Sumber-Sumber Energi
Dalam proses ini diperlukan energi sebesar 112 kCal per mole CO2. yang diambil dari
energi matahani.Dapat dihitung jumlah energi cahaya yang diperlukan dalam
fotosintesis itu dengan berpegang pada teori kuantum cahaya Einstein:
di mana
E = energi cahaya;
h = konstanta Planck;
γ = frekuensi cahaya;
c = kecepatan cahaya dalam pakem; dan
λ = panjang gelombang cahaya.
Dan skema Gambar 2.1 itu dapat ditarik beberapa kesimpulan. Yang pertama
adalah, bahwa ada semacam siklus zat asam (02). Pohon yang “bernapas” melepaskan
ke udara zat asam, sedangkan pada proses pembakaran diperlukan zat asam tersebut.
Kesimpulan kedua adalah, bahwa bersamaan dengan proses itu terdapat siklus lain
yang mempunyai arab yang berlawanan. Pada proses pembakaran batu bara dibebaskan
CO2 sedangkan daun-daun pohon menyerap CO2 itu. Dan kesimpulan ketiga adalah
bahwa dalam proses pertumbuhan pohon, panas matahari diserap oleh daun-daun, untuk
kemudian disimpan sebagai energi ikatan dalam kayu. Bilamana kayu itu dibakar,
langsung sebagai kayu bakar, atau setelah melalui proses terjadinya gambut, lignit atau
batu bara, maka panas matahari yang disimpan dalam kayu irn dibebaskan kembali.
Yang berbeda adalah persoalan waktu energi yang disimpan alam yang memerlukan
waktu beberapa juta tahun, dihabiskan oleh manusia hanya dalam beberapa ratus tahun.
Tabel 2.1. Batas-hatas Klasifikasi Bahan Bakar Padat Menurut World Energy
Council
Jenis Bahan Bakar Padat Kadar Air(%) berat Nilai Panas(k Cal/kg)
Gambut 70 —75 1k 1600
Lignit 35 —40 4.500 — 4.600
Batu Bara Subbituminus 1k 10 5.700 — 6.400
Barn Bara Bituminus 1k 3 1k 8.500
dan Antrasit
Salah satu estimasi terlihat pada Gamban 2.3. Dengan mengasumsikan bahwa
seluruh cadangan dunia akan batu bara berjumlab 4,3 x 1012 ton, dan dengan
menganggap pemakaian batu bara akan berlanjut terus, maka menurut salah satu
perkinaan batu bara akan habis terpakai kira-kira lima ratus tahun lagi. Tampaknya
suatu jangka waktu yang masih lama, namun setelah tahun 2100 jumlah batu bara yang
akan dapat dimanfaatkan akan terus-menerus menurun secara cukup deras.
Gambar 2.4 memperlibatkan dalam bentuk skema beberapa proses utama
konversi batu bara menjadi bahan bakar untuk dipakai. Batu bara yang satu berbeda
sifatnya dengan batu bara yang lain. Oleb karena itu pada pembelian batu bara perlu
diperhatikan spesifikasinya, baik yang mengenai nilai panas, maupun sifat-sifat lain
seperti kadar abu, kadar air, dan kadar pengotoran lain.
Sumber: M.K. Hubbert, “The Energy Resources of the Earth”, in Energy and Power, Freeman & Co,
San Francisco, 1971.
Catatan: Estimasi Cadangan Dunia Batu Bara 4,3 x 1012 ton.
Pembukaan tambang batu bara Bukit Asam dimulai dalam tahun 1919. batu bara
yang dihasilkan terutama terdiri atas jenis-jenis lignit, batu bara dan antrasit. Produksi
dalam tahun 1940 mencapai 847.800 ton dan dalam tahun 1941 sebanyak 863.706 ton.
Beberapa tambang batu bara swasta kecil dibuka sebelum Perang Pasifik di
Kalimantan Timur dan Kalimantan lenggara. Yang terpenting terdapat di lenggarong
dekat Samarinda, di daerah Sungai Kelai dan Berau, serta bagian Utara Pub Laut.
Masing-masing tambang mempunyai produksi yang tidak melebihi 100.000 ton setahun.
Produksi tertinggi batu bara dicapai dalam tahun 1941 dengan jumlah sebesar 2.029 juta
ton.
Tabel 2.5. Pemakaian batu Bara Indonesia Menurut Jenis Konsumen, 1968—1979
Pasaran ekspor batu bara adalah antara lain Bangladesh, Malaysia, Thailand,
Iaiwan, Jepang dan Filipina.
Bagaimana perkiraan hari depan batu bara Indonesia? Embargo minyak yang
dilakukan dalam tahun 1973 dan apa yang dinamakan Kemelut Energi yang kemudian
menyusul kiranya menyadarkan umat manusia, bahwa bukan saja jumlah tersedianya
nunyak bumi terbatas adanya, bahkan energi sebagai keseluruhan pun tidak tanpa batas
adanya di muka bumi ini . Harga minyak yang melonjak dengan tajam telah
menempatkan batu bara sekali lagi dalam suatu posisi yang agak baik untuk dapat
bersaing dalam gelanggang energi, terutama untuk penggunaan-penggunaan tertentu
dalam negeri. Posisi yang baik ini terdapat pula di Indonesia, sehingga memberikan
peluang kepada dunia batu bara unrnk meinpunyai peranan yang Iebih besar dalam
penyediaan energi di tanah air kita.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, Indonesia termasuk salah satu
negara yang memiliki potensi gambut yang besar. Potensi itu dinyatakan dalam luas
lahan, dan untuk Indonesia sumberdaya itu adalah sebesar 16,2 juta ha, sebagaimana
terlihat pada Tabel 2.7. Suinberdaya itu terbanyak didapat di Sumatera dan Kalimantan.
Jika ketebalannya dianggap rata-rata satu meter, maka volumenya adalah sebesar 16,2
juta meter kubik.
Nilai gambut sebagai bahan bakar ditenrnkan oleh kandungan kalor panas yang
dipunyainya, dan kandungan tersebut tergantung pada beberapa faktor seperti jenis asal
pembentukan gambut, tingkat dekomposisi, kandungan abu dan kandungan air.
Belum begitu lama berselang di negara-negara Belanda, Belgia, dan Uni Soviet,
gambut digali dan dimanfaatkan untuk me masak dan memanaskan ruangan
rumahtangga.
Tabel 2.7. Sumberdaya Gambut Indonesia
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 16
Wilayah Total
Sumatera 9,7
Kalimantan 6,3
Wilayah Lain 0,2
Total Indonesia 16,2
Sumber: M. Soepraptohardjo & P.M. Driessen, The Lowland Peat of Indonesia:
A Challenge for the Future. Makalah disampaikan pada Seminar Gambut
& Lahan Podzolic & Potensinya, Lembaga Penelitian Lahan, Bogor, 13-
14 Oktober 1976.
Hal ini kini tidak dilakukan lagi. Akan tetapi Irlandia dan Finlandia memanfaatkan
gambut sebagai bahan bakar unrnk pembangkitan tenaga listrik.
Di Indonesia gambut selama ini merupakan masalah pada lahan pertanian.
Tanah bergambut tidak dapat ditanami secara optimal karena tingkat keasamannya
tinggi. Sebagaimana dialami oleh penduduk Rasau Jaya, di Kalimantan Barat pada
tahun-tahun 1970-an; diperoleh kesukaran memanfaatkan tanahnya yang bergambut
untuk bercocok tanam.
Gambut dapat berperan sebagai sumber energi pada sektor rumahtangga dan
industri kecil, atau kegiatan-kegiatan yang biasanya mempergunakan biomassa sebagai
b.ahan bakar. Sebagaimana dilakukan di Irlandia dan Finlandia, gambut dapat juga
dimanfaatkan unrnk pembangkitan tenaga listrik. Hal demikian juga dipertimbangkan
oleh Perusahaan Umum Listrik Negara, yang merencanakan unrnk membuat sebuah
pusat listrik tenaga uap kecil yang mernakai gambut sebagai bahan bakar, bertempat di
Kalimantan Barat. Besar daya-terpasang diperkirakan 4—5 MW.
Umum
Pengumpulan data mengenai cadangan minyak dan atau gas bumi sangat sulit,
baik disebabkan berbeda penggunaan metode eksplorasi, berbeda cara evaluasi data,
maupun kanena berbagai pertimbangan sekuriti dan ekonomi pemilik data tersebut.
Data perkiraan cadangan ini berbeda dari tahun ke tahun, sejalan dengan
perkembangan teknologi dan perkembangan ekonomi. Dalam tahun 1942 misalnya
diperkirakan bahwa cadangan minyak bumi dunia yang dapat dimanfaatkan berjumlah
82 miliar ton. Dalam tahun 1953 perkiraan ini naik menjadi 136 miliar ton. Untuk
tahun 1970 angka ini naik lagi menjadi 246 miliar ton dan perkiraan menurut WEC
yang dibuat dalam tahun 1980 jumlah cadangan dunia yang dapat - dimanfaatkan adalab
sebesar 354 miliar ton.
Dalam tabel 2.8 tercantum angka-angka produksi minyak bumi akumulatif
hingga awal 1979, cadangan terbukti yang dapat dimanfaatkan, serta cadangan mungkin
dan terduga yang dapat dimanfaatkan menurut WEC.
Dari kolom produksi kumulatif hingga awal 1979 pada Tabel 2.8 tampak
bahwa Amerika Utara dan Timur Tengah bersama-sama menghasilkan secara kumulatif
61% dan produksi seluruh dunia. Sedangkan produsen terkecil adalah Timur Jauh,
Pasifik dan Eropa Barat. Dari kolom cadangan terbukti, dan dapat dimanfaatkan, Timur
Tengah menonjol dengan jumlah cadangan sebesar 57%. Pada kolom cadangan
mungkin dan terduga dimanfaatkan, Timur Tengah tidak lagi menempati kedudukan
nomor satu, melainkan nomor dua dengan 24%.
Tabel 2.8. Cadangan dan Produksi Akumulatif minyak Bumi Dunia, Awal 1979
Sumber:M.K. Hubbert, “The Energy Resources of the World”, in Energy & Power. Freeman &
Cc, San Francisco, 1971.
Sumber: J.A. Lane, Outlook for Alternative Energy Sources, Wina, 1975.
Belum
Wilayah Cadangan Total
Ditemukan
Sumatera 6.4 17.4 23.8
kalimantarn 1.4 16.0 17.4
Jawa 2.0 8.7 10.7
Wilayah Lain 0.4 6.3 6.7
Total Indonesia 10.2 48.4 58.6
Sumber: Erwin S., Mutu Batu Bara Indonesia Sebagai Bahan Bakar. Makalah disampaikan pada
“Lokakarya Energi 1988”. Komite Nasional Indonesia, World Energy Conference, 1-2 Agustus
1988.
Tabel 2.12 memperlihatkan produksi minyak bumi Indonesia dan tahun 1985
sampai 1988. tampak bahwa sebeluin Perang Dunia II produksi minyak tidak seberapa
banyak, namun dalam dekade 1970-an produksi minyak meningkat dengan pesat untuk
mencapai titik tertinggi pada tahun 1977, unrnk kemudian secara berangsur-angsur
menurun.
Peranan gas bumi kini kian lama kian besar, balk sebagai bahan bakar untuk
pemakaian energi didalam negeri, maupun sebagai komoditi ekspor dan penghasil
devisa. Hal ini disebabkan terdapatnya gas bumi sebagai sumberdaya yang cukup besar
di Indonesia. Tabel 2.13 memberikan suatu ikhtisar sumberdaya gas bumi di tanah air.
lerlihat bahwa terbanyak gas bumi, baik sebagai cadangan, maupun sebagai sumberdaya
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 30
keseluruhannya, terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Sekalipun dalam jumlah yang
lebih kecil, cadangan gas bumi juga ditemukan di Pulau Jawa.
Tabel 2.12. Produksi minyak Bumi Indonesia Hingga 1988. (Dalam Juta Barel)
Tahun Produksi Naik(%) Tahun Produksi Naik(%) Tahun Produksi Naik(%)
1895 1,1 — 1945 7,6 -91,6 1975 476,9 -5,0
1900 2,2 100,5 1950 48,4 536,8 1976 550,4 15,4
1905 8,0 265,7 1955 86,0 77,6 1977 615,1 11,8
1910 11,0 36,4 1960 150,0 74,5 1978 597,0 -3,1
1915 12,0 10,0 1965 175,4 17,4 1979 580,4 -2,7
1920 17,5 45,5 1970 311,6 77,6 1980 577,0 -0,6
1925 21,4 23,0 1971 325,6 4,5 19.82 488.2 -18,2
1930 41,7 94,8 1972 396,0 21,5 1984 517,0 5,9
1935 47,2 13,0 1973 488,6 23,5 1986 507,2 -1,9
1940 62,0 31,5 1974 501,8 2,7 1988 491,5 -3,1
Sumber: Buku Tahunan Pertambangan Indonesia, Departemen Pertambangan & Energy, Jakarta,
Beberapa Edisi.
Catatan: Produksi Tertinggi terjadi pada tahun 1977.
Cadangan gas bumi terbesar terdapat di Aceh, di mana terdapat sebuah pabrik
elenji Arun, di Kalimantan limur, dengan pabrik elenji Badak, dan di Kepulauan
Natuna, yang belum dieksploatasi. Di samping irn terdapat pula cadangan-cadangan
yang lebih kecil di sekitar Indramayu, Jawa Barat, dan di lepas pantai Pulau Madura.
Juga di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan terdapat cadangan gas bumi dalam jumlah
yang tidak begitu besar. Gas bumi yang dihasilkan oleh lapangan-lapangan lndramayu,
lepas pantai Pulau Madura, dan Sumatera Utara dan Selatan pada umuninya
dipergunakan untuk bahan bakar dan bahan baku pabrilc pupuk, industri petrokimia,
dan pembangkitan tenaga listrik. Gas yang berasal dan lapangan Lndramayu juga
dipergunakan untuk gas kota dan pabrik baja Krakatau Steel.
Tabel 2.13. Sumberdaya Gas Bumi Indonesia. (Satuan: 1012 SKK)
Wilayah Cadangan Belum Ditemukan Total
Sumatera 59.6 11.3 70.9
Kalimantan 17,6 13,1 30,7
Jawa 2,8 7,0 9,8
Wilayah Lain 0,5 3,6 4,1
Total Indonesia 80,5 35,0 115,5
Dari tabel itu dapat pula dilihat bahwa produksi gas bumi secara berangsur-
angsur meningkat, sekalipun tidak dengan jumlah yang besar.
Gas bumi di dalain negeri dipergunakan untuk keperluan industri, rumahtangga,
dan belakangan juga untuk transportasi, walaupun yang terakhir ini inasih dalam
jumlah yang kecil.
di mana:
n : neutron
U : uranium
F1 : fraksi 1
F2 : fraksi 2
E : energi yang dibebaskan
Bilamana inti uranium 235 menyerap sebuah neutron (n), terjadilah suatu
transisi inti yaitu uranium -236 yang memasuki keadaan labil atau keadaan eksitasi
(diberi tanda bintang*), yang kemudian dapat melepaskan energinya dengan beberapa
cara. Tambahan energi yang diperoleh inti U -236 adalah jumlah energi kinetik dan
energi ikatan dari neutron yang diserap.
Untuk inti-inti berat dengan angka massa ganjil seperti U -235 energi eksitasi
yang berkaitan dengan serapan neutron adalah lebih besar daripada ambang (threshold)
atau energi aktivasi untuk pemisahan dua hasil fisi dalam keadaan eksitasi F1* dan F2*
dengan angka atom masing-masing Z1 dan Z2 serta angka massa A1 dan A2. Pada saat
Dengan demikian maka 2,45 ton zat arang adalah setara dengan 1 gram bahan
bakan nuklir untuk menghasilkan jumlah energi yang sama. Angka itu berlaku untuk
zat-zat yang murni. Untuk bahan bakar dalam keadaan yang sebenarnya berlaku angka--
angka praktek yang lebih rendah, yaitu 1 10.000 bagi batu bara dan 1: 7.000 bagi
minyak bumi. Walaupun demikian angka-angka ini masih sangat tinggi, sehingga hal ini
merupakan salah satu kelebihan tenaga nuklir, bahwa banyak energi tersimpan dalam
jumlah berat yang kecil. Dipandang dari sudut angkutan dan penyimpanan hal ini
merupakan suatu keunggulan, sebab memungkinkan untuk melakukan pembangkitan
listrik secara besar-besaran tanpa persoalan angkutan.
Terjadinya reaksi nuklir secara visual terlukis dalam Gambar 4.1.Pada taraf a,
sebuah neutron bebas, yang berjalan secara“biasa” atau “lambat”, bertubrukan dengan
inti uranium U-235. Neutron ini diserap oleh U-235, yang menjelma menjadi U-236,
Bersamaan dengan pemecahan itu, terjadi dua hal; Hal pertama, terjadi radiasi
beberapa jenis sinar, seperti sinar alpha, betha dan gamma. Radiasi ini pada umumnya
berbahaya untuk kesehatan. Hal kedua, ada dua atau tiga neutron terlempar keluar
dengan kecepatan yang besan, yang menimbulkan panas.
Pada asasnya yang terjadi dalam proses pemecahan inti Uranium-235 adalah inti itu
pecah menjadi dna atom lain yang lebih ringan, sedangkan energi pengikat atom semula
dibebaskan. Dan energi yang dibebaskan itu berbentuk energi kinetik dan dua atau tiga
neutron cepat yang dilempar keluar dan radiasi beberapa jenis sinar dan panas.
Oleh karena itu menjadi penting adalah ~bagaimana “menangkap” energi yang
dibebaskan tersebut di atas. Hal ini dilakukan dengan melepaskan neutron-neutron cepat
itu ke dalam suatu zat yang dinamakan “moderator”. Moderator itu mempenlambat
kecepatan neutron-neutron cepat itu. Atau dengan perkataan lain, moderator itu
mengerem kecepatan neutron-neutron itu. Energi kinetik neutron itu diubah oleh
moderator menjadi panas: suhu moderator naik. Bilamana neutron cepat, yang kini
sudah menjadi neutron lambat, bertemu lagi, atau bertubrukan lagi dengan sebuah inti
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 35
uranium235, sebagaimana terlukis pada fase e, maka terulanglah serapan neutron oleh
U-235 yang menjadi U-236, yang kemudian menyebabkan terjadmya lagi proses
pemecahan. Knitikalitas sebagaimana telah disebut di atas tercapai, bilamana reaksi ini
telah mencapai taraf berupa reaksi berantai. Perlu dicatat bahwa dapat terjadi, neutron
lambat itu bertubrukan dengan inti uranium-238. Uranium238 tidak fisil, akan tetapi
akan menyerap neutron itu sehingga terjadi U-239, dan yang kemudian menjeLma
menjadi plutonium
239. Bila dilcatakan U-235 itu fisil, maka U-238 dinamakan fertil atau subur.
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, diperlukan suatu bahan, yang
dinaniakan moderator, untuk menyerap semua energi yang dikembangkan, dan untuk
memperlambat jalannya neutron cepat yang dihasilkan oleh proses pemecahan. Reaktor-
reaktor yang pertama dibuat menggunakan grafit sebagai moderator. Bahanbaban lain
yang dipakai kemudian adalah air biasa (H20) dan air berat (D20).
Bahan yang dipakai sebagai moderator harus memenuhi syarat agar jangan
menyerap terlampau banyak neutron, karena neutron diperlukan untuk bertubrukan
seterusnya supaya reaksi berantai dapat terpelihara. Salah satu karakteristik suatu
material sebag~i moderator disebut “rasio moderator” yang untuk air biasa adalah 60,
untuk grafit sekitar 220 dan untuk air berat 1700. Lebih tinggi rasio moderator, lebih
baik sifat-sifatnya.
PLTN Francis
Chornobyl
Bahan Bakar Nuklir
Sebagaimana telah dijelaskan, untuk penggunaan dalam reaktor air biasa, bahan
bakar uranium masih perlu diperkaya, ditingkatkan kadar uranium sampai meneapai
taraf antara 2 dan 3%. Ada beberapa proses pengkayaan uranium yang dikenal pada
masa mi. Proses-proses itu umumnya dilandaskan pada fakta, bahwa uranium dengan
angka atom yang tinggi, merupakan salah satu unsur terberat yang dikenal. Pada proses
difusi, yang kini dipakai secara besan-besaran di USA dan USSR, pada asasnya atom-
atom “disaring” sehingga unsur-unsur yang mempunyai perbedaan berat terpisah.
Hal ini juga terjadi pada sistem nozzle yang dikembangkan oleh Jerman Barat
dan sistem sentrifugal yang dikembangkan di negeri Belanda. Prancis pada saat ini
sedang mengembangkan suatu proses keempat, yang berlandaskan suatu reaksi kimia.
Untuk dapat memperkaya bahan bakar uranium, bentuknya yang seperti roti atau
kue, harus diubah menjadi berupa gas. Salah satu jenis gas yang memenuhi syarat,
adalah gas UF6. Karenanya, sebelum diperkaya, U308 perlu dikonversi menjadi UF6.
Setelab diperkaya, bahan bakar nuklir ini perlu diberi bentuk yang cocok untuk dipakai
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 38
dalam reaktor nuklir, yaitu berbentuk tablet atau pelet. Oleh karena itu gas UF6 diubah
menjadi U02’yang berbentuk bubuk atau powder, dan yang kemudian dicetak dalam
bentuk tablet atau pelet, yang diisikan dalam elemen-elemen bahan bakan nuklir, berupa
tabung-tabung. Bahan bakar nuklir kini telah siap untuk dipakai dalam pusat listrik
tenaga nuklir. Sekedar untuk mendapatkan gambaran, sebuah PLTN dengan daya terpa-
sang 600 MW PWR akan memerlukan bahan bakar U02 sebanyak 30 ton setahun, yang
berasal dad 130.000 ton bahan penambangan (uranium ore) dengan kemurnian 0,1%.
Bahan bakan yang telah dipakai didinginkan dulu, selama beberapa waktu, dalam
sebuah kolam pendingin, dan kemudian diangkut ke pabrik proses ulang. Pabrik proses
ulang menghasilkan tiga produk. Pertama adalab uranium yang masih dapat diman-
faatkan biasanya dalam bentuk UNH yang masih perlu diubah menjadi UF6, agar
kemudian dapat dibawa ke pabrik pengkayaan. Hasil kedua adalah plutonium, yang juga
dapat dimanfaatkan, dan “produk” ketiga adalah bahan buangan yang harus “dibuang”.
Kanena bahan buangan nuklir ini masih sangat radioaktif, dan masih sangat berbahaya,
penyimpanannya dilakukan dengan menanamnya dalam tanah, yang mempunyai sifat
dapat bertindak sebagai perisai lagi pula tidak mengandung air tanah. Salah satu tempat
yang dipakai untuk keperluan ini di Jerman Barat adalah suatu tambang garam yang
tidak dipakai lagi terletak di kota kecil Assen, sebelah timur Hannover, berdekatan
dengan perbatasan Jerman Timur. Bekas tambang ini diperkirakan cukup untuk 25
tahun, kira-kira sampai tahun 2000. Sedang dipersiapkan suatu tempat lain yang serupa
untuk menyimpan bahan bakar nuklir buangan pada taraf selanjutnya. Diakui, bahwa
cara penyimpanan ini, walaupun sudah dianggap baik, masih bersifat sementara.
Diperkirakan, bahwa di waktu yang akan datang, bahan buangan liii akan dimasukkan
dalam suatu kapsul, yang kemudian “ditembakkan” ke dalam ruang angkasa. Secara
ideal adalah, bilamana bahan buangan itu dapat didaratkan di matahari, akan tetapi hal
liii dipandang terlampau mahal. Atau diorbitkan di ruang angkasa yang cukup jauh dan
bumi, mengelilingi sebuah planet lain. Kiranya masalah bahan buangan ini masib
merupakan persoalan. Gambar 4.3 memperlihatkan apa yang dinamakan Sildus Bahan
Hakar Nuklir (Nuclear Fuel Cycle), mulai dan penambangan, pemanfaatan, sampai
dengan penyimpanan akhir.
Pasaran pengkayaan juga masih merupakan persoalan yang cukup berat. Secara
praktis, di waktu lalu USA memegang monopoli dalam jasa-jasa pengkayaan. Beberapa
tahun kemudian, USSR menyusul dan dalam waktu dekat, beberapa negara lain
Catatan: Sebuah PLTN 600 MW jenis PWR akan memerlukan bahan bakar U02 sebanyak 30 ton
pertahun, yang berasal dan baha~’ penambangan sebanyak 130.000 ton uranium (uranium ore)
dengan kemurnian 0,1%
Kemampuan pabrik-pabrik untuk proses ulang bahan bakar yang telah dipakai,
juga masih jauh daripada mencukupi. Walaupun berbagai pabrik untuk proses ulang ini
telah dibangun: di Perancis (La Hague) dengan kemampuan 800 ton setabun, di Inggrins
(Windscale) dengan kemampuan 1200 ton setahun, dan di Jerman (Kewa) dengan
kemampuan 1500 ton setahun, namun jumlah bahan bakar terpakai yang setiap tahun
memerlukan reprosesing, jauh melampaui kapasitas pabrik yang ada.
Tiap PLTN harus mempunyai suatu rencana pengungsian. Bilamana terjadi
sesuatu hal yang tidak diinginkan, misalnya terjadi sesuatu bencana nuklir yang dapat
membahayakan penduduk Sekitamya, maka sudah harus tersedia suatu rencana
pengungsian, yang mempakan pola bagi pemerintah daerah untuk mengambil tindakan-
tindakan. Pula harus tersedia, suatu unit, suatu task force, lengkap dengan peralatan,
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 40
untuk setelah terjadinya rencana itu, datang memberi bantuan untuk mengurangi atau
men~batasi bahaya-bahaya yang terjadi karena bencana nuklir itu.
Di Jerman Barat hal ini dilakukan dengan membentuk suatu Tim Penolong, yang
dipusatkan pada Pusat Penelitian Nuklir di Karlsruhe secara tetap. Tim di Karlsruhe itu,
yang terdiri atas regu-regu terlatih baik lengkap dengan peralatan, diperuntukkan
membantu seluruh Jerman Barat.
Bersamaan dengan penggunaan PLTN, perlu dibuat juga rencana penutupan atau
pengakhirannya - kelak. Hal ini diperlukan bukan saja karena sebuah PLTN merupakan
bangunan yang besar dengan dinding-dinding yang sangat tebal akan tetapi terutama
karena di dalam PLTN itu terdapat banyak bagian-bagian dan alat-alat yang juga pada
akhir masa pemakaiannya masih mengandung kegiatan-kegiatan radioaktif yang besar.
Di antara sebabsebab pengakhiran pemakaian PLTN dapat disebut:
• Telah mencapai akhir pemakaian secara teknis, ataupun secara ekonomis;
• Telah mencapai akhir pemakaian secara fungsional misalnya untuk reaktor-reaktor
percobaan atau prototipe;
• Terjadinya suatu kerusakan yang besar, yang akan memerlukan biaya yang
terlampau tinggi untuk perbaikan.
Pengalaman hingga kini masih terbatas pada pengakhiran beberapa PLTN ukuran
kecil saja, dengan masa pemakaian yang agak singkat. Pada pengakhiran pemakaian,
perlu dicatat sisa radio aktivitas yang ada (inventory).
Cara-cara pengakhiran pemakaian suatu PLTN terdiri atas:
• Penutupan secara aman. Bagian-bagian radioaktif yang ditaruh dalam mangan-
ruangan tertentu dalam bangunan PLTN, kemudian ditutup darn dijaga.
• Pembongkaran sebagian beserta penutupan secara aman dan bagian-bagian yang
tidak dibongkar.
• Pembongkaran secara keseluruhan. Dalam hal ini bagian-bagian yang mengandung
bahan bakar radioaktif disimpan di tempat lain yang aman.
Perkembangan PLTN
Dalam tahun 1955 di seluruh dunia hanya terdapat dua buah PLTN dengan daya
terpasang total 7,8 MWe, di dna negara. Sepuluh tahun kemudian, dalam tahun 1965,
jumlah ini menjadi 66 buah PLTN dengan daya terpasang keseluruhan 7.000 MWe, di 9
negara. Dalam tahun 1980, lima belas tahun berikutnya, jumlah ini menjadi 249 PLTN,
Umum
Menurut salah satu teori, pada prinsipnya bumi merupakan pecahan yang
terlempar dari matahari. Karenanya, bumi hingga kini masih mempunyai suatu inti
panas sekali yang meleleh. Kegiatan gunung-gunung berapi di banyak tempat di
permukaan bumi dipandang sebagai bukti dari teori ini. Magma, yang menyebabkan
letusan-letusan vulkanik juga menghasilkan sumber-sumben uap dan air panas pada
permukaan bumi.
Pada asasnya bumi terdiri atas tiga bagian sebagaimana terlihat pada Gambar
4.7. Bagian paling luar adalah lapisan kulit. Tebalnya adalah rata-rata 30 sampai 40 km
atau lebih di daratan, dan di laut antara 7 dan 10 km. Bagian berikutnya dinamakan
mantel, yang terdiri atas batu yang dalamnya mencapai kira-kira 3000 km, dan yang
berbatasan dengan inti bumi yang panas sekali. Inti ini terdiri atas inti cair, atau inti
meleleh, yang mencapai 2000 km lagi kemudian paling tengah berupa inti keras yang
mempunyai garis tengah sekitar 2600 km. Panas inti mencapai 50000C lebih.
Diperkirakan ada dua sebab mengapa inti bumi itu berada dalam keadaan panas.
Gambar 4.7. Isi Bumi Terdiri Atas, Inti, Mantel dan Lapisan Kulit.
Gambar 4.8. Skema Terjadinya Sumber Air Panas dan Sumber Uap.
Tabel 2.17. Daya Terpasang Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi 1976—1985 dan
Perkiraan Tahun 2000
Negara 1976 (MW)) 1980 (MW 1985 (MW) 2000 (MW)
Amerika Serikat 522 908 3.000 20.000—40.000
Itali 421 455 800 —
Filipina — 443 1.726 4.000
Jepang 68 218 100 48.000
Selandia Barn 192 203 282 352
Meksiko 78,5 218 400 1.500-20.000
Eslandia 2,5 64 150 500
El Savador 60 60 180 180
Urn Soviet 3 5,7 5,7 5,7
Indonesia — 2,3 142,5 600
RRC 1 3 50 200
Turki 0,5 0,5 400 1.000
Nikaragua - - 150 300-400
Kosta Rika - - 100 100
Guatemala — — 100 100
Honduras — — 100 100
Panama — — 60 60
Taiwan - - 50 200
Portugal — — 30 200
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 48
Kenya — — 30 60—90
Spanyol — — 25 200
Argentina — — 20 20
Kanada — — 10 10
Jumlah 1.348,5 2.580,5 7911,2 80.000—100.000
Bahan dari berbagai sumber.
Sejarah panas bumi di Indonesia sudah dimulai pada awal Abad ke-20. Pemboran
percobaan di Kawah Kamojang (Jawa Barat) dan Dataran Tinggi Dieng (Jawa Tengah)
dalam tahun 1928 membuktikan bahwa terdapat uap panas bumi. Tampaknya terdapat
suatu jalur api (fire-belt) yang mulai dan Aceh di ujung Barat Laut Sumatera berjalan
melalui Jawa, Bali dan Sulawesi hingga Halmahera di bagian Timur Nusantara. Jalur
itu, yang mempunyai lebar anatana 50-200 km sepanjang 7.000-7.500 km menjadi
tempat kedudukan gunung-gunung berapi yang aktif sejak beberapa juta tahun yang
lalu. Pada waktu ini, sebagian yang cukup besar gunung-gunung api itu masih berada
dalam keadaan aktif. Peta potensi panas bumi Indonesia dapat dilihat pada gambar
?????
Untuk mengembangkan potensi tenaga panas bumi, khususnya untuk
pembangkitan tenaga listrik, mulai tahun 1980 telah diundang ealon-ealon investor luar
negeni untuk mengadakan perundingan bagi penanaman modal. Diperkirakan bahwa
pada akhir Abad ke-20, kira-kira sebanyak 600 MW tenaga panas bumi dapat
dikembangkan untuk pembangkitan tenaga listnik.
Umum
Pemanasan Langsung
Sistem KSTE besar yang pertama dibuat adalah dalam tahun 1920, dengan
kapasitas 45 kW, di Meadi, Mesir. Tungku surya yang dibangun di Odeillo, Perancis,
mempunyai sebuah instalasi 1000 kW, termal. Di Amerika Serikat sedang
dikembangkan suatu program KSTE untuk membuat sebuah unit 5 MW-termal di New
Meksiko, sebuah unit 10 MW Listnik di Barstow, California, bahkan diharapkan dalam
pertengahan tahun 1992-an dapat dibuat sebuah unit 100 MW listnik.
Dua buah perusahaan swasta, yaitu Ansaldo di Italia dan MBB di Republik
Federal Jerman bekerja sama untuk membuat instalasi KSTE berlandaskan desain dan
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 51
Profesor Francia, dengan unit-unit hingga 1 MW listrik, untuk dijual secara komersial.
Diperkirakan, bahwa sebuah unit KSTE 100 MW listrik akan mempunyai 12.500 buah
heliostat, dengan permukaan refleksi masing-masing seluas 40 m2, sebuah menara
penerima setinggi 250 m, yang memikul sebuah penyerap untuk membuat uap bagi
sebuah turbin selama enam hingga delapan jam sehari. Desain-desain PLTS (Pusat
Listrik Tenaga Surya) ini dilengkapi dengan sebuah boiler biasa agar sentral listrik
bekerja siang dan malam. Harganya diperkirakan antara US$ 2000,- hingga US$ 5000,-
per kW listrik.
Gambar 4.12. Kristal Silikon Dimasukkan Satu Atom Arsenikum (As) dan KeIebiban
Satu Elcktron.
Kedua, bila baik elektron maupun lubang akan memiliki peran serta kurang lebih
sama dalam sifat daya hantan materi silikon, hantarannya akan praktis seluruhnya
dilakukan oleh gerakan dan elektron dalam kristal yang mengandung donor. Muatan
yang p0-sitif terikat tempat dalam stmktur kristal. Karena elektron memiliki muatan
negatif, knistal demikian dinamakan tipe-N, yaitu n dan negatif.
Dengan sendirinya akan terjadi suatu efek serupa bila pengotorah dilakukan dengan
bahan yang memiliki valensi tiga seperti boron dan galium. Dalam keadaan demikian
tiap pengotoran “menerima” satu elektron dan ikatan valensi yang mengakibatkan
terdapatnya satu lubang yang berperan serta dalam proses konduksi, -dan satu ion
pengotoran dengan muatan negatif yang tidak bergerak. Kanena lubang inempunyai
muatan positif knistal yang mempunyai akseptor dinamakan tipe-P, yaitu p dan positif.
Karena pengotoran relatif menyangkut jumlali-jumlah yang kecil sekali, adalah
mungkin untuk sebuah knistal tunggal silikon merupakan tipe-P pada satu ujung dan
tipe-N pada ujung yang lain. Knistal demikian dinamakan sambungan P-N dan terlihat
pada Gambar 4.13(a).
Misalkan sambungan P-N itu terkena radiasi matahani. Telah diketahui bahwa tiap
foton radiasi yang memiliki energi yang melebihi 1,1 eV dapat menghasilkan satu
2.2.3. Biomassa
Umum
Fermentasi alkoholik merupakan suatu proses yang lama dikenal dan banyak
dipakai. Etil alkohol atau etanol muda dibuat dan berbagai hasil pertanian yang
mengandung gula. Ragi mengubah gula-gula heksose menjadi etanol dan dioksida
karbon sesuai rumus di bawah mi:
Proses Pirolisa
Gambar 6.2 mempenlihatkan suatu skema dan proses pirolisa yang mempergunakan
limbah kota sebagai bahan baku. Limbah kota dimasukkan di tempat A dan dipotong
hingga mencapai ukuran keeil. Kemudian bahan baku dibawa ke tempat B untuk
dikeningkan. Di tempat C dilakukan pernisahan: semua bahan organik sepenti
potongan-potongan logam dan gelas disisihkan sedangkan matenal lainnya yang
menupakan bahan organik dibawa ke tempat D untuk digiling halus. Bejana E
merupakan reaktor pirolisa. Di tempat F basil-basil pirolisa berupa gas, minyak dan
arang dipisahkan. Jika suhu dalam reaktor dinaikkan komponen gas akan menjadi lebih
besar.
Penggasan merupakan suatu proses di mona dengan bantuan bahang (heat) bahan
bakar padat diuraikan untuk menghasilkan suatu bahan bakar gas. Di antara bahan bakar
padat yang dapat digaskan dapat berupa kayu, arang kayu, batu bana dan berbagai jenis
bahan organik kening. Pembuatan biogas benbeda kanena mempengunakan bahan baku
onganik “basah” serta memanfaatkan pnoses biologis. Pninsip penggasan adalah cukup
sederhana. Sebuah alat penggas terdini atas suatu wadah yang diisi dengan bahan bakar
dad sisi atas sebagaimana tenlihat pada Gamban 6.3. Bahan baku akan tenletak di atas
kisi.
Udara dalam jumlah tertentu dimasukkan dan sisi bawah. Udana akan nailc ke atas
melalui kisi dan bahan baku. Pengendalian udara dilakukan sedemikian rupa sehingga
pembakaran terbatas pada bagian bawah saja. yaitu pada zona A. Pembakaran mi
mengakibatkan terjadinya sejumlah bahang yang menyebabkan bahan baku selebihnya
mengunai secara kimiawi dan terjadinya penggasan.
Oleh karena itu pnoses mi sening juga dinamakan penggasan dengan pembakaran
parsial.
Gas yang tesjadi akan naik dan dikeluarkan dad sebelah sam-ping atas. Pada saat
meninggalkan reaktor gas memiliki suhu antara 100 dan 2000C.
Alat penggas jenis mi sangat sederhana. Kekurangannya adalah bahwa gas yang
dihasilkannya sangat kotor kecuali jika dipakai bahan baku yang bebas ten. Ten dan
hasil-hasil pirolisa lainnya tidak diuraikan dalam wilayah pembakaran, melainkan
dibawa ke atas dan barn akan mengendap bila suhu gas menurun. Hal mi tidak akan
tenjadi bilamana arang kayu dipakai sebagai bahan baku. Untuk meningkatkan mutu
termal dad gas yang dihasilkan reaktor didinginkan dengan air pada wilayah
pembakaran A.
Adalah penting bahwa kisi yang memikul wilayah pembakaran A memiliki bentuk
yang tepat Kisi mi hams memungkinkan abu jamb ke bawali tanpa kehilangan bahan
baku. Selanjutnya dapat disebut bahwa di atas wilayah pembakaran A terdapat zona re-
duksi B, zona pirolisa C dan zona pengeningan D.
Pada asasnya dapat dikemukakan adanya tiga faktor utama dalarn penentuan
pemanfaatan suatu potensi sumber tenaga air bagi pembangkitan tenaga listnik.
a. Jurnlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dani jatuh hujan dan atau salju.
b. Tinggi terjun yang dapat dirnanfaatkan, hal mana tergantung dan topografi daerah
tersebut; dan
c. Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusatpusat beban atau
jaringan transmisi.
Gambar 3.2 rnemperlihatkan lengkung tinggi sebuah sungai, sebagai fungsi
daripada jarak terhadap sumber atau awal sungai itu. Pada awal sungai, di jarak nol,
tinggi sungai adalah H. Lengkung (a) mempenlihatkan fungsi tersebut dan sebuah
sungai yang “ideal,” yang menuruni lereng sebuah gunung rnenurun secara teratur.
Dalam kenyataannya tidaklah dernikian adanya. Biasanya lebih rnendekati bentuk
menurut lengkung (b), yaitu bentuk sebuah sungai “biasa,” yang pada titik C
mempunyai sebuah air terjun, dan pada titik D sebuah danau. Sungai akhirnya bermuara
di laut.
Sebagairnana diketahui dari ilrnu fisika, setiap benda, yang berada di atas
perrnukaan bumi, mernpunyai energi potensial, yang berbentuk rurnus benikut:
E = m.g.H
atau
Indonesia termasuk negana yang. memiliki surnberdaya tenaga air yang cukup> Peta
potensi air indonesia dapat dilahat pada gambar ????
Gambar 3.7. Terjadinya Pasang & Surut Air Laut Karena Gaya Tank Gravitasi.
Dengan demikian, rnaka gaya tank gravitasi akan terbesar, bilamana baik
matahani maupun bulan ada pada sisi yang sama terhadap burni. Di lain pihak, bilaniana
bulan dan matahari berada pada sisi yang berlainan, pengaruh gaya tank gravitasi
kurang lebih akan saTing menghapuskan.
Pemanfaatan energi potensial yang terkandung dalam perbedaan pasang dan
surut lautan antara lain dapat dilakukan demikian; misalkan suatu teluk yang agak
cekung dan dalam. Teluk ini “ditutup” dengan sebuah bendungan sehingga terbentuk
suatu waduk. Pada waktu laut pasang, maka permukaan air laut tinggi, mendekati ujung
Gambar 3.9. Siklus Kerja Pusat Listnik Tenaga Air Pasang Surut.
Dalani hal liii diasumsikan bahwa pengisian atau pengosongan waduk dilakukan pada
pergantian pasang dan sumt, untuk mendapatkan penyederbanaan minus.
Dengan deniikian maka energi yang dibangkitkan per sildus berjumlah:
Menurut pengamatan Hulls, deretan ombak yang terdapat di sekitar pantai Selandia
Baru, yang mempunyai tinggi rata-rata 1 meter (H), dan periode 9 detik (T, jarak waktu
antara dua ombak), mempunyai daya sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak.
Sedangkan deretan ombak serupa dengan tinggi 2 meter mempunyai daya 17 kW per
meter dan yang dengan tinggi 3 meter daya sebesar 39 kW per meter panjang ombak.
Sedangkan ombak dengan ketinggian 10 meter dan periode 12 detik mempunyai daya
600 kW per meter.
Sir Christopher Cockerell5 mendisain sebuah rakit, yang terdiri atas tiga ponton.
Gambar 3.10 memperlihatkan gagasan ini secara skematis. Ponton-ponton A, B dan C
sating bersambung melalui suatu engsel. Bilamana rakit ini diletakkan di atas air, maka
disebabkan ombak air, ketiga ponton itu akan bergerak seputar suinbu engsel.
Melalui suatu sistem transmisi, secara hidrolik atau melalui roda-roda gigi,
gerakan-gerakan seputar engsel itu dapat menjalankan suatu generator yang
membangkitkan tenaga listrik. Menurut perhitungan yang dibuat para ahli, suatu deretan
rakit Sepanjang 1.000 kin, akan dapat membangkitkan tenaga listrik yang setaraf
dengan 25.000 MW. Atau rata-rata 25 MW per km rakit.Dengan sendirinya juga
Suatu disain lain, buah pikiran dua orang Amerika, berlandaskan pengalaman
para pelaut, bahwa bila ada sebuah pulau kecil di tengah laut, maka merupakan
kenyataan, bahwa ombak-ombak itu, bila mendekati pulau tersebut, akan memutar
mengeliingi pulau itu. Dalam disain itu Wirt dan Morrow membuat suatu atol
bendungan (dam-atol) berupa sebuah bangunan bawah air berbentuk kubah, bergaris
tengah lebili kurang 80 meter, yang dapat dimanfaatkan efek sebuah atol.
Gelombang laut akan memecah di atas kubah itu, membentuk spiral alaniiah,
dan mendorong serta menggerakkan suatu deretan daun sudu baling-baling di tengah
bangunan itu, yang pada gilirannya menjalankan sebuah generator. Menurut
perhitungan, se buah atol bendungan demikian akan dapat menghasilkan antara sam dan
dua MW listrik
Dalam lautan terdapat pula arus-arus yang kuat, dengan air laut yang berpindah
sampai sejauh sam atau dua ribu kilometer, dengan kecepatan dan pada ketinggian yang
berbeda-bèda. Dapat terjadi bahwa pada permukaan laut, air mengalir dengan
kecepatan1-2 km sejam, sedangkan seratus meter di bawahnya air mengalir dengan
kecepatan 3-4 km dengan arah yang berlainan. Gaya-gaya ini dapat dimanfaatkan untuk
membangkitkan tenaga listrik dengan mempergunakan roda-roda air yang besar, baik
pada permukaan laut, maupun di bawahnya.
Gagasan ini secara kecil-kecilan dilaksanakan oleh dua pemuda Indonesia, yang
membuat sebuah roda air yang terapung pada dua buah ponton. Ponton itu diapungkan
di tengah sungai dan diikat dengan seutas tali. Percobaan yang dilakukan di Bengawan
Solo itu menghasilkan 400 watt tenaga listrik.
Lautan, yang meliputi dua per tiga luas permukaan bumi, menerima panas yang
berasal dari penyinaran matahari. Selain daripada itu, air lautan juga menerima panas
yang berasal dan panas bumi yaitu magma, yang tertetak di bawah dasar laut. Energi
termal ini dapat dimanfaatkan dengan mengkonversinya menjadi energi listrik dengan
suatu teknologi yang disebut Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), atau
Konversi Energi Panas Laut (KEPL) bila dipakai istilah Indonesia.
Suatu jumlah energi yang besar yang diserap oleh lautan dalam bentuk panas yang
berasal dari penyinaran matahani dan yang berasal dari magma yang tertetak di bawah
dasar laut. Suhu permukaan air laut di sekitar ganis khatulistiwa berkisar antara 25
sanipai 30’C. Di bawah permukaan air, suhu ini menurun dan mencapai 5 sampai 7’C
sepanjang tahun pada kedataman tebih kurang 500 meter.
Selisih suhu ini dapat dimanfaatkan untuk menjalankan mesin penggerak berdasar
prinsip termodinarnilca, dan dengan mempergunakan suatu zat kerja yang mempunyai
titik mendidih yang rendah; pada dasarnya mesin penggerak ini dapat digunakan untuk
pembangkitan listrik. Gas Fron R-22 (CHCLF2), Amonia (NH3) dan gas Propan (C3H6)
mempunyai titik mendidih yang sangat rendah, yaitu antara -30 sampai -500C pada
tekanan atmosferik, dan +300C pada tekanan antara 10 dan 12,5 kg/cm2. Gas-gas inilah
yang prospektif untuk digunakan zat kerja pada konversi panas laut.
Dalam Gambar 3.11 terlihat skema prinnsip konversi energi panas laut menjadi
energi listrik. Air hangat, dengan suhu antara 25 dan 300C dibawa ke evaporator. Bahan
zat kerja, misalnya Fron R-22, yang berada dalam bentuk cain, dipanaskan oteh air
hangat ini, mendidih, dan kemudian menguap menjadi gas dengan tekanan sekitar 12
kg/cm2. Gas dengan tekanan ini dibawa ke turbin, yang menggerakkan sebuah
Dengan dernikian terdapat suatu siklus dan medium, dalam hal ini Fron R-22, dari
keadaan cair menjadi gas, kembali menjadi cair, dan seterusnya.
Gambar 3.12(a) mempertihatkan skema suatu pusat listnik KEPL yang terletak di
danat, yaitu di tepi pantai. Tampak menonjot pipa pengambil air dingin, yang
merupakan komponen yang penting. Dari Gambar tersebut juga dapat disimpulkan,
bahwa gradien turun pantai harus curam. Bila tidak, maka pipa menjadi terlampau
panjang, untuk dapat mencapai kedalaman 600 meter. dalam hal demikian, maka
kemungkinan lain, adalah pusat tistnik KEPL terapung, sebagaimana tenlukis pada
Gambar 3.12(b), yang akan memertukan kabel laut untuk penyaluran energi tistnik.
Gagasan untuk memanfaatkan panas lautan bukan suatu ide baru. Menurut titeratur,
Georges Claude, seorang Prancis merupakan orang yang pertama kali mengadakan
penetitian datam bidang in’.
Umum
Energi angin telah lama dikenal dan dimanfaatkan manusia. Perahu-perahu layar
menggunakan energi ini untuk melewati perairan sudah lama sekali. Pasukan-pasukan
Viking yang sangat ditakuti sekian ratus tahun yang lalu mempergunakan kapal-kapal
layar keel untuk menelusuri pantai-pantai Eropa dan Skandinavia. Christopher
Columbus masih mernaka kapal layar besar di Abad ke-15 untuk menemukan Benua
AmerIca.
Ditemukan kincir angin telah digunakan untuk menggiling tepung di Persia pada
Abad ke-7. Sungguhpun bentuk kincir-kincir angin ini berlaman dengan kineir-kincir
angin Eropa, kincir-kincir angm Persia itu merupakan asal-muasal kipas angin Eropa.
Kincir angin di Negeri Belanda yang dipakai untuk menggerakkan pompa irigasi dan
untuk menggiling tepung hingga kini masih tersohor, walaupun pada saat liii hanya
berfungsi sebagai objek paniwisata. Akan tetapi, dalam rangka mencani bentuk-bentuk
sumber energi yang bersih dan terbarukan kembali energi angin mendapat perhatian
yang besar.
Sebagaimana diketahui, pada asasnya angin terjadi karena ada perbedaan suhu
antara udara panas dan udara dingin. Di daerah khatulistiwa yang panas, udaranya
menjadi panas, mengembang dan menjadi ringan, naik ke atas dan bergerak ke daerah
yang lebih dingin niisalnya daerah kutub. Sebaliknya di daerah kutub yang dingin,
udaranya menjadi dingin dan turun ke bawah. Dengan demilcian terjadi suatu
perputaran udara, berupa perpindahan udara dan Kutub Utara ke Ganis Khatulistiwa
menyusuri permukaan bumi, dan sebaliknya, suatu perpindahan udara dan Ganis Kha-
tulistiwa kembali ke Kutub Utara, melalui lapisan udara yang lebih tinggi. Perpindahan
udara seperti ini dilcenal sebagai angin pasat.
Gambar 5.1 mencoba melukiskan terjadinya angin pasat ini secara skematilc.
Dengan sendirinya hal yang serupa terjadi pula antara wilayah Khatulistiwa dan Kutub
Selatan. Selain angin pasat terdapat pula angin-angin lain, misalnya angin musim (angin
mousson), angin pantai dan angin lokal lainnya. Prinsipnya adalah bahwa angin terjadi
karena adanya perbedaan suhu udara di beberapa tempat di muka bumi.
RUMUS
Sebagaimana diketahui menurut fisika klasik energi kinetik dan sebuah benda
dengan massa m dan kecepatan v adalah E = 0,5 mv2, dengan ketentuan, kecepatan v
tidak mendekati kecepatan cahaya. Rumus itu berlaku juga untuk angin, yang
merupakan udara yang bergerak.
Sehingga E = 0,5 m.v2
dengan E = Energi (joule);
m = massa udara (kg);
v = kecepatan angin (mldetik).
Bilamana suatu “blok” udara, yang mempunyai penampang A m2, dan bergerak dengan
kecepatan v m/detik, maka jumlah massa, yang melewati sesuatu tempat adalah:
m = A.v.q (kg/det)
dengan A = penampang (m2)
v = kecepatan (m/det);
q = kepadatan udara (kg/rn3);
Dengan demikian maka energi yang dapat dihasilkan per satuan waktu adalah:
P = E per satuan waktu
= 0,5 q.A.V3 per satuan waktu
Untuk bentuk kincir menurut Gambar 5.2, besar gaya-gaya itu dapat
dihitung dengan rumus-rumus empiris sebagai berikut:
a = 0,00142 v 2 R 2 dalam kg
RP
s = 367 dalam kg, dan
v1v
W v2v2
t = 0.00219 dalam kg m
R1
BEBERAPA DATA
Tabel kecepatan angin di beberapa kota di Indonesia (km/jam)