu peleburan yang
diberi sedikit arsenikum sebagai “pengotoran”. Atom arsenikum memiliki lima elektron
valensi. Bilaimana sebuah atom arsenikum menempati suatu posisi “struktural” dalam
kristal silikon, ia mempunyai kelebihan satu buah elektron. Pada suhu lingkungan biasa
daya ikat elektron kelima terhadap induk atom arsenikum adalah relatif kecil. Dengan
demikian terjadi suatu sirnasi di mana terdapat sebuah elektron bebas dalam knistal
silikon. Atom arsenikum yang terikat dalam kristal mendapat muatan positif sedangkan
elektron bebas itu dapat bergerak dalam seluruh kristal dan mengikuti proses
konduksi bila terdapat suatu niedan listrik. Arsenikum dengan semikian merupakan
suatu pengotoran yang merupakan pemberi, atau donor elektron. Hal demikian juga
akan terjadi dengan atom-atom lain yang mempunyai ikatan valensi lima. Dan

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 54


penambahan suatu kristal dengan pengotoran donor, akan mengubah sifat-sifat listrik
bahan tersebut dengan dua cara. Pertama, jika pengotoran donor itu diperbesar
melampaui 1 bagian per 1012, yang dianggap suatu taraf pengotoran yang rendah. maka
daya hantar akan meningkat.

Gambar 4.12. Kristal Silikon Dimasukkan Satu Atom Arsenikum (As) dan KeIebiban
Satu Elcktron.
Kedua, bila baik elektron maupun lubang akan memiliki peran serta kurang lebih
sama dalam sifat daya hantan materi silikon, hantarannya akan praktis seluruhnya
dilakukan oleh gerakan dan elektron dalam kristal yang mengandung donor. Muatan
yang p0-sitif terikat tempat dalam stmktur kristal. Karena elektron memiliki muatan
negatif, knistal demikian dinamakan tipe-N, yaitu n dan negatif.
Dengan sendirinya akan terjadi suatu efek serupa bila pengotorah dilakukan dengan
bahan yang memiliki valensi tiga seperti boron dan galium. Dalam keadaan demikian
tiap pengotoran “menerima” satu elektron dan ikatan valensi yang mengakibatkan
terdapatnya satu lubang yang berperan serta dalam proses konduksi, -dan satu ion
pengotoran dengan muatan negatif yang tidak bergerak. Kanena lubang inempunyai
muatan positif knistal yang mempunyai akseptor dinamakan tipe-P, yaitu p dan positif.
Karena pengotoran relatif menyangkut jumlali-jumlah yang kecil sekali, adalah
mungkin untuk sebuah knistal tunggal silikon merupakan tipe-P pada satu ujung dan
tipe-N pada ujung yang lain. Knistal demikian dinamakan sambungan P-N dan terlihat
pada Gambar 4.13(a).
Misalkan sambungan P-N itu terkena radiasi matahani. Telah diketahui bahwa tiap
foton radiasi yang memiliki energi yang melebihi 1,1 eV dapat menghasilkan satu

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 55


pasangan elektron-lubang dalam hablur silikon. Dalam situasi menurut Gambar 4.13(a)
akan jelas babwa pasangan-pasangan elektron-lubang agak terpisah-pisah letaknya,
sedemikian hingga daerah P akan memiliki muatan positif terhadap daerah N, dan
terdapat suatu perbedaan potensial antara kedua apitan. Jika antara kedua apitan
dipasang sebuah beban, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.13(b), akan mengalir arus
I. Dengan demikian terdapat secara langsung suatu konversi elektronika antara radiasi
surya yang masuk dan energi listrik yang dihasilkan antara kedua apitan A dan B.

Gambar 4.13. Skema Sambungan P-N.

2.2.3. Biomassa

Umum

Biomassa adalah material organik


yang mempunyai simpanan energi dari
matahari dalam bentuk energi kimia.
Melalui proses photosintesis tumbuh-
tumbuhan menkonversi energi dari matahari
menjadi energi kimia dalam bentuk glucose
(gula).
Bahan bakar biomassa ini meliputi
kayu, sampah kayu, jerami, pupuk, ampas

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 56


tebu, dan banyak lagi yang dihasilkan dari bermacam-macam hasil pertanian.
Proses Fotosintesis
Biomassa merupakan produk fotosintesis, yakni butir-butir hijau daun yang
bekerja sebagai sel-sel surya, menyerap energi matahari dan mengkonversi dioksida
karbon dengan air menjadi suatu senyawa karbon, hidrogen dan oksigen. Senyawa mi
dapat dipandang sebagai suatu penyerapan energi yang dapat dikonversi menjadi suatu
produk lain. Hasil konversi dan senyawa itu dapat berbentuk arang atau karbon, alkohol
kayu, ter dan lain sebagainya. Energi yang disimpan itu dapat pula dimanfaatkan
dengan lang-sung membakar kayu itu; panas yang dihasilkan digunakan untuk memasak
atau untuk keperluan lain.
Proses fotosintesis dapat dirumuskan dengan reaksi kimia berikut:
CO2 +H20+E Cx (H20)x +02
Klorofil

di mana E = energi cahaya;


CO2 = gas dioksida karbon;
HO = air;
CX(H20)x = hidrokarbon yang terjadi; dan
02 = gas oksigen
Klorofil adalah bahan yang membuat hijau daun. Hidrat karbon yang terjadi
dapat berbentuk gula tebu atau gula bit yang mempunyai rumus C12H22011, ataupun
misalnya berbentuk selulosa yang mempunyai rumus yang lebih kompleks berupa
(C6H10O5)x.
Ada baiknya untuk mencoba mengetahui potensi bahan organik sebagai balian
bakar dengan menilai isi energinya.
Energi total suatu molekul dianggap sama dengan jumlali energi dan masing-
masing ikatan atom ke atom. Dengan demikian energi yang terdapat pada dioksida
karbon CO2 (sebesar 1600 kJ/ mole) dapat dianggap kurang-lebih sama dengan empat
ikatan C-0, karena setiap atom oksigen diikat oleh karbon dengan ikatan ganda (CO2
dapat digambarkan 0 = C = 0). Energi interaksi antara kedua atom oksigen diabaikan
dan setiap ikatan C—O dianggap sebesar 400 kJ/mole. Energi ikatan gas oksigen 02
adalab 48 kJ/mole, atau 24 kJ/mole untuk tiap ikatan 0—0, oleh karena 02 mempunyai
dua ikatan (0=0). Ikatan 0—H mempunyai energi sebanyak 460 kJ/mole.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 57


Bila oksigen diserap dalam proses oksidasi atau respirasi, maka energi
dibebaskan karena terdapatnya stabilitas yang meningkat pada ikatan 0—H atau ikatan
C—O.
Dapat dikemukakan, bahwa terdapat suatu hubungan antara jumlah molekul
oksigen yang diserap pada proses pembakaran atau respirasi suatu molekul organik dan
jumlah energi pembakaran molekul itu. Rumus Rabinowitch merupakan suatu definisi
dan tingkat reduksi rata-rata R dad karbon dalam suatu molekul dengan komposisi
CpHqOr sebagai berikut:

Pada asasnya R merupakan jumlah molekul oksigen yang diperlukan untuk


membakar suatu material organik menjadi CO2 danH2O, dibagi jumlah atom karbon
dalam molekul.
Tiap atom karbon memerlukan satu molekul oksigen untuk dikonversikan
menjadi CO2. tiap atom hidrogen memerlukan seperempat molekul oksigen untuk
dikonversikan menjadi 2O~ dan setiap atom oksigen yang sudah terdapat dalam
molckul organik itu mengurangi dengan seperdua molekul, jumlah molekul 02 yang
terdapat di luar dan diperlukan untuk pembakaran. Sebagai pendekatan dapat
dikemukakan, bahwa jumlab energi yang dibebaskan pada pembakaran satu molekul
dengan komposisi CpHqOr adalah sekitar 460 kJ/mole per atom karbon per satuan R1
yang sening dinainakan pembakaran panas.
Jika rumus di atas dipakai untuk hidrat karbon CH2O maka karena p = 1; q = 2
dan r = 1, diperoleh nilai R = 1. Untuk gas metan CH4 di mana p = 1; q=4; dan r=O
diperoleh R= 2. Gas dioksida karbon CO2 denganp=1;q=O dan r=2 mempunyai nilai R
= 0.
Proses fotosintesis yang mengubah gas dioksida karbon menjadi hidrat karbon
“mengangkat” tingkat reduksi CO2 (R = 0) ke tingkat reduksi CH2O yang lebih tinggi (R
= 1), seperdua dan tingkat maksimum R = 2 bagi metan CH4. Dengan demikian proses
fotosintesis itu menyimpan atau menyisihkan seperdua energi pembakaran yang secara
maksimum mungkin per atom karbon.
Tumbuh-tumbuhan dan bahan organik lainnya dapat diubah menjadi bahan
bakar cain maupun gas dengan bantuan beberapa proses biologi dan proses kimia.
Proses mana yang cocok untuk konversi mi tergantung dad sifat bahan organik yang

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 58


banyak mengandung air. Proses-proses kimia sepenti pirolisa atau reduksi katalitis lebih
cocok untuk bahan yang kening dan tahan terhadap biodegradasi.

Proses Fermentasi untuk Membuat Etanol

Fermentasi alkoholik merupakan suatu proses yang lama dikenal dan banyak
dipakai. Etil alkohol atau etanol muda dibuat dan berbagai hasil pertanian yang
mengandung gula. Ragi mengubah gula-gula heksose menjadi etanol dan dioksida
karbon sesuai rumus di bawah mi:

Jenis-jenis gula yang difermentasikan dapat berupa glukosa, fruktosa, sukrosa,


maltosa, rafinosa dan manosa.
Gula tetes, suatu hasil tambahan dari produksi gula tebu mengandung 55% gula-
gula dan dapat secara mudah dan murah difermentasikan menjadi etanol. Dalam proses
demikian gula tetes diencerkan dengan air hingga mencapai kekentalan gula sebanyak
20%, kemudian dicampur dengan biakan ragi sebanyak 5% volume. Campuran ini
difermentasikan selama 2—3 hari hingga mencapai nilai alkohol setinggi 9—10%.
Alkohol in i kemudian diambil dengan proses destilasi. Satu liter alkobol dengan
kemurnian 95% dapat diperoleh dad 2,5 liter gula tetes dengan biaya yang rendah.

Proses Fermentasi Anaerobik untuk Membuat Metan

Gambar 6.1 mencoba mempenlihatkan skema sebuah instalasi gas biomassa. Di


tempat A bahan orgarnk yang dipotong kecil-kecil dicampur dengan air dan dipompa ke
tempat tangki pencernaan B. Di tangki mi terjadi proses pencernaan. Tingkat kecepatan
pencennaan akan tergantung dad suhu dan suhu sekitar 35’C tampaknya membenikan
basil optimal bagi produksi gas. Gas yang dihasilkan itu dikeluarkan dad keran C.
Endapan yang terjadi dalam tangki pencernaan yang mempunyai bentuk yang sangat
padat dikeluarkan melalui keran D untuk dikeluarkan dan dapat dimanfaatkan untuk
keperluan-kepenluan lain seperti pengurugan tanah. Cairan selebihnya dialirkan ke
kolam oksidasi E. Dad kolam mi cairan kental dialirkan kembali ke tangki pencemaan
sedangkan cairan yang encer dimañfaatkan kembali untuk dicampur dengan masukan
bahan organik barn. Cara umpan-balik mi mengunangi kepenluan menambah

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 59


komponen-komponen campuran yang diperlukan sehingga meningkatkan efisiensi kerja
instalasi.

Gambar 6.1. Skema Proses Fermentasi Anaerobik untuk Membuat Metan.

Proses Pirolisa

Gambar 6.2 mempenlihatkan suatu skema dan proses pirolisa yang mempergunakan
limbah kota sebagai bahan baku. Limbah kota dimasukkan di tempat A dan dipotong
hingga mencapai ukuran keeil. Kemudian bahan baku dibawa ke tempat B untuk
dikeningkan. Di tempat C dilakukan pernisahan: semua bahan organik sepenti
potongan-potongan logam dan gelas disisihkan sedangkan matenal lainnya yang
menupakan bahan organik dibawa ke tempat D untuk digiling halus. Bejana E
merupakan reaktor pirolisa. Di tempat F basil-basil pirolisa berupa gas, minyak dan
arang dipisahkan. Jika suhu dalam reaktor dinaikkan komponen gas akan menjadi lebih
besar.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 60


Gambar 6.2. Skema Proses Pirolisa.

Penggasan dengan Pembakaran Parsial

Penggasan merupakan suatu proses di mona dengan bantuan bahang (heat) bahan
bakar padat diuraikan untuk menghasilkan suatu bahan bakar gas. Di antara bahan bakar
padat yang dapat digaskan dapat berupa kayu, arang kayu, batu bana dan berbagai jenis
bahan organik kening. Pembuatan biogas benbeda kanena mempengunakan bahan baku
onganik “basah” serta memanfaatkan pnoses biologis. Pninsip penggasan adalah cukup
sederhana. Sebuah alat penggas terdini atas suatu wadah yang diisi dengan bahan bakar
dad sisi atas sebagaimana tenlihat pada Gamban 6.3. Bahan baku akan tenletak di atas
kisi.
Udara dalam jumlah tertentu dimasukkan dan sisi bawah. Udana akan nailc ke atas
melalui kisi dan bahan baku. Pengendalian udara dilakukan sedemikian rupa sehingga
pembakaran terbatas pada bagian bawah saja. yaitu pada zona A. Pembakaran mi
mengakibatkan terjadinya sejumlah bahang yang menyebabkan bahan baku selebihnya
mengunai secara kimiawi dan terjadinya penggasan.
Oleh karena itu pnoses mi sening juga dinamakan penggasan dengan pembakaran
parsial.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 61


Gambar 6.3. Pembuatan Gas dengan Proses Pirolisa.

Gas yang tesjadi akan naik dan dikeluarkan dad sebelah sam-ping atas. Pada saat
meninggalkan reaktor gas memiliki suhu antara 100 dan 2000C.
Alat penggas jenis mi sangat sederhana. Kekurangannya adalah bahwa gas yang
dihasilkannya sangat kotor kecuali jika dipakai bahan baku yang bebas ten. Ten dan
hasil-hasil pirolisa lainnya tidak diuraikan dalam wilayah pembakaran, melainkan
dibawa ke atas dan barn akan mengendap bila suhu gas menurun. Hal mi tidak akan
tenjadi bilamana arang kayu dipakai sebagai bahan baku. Untuk meningkatkan mutu
termal dad gas yang dihasilkan reaktor didinginkan dengan air pada wilayah
pembakaran A.
Adalah penting bahwa kisi yang memikul wilayah pembakaran A memiliki bentuk
yang tepat Kisi mi hams memungkinkan abu jamb ke bawali tanpa kehilangan bahan
baku. Selanjutnya dapat disebut bahwa di atas wilayah pembakaran A terdapat zona re-
duksi B, zona pirolisa C dan zona pengeningan D.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 62


Gas yang dihasilkan alat penggas sedng disebut gas produser (producer gas).
Komponen-komponen tenpenting adalah: hidrogen (H2) dan monoksida kanbon (CO)
yang bersama-sama merupakan 30—35% volume gas keseluruhan. Gas selebihnya
tendid terutama atas nitrogen (N2). Nilai panas gas produser adalah agak rendah, yaitu
sekitar 10-15% dad nilai kalodfik gas alam.
Selain koton karena mengandung ten dan jelaga, gas produser juga beracun karena
unsur monoksida karbon yang tinggi.
Walaupun gas pnodusen meniiliki nilai panas yang rendah, ia dapat dipakai untuk
berbagai tujuan pemanfaatan yaitu:
a. Pembakaran langsung, untuk menghasilkan panas misalnya untuk boiler atau
tungku;
b. Penggunaan daya poros untuk menjalankan mesin.

2.4. Potensial Air


Energi Air Kandungan Mekanis
Energi Air Terjun
Urnum
Potensi tenaga air dan pemanfaatannya pada umumnya berlainan, bila
dibandingkan dengan penggunaan tenaga berasal dari misalnya bahan bakar fosil.
Pertama, sumbër tenaga air secara teratur dibangkitkan kern-bali karena
peman.asan lautan oleh penyinaran matahani, sehingga merupakan suatu sumber yang
secara siklis diperbarui. Gambar 3.1 memperlihatkan siklus hidrologik danipada air.
Oleh karena itu tenaga air disebut sebagai suatu sumberdaya energi terbarukan.
Kedua, potensi secara keseluruhan danipada tenaga air relatif kecil bila
dibandingkan dengan jumlah sumber bahan bakar fosil, sekalipun misalnya seluruh
potensi tenaga air liii dapat dikembangkan sepenuhnya.
Ketiga, penggunaan tenaga air pada umuninya merupakan pemanfaatan
multiguna, karena biasanya dikaitkan dengan irigasi, pengendalian banjir, perikanan,
rekreasi dan navigasi. Babkan sering teijadi bahwa pembangkitan tenaga listrik hanya
merupakan manfaat sampingan, dengan misalnya irigasi, atau pengendalian banjir,
sebagai penggunaan utama.
Keempat, pembangkitan listrik dan tenaga air dilakukan tanpa ada perubahan
suhu. Tidak ada peningkatan suhu karena misalnya adanya suatu proses pembakaran

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 63


bahan bakar. Karenanya, mesihmesin hidro rnempunyai masa rnanfaat yang biasanya
lebih lama danipada mesin-mesin termis.

Gambar 3.1. Siklus Hidrologik.

Pada asasnya dapat dikemukakan adanya tiga faktor utama dalarn penentuan
pemanfaatan suatu potensi sumber tenaga air bagi pembangkitan tenaga listnik.
a. Jurnlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dani jatuh hujan dan atau salju.
b. Tinggi terjun yang dapat dirnanfaatkan, hal mana tergantung dan topografi daerah
tersebut; dan
c. Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusatpusat beban atau
jaringan transmisi.
Gambar 3.2 rnemperlihatkan lengkung tinggi sebuah sungai, sebagai fungsi
daripada jarak terhadap sumber atau awal sungai itu. Pada awal sungai, di jarak nol,
tinggi sungai adalah H. Lengkung (a) mempenlihatkan fungsi tersebut dan sebuah
sungai yang “ideal,” yang menuruni lereng sebuah gunung rnenurun secara teratur.
Dalam kenyataannya tidaklah dernikian adanya. Biasanya lebih rnendekati bentuk
menurut lengkung (b), yaitu bentuk sebuah sungai “biasa,” yang pada titik C
mempunyai sebuah air terjun, dan pada titik D sebuah danau. Sungai akhirnya bermuara
di laut.
Sebagairnana diketahui dari ilrnu fisika, setiap benda, yang berada di atas
perrnukaan bumi, mernpunyai energi potensial, yang berbentuk rurnus benikut:
E = m.g.H

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 64


dengan E = energi potensial;
m = rnassa;
g= percepatan gravitasi;
h= tinggi relatif terhadap permukaan burnt
Dan rumus di atas dapat ditulis:
dE = dm.g.h
bilamana dE merupakan energi yang dibangkitkan oleh elemen massa drn yang melalui
jarak h.
Bilarnana didefinisikan Q sebagai debit air rnenurut rumus benikut:

Dengan Q = debit air;


dm = elemen massa air;
dt = elemen waktu;
maka dapat ditulis:

atau

Dengan mempenlihatkan efisiensi sistem dapat ditulis:


P = η. g.Q.h
di mana P = daya;
η = efisiensi sistem; g = gravitasi;
h = tinggi terjun.
Untuk keperluan estimasi pertama secara kasar, dipergunakan rumus sederhana berikut:
P = f.Q.h.
dengan P = daya dalam kW;
Q = debit air dalaxn m3 per detik;
H = tinggi terjun dalarn m;
f = suatu faktor efisiensi antara 0,7 dan 0,8.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 65


Di antara data primer yang diperlukan untuk suatu survei dapat disebut:
— Jumlah energi yang secara teoretis dapat diperoleh setahun dalam kondisi-kondisi
tertentu di musim hujan dan musim kering;
— Jumlah daya pusat listnik yang akan dipasang, dengan rnemperhatikan apakah pusat
listrik itu akan dipakai untuk beban dasar atau beban puncak.
Gambar 3.3 memperlihatkan secara skematis tepi sebuah danau dengan sebuah
bendungan besar A. Dan bendungan ini melalui suatu saluran terbuka dan bendungan
arnbil air B, air dimasukkan ke dalam pipa tekan, yang mernbawa air ke turbin air
melalui sebuah katup..

Gambar 3.3. Skema Danau, Bendungan dan Pipa Pesat.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 66


Untuk menghindani, bahwa pada perubahan-perubahan beban yang
mendadak, terutama bilamana beban seeara tiba-tiba jatuh, dapat terjadi kerusakan padá
pipa tekan, dibuat sebuah tangki pendatar pada pipa tekan tersebut, sebagaimana
tenlihat pada Ganibar 3.4. Di sebelah atas, pipa tekan itu ialah terbuka, sedangkan tepi
atasnya terletak lebih tinggi danipada permukaan air yang tertinggi. Dengan demikian,
bilamana terjadi bahwa beban jatuh secara mendadak, energi kinetis danipada air yang
mengalir itu dapat ditampung atau dinetralisasi oleh tangki pendatar

Gambar 3.4. Skema Danau, Tangki Pendatar dan Pipa Pesat.

Di antara jenis-jenis bendungan dapat disebut: bendungan busur, bendungan


gravitasi, bendungan urugan, bendungan kerangka baja, dan bendungan kayu.
Sedangkan dan jenis bendungan urugan dikenal bendungan urugan batu dan bendungan
urugan tanah. Bendungan gravitasi pada asasnya rnenahan kekuatan-kekuatan luar,
seperti tekanan air dan lain sebagainya, dengan beratnya, dan beban rnatinya.
Kebanyakan bendungan di Indonesia bendungan jenis irn.
Dilihat dan segi dinamikanya, bendungan busur menahan kekuatan-kekuatan luar
terutama dengan aksi kekuatan busur. Dilihat dan struktur dan bentuknya, bendungan
busur dapat dibagi dalam jenis jan konstan, jenis sudut konstan dan jenis kubah.
Bendungan rongga memiliki struktur yang dapat menahan gaya luar, pada bidang atau
busur berganda, dan menyalurkan gaya ini ke pondasi melalui sangganya. Bendungan
ini umumnya dibuat dan beton bertulang.
Di antara jenis-jenis turbin air dapat disebut turbin impuls dan turbin reaksi.
Garnbar 3.5 memperlihatkan suatu turbin impuls. Turbin ini juga disebut Roda Pelton,

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 67


dan pada asasnya tendiri atas sebuah roda dengan mangkok-mangkok yang dipasang di
pinggir roda. Roda ini berputar karena rnendapat tekanan dari semprotan air.
Di antara turbin reaksi dapat disebut turbin Francis dan turbin Kaplan. Turbin
jenis ini dibuat sedemikian rupa sehingga rotor bekerja karena tekanan aliran air dengan
tinggi terjun. Turbin baling-baling juga termasuk jenis ini. Turbin reaksi yang dapat
dipakai sebagai pompa dengan membalik arah putaran rotor dinamakan turbin pompa
balik. Hal ini pérlu untuk PLTA Pompa.

Gambar 3.5. Skema Roda Pelton.

Sumberdaya Hidro di Indonesia

Indonesia termasuk negana yang. memiliki surnberdaya tenaga air yang cukup> Peta
potensi air indonesia dapat dilahat pada gambar ????

Energi Pasang Surut

Banyak gaya dan kekuatan yang mernpengaruhi lautan di permukaan bumi.


Salah satu kekuatan, yang bekerja terhadap air bumi adalah pengaruh massa bulan yang
mengakibatkan adanya gaya tarik, sehingga menjelma suatu gejala yang dikenal sebagai
pasang dan surut laut yang terjadi secara teratur, sekalipun bulan terletak lebih dan
400.000 kilometer dari bumi. Bilamana bulan mengelilingi bumi, air laut secara harfiah
“ditarik” ke atas karena gaya tarik gravitasi bulan.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 68


Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 69
Dalam Gambar 3.7 (a) permukaan laut tercantum sebagai ganis terputus-putus:
permukaan laut di titik A ditanik ke anah bulan sehingga mencapai titik A. Dalam
situasi demikian, laut pada titik A berada dalam keadaan pasang. Pada saat bersamaan,
laut pada titik B di bumi mengalarni keadaan sunut.
Kira-kira enam jam kemudian, tenjadi situasi yang sebaliknya, sebagaimana
tampak pada Gambar 3.7 (b). Dalam keadaan mi, di mana bulan tela~h mengelilingi
seperempat bumi,. situasi pada titik A mengalami sunut, sedangkan laut pada titik B
mengalami keadaan pasang. Beda tinggi antana permukaan laut pasang dan surut dapat
mencapai 5 sampai 6 meter atau Iebih, bahkan ada tempattempat yang melampaui 10
meter. Keadaan sebagaimana digambarkan di atas hanya memperhitungkan pengaruh
benda langit bulan. Benda langit lain, yaitu matahani, juga mempunyai pengaruh yang
besar. Sekalipun terletak lebih jauh, yaitu 150 juta kilometer dari bumi, ukurannya yang
besar sekali (garis tengali 1,5 juta kilometer) menyebabkan bahwa pengaruh matahari
terhadap gejala pasang surut lautan di bumi adalah sebesar pengaruh bulan.

Gambar 3.7. Terjadinya Pasang & Surut Air Laut Karena Gaya Tank Gravitasi.

Dengan demikian, rnaka gaya tank gravitasi akan terbesar, bilamana baik
matahani maupun bulan ada pada sisi yang sama terhadap burni. Di lain pihak, bilaniana
bulan dan matahari berada pada sisi yang berlainan, pengaruh gaya tank gravitasi
kurang lebih akan saTing menghapuskan.
Pemanfaatan energi potensial yang terkandung dalam perbedaan pasang dan
surut lautan antara lain dapat dilakukan demikian; misalkan suatu teluk yang agak
cekung dan dalam. Teluk ini “ditutup” dengan sebuah bendungan sehingga terbentuk
suatu waduk. Pada waktu laut pasang, maka permukaan air laut tinggi, mendekati ujung

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 70


atas bendungan, sebagaimana terlihat pada Gambar 3.8 (a). Waduk “diisi” dengan air
dari laut, dengan mengalirkannya melalui sebuah turbin air. Dengan sendirinya turbin
ini digabung dengan sebuah generator, sehingga pada proses “pengisian” waduk dari
laut, generator turbin yang berputar itu akan menghasilkan energi laut. Hal ini dapat
dilakukan hingga tinggi permukaan air dalam waduk akan sama tingginya dengan tinggi
permukaan laut. Pada situasi Laut surut, sebagaimana terlihat pada Gambar 3.8 (b)
terjadi hal sebaliknya. Waduk dilcosongkan. Dengan sendininya air mengalir lagi
melalui generator turbin, yang kini juga akan menghasilkan energi listnik.
Ada kekhususan, bahwa turbin harus dapat berputar dua arah. Dan hal ini akan
dilakukan berganti-ganti. Sering juga waduk ini dibentuk di muara sungai, untuk
sekaligus dapat memanfaatkan air sungai dalam membangkitkan tenaga listrik. Dengan
demikian jelas kiranya, bahwa pembangkitan tenaga Tistrik dengan pasang surut ini
tidak berjalan kontinu, melainkan tenputus-putus secara teratur, dengan suatu siklus
yang panjangnya 1k 12,5 jam.
Dalam Gambar 3.9 terlukis garis tinggi permukaan air Laut, berupa suatu
sinusoida, yang titik terendahnya adalah situasi surut, dan titik tertinggi berupa situasi
pasang. Dengan garis-garis terputus dilukis tinggi permukaan air waduk. Bilamana
diawali pada titik 1, maka laut mulai menjadi pasang, dan tinggi permukaan air iaut
perlahan-lahan menaik. Bilamana tinggi permukaan air laut berada cukup banyak di atas
permukaan air waduk, sehingga tinggi air jatuh sudah mencukupi, hal mana dicapai
pada titik 2, maka mesin dipasang, turbin berputar dan generator menghasilkan tenaga
listnik. Dalam peniode membangkit in waduk diisi air dari laut, sehingga tinggi
permukaan air waduk mulai naik. Bilamana permukaan air laut telah melampaui titik
tertinggi, sehingga selisih antara tinggi air laut dan tinggi air waduk menjadi tenlampau
kecil untuk dapat memutar turbin, yaitu bilamana titik 3 tercapai, mesin dihentikan.
Generator akan membangkit lagi bilamana tercapai titik 5, pada saat tinggi perinukaan
air waduk cukup banyak berada di atas tinggi permukaan air laut. Pada saat titik 6
tercapai, kembali mesin dihentikan dan pada titik 7 siklus baru akan dimulai.
Pada asasnya, antara tenaga pasang surut dan tenaga air konvensional terdapat
persamaan, yattu kedua-duanya adalah tenaga air, yang memanfaatkan gravitasi tinggi
jatuh air untuk pembangkitan tenaga listnik. Perbedaan-perbedaan utama secara garis
besar adalah:

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 71


a. Pasang surut menyangkut arus air peniodik dwi-arah dengan dua kali pasang dan
dua kali surut tiap had;
b. Operasi di lingkungan air laut memerlukan bahan-bahan konstruksi yang lebih
tahan korosi danpada dimiliki material untuk air tawar;
c. Tinggi jatuh relatif sangat kecil (maksimal 11 meter) bila dibanding dengan
terbanyak instalasi-instalasi hidro lainnya.

Gambar 3.8. Skema Bendungan dan Waduk Pasang Surut.

Gambar 3.9. Siklus Kerja Pusat Listnik Tenaga Air Pasang Surut.

Berdasarkan berbagai studi dan pengalaman, energi yang dapat dimanfaatkan


adalah sekitar 8 sainpai 25% dari seluruh energi teoretis yang ada. Proyek Pusat Listrik
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 72
Tenaga Pasang Surut La Rance di Prancis, yang mempakan sentral pertama yang besar,
mempunyai efisiensi sebesar 18%, yang akan meningkat menjadi 24% bila proyek itu
telah dikembangkan sepenuhnya.
Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi, sebuah instalasi pasang surut harus
memasang kapasitas pembangkitan listrik yang relatif lebih besar, dibanding dengan
Pusat Listrik Tenaga Air biasa. Di lain pihak Pusat Listrik Tenaga Pasang Surut tidak
tergantung pada perubahan-perubahan musim sebagaimana halnya dengan sungai-
sungai biasa.
Daya terpasang instalasi pasang surut La Rance adalah 240 MW dan terdiri atas 24
mesin masing-masing berdaya 10 MW dan menurut keterangan, akan ditingkatkan
menjadi 350 MW. Juga direncanakan sebuah Pusat Listrik Tenaga Pasang Surut sebesar
2176 MW di Bay of Fundy, Kanada, antara tahun 1980 dan 1990. Sebuah studi
Argentina mempelajari kemungkinan pembangunan sebuah instalasi pasang surut
dengan daya terpasang 600 MW di Golfo San Matias, dan Golfo Neuvo dekat
Semenanjung Valdes di pantai Atlantik.
Pasang surut di pantai Barat Laut Australia mencapai tinggi 11 meter, dan menurut
keterangan, mempunyai potensi teoretis sebesar 300.000 MW.
India mempertimbangkan pembangunan sebuah instalasi pasang surut di Ranu,
Kutsch. Amerika Serikat mempelajari pemanfaatan tenaga pasang surut setinggi 5,5
meter di Bay of Fundy, Maine Timur, yang mempunyai potensi sebesar 1800 MW,
naniun dianggap tidak begitu ekonomis.
USSR mempunyai sebuah proyek percobaan di Kaslaya yang mulai beroperasi
tahun 1988. Sedangkan Inggris mempelajari kemungkinannya di Solway Firth, di Teluk
Severn.
Bilamana tinggi jatuh air, yaitu selisih antara tinggi air laut dan tinggi air waduk
pasang surut adalah H, dan debit air Q, maka besar daya yang akan dihasikan adalah Q
kali H, atau QH. Bilamana selanjutnya luas waduk pada ketinggian h adalah S(h), yaitu
S sebagai fungsi h, maka jumlah energi yang dibangkitkan dengan mengosongkan
sebagian dh dan ketinggian h adalah berbanding lurus dengan isi S(h).h.dh.
Dengan demikian maka energi yang dihasilkan per sildus berbanding lurus dengan:

Waktu mengosongkan waduk:

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 73


Waktu mengisi waduk:
0

Dalani hal liii diasumsikan bahwa pengisian atau pengosongan waduk dilakukan pada
pergantian pasang dan sumt, untuk mendapatkan penyederbanaan minus.
Dengan deniikian maka energi yang dibangkitkan per sildus berjumlah:

di mana E = Energi yang dibangkitkan per sildus;


H = Selisih tinggi permukaan air laut antara pasang surut;
V = Volume waduk pasang surut.
Dengan memperhatikan bahwa untuk mendapatkan besaran energi, pada minus
di atas besaran V masih penlu diganti dengan bcsaran massa air laut, sehingga dapat
ditulis:
Emaks = b.g.H2.S
dan P = f.Q.H
di mana: Emaks = jumlah energi yang maksimal dapat diperoleh per sildus;
b = berat jenis air laut;
g = gravitasi;
H = tinggi pasang sumut terbesar;
S = luas waduk rata-rata antara pasang dan surut;
Q = debit air;
f = faktor efisiensi;
P = daya.
Oleh karena besaran H terdapat dalam pangkat dua, maka tinggi pasang surut ini
sangat penting. Pada umumnya H yang kurang dan dua meter tidak diperhatikan karena
dianggap tidak cukup memenuhi syarat.
Perkiraan mengenai potensi teoretis daya pasang sumut seluruh dunia agak
berbeda-beda. Pekeris dan Accad’ memperkirakan potensi teoretis ini sebesar 6,3.106
MW, sedangkan Hendemshott memberikan angka 2,7.106 MW. Suatu ikhtisar yang

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 74


dimumuskan oleh Jeffreys3 menganggap potensi teoretis daya pasang surut sebesar
3.106 MW sebagai yang lebih tepat.

Energi Ombak dan Arus

Banyak pemilciran yang dicumahkan untuk mempelajari kemungkinan-


kemungkinan pemanfaatan energi yang tersimpan dalam ombak laut. Sebagai suatu
negara yang sejak berabad-abad mengarungi dan menguasai lautan-lautan dunia, juga
dalam bidang penelitian energi%tnbak laut, Inggris termasuk yang rnaju sekali.
Menurut Hulls4, daya yang terkandung dalam ombak mempunyai bentuk:
P = b.g.T.(H2/64).π
di mana: P = daya;
b = berat jenis air laut;
g = gravitasi;
T = periode;
H = tinggi ombak rata-rata.

Menurut pengamatan Hulls, deretan ombak yang terdapat di sekitar pantai Selandia
Baru, yang mempunyai tinggi rata-rata 1 meter (H), dan periode 9 detik (T, jarak waktu
antara dua ombak), mempunyai daya sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak.
Sedangkan deretan ombak serupa dengan tinggi 2 meter mempunyai daya 17 kW per
meter dan yang dengan tinggi 3 meter daya sebesar 39 kW per meter panjang ombak.
Sedangkan ombak dengan ketinggian 10 meter dan periode 12 detik mempunyai daya
600 kW per meter.
Sir Christopher Cockerell5 mendisain sebuah rakit, yang terdiri atas tiga ponton.
Gambar 3.10 memperlihatkan gagasan ini secara skematis. Ponton-ponton A, B dan C
sating bersambung melalui suatu engsel. Bilamana rakit ini diletakkan di atas air, maka
disebabkan ombak air, ketiga ponton itu akan bergerak seputar suinbu engsel.
Melalui suatu sistem transmisi, secara hidrolik atau melalui roda-roda gigi,
gerakan-gerakan seputar engsel itu dapat menjalankan suatu generator yang
membangkitkan tenaga listrik. Menurut perhitungan yang dibuat para ahli, suatu deretan
rakit Sepanjang 1.000 kin, akan dapat membangkitkan tenaga listrik yang setaraf
dengan 25.000 MW. Atau rata-rata 25 MW per km rakit.Dengan sendirinya juga

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 75


tergantung daripada laut yang dipilih, karena laut ada yang lebih tenang, ada yang lebib
bergelora.

Gambar 3.10. Skema Rakit Ombak Laut.

Suatu disain lain, buah pikiran dua orang Amerika, berlandaskan pengalaman
para pelaut, bahwa bila ada sebuah pulau kecil di tengah laut, maka merupakan
kenyataan, bahwa ombak-ombak itu, bila mendekati pulau tersebut, akan memutar
mengeliingi pulau itu. Dalam disain itu Wirt dan Morrow membuat suatu atol
bendungan (dam-atol) berupa sebuah bangunan bawah air berbentuk kubah, bergaris
tengah lebili kurang 80 meter, yang dapat dimanfaatkan efek sebuah atol.
Gelombang laut akan memecah di atas kubah itu, membentuk spiral alaniiah,
dan mendorong serta menggerakkan suatu deretan daun sudu baling-baling di tengah
bangunan itu, yang pada gilirannya menjalankan sebuah generator. Menurut
perhitungan, se buah atol bendungan demikian akan dapat menghasilkan antara sam dan
dua MW listrik
Dalam lautan terdapat pula arus-arus yang kuat, dengan air laut yang berpindah
sampai sejauh sam atau dua ribu kilometer, dengan kecepatan dan pada ketinggian yang
berbeda-bèda. Dapat terjadi bahwa pada permukaan laut, air mengalir dengan
kecepatan1-2 km sejam, sedangkan seratus meter di bawahnya air mengalir dengan
kecepatan 3-4 km dengan arah yang berlainan. Gaya-gaya ini dapat dimanfaatkan untuk
membangkitkan tenaga listrik dengan mempergunakan roda-roda air yang besar, baik
pada permukaan laut, maupun di bawahnya.
Gagasan ini secara kecil-kecilan dilaksanakan oleh dua pemuda Indonesia, yang
membuat sebuah roda air yang terapung pada dua buah ponton. Ponton itu diapungkan
di tengah sungai dan diikat dengan seutas tali. Percobaan yang dilakukan di Bengawan
Solo itu menghasilkan 400 watt tenaga listrik.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 76


BPPT merencanakan untuk membuat PLTO (Pusat Listnik Tenaga Ombak)
pertama di Indonesia, dengan daya terpasang 5 MW, di pantai Gunung Kidul,
Yogyakarta.
Energi ombak laut dapat pula dimanfaatkan dengan prinsip Piezoelectric Polymer,
sejenis plastik yang menghasilkan listrik bila direntangkan, yang dikembangkan di
Amerika Serikat oleh Ocean Power Technologies.

ENERGI AIR KANDUNGAN TERMIS

Energi Panas Laut

Lautan, yang meliputi dua per tiga luas permukaan bumi, menerima panas yang
berasal dari penyinaran matahari. Selain daripada itu, air lautan juga menerima panas
yang berasal dan panas bumi yaitu magma, yang tertetak di bawah dasar laut. Energi
termal ini dapat dimanfaatkan dengan mengkonversinya menjadi energi listrik dengan
suatu teknologi yang disebut Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), atau
Konversi Energi Panas Laut (KEPL) bila dipakai istilah Indonesia.
Suatu jumlah energi yang besar yang diserap oleh lautan dalam bentuk panas yang
berasal dari penyinaran matahani dan yang berasal dari magma yang tertetak di bawah
dasar laut. Suhu permukaan air laut di sekitar ganis khatulistiwa berkisar antara 25
sanipai 30’C. Di bawah permukaan air, suhu ini menurun dan mencapai 5 sampai 7’C
sepanjang tahun pada kedataman tebih kurang 500 meter.
Selisih suhu ini dapat dimanfaatkan untuk menjalankan mesin penggerak berdasar
prinsip termodinarnilca, dan dengan mempergunakan suatu zat kerja yang mempunyai
titik mendidih yang rendah; pada dasarnya mesin penggerak ini dapat digunakan untuk
pembangkitan listrik. Gas Fron R-22 (CHCLF2), Amonia (NH3) dan gas Propan (C3H6)
mempunyai titik mendidih yang sangat rendah, yaitu antara -30 sampai -500C pada
tekanan atmosferik, dan +300C pada tekanan antara 10 dan 12,5 kg/cm2. Gas-gas inilah
yang prospektif untuk digunakan zat kerja pada konversi panas laut.
Dalam Gambar 3.11 terlihat skema prinnsip konversi energi panas laut menjadi
energi listrik. Air hangat, dengan suhu antara 25 dan 300C dibawa ke evaporator. Bahan
zat kerja, misalnya Fron R-22, yang berada dalam bentuk cain, dipanaskan oteh air
hangat ini, mendidih, dan kemudian menguap menjadi gas dengan tekanan sekitar 12
kg/cm2. Gas dengan tekanan ini dibawa ke turbin, yang menggerakkan sebuah

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 77


generator. Gas yang tetah dipakai, setetah meninggatkan turbin, didinginkan datam
kondensor oleh air laut dingin, yang mempunyai suhu sekitar 5-7’C, sehingga Fron R-
22 kembali menjadi cair. Siklus berulang setelah Fron R-22 yang cair ini dipompa
kembali ke dalam evaporator.

Gambar 3.11. Skema Prinsip Konversi Energi Panas Laut (KEPL).

Dengan dernikian terdapat suatu siklus dan medium, dalam hal ini Fron R-22, dari
keadaan cair menjadi gas, kembali menjadi cair, dan seterusnya.
Gambar 3.12(a) mempertihatkan skema suatu pusat listnik KEPL yang terletak di
danat, yaitu di tepi pantai. Tampak menonjot pipa pengambil air dingin, yang
merupakan komponen yang penting. Dari Gambar tersebut juga dapat disimpulkan,
bahwa gradien turun pantai harus curam. Bila tidak, maka pipa menjadi terlampau
panjang, untuk dapat mencapai kedalaman 600 meter. dalam hal demikian, maka
kemungkinan lain, adalah pusat tistnik KEPL terapung, sebagaimana tenlukis pada
Gambar 3.12(b), yang akan memertukan kabel laut untuk penyaluran energi tistnik.
Gagasan untuk memanfaatkan panas lautan bukan suatu ide baru. Menurut titeratur,
Georges Claude, seorang Prancis merupakan orang yang pertama kali mengadakan
penetitian datam bidang in’.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 78


Gambar 3.12. Pusat Listrik Konversi Energi Panas Laut (a) di Pantai, (b) di Laut.

Percobaan pertama dilakukan secara kecil-kecilan di Teluk Matanza, Kuba,


dalam tahun 1929. Proyek itu telah hancur dilanda angin topan, sehingga pipa besi
menjadi rusak. Sebuah percobaan yang lebih besar dilakukan dalam tahun 1934 di
Brasil. Di Amerika Serikat, sejak tahun 1964 perhatian terhadap panas lautan meningkat
dengan berbagai penelitian di Teluk Meksiko dan di Kepulauan Hawai. Diperkirakan
sebuah pusat listrik KEPL sebesar 2 x 100 MW akan dibangun di Hawai.
Salah sam perusahaan Jepang yang mengadakan penelitian dalam bidang
konversi energi panas laut adalah TEPSCO (Tokyo Electric Power Services Company).
Perusahaan ini merencanakan akan membuat suatu pusat listrik percobaan sebesar 100
kW di pantai Pulau Nauru, sebuah pulau di Lautan Pasifik. Zat kerja yang dipakai
adalah Fron R-22. Menurut perkiraan Tepsco, besaran unit yang secara komersial balk
adalah suatu pusat listrik dari 10.000 kW, terdiri atas empat unit dari 2.500 kW. Harga
satuan untuk ukuran demikian diperkirakan 1k 0,5 juta Yen/kW, atau lebih-kurang US$
2.000 per kW, nilai tahun 1980. Di Indonesia (BPPT) terdapat pula pemikiran untuk
membuat suatu proyek KEPL, yaitu di Bali.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 79


2.2.5. Energi Angin

Umum
Energi angin telah lama dikenal dan dimanfaatkan manusia. Perahu-perahu layar
menggunakan energi ini untuk melewati perairan sudah lama sekali. Pasukan-pasukan
Viking yang sangat ditakuti sekian ratus tahun yang lalu mempergunakan kapal-kapal
layar keel untuk menelusuri pantai-pantai Eropa dan Skandinavia. Christopher
Columbus masih mernaka kapal layar besar di Abad ke-15 untuk menemukan Benua
AmerIca.
Ditemukan kincir angin telah digunakan untuk menggiling tepung di Persia pada
Abad ke-7. Sungguhpun bentuk kincir-kincir angin ini berlaman dengan kineir-kincir
angin Eropa, kincir-kincir angm Persia itu merupakan asal-muasal kipas angin Eropa.
Kincir angin di Negeri Belanda yang dipakai untuk menggerakkan pompa irigasi dan
untuk menggiling tepung hingga kini masih tersohor, walaupun pada saat liii hanya
berfungsi sebagai objek paniwisata. Akan tetapi, dalam rangka mencani bentuk-bentuk
sumber energi yang bersih dan terbarukan kembali energi angin mendapat perhatian
yang besar.
Sebagaimana diketahui, pada asasnya angin terjadi karena ada perbedaan suhu
antara udara panas dan udara dingin. Di daerah khatulistiwa yang panas, udaranya
menjadi panas, mengembang dan menjadi ringan, naik ke atas dan bergerak ke daerah
yang lebih dingin niisalnya daerah kutub. Sebaliknya di daerah kutub yang dingin,
udaranya menjadi dingin dan turun ke bawah. Dengan demilcian terjadi suatu
perputaran udara, berupa perpindahan udara dan Kutub Utara ke Ganis Khatulistiwa
menyusuri permukaan bumi, dan sebaliknya, suatu perpindahan udara dan Ganis Kha-
tulistiwa kembali ke Kutub Utara, melalui lapisan udara yang lebih tinggi. Perpindahan
udara seperti ini dilcenal sebagai angin pasat.
Gambar 5.1 mencoba melukiskan terjadinya angin pasat ini secara skematilc.
Dengan sendirinya hal yang serupa terjadi pula antara wilayah Khatulistiwa dan Kutub
Selatan. Selain angin pasat terdapat pula angin-angin lain, misalnya angin musim (angin
mousson), angin pantai dan angin lokal lainnya. Prinsipnya adalah bahwa angin terjadi
karena adanya perbedaan suhu udara di beberapa tempat di muka bumi.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 80


Gambar 5.1. Skema Terjadinya Angin.

RUMUS

Sebagaimana diketahui menurut fisika klasik energi kinetik dan sebuah benda
dengan massa m dan kecepatan v adalah E = 0,5 mv2, dengan ketentuan, kecepatan v
tidak mendekati kecepatan cahaya. Rumus itu berlaku juga untuk angin, yang
merupakan udara yang bergerak.
Sehingga E = 0,5 m.v2
dengan E = Energi (joule);
m = massa udara (kg);
v = kecepatan angin (mldetik).
Bilamana suatu “blok” udara, yang mempunyai penampang A m2, dan bergerak dengan
kecepatan v m/detik, maka jumlah massa, yang melewati sesuatu tempat adalah:
m = A.v.q (kg/det)
dengan A = penampang (m2)
v = kecepatan (m/det);
q = kepadatan udara (kg/rn3);
Dengan demikian maka energi yang dapat dihasilkan per satuan waktu adalah:
P = E per satuan waktu
= 0,5 q.A.V3 per satuan waktu

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 81


dengan P = daya (W);
F = energi (J);
q = kepadatan udara (kg/rn3);
A = penampang (in2);
v = kecepatan (mldet).
Untuk keperluan praktis sering dipakai rumus pendekatan berikut:
P = k.A.v3
dengan P = daya (kW);
k = suatu konstanta (l,37.10~);
A = luas sudu kipas (in2);
v = kecepatan angin (km/jam).
Walaupun dalam ruinus di atas besaran-besaran k dan A digambarkan sebagai
konstanta-konstanta, pada asasnya dalam besaran k tercermin pula faktor-faktor seperti
geseran dan efisiensi sistem, yang mungkin juga tergantung dan kecepatan angin v.
Sedangkan luas A tergantung pula misalnya dan bentuk sudu, yang juga dapat berubali
dengan besaran v. Oleh karena itu untuk suatu kipas angin tertentu, besaran-besaran k
dan A dapat dianggap konstan hanya dalam suatu janak capai angin terbatas.
Untuk keperluan-keperluan estimasi sementara yang sangat kasar, sering dipakai
rumus sederhana berikut:
p = 0,1.v3
dengan p = daya per satuan luas, Win2
v kecepatan angin, m/detik.
Rumus yang dikembangkan oleh Goldingt berbentuk:
P = k.F.A.E.v3
dengan P = daya (kW);
k = suatu konstanta = 1,37.10-5
F = suatu faktor = 0,5926; yang merupakan bagian dari angin, yang dapat
secara maksimal dimanfaatkan dengan sebuah kipas dari tenaga angin.
A = penampang anus angin, (in2);
E = efisiensi rotor dan peralatan lainnya;
v = kecepatan angin, (km/jam).
Gaya-gaya angin yang berkerja pada sudu-sudu kincir pada asasnya terdiri atas tiga
komponen yaitu:

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 82


• Gaya aksial a, yang mempunya arah sania dengan angm. Gaya ini hams ditampung
oleh poros dan bantalan.
• Gaya sentrifugal s, yang memnggalkan titik tengah. BiIa kipas bentuknya simetrik,
semua gaya sentrifugal S akan saling n~niadakan atau resultantenya sania dengan
nol.
• Gaya tangensial t, yang menghasilkan momen, bekeija tegak luins pada radius dan
yang mempakan gaya produktif.
Gambar 5.2 memperlihatkan sebuah kincir yang mempunyai tiga sudu dengan gaya-
gaya a, t dan s yang bekerja pada daundaun sudu itu.

Gambar 5.2. Gaya-gaya yang Beketja Atas Sudu-Sudu Kincir Angin.

Untuk bentuk kincir menurut Gambar 5.2, besar gaya-gaya itu dapat
dihitung dengan rumus-rumus empiris sebagai berikut:
a = 0,00142 v 2 R 2 dalam kg
RP
s = 367 dalam kg, dan
v1v

W v2v2
t = 0.00219 dalam kg m
R1

dengan P = daya kW;


R = radius daun motor, m
R1 = radius hingga titik berat daun; m
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 83
v = kecepatan angin, km/jam
W = berat daun, kg;
v1= kecepatan relatif ujung sudu terhadap v;
v2= kecepatan relatif titik berat sudu terhadap v;
a = gaya aksial, kg;
s = gaya sentrifugal, kg;
t = nonen tangensial, kgin.

BEBERAPA DATA
Tabel kecepatan angin di beberapa kota di Indonesia (km/jam)

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 84


Tabel 5.2. Kecepatan Angin di Jakarta 1965—1970
Rata-rata Maksimum
Bulan
Arah (km/jam) (km/jam) Tahun
Januari BL 5,8 47 1965
Februari BL 6,1 43 1966
Maret BL 5,4 36 1970
April T 5,4 41 1965
Mei T 5,8 41 1965
Jum T 5,8 41 1965
lull T 6,5 36 1966
Agustus T 6,1 36 1966
September U 6,5 43 1967
Oktober U 6,5 50 1969
November U 5,4 49 1967
Desember BL 5,4 50 1970
Rata-rata tahunan T 5,8 50 1970
Swnber: Pusat Meteorologi dan Geofisika, Jakarta
Catatan: Bl = Barat Laut, T = Timur, U = Utara.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 85

Anda mungkin juga menyukai