Anda di halaman 1dari 10

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang

Perairan danau merupakan ekosistem perairan air tawar yang ada di muka bumi. Di dalam ekosistem perairan danau dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik yang yang saling berhubungan. Faktor abiotik pasti akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme di dalamnya. Organisme di dalam perairan ada yang berperan sebagai penghasil atau produsen utama oksigen. Organism produsen tersebut adalah plankton. Komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis dari terbentuknya suatu rantai makanan, oleh sebab itu plankton memegang peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem danau. Kehidupan organisme seprti plankton di habitat danau, kehidupannya tidak akan lepas dari pengaruh faktor lingkungan yang menunjang kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu dilakukan pengukuran faktor fisik dan kimiawi di perairan danau tempat mereka hidup agar dapat mengetahui korelasi antara faktor lingkungan terhadap populasi plankton. Selain itu dalam penelitian ini akan diketahui juga jenis-jenis, jumlah plankton, dan keanekaragaman plankton di perairan tersebut sesuai dengan kondisi lingkungan yang menunjang kehidupannya. 2. Tujuan Penelitian Mempelajari teknik pengambilan data faktor fisik, kimia, biologik suatu perairan dan profil tepi. Menghitung dan mengidentifikasi plankton Mempelajari indeks diversitas plankton Mempelajari korelasi faktor lingkungan dengan populasi plankton.

1. 2. 3. 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Perairan Danau Perairan danau merupakan salah suatu bentuk ekosistem air tawar yang ada di permukaan bumi. Di dalam ekosistem danau terdapat faktor-faktor abiotik dan biotik yang membentuk suatu hubungan timbal balik atau interaksi satu sama lain. Secara fisik danau merupakan suatu tempat yang luas yang mempunyai air yang tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu (Jorgensen,1989 dalam Sitorus, 2009).Danau adalah suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang tahun dan mempunyai mutu air tertentu yang beragam dari satu danau ke danau yang lain serta mempunyai produktivitas biologi yang tinggi. Kehidupan ekosistem perairan memiliki kondisi atau keadaan dalam perairan yang dapat menentukan kualitas perairan tersebut dan mempengaruhi aktivitas organisme terutama plankon. Kondisi tersebut merupakan faktor fisik

dan kimia perairan. Beberapa faktor fisik yang terlibat, yakni sifat substrat, baik padat, batu batu, kerikil, lumpur pasir, atau gambut adalah aspek umum dari flora ditentukan untuk sebagian besar oleh faktor ini ; suhu dapat mempengaruhi distribusi biogeografi, dan untuk setiap lokalitas tertentu, tetapi mungkin ada perubahan musiman dalam temperatur yang dapat mempengaruhi komposisi flora (ada atau tidak adanya faktor lagi) penerangan melibatkan variasi musiman pada intensitas cahaya, variasi diurnal dalam kaitannya dengan saat air tinggi; dan intensitas cahaya aktual dan spektrum pada kedalaman yang berbeda. (Chapman, 1962). 2.2 Plankton Plankton adalah organisme baik tumbuhan maupun hewan yang umumnya berukuran relatif kecil (mikro), hidup melayang-layang di air, tidak mempunyai daya gerak/kalaupun ada daya gerak relatif lemah sehingga distribusinya sangat dipengaruhi oleh daya gerak air, sepeti arus dan lainnya (Nybakken, 1992). Plankton terbagi dua jenis yakni plankton tumbuhan (fitoplankton) dan plankton hewan(zooplankton). Plankton diaplikasikan untuk seluruh hewan dan tumbuhan yang hidup secara bebas di air karena keterbatasan pergerakannya atau secara pasif melawan arus perairan karena memiliki flagel (Heddy & Kurniati, 1996, dalam Yazwar,2008). 1. Jenis Plankton Berdasarkan jenisnya, plankton dapat dibagi dua, yaitu : 1. Zooplankton Zooplankton merupakan suatu kelompok yang terdiri dari berjenis jenis hewan yang sangat banyak macamnya termasuk protozoa, coelenterata, moluska, annelids, crustacea. Kelompok ini mewakili hampir seluruh phylum yang terdapat di Animal Kingdom. Beberapa dari organisme ini ada yang bersifat sebagai plankton untuk seluruh massa hidupnya, tetapi ada juga hewan yang bersifat sebagai plankton hanya untuk sebagian dari masa hidupnya. Zooplankton tidak dapat memproduksi zat - zat organik dari zat zat anorganik, oleh karena itu mereka harus mendapat tambahan bahan - bahan organik dari makanannya. Hal ini dapatdiperoleh mereka baik secara langsung maupun tidak langsung dari tumbuh tumbuhan. Zooplanktonyang bersifat herbivora akan memakan fitoplankton secara langsung; sedangkan golongan karnivora memanfaatkan mereka dengan cara tidak langsung dengan memakan golongan herbivora atau karnivora yang lain ( Hutabarat, 1985). b. Phytoplankton Phytoplankton merupakan tumbuh - tumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari seiumlah besar kelas yang berbeda. Mereka mempunyai peranan yang sama pentingnya baik di sistem pelagik maupun seperti yang diperankan oleh tumbuh - tumbuhan hijau yang lebih tinggi tingkatnya diekosistem daratan; mereka adalah produsen utama ( primary producer ) zat zat organik. Phytoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan laut saja. Mereka juga akan lebih banyak dijumpai pada tempat - tempat yang terletak di daerah continental shelf dan di sepanjang pantai dimana terdapat proses upwelling. Daerah - daerah ini biasanya merupakan suatu daerah yang kaya akan bahan - bahan organik ( Hutabarat, 1985).

2.3 Faktor Fisik Kimia Mempengaruhi Keanekaragaman Plankton Menurut Nybakken (1992), sifat fisik kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Oleh karena itu selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik seperti plankton, perlu juga dilakukan pengamatan faktor-faktor abiotik perairan. Dengan mempelajari aspek saling ketergantungan antara organisme dengan faktor-faktor abiotiknya akan diperoleh gambaran tentang kualitas suatu perairan. Faktor abiotik (fisik kimia) perairan yang mempengaruhi kehidupan plankton antara lain : 1. Suhu Dalam setiap penelitian pada ekosistem akuatik, pengukuran suhu air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas di air serta semua aktivitas biologis di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh suhu. Menurut hukum Vant Hoffs kenaikan suhu sebesar 10C(hanya pada kisaran suhu yang masih ditolerir) akan meningkat aktivitas fisiologis (misalnya respirasi) dari organisma sebesar 2-3 kali lipat. Pola suhu ekosistem akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vagestasi) dari pepohanan yang tumbuh di tepi (Brehm & Meijering, 1990 dalam Barus, 1996). b.Penetrasi cahaya Penetrasi cahaya merupakan besaran untuk mengetahui sampai kedalaman berapa cahaya matahari dapat menembus lapisan suatu ekosistem perairan. Nilai ini sangat penting dalam kaitannya dengan laju fotosintesis. Besar nilai penetrasi cahaya ini dapat diidentifikasikan dengan kedalaman air yang memungkinkan masih berlangsungnya proses fotosintesis. Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, kekeruhan air serta kepadatan plankton di suatu perairan (Barus, 2001; Sunin, 2002).Penetrasi cahaya merupakanmerupakan faktor pembatas bagi organisme fotosintetik (fitoplankton) dan juga penetrasi cahaya mempengaruhi migrasi vartikal harian dan dapat pula mengakibatkan kematian pada organisme tertentu.

c.Arus Arus terutama berfungsi dalam transportasi energi panas dan substansi seperti gas maupun mineral yang terdapat dalam air. Arus juga mempengaruhi penyebaran organisme (Michael, 1994 dalam Barus, 2001). Adanya arus pada suatu ekositem akuatik membawa plankton (khusus fitoplankton) yang menumpuk pada suatu tempat tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya blooming pada lokasi tertentu jika tempat baru tersebut kaya akan nutrisi yang menunjang pertumbuhan fitoplankton dengan faktor abiotik yang mendukung bagi perkembangan kehidupan plankton. d. Oksigen terlarut Kandungan oksigen terlarut merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh faktor suhu. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat

pada suhu 0C, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Konsentrasi menurun sejalan dengan meningkatkanya suhu air. Peningkatan suhu menyebabkan konsentrasi oksigen menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut (Barus, 2001). e.pH Oganisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat asam maupun basa akan membahayakan kelangsungan hidup oraganisma karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisma dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisma akuatik. Sementara pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara ammonium dan ammoniak dalam air akan terganggu, dimana kenaikan pH di atas netral akan meningkat konsentrasi ammoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisma (Barus, 2001). Derajat keasaman parairan tawar berkisar dari 510 (Dirjen DIKTI Depdikbud, 1994) setiap organisme mempunyai pH yang optimum bagi kehidupannya. Perkembangan alga Cyanophceae akan sangat jarang dalam perairan apabila pH di bawah 5 (Shubert, 1984dalam Yazwar,2008). BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Tempat penelitian Penelitian dilakukan di kawasan danau Situ Bungur Ciputat Tanggerang selatan dan di Pusat Laboratirium Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1. Waktu penelitian

Pengambilan sampel dan pengukuran faktor fisik dilakukan pada hari Selasa, 3 April 2012 pukul 13.00 hingga pukul 16.00 WIB. Identifikasi plankton dilakukan pada hari selasa 10 April 2012 pukul 13.00 hingga pukul 16.00 WIB. 1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum produktivitas primer ekosistem perairan adalah botol sampel 5 liter, botol film, plankton net, meteran, termometer, pH-meter,secchi disk, konduktimeter, turbidimeter, hand counter, DO meter, kertas, botol vido, kaca objek, cover glass, Haemocytometer, pipet tetes, mikroskop, kamera, tongkat dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam praktikum produktivitas primer ekosistem perairan adalah sampel air danau, betadin, alkohol. 3.2 Cara kerja

3.2.1. Profil Tepi Kolam/Situ/Danau Ditentukan daerah kolam/situ/danau yang akan diteliti. Diukur kedalaman kolam/situ/danau dalam interval 20 cm (lihat situasi sepanjang satu atau dua meter). Diukur data fisika dan kimia perairan tersebut meliputi dasar kekeruhan, suhu, pH, air kolam/situ/danau, dan dicatat hewan dan tumbuhan yang ada di sekitar lokasi pengambilan sampel tersebut (dikoleksi tumbuhan atau hewan jika diperlukan). Dibuat profil tepi kolam/situ/danau dan dicatat kedalamannya. 3.2.2. Teknik Sampling, Pengawetan, Identifikasi, dan Analisis Plankton 1. Teknik sampling secara Vertikal dan Pengawetan Dilakukan pengukuran/pencatatan faktor fisika meliputi suhu dan kecerahan, kimiawi meliputi derajat keasaman (pH), kandungan oksigen terlarut, kandungan CO2 bebas, konduktivitas, dan salinitas. Selanjutnya plankton net diturunkan pada kedalaman tertentu dengan kedalaman tertentu dan diberikan pemberat di bagian bawahnya. Kemudian plankton net ditarik secara konstan. Dipindahkan hasil saringan ke botol sampel yang telah diberi bahan pengawet ( 1 mL betadine) dan diberi label (lokasi, tanggal, waktu, dan nama kelompok). Disimpan didalam suhu -40 C jika sampel masih lama dianalisis. 2. Identifikasi Diambil sampel satu tetes dan diletakkan diatas kaca objek, selanjutnya ditutup perlahan dengan kaca objek, diusahakan agar tidak ada udara yang masuk. Kemudian diletakkan sampel tersebut dibawah mikroskop dengan perbesaran terendah 40x, dinaikan tingkat perbesaran (100x dan 1000x) sehingga didapatkan objek yang jelas. Selanjutnya diidentifikasi objek yang ditemukan dengan mengacu pada Guide book dan dicatat setiap jenis yang ditemukan beserta jumlahnya. 3. Analisis

Haemocytometer diambil dan diletakkan cover glass diatasnya. Dimasukkan sampel 1 mL menggunakan pipet ke sela-sela cover glass. Kemudian diletakkan sampel dibawah mikroskop pada perbesaran terendah sampai tertinggi sehingga didapatkan objek yang jelas (40x 1000x). dihitung kerapatan sel dengan menggunakan kotak besar yang ada pada bilik hitung. Dicatat hasilnya dan dihitung dengan menggunakan rumus. 3.3 Analisis Data Indeks keanekaragaman (Diversity Index) Indeks diversitas atau indeks keanekaragaman plankton dihitung dengan menggunakan rumus Shannon- Wiener : H = - ( ) ( ) atau H = Pi =

Keterangan : ni = jumlah individu tiap jenis N = jumlah individu total H = Indeks keanekaragaman Kerapatan Sel Plankton K= n x P x 2.500 Keterangan : K= kerapatan sel (sel/ml) n = jumlah total sel dalam 4 kotak kamar hitung P = faktor pengenceran yang digunakan 2.500 = luas bidang pandang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kehidupan mikroorganisme di suatu perairan tidak lepas dari faktor lingkungan yang mendukung kelangsungan hidupnya. Faktor-faktor tersebut berupa faktor fisik, kimia, dan biologi. Dengan mempelajari faktor dan hubungan antara palnkton dengan faktor abiotiknya akan didapatkan gambaran kualitas suatu perairan. Faktor fisik dan kimia perairan yang diamati pada penelitian ini adalah Suhu, kecerahan, pH,DO,kekeruhan,dan konduktivitas . Hasil pengamatan faktor fisika-kimia dari Perairan Situ Bungur tersebut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengukuran faktor abiotik ekosistem perairan Situ Bungur No 1 2 3 4 5 6 Parameter Suhu pH Disolved Oxygen (DO) Kekeruhan Kecerahan Konduktivitas Hasil 30 0C 9,34 3,6 mg/l 209 FTV 12 cm 164 s

Berdasarkan tabel 1. Didapatkan hasil pengukuran faktor abiotik yaitu suhu sebesar 30 0C. Nilai suhu tersebut masih dapat dikatakan masih baik dan cocok untuk pertumbuhan plankton. Menurut Sotjipta (1993) dalam Azwar (2001) bahwa suhu yang dapat ditolelir oleh organisme dalam suatu perairan berkisar antara 20-30 0C. Suhu sangat mempengaruhi proses fisiologis organisme perairan

seperti plankton. Kenaikan 100C pada batas toleransi tertentu akan meningkatkan aktivitas fisiologisnya seperti respirasi. Derajat keasaman (pH) didapatkan hasil sebesar 9,34. Hal tersebut menunjukan di perairan tersebut bersifat basa. Sifat basa tersebut dapat disebabkan dari limbah atau buangan masyarakat dari titik input yang terlihat banyak tumpukan sampah dan larutan sabun yang masuk akan menaikan kadar pH menjadi basa.N ilai pH untuk kehidupan plankton adalah pH netral dengan kisaran toleransi asam lemah sampai basa lemah. Kondisi perairan yang bersifat basa akan mempengaruhi metabolisme organisme akuatik. PH tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu, dimana kenaikan pH diatas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus, 2001).

Tabel 2. Jumlah Jenis dan Indeks Keanekaragaman Plankton di Situ Bungur No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jenis plankton Chorella sp Oscillatoria sp. Chlorococcus Nitzschia chlosterium Euglena sp. Coelosphaerium dubium Cymbella sp. Scenedesmus Sp 1 Sp 2 Closterium Jumlah Jumlah / luas pandang 84 8 11 2 2 1 2 1 1 1 1 114

Indeks Keanekaragaman : H = 1,018

Tabel 2. Menujukan keanekaragaman plankton yang didapatkan dari perairan Situ Bungur. Jenis plankton terbanyak yaitu

Tabel 3. Kerapatan sel plankton Chorella sp. di Situ Bungur Titik sampling 1 2 3 4 5 Kerapatan sel Chorella sp. K = 1.400.000 sel/ml K = 3.300.000 sel/ml K = 2.277.000 sel/ml K = 3.760.000 sel/ml K = 2.790.000 sel/ml

Rata-rata

= 2.705.500 sel/ml

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA Nontji,A.2008.Plankton Laut.LIPI Press. Jakarta Odum, E. 1994. Dasar Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Yazwar .2008.Keanekaragaman Plankton Dan KeterkaitannyaDengan Kualitas Air Di ParapatDanau Toba. Universitas Sumatera Utara. Medan.Tesis. Leksono, A.Setyo.2007.Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang : Bayumedia. Barus, T.A .2001. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Fakultas MIPA USU Medan.

Barus, T. A. 1996. Metode Ekologis Untuk Menilai Kualitas Suatu Perairan Lotik. Fakultas MIPA USU Medan. Chapman, V. J., and D. J. Chapman. 1962.The Algae, Second Edition. The Macmillan Press, London.

LAMPIRAN Kelompok 1 Jenis plankton 1. Chorella sp 2. Oscillatoria sp 3. Chlorococcus 4. Euglena sp. 5.Coelosphaerium dubium 1. Chorella sp. 2.Nitzschia chlosterium 3. Cymbella sp. 1. Chorella sp. 2. Oscillatoria sp. Chorella sp. 1. Scenedesmus 2. Chlorococcus 3. Chorella sp. 4.Oscillatoria 5.Nitzschia chlosterium 6. Sp 1 7. Sp 2 8. Chlosterium 8 4 6 2 1 39 1 2 8 3 27 1 5 2 1 1 1 1 1 Jumlah : 114 Jumlah/luas pandang Jumlah (sel/ml) Chorella sp. K= 560 x 2.500 = 1.400.000 sel/ml

K= 1.320 x 2.500 = 3.300.000 sel/ml

3 4 5

K= 911 x 2.500 = 2.277.000 sel/ml K= 1.504 x 2.500 = 3.760.000 sel/ml K= 1.116 x 2.500 = 2.790.000 sel/ml

Rata-rata= 2.705.500 sel/ml

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jenis plankton Chorella sp Oscillatoria sp. Chlorococcus Nitzschia chlosterium Euglena sp. Coelosphaerium dubium Cymbella sp. Scenedesmus Sp 1 Sp 2 Closterium Jumlah

Jumlah 84 8 11 2 2 1 2 1 1 1 1 114

KR (%) 73,68% 7,017% 9,64% 1,75% 1,75% 0,87% 1,75% 0,87% 0,87% 0,87% 0,87%

Pi 0,7368 0,0701 0,0964 0,0175 0,0175 0,0087 0,0175 0,0087 0,0087 0,0087 0,0087

ln Pi -0,305 -2,657 -2,339 -2,590 -2,590 -4,744 -2,590 -4,744 -4,744 -4,744 -4,744 H = 1,018

Pi x ln Pi -0,225 -0,186 -0,225 -0,059 -0,059 -0,041 -0,059 -0,041 -0,041 -0,041 -0,041 -1,018

Anda mungkin juga menyukai