Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PT UNILEVER INDONESIA Tbk.


PABRIK RUNGKUT
I. PENDAHULUAN
PT. Unilever Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang consumer
goods terbesar di Indonesia. Sejarah Unilever di Indonesia diawali dari berdirinya Pabrik
deterjen Rinso dan margarine Blue Band di lokasi Angke pada tahun 1933. Semenjak itu, PT
Unilever Indonesia makin berkembang dan melebarkan bisnisnya di bagian timur Indonesia,
yang dipusatkan di kota Surabaya.

Saat ini di Surabaya PT Unilever Indonesia Tbk. beroperasi di kawasan industri SIER Rungkut.
Di lokasi ini, PT Unilever Indonesia Tbk. memiliki dua pabrik yaitu Pabrik Personal Care yang
memproduksi pasta gigi (Pepsodent, Close Up) dan Pabrik Personal Wash yang memproduksi
sabun mandi (Lifebuoy, Lux, Citra). Pabrik Rungkut menerapkan Total Productive Maintenance
(TPM) sebagai ways of working sejak tahun 1994. Selain itu, Pabrik Rungkut menerapkan sistem
manajemen mutu ISO 9001 pada tahun 1997, sistem manajemen K3 OHSAS 18001 pada tahun
1998, dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 pada tahun 1999 dan sejak itu secara
konsisten selalu menerapkan sistem manajemen tersebut hingga saat ini.
Unilever dalam visinya telah berkomitmen untuk mengurangi setengah dari dampak lingkungan
dari pembuatan maupun penggunan produk yang dihasilkan. Sebagai bagian dari Unilever,
Pabrik Rungkut secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk mengelola lingkungan sesuai
ISO 14001 dan selalu melakukan perbaikan berkelanjutan di bidang lingkungan dan
pengembangan masyarakat. Pabrik Rungkut telah berperan aktif dalam PROPER sejak pertama
kali program ini diluncurkan dan telah meraih penghargaan Emas pada pertama kalinya di tahun
2012 setelah mendapatkan penghargaan Hijau sebanyak empat kali dan Biru sebanyak dua kali
pada tahun-tahun sebelumnya.

II. SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN


KOMITMEN UNTUK SUSTAINABILITY
We work to create a better future everyday
We help people feel good, look good and get more out of life with brands and services
that are good for them and good for others.
We will inspire people to take small everyday actions that can add up to a big difference
for the world.
We will develop new ways of doing business with the aim of doubling the size of our
company while reducing our environmental impact.
Cuplikan di atas adalah visi Unilever terhadap lingkungan. Sejalan dengan komitmen di atas,
Unilever meluncurkan Unilever Sustainable Living Plan (USLP) pada November 2010. USLP
inilah menjadi petunjuk untuk semua operasi Unilever di seluruh dunia tentang bagaimana
melakukan bisnis dengan bertanggung jawab dan berkesinambungan.
Unilever Sustainable Living Plan adalah komitmen dan rencana jangka panjang untuk
mengembangkan bisnis dengan cara yang bertanggung jawab dengan meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan kemakmuran
keluarga pada tahun 2020. Unilever Sustainable Living Plan bertujuan untuk mencapai tiga hasil
utama yaitu membantu lebih dari 1 milyar orang untuk meningkatkan taraf kehidupannya,
menurunkan dampak lingkungan dari produk dan proses hingga setengahnya, dan meningkatkan
kemakmuran di setiap rantai suplai kita.
Sejalan dengan USLP, Management Lingkungan di PT Unilever Indonesia Tbk meninjau dari
tahap awal sampai akhir atau satu lifecycle. Mulai dari design produk, penyediaan bahan baku,
produksi, distribusi, pemakaian di konsumen hingga pembuangan sisa kemasan produk.
Pabrik Rungkut sebagai bagian dari PT Unilever Indonesia juga berkomitmen untuk menjaga
kesinambungan lingkungan dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004
di dalam operasinya. Komitmen tersebut dituangkan ke dalam kebijakan lingkungan yang di
dalamnya meliputi skala, karakteristik, dampak kegiatan, komitmen untuk perbaikan
berkelanjutan, pencegahan pencemaran, ketaatan terhadap peraturan yang berlaku, dan
pengembangan komunitas. Selain itu juga mencakup komitmen untuk melakukan upaya-upaya
penghematan bahan baku, energi, air, pengurangan emisi, dan pengelolaan limbah, baik limbah
B3 maupun non-B3. Kebijakan ini juga disosialisasikan kepada seluruh karyawan dan pihak luar
terkait.

Gambar 1. Unilever Sustainable Living Plan Target


PERENCANAAN
Semua aktivitas, produk dan jasa terkait di dalam ruang lingkup pabrik selalu dianalisa aspek dan
dampaknya. Dari hasil analisa tersebut kemudian ditentukan aspek penting di setiap area.
Penaatan terhadap peraturan juga menjadi salah satu criteria aspek penting. Salah satu aspek
penting dalam pengelolaan lingkungan adalah pengelolaan sludge ex WWTP dan penggunaan
energi.
Aspek penting dan ketaatan kepada peraturan legal dan terkait menjadi masukan penting dalam
penyusunan program dan target perusahaan.
Pabrik Rungkut memonitor 7 Target jangka panjang lingkungan meliputi 7 parameter yang harus
dilaporkan secara bulanan kepada Unilever Regional melalui system online EPR (Environmental
Performance report) yang meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

COD (kg/ton Finish Product)


CO2 (kg/ton Finish Product)
Energi (GJ/ton Finish Product)
Hazardous Waste (kg/ton Finish Product)
Non Hazardous Waste (kg/ton Finish Product)
SOx (kg/ton finish Product)
Total water (m3/ton Finish Product)

Data yang dilaporkan juga diaudit secara berkala oleh auditor independen untuk memastikan
keabsahan data tersebut. Dengan adanya monitoring regular di semua site di Unilever, maka
performance masing masing parameter dan masing masing site di seluruh dunia dapat dipantau
dan diperbandingkan (benchmark).
Dari target di atas, Pabrik Rungkut menyusun rencana program untuk pencapaiannya. Program
tersebut diturunkan kepada masing masing departemen dan akhirnya menjadi target personal
masing-masing karyawan di Pabrik Rungkut mulai dari level senior manager, manager, assisten
manager sampai dengan tim leader. Rencana program ini dibuat pertahun dan dilengkapi dengan
penenggung jawab, rentang waktu dan parameter kesuksesannya.

STRUKTUR DAN SUMBER DAYA


Sebagai unit Manufacturing di PT Unilever Indonesia Tbk., General Manager Manufacturing
bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan lingkungan di dalam pabrik. Secara struktural,
General Manager Manufacturing dibantu oleh Manufacturing Manager dan Engineering
Manager di dalam menjalankan tugasnya.
Secara fungsional, Sustainability menjadi salah satu pillar CSHEC (Central Safety, Health and
Environment Committee) yang beranggotakan Dewan Direksi PT. Unilever Indonesia, Tbk pada
tingkat perusahaan. Masing-masing Direktur akan membawahi DSHEC (Divisional SHE
Committee) yang beranggotakan General Manager. General Manager di masing masing Factory
akan membawahi USHEC (Unit SHE Committee) yang mengkoordinasi kegiatan SHE di Pabrik.
Komite SHE terdiri dari 7 pillar yaitu:
1. PRPS (Policy, Rules, Procedures and Standard);
2. Emergency Preparedness and Responses;
3. Environment and Sustainability;
4. Travel/Road Safety;
5. Health and Office Safety;
6. Business Partner and Contractor Safety;
7. Safety beyond workplace.
MR ISO 14001 sekaligus bertindak sebagai ketua Pillar Environment and Sustainability di
Pabrik.
PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN
Dalam pelaksanaan sistem manajemen lingkungan kita memastikan sistem dapat berjalan
dengan:
-

Pelatihan, kesadaran dan kompetensi; dengan cara melakukan gap analysis dan
memastikan kompetensi dan skill karyawan mencukupi;
Komunikasi; dengan cara mengatur komunikasi internal, eksternal dan penanganan
masukkan dari luar termasuk PROPER;
Dokumentasi dan Pengendalian Dokumen; dimana dokumen diatur agar mudah diakses
dan jelas keterbaruannya dan keberlakuannya;
Pengendalian Operasional; dengan cara mengidentifikasi operasi-operasi kritis dan
memastikan pengelolaan terkendali dalam hal pencegahan maupun penanggulangan
dampak lingkungan;
Tanggap darurat: menjamin minimalisasi dampak akibat kondisi darurat baik dari segi
fasilitas, prosedur, kompetensi manusia dan pelatihan.

CHECKING & CORRECTIVE ACTION DAN REVIEW MANAJEMEN


Dalam sistem manajemen lingkungan dilakukan checking dan corrective action melalui
pemantauan dan pengukuran, ketidaksesuaian dan upaya perbaikan dan pencegahan, pencatatan
dan audit baik secara internal maupun eksternal. Tinjauan management dilakukan secara periodik
bersama General Manufacturing Manager untuk menjamin keberlangsungan, kesesuaian dan
pelaksanaan sistem.

Sebagai bentuk dari tekad untuk memenuhi sistem manajemen lingkungan yang bertanggung
jawab, PT Unilever Indonesia Tbk., Pabrik Rungkut menjalankan sistem ISO 14001:2004 sejak
tahun 1999 secara konsisten dan disertifikasi oleh badan sertifikasi SAI Global. Ruang lingkup
dari sistem manajemen lingkungan ini adalah seluruh aspek produksi dari mulai datangnya
barang bahan baku sampai siap didistirbusikan sesuai dengan proses kerja di bawah.

Gamb ar 2 Ru ang Lingku p Sist em Manajemen Lingku ngan PT. Unilever


Ind o nesia
III. EFFISIENSI ENERGI
Energi di Pabrik Rungkut dikelola sebagai bagian tak terpisahkan dari pengelolaan pabrik secara
keseluruhan. Energi menjadi salah satu prioritas yang harus selalu dimonitor di dalam
Performance pabrik Rungkut.
Kebijakan Unilever secara global terhadap pemakaian energi yang efisien dan sasaran jangka
panjang unilever tercermin dalam Unilever sustainable living plan mengenai Green House gases
our target Halve the greenhouse gas impact of our products across the lifecycle by 2020 dan
diselaraskan dalam cuplikan kebijakan Pabrik: Menghemat pemakaian bahan baku, energi, dan
air. Dari sasaran jangka panjang Unilever global ini kemudian diturunkan kedalam KPI (Key
Performance Indicator) Pabrik Rungkut yang direcord dalam sistem online Unilever:

Parameter
1.COD (Discharge to Municipal) (Kg/tonne)
2.Hazardous Waste (Kg /tonne)
3.Non-Hazardous Waste (Kg/tonne)
4.SOx From Boiler (Kg/tonne)
5. Energy (GJ/tonne)
6. CO2 from Energy (Kg/tonne)
7. Non-Potable Water (m3/tonne)

Gambar 3. KPI Lingkungan yang Direview dan Ditingkatkan Setiap Tahun


Dalam KPI tersebut PT Unilever Indonesia Pabrik Rungkut juga memiliki proyeksi sasaran
jangka panjang untuk efisiensi hingga tahun 2015.
Untuk menunjang program efisiensi energi, PT Unilever Indonesia mengundang konsultan
Energi untuk melakukan audit pemakaian energi dipabrik Unilever Pabrik Rungkut pada tahun
2006 dan telah dilakukan audit kembali pada Desember tahun 2012.Secara internal, Efisiensi
Energi di Unilever Pabrik Rungkut dilaporkan dalam satuan GJ/Tonnes product yang
menunjukkan banyaknya energi yang diperlukan untuk menghasilkan satu ton produk Dalam
grafik dibawah diperlihatkan konsumsi energi Pabrik Rungkut yang secara konsisten menurun
setiap tahun berkat usaha-usaha perbaikan berkelanjutan yang dilakukan.
Dengan adanya database online untuk EPR record, internal benchmarking antar pabrik unilever
menjadi sangat mudah untuk dilakukan. Berdasarkan hasil benchmark tahun 2013, PT Unilever
Indonesia Pabrik Rungkut masuk ke dalam 5 besar terbaik untuk efisiensi energi dibandingkan
dengan pabrik unilever lainnya.
IV. PENURUNAN EMISI
Unilever global memberikan tuntutan pada pabrik Rungkut untuk mengurangi dampak terhadap
lingkungan dalam setiap aktifiasnya, hal ini mencakup dari penggunaan raw material hingga
consumer use dan disposal. Tujuan jangka panjang adalah mengurangi hingga setengah dampak
gas rumah kaca pada tahun 2020 dibandingkan pada tahun 2008.
Target ini mencakup dari raw material hingga penggunaan di konsumen dan juga dampak
pembuangannya (disposal). Manufacturing memiliki kontribusi terhadap dampak rumah kaca,
hal ini berdasarkan hasil study yang dilakukan 14 negara oleh unilever.
Untuk bagian manufacturing, ditargetkan untuk dapat menggurangi emisi gas CO2 per ton
product pada tahun 2020, dan juga memprakarsai penggunaan dari renewable energi.
Di pabrik Rungkut, usaha-usaha telah dilakukan untuk mengurangi emisi dan gas rumah kaca,
ditengah tuntutan bisnis yang makin ketat dan kebutuhan proses dan produk yang makin canggih,
yang tertuang dalam kutipan Kebijakan Lingkungan Pabrik Rungkut: Memantau dan
mengurangi dampak pencemaran emisi udara dari Pabrik Rungkut.
Usaha-usaha yang dilakukan dimulai dengan proses assessment terhadap dampak lingkungan dan
proses pemetaan emisi. Dari proses pemetaan emisi, pemakaian energi dan emisi yang terjadi
dicatat dan dimonitor secara regular. Hasil monitoring regular tersebut dijadikan benchmark
untuk perbaikan selanjutnya.

Salah satu komitmen kita untuk bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, kita menggunakan
natural gas sebagai bahan bakar utama Boiler.
Selain usaha di atas, kita juga mencoba menggunaka sumber bahan bakar dari renewable sources
yaitu dari solar heater untuk memanaskan air.
Selain itu Unilever juga berkomitmen untuk tidak menggunakan CFC dalam setiap operasinya
dengan guidance sesuai Unilever Global Environmental Standard SHE 2 1992 Rev 1996, yang
diantaranya mensyaratkan:
- Melarang penggunaan CFC sebagai refrigeran di semua alat refrigerasi baru dan sebagai
blowing agent dalam foam insulation mulai 1 January 1996;
- Pembuangan CFC dan HCFC eks refiregerant maupun insulasi yang sesuai melalui
perusahaan berijin mulai September 1992;
- Pencatatan CFC dan HCFC dari September 1992.
Pabrik Unilever Rungkut secara kontinu melakukan benchmarking dengan pabrik-pabrik sejenis
secara nasional maupun global, pabrik Unilever Rungkut menduduki peringkat ketiga untuk
emisi SOx dan kedelapan untuk emisi gas CO2 dengan 19 pabrik sejenis lainnya yang berlokasi
di negara lain.
V. 3R LIMBAH B3
Dalam Unilever Sustainable Living Plan pengelolaan limbah B3 mengacu pada pengendalian
waste yang dihasilkan (3R), yang tertuang juga dalam kutipan kebijakan: Berusaha mengurangi,
menggunakan ulang, dan mendaur ulang limbah produksi, baik limbah B3 maupun sampah
produksi Non-B3. Secara global, pengelolaan limbah B3 ini dimonitor melalui sistem
Environment Performance Report yang dilakukan tiap bulan dan diterbitkan tahunan kepada
masyarakat dan stakeholder.
Limbah B3 dominan di Pabrik Rungkut adalah sludge hasil proses WWTP. Sludge ini sejak
tahun 2009 telah dikelola dengan mengolahnya di coprocessor pabrik semen.
Selain itu, sludge WWTP juga diminimisasi dengan menggunakan belt press. Belt press dapat
mengurangi kadar air di dalam sludge sehingga massa sludge yang dibuang lebih kecil.
VI. 3R LIMBAH PADAT NON B3
Pengelolaan Sampah di Unilever sesuai Unilever Sustainable Living Plan mengacu lifecycle
penuh, dimana kegiatannya termasuk reuse, reduce, recycle dan eliminate, yang tertuang juga
dalam kutipan kebijakan: Mengembangkan produk maupun proses, termasuk bahan baku yang
inovatif dan ramah lingkungan. Secara global, penanganan sampah di ukur dengan waste per
consumer use, dimana mencakup semua waste yang terjadi baik dari proses produksi sampai
dengan sisa packaging di konsumen.

Di Pabrik Rungkut, semangat 3R ini diwujudkan dengan pengelolaan sampah pabrik dengan cara
Reduce, Reuse dan Recycle.
Reduce
Tim Packaging Development selalu berusaha untuk melakukan perbaikan untuk mencari bahan
baku yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah Project Bristol dan interlock untuk
mengurangi jumlah konsumsi material paper board. Inisiatif ini menghasilkan penghematan 1000
ton kertas/tahun, dan lebih sustainable dalam transport dan storage serta menyelamatkan 17000
pohon.
Reuse
Kita juga melakukan reuse untuk packaging material yang bisa dipakai kembali. Contoh upaya
ini adalah pemanfaatan kembali kemasan packaging dalam bentuk box packaging material pasta
gigi. Hal ini tentu saja dapat mengurangi jumlah sampah, serta memanfaatkan sampah yang ada
untuk dipakai kembali.
Recycle
Dalam melakukan recycle kita melakukannya dalam skala pabrik untuk sampah pabrik dan juga
melakukannya untuk memperbaiki recycleability dari packaging dan memakai packaging ex
recycle.Selain itu, program komposter digalakan untuk mengurangi sampah kebun dan
mengonversinya menjadi pupuk untuk gardening internal Unilever.
Untuk di pabrik kita melakukan pemilahan sampah pabrik. Dengan melakukan ini kita bisa
menghasilkan tambahan income dari sampah yang dijual dan sampah tersebut diolah untuk
menjadi peralatan rumah tangga yang berbahan dasar plastik seperti ember.
Dari sisi produk, kami juga menggunakan full recycle board untuk carton pasta gigi.
Monitoring sampah ini juga dilaporkan ke regional & global secara reguler, sehingga bisa
didaptkan benchmarking non-hazardous waste dari setiap factory. Rungkut factory berada di
posisi ke 8 untuk penghasil sampah non-hazardous waste terendah.
Dalam pengelolaan sampah selain memperhatikan aspek design dan proses produksi, juga perlu
diperhatikan aspek recycle di area konsumen. Untuk hal ini Unilever melalui program Green and
Clean, membantu komunitas untuk melakukan:
-

Membantu masyarakat untuk pemilahan sampah di kampungnya dan melakukan


pemanfaatan sampah organik menjadi kompos
Membantu masyarakat memanfaatkan sampah plastik melalui pendirian bank sampah
Unilever berperan juga dalam penciptaan TRASHION from Trash to Fashion dan
membantu penyalurannya ke Hypermarket.
Membantu mengkampanyekan semangat pemilahan sampah melalui kejuaraan Green and
Clean di beberapa kota besar

VII.

KONSERVASI AIR DAN PENURUNAN BEBAN PENCEMARAN AIR

Air merupakan bahan baku sekaligus bahan pendukung dalam proses produksi pabrik Rungkut.
Untuk itu, air harus dikelola di Pabrik Rungkut sebagai bagian tak terpisahkan dari pengelolaan
pabrik secara keseluruhan. Air menjadi salah satu prioritas yang harus selalu dimonitor di dalam
Performance pabrik Rungkut.
Kebijakan Unilever secara global terhadap konservasi air berupa sasaran jangka panjang
tercermin dalam Unilever sustainable living plan dengan motto reducing our water use where it
matter most dan dalam Kebijakan Rungkut: Menghemat pemakaian bahan baku, energi, dan
air. Dari sasaran jangka panjang Unilever global ini kemudian diturunkan kedalam KPI (Key
Performance Indicator) Pabrik Rungkut yang direcord dalam online system Unilever.
Untuk menunjang program konservasi air, PT Unilever Indonesia melakukan terobosan
terobosan dalam proses reuse (melakukan proses resirkulasi air di vacuum pump), recycle
(pengolahan air limbah menjadi air yang layak pakai di boiler, pemanfaatan kondensat dari
blowdown boiler) dan reduce (dry cleaning policy in Processing, waste water for Belt Press)
Konsumsi air di pabrik Rungkut dilaporkan dalam satuan m3/ton yang menunjukkan banyaknya
air yang tergunakan per satuan volume produksi produk. Detail Monitoring konservasi air
dilaporkan secara berkala setiap minggu oleh team engineering dan setiap bulan di rekap oleh
bagian finance dan kemudian bersama dengan volume produksi selama satu bulan digunakan
untuk menghitung bagaimana trend penggunaan air dalam m3/tonnes yang direportkan dalam
online system. Dalam grafik dibawah diperlihatkan konsumsi energi Pabrik Rungkut yang secara
konsisten menurun setiap tahun. Pada tahun 2011, terlihat ada kenaikan dikarenakan ada
perubahan metoda pelaporan, dimana air minum pada 2011 juga dimasukkan dalam monitoring.
Dengan adanya database online untuk EPR record, internal benchmarking antar pabrik unilever
menjadi sangat mudah untuk dilakukan. Hasil benchmarking secara global untuk tahun 2013 bisa
dilihat di bawah. PT Unilever Indonesia Pabrik Rungkut di-benchmark dengan pabrik unilever
lain seluruh dunia dan masuk ke dalam 10 besar terbaik untuk konsumsi air nya.
Selain menjaga dan melakukan konservasi air, PT Unilever Indonesia Pabrik Rungkut juga
berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pencemaran air dari proses produksi. Secara
umum, seluruh air limbah yang dihasilkan di pabrik Rungkut diolah di WWTP Internal. Hasil
olahan tersebut terdiri dari: Sludge B3 (diolah di pihak ketiga), Air Reverse Osmosis
(dipergunakan kembali untuk boiler feed water), dan Air limbah (hasil olahan WWTP). Setelah
itu, air limbah akan diolah di WWTP Industrial Estate setempat.
Walaupun PT Unilever Indonesia Pabrik Rungkut tidak secara langsung menyebabkan
pencemaran air, perusahaan diminta kesanggupannya untuk menurunkan COD (Chemical
Oxygen Demand) sebagai bentuk komitmen global untuk mengurangi dampak pencemaran
lingkungan menjadi setengahnya.
VIII. PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
PT Unilever Indonesia melanjutkan upaya untuk menjaga keanekaragaman hayati seperti yang
juga termaktub dalam Sustainable Agriculture Code (SAC) dan juga Unilever Sustainable Living

Plan. Unilever Sustainable Agriculture Code; mencakup 11 parameter yang harus diikuti oleh
Supplier Unilever yang meliputi: parameter of agrochemical dan pemakaian bahan bakar, air,
biodiversity, energi, limbah, social and human capital, kesejahteraan hewani, value chain dan
ekonomi local.
Pendekatan yang Unilever lakukan ialah kami sadar bahwa isu ketahanan pangan menjadi sangat
penting mengingat tingginya populasi, perubahan iklim, ketersediaan air dan pada akhirnya
praktik pertanian yang tidak berkelanjutan.
Secara global,program jangka panjang Unilever dari Sustainable Sourcing yang dimiliki ialah
pada tahun 2020 kami akan memiliki sumber 100 % untuk bahan mentah agrikultur yang dimulai
dari 30% pada 2012, 50% pada 2015.
Di Unilever Indonesia, program sustainable sourcing termaktub dalam beberapa program yakni:
1. Pelestarian Kedele Hitam terus dilakukan secara intensif bermitra dengan Universtas
Gajah Mada Jogjakarta (UGM). Pada tahun 2011, penanganan yang dilakukan juga
mencakup kepada pengamatan hama dan penyakit tumbuhan yang ditangani secara
langsung oleh Laboratorium Virologi Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM. Pada
September 2012, Unilever Indonesia melalui Yayasan Unilever Indonesia meluncurkan
Buku Saku Panduan Praktis Kedele Hitam yang ditujukan kepada para petani.
2. Program Sustainable Palm Oil
Unilever memiliki komitmen untuk melakukan pembelian minyak kelapa sawit dari pihak
yang telah memiliki sertifikasi sustainable sourcing pada tahun 2015. Sejak tahun 2011,
beberapa anggota kita telah memiliki sertifikasi dan keseluruhan dari supplier kita adalah
anggota dari Roundtable Sustainable Palm Oil. Sejak tahun 2007, kami telah
menggantikan 20% dari material komponen aktif dalam deterjen yang berasal dari crude
palm oil dari palm oil derivatives. Selanjutnya kami berkomitmen untuk mengaplikasikan
inisiatif ini kepada deterjen cair dan bubuk.
3. Sustainable Tea Supplies
Unilever Indonesia juga sudah memulai program sustainable sourcing dan memiliki
target untuk mendapatkan sumber yang mengalikasikan praktik keberlanjutan sejak tahun
2004 dengan mengacu langsung kepada Unilever Sustainable Agriculture Initiative.
Sampai dengan Tahun 2012, dari 48 perkebunan teh yang memberikan pasokan kepada
Unilever, 25 diantaranya sudah memiliki sertifikasi dari Rainforest Alliance.

4. Program Gula Kelapa


Program gula kelapa sudah dimulai sedari
tahun 2009. Hal ini dilanjutkan secara
intensif
dengan
kesadaran
akan

rendahnya kuantitas bibit gula kelapa dalam. Upaya ini mendorong Unilever Indonesia
agar keberlanjutan bibit kelapa dalam akan terus terjaga. Pada tahun 2012, tercatat 6000
bibit pohon gula kelapa sudah tertanam.

Untuk kesemua initiafif yang dimiliki Unilever Indonesia selama tiga tahun terakhir, Unilever
Indonesia dianugrahi sebuah penghargaan dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia
(KEHATI) sebagai salah satu dari 25 perusahaan terbuka yang terdaftar dalam Sustainable
Responsible Investment.
Di luar dari inisiatif diatas, Unilever Indonesia melalui Yayasan Unilever Indonesia menjalankan
program Green and Clean di 10 kota secara bertahap sejak tahun 2004. Di dalam program
lingkungan ini, terdapat adanya upaya untuk penanaman pohon, urban farming dan juga
pengelolaan sampah skala domestik maupun komunal. Adapun sampai dengan tahun 2012, kami
melakukan penanaman bekerja sama dengan World Wide Fund di 5 hektar sebanyak 2000 pohon
yang dilakukan secara bertahap. Sementara pada tahun 2010, bekerja sama dengan Green Radio,
kita juga melakukan penanaman pohon di Gunung Gede dengan luasan yang sama.
IX. COMMUNITY DEVELOPMENT
Unilever merupakan perusahaan yang sedari awal pendirian berangkat dari inisiatif sosial. Hal
ini terbukti dengan adanya produk Sunlight yang didorong kondisi pada era 1800an dimana para
wanita sulit untuk membersihkan perangkat rumah tangga dan juga pakaian. Inovasi lanjutan
yang dihasilkan seperti Blue Band yang tercipta dikarenakan tingginya harga mentega sehingga
masyarkat sulit mendapatkan akses nutrisi yang cukup. Blue Band hadir sebagai margarine yang
berisi nutrisi dengan harga terjangkau.
Sejarah tersebut akhirnya selalu membawa Unilever kepada tindakan operasi bisnis yang
senantiasa mengedepankan doing well by doing good dimana sampai dengan tahun 2012
upaya tanggung jawab sosial perusahaan semakin mengukuhkan bahwa upaya Corporate Social
Responsibility tidak lagi hanya sebagai upaya menjaga reputasi tetapi menjadi nafas operasi
bisnis Unilever yang terurai dalam Unilever Sustainable Living Plan, yang juga diterjemahkan
dalam Kebijakan Rungkut: Mengembangkan daya hidup komunitas di lingkungan sekitar pabrik
melalui program pengembangan komunitas (Community Development).
Unilever Sustainable Living Plan mengedepankan 3 poin utama yang akan dicapai pada tahun
2020 yaitu:
1. Kami akan menolong lebih dari 1 milliar orang untuk mengambil langkah nyata untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.
2. Kami akan mengurangi setengah dari dampak lingkujngan dari pembuatan maupun
penggunan produk yang dihasilkan.
3. Kami akan meningkatkan kesejahteraan dari ratusan ribu orang yang terhubung dalam
mata rantai operasi bisnis.

Unilever Indonesia sedari tahun 2000 memiliki Yayasan Unilever Indonesia (YUI) yang bertugas
menjalankan sebagian besar inisiatif corporate social responsibility atau kini dikenal sebagai
Unilever Sustainable Living Plan (USLP). Dalam menjalankan perannya, YUI kini memiliki 3
pilar yakni Program Health and Well Being, Program Enhancing Livelihood dan Program
Environment. Namun diluar dari ketiga pilar tersebut, Yayasan Unilever Indonesia juga memiliki
focus pada Humanitarian Aid maupun Care for Area Surrounding.
Dalam proses pelaksanaan program, YUI selalu bermitra dengan beragam pemangku kebijakan
yakni LSM lokal, Universitas, Media Massa, Pemerintah Lokal maupun Pemerintah Daerah yang
terkait dengan fokus program serta masyarakat itu sendiri.
Dalam proses pelaksanaan ada empat langkah yang senantiasa menjadi pendekatan kami yakni :
1) Mencari permasalahan yang relevan di masyarakat (relevance), 2) Menentukan model untuk
implementasi program (model), 3) Menerapkan program dengan memberi dukungan secara
komprehensif untuk menciptakan kemandirian (sponsor), dan 4) Melakukan replikasi ke yang
lain (replicate).
PROGRAM CSR UNILEVER RUNGKUT
Dalam Pabrik Rungkut, kami berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan Community
Development di area sekitar Kawasan Industri SIER, dengan mengadopsi program YUI di
tingkat nasional dengan memilih konsep Pemberdayaan anak sekolah untuk PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat) dan Program Sistem Bank Sampah. Pada tahun 2012, Unilever Rungkut
secara aktif dan fokus akan kegiatan CSR, perihal ini terbukti dengan pembentukan team CSR
Rungkut yang diketuai oleh Bpk. Aditya Dena Kurniawan.
Saat ini, CSR Unilever Rungkut berfokus kepada 3 pilar dengan program unggulannya: 1)
Improving Health & Well-Being: Aktivasi dokter kecil (PHBS); 2) Reducing Environmental
Impact: Bank Sampah dengan klasifikasi Gold; 3)Enhancing Livelihoods: Investasi Mesin Cacah
dengan pihak SMK 5:
1.Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di 10 sekolah di sekitar SIER yang meliputi
kegiatan:
a. Pemberdayaan Dokter Kecil sebagai kader sekolah;
b. Revitalisasi UKS & Toilet Sehat;
c. Edukasi PHBS;
d. Green School dan Edukasi pengelolaan Sampah;
Gambar 15.
Kegiatan CSR Rungkut

2. Program Sistem Bank Sampah di Kelurahan Kendangsari dan Manyar Sabrangan yang
merupakan managemen/alur pengolahan sampah, khususnya anorganik, sejak dari
sumbernya (Rumah tangga), dikelola secara kolektif dan sistematis, hingga manfaat kembali
pada sumbernya dan bisa tercatat hasilnya (Kg dan Rp).Gagasan dari Sistem Bank Sampah
tercetus melalui program lingkungan berkelanjutan berbasis masyarakat yang diinisiasi oleh
Yayasan Unilever Indonesia pada tahun 2001. Paradigma mengenai sampah hanya bisa
dibuang ke lingkungan, perlahan mulai bergeser menjadi sesuatu yang perlu dipilah, diolah
dan menjadi berkah serta penghasil. Perihal ini dikembangkan sebagai Sistem Bank
Sampah. Program ini mampu mereduksi sampah hingga 30 ton pada Q3 2013 dengan nilai
omset keseluruhan sebesar 40 juta rupiah.

Gambar 16. Mekanisme Sistem Bank sampah dan Ruang Lingkup Sistem Bank Sampah
Selain omset dari penjualan sampah, Bank Sampah telah mendatangkan hasil lain sebagai
badan pemodal bersama dan telah menghasilkan satu pengusaha kerupuk, trashion dan taplak
bagi anggota komunitasnya.
3. Sebagai kelanjutkan dari program Bank Sampah, CSR Unilever Rungkut merintis kerja sama
dengan pihak SMK 5 untuk memproduksi mesin cacah pada tahun 2013. Hal ini memberikan
keuntungan baik dari pihak Komunitas Bank Sampah karena sampah hasil cacah memiliki
nilai jual yang lebih tinggi hingga 200% dari harga sebelumnya dan SMK 5 dapat
menciptakan lapangan kerja dengan membuat mesin cacah tersebut. Berdasarkan catatan saat
ini, SMK 5 telah menjual tiga mesin cacah ke komunitas Bank Sampah.

Gambar 17. Proses Pencacahan Sampah

Anda mungkin juga menyukai