Anda di halaman 1dari 22

82

BAB 6
Aliran Fluida

Pada bab ini, pembahasan akan difokuskan pada perilaku dan aplikasi fluida yang
bergerak, yang diistilahkan dengan mekanika fluida atau dinamika fluida atau
hidrodinamika. Namun disini digunakan istilah sederhana Aliran Fluida yang
menggambarkan perpindahan fluida dari suatu posisi ke posisi yang lain. Sekalipun fluida
dapat berupa gas dan cairan, disini kita akan lebih memberikan penekanan pada fluida
berupa cairan. Mengapa fluida yang bergerak menjadi topik penting dipelajari di Teknik
Kimia? Memindahkan bahan dari satu tempat/lokasi/titik ke tempat/lokasi/titik lain di
suatu pabrik/industri akan jauh lebih mudah dilakukan jika bahan tersebut berbentuk fluida
atau berperilaku seperti fluida, daripada dalam bentuk padatan. Hal ini disebabkan karena
cairan lebih mudah mengalir dan dapat menyesuaikan diri dengan wadah penyalurannya,
seperti pipa. Oleh karena itu, insinyur teknik kimia berupaya sedapat mungkin melakukan
pemindahan (transportasi) bahan dalam bentuk cairan, larutan atau suspensinya. Bila hal
itu tidak mungkin, barulah meraka melakukan pengangkutan bahan padat dalam bentuk
padat. Walaupun begitu, masih diusahakan cara tambahan untuk memudahkan
pengangkutannya, misalnya menghaluskan padatan lalu diangkut dengan aliran gas atau
cairan seperti operasi fluidisasi dan peunematic conveying.

6.1 Klasifikasi Aliran Fluida
Fluida yang bergerak dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa katagori. Apakah
alirannya steadi atau tak steadi, apakah fluidanya kompresibel (dapat mampat) atau
inkompresibel (tak dapat mampat), apakah fluidanya viskos atau non-viskos, atau apakah
aliran fluidanya laminar atau turbulen. J ika fluidanya steadi, kecepatan partikel fluida
pada setiap titik tetap terhadap waktu. Fluida pada berbagai bagian dapat mengalir dengan
laju atau kecepatan yang berbeda, tetapi fluida pada satu lokasi selalu mengalir dengan laju
atau kecepatan yang tetap. Apabila anda memahami pengertian fluida steadi, maka dengan
mudah dapat mendefenisikan aliran fluida tak-steadi. Fluida inkompressibel adalah suatu
fluida yang tak dapat dimampatkan. Sebagian besar cairan dapat dikatakan sebagai
inkompressibel. Dengan mudah anda dapat mengatakan bahwa fluida gas adalah fluida
kompressibel, karena dapat dimampatkan Suatu fluida viskos adalah fluida yang tidak
mengalir dengan mudah, seperti madu, aspal; sementara fluida tak-viskos adalah fluida
83
yang mengalir dengan mudah, seperti air. Kita biasanya akan sering berhubungan dengan
fluida aliran steadi, tak kompresibel, dan tak-viskos.

Aliran fluida dapat dibedakan kepada aliran laminar dan aliran turbulen, tergantung pada
jenis garis alir yang dihasilkan oleh partikel-partikel fluida. Jika aliran dari seluruh partikel
fluida bergerak sepanjang garis yang sejajar dengah arah aliran (atau sejajar dengan garis
tengah pipa, jika fluida mengalir di dalam pipa), fluida yang seperti ini dikatakan laminar.
Fluida laminar kadang-kadang disebut dengan fluida viskos atau fluida garis alir
(streamline). Kata laminar berasal dari bahasa latin lamina, yang berarti lapisan atau plat
tipis. Sehingga, aliran laminar berarti aliran yang berlapis-lapis. Lapisan-lapisan fluida
akan saling bertindihan satu sama lain tanpa bersilangan, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 6.1 (atas). Jika gerakan partikel fluida tidak lagi sejajar, mulai saling bersilang
satu sama lain sehingga terbentuk pusaran di dalam fluida, aliran yang seperti ini disebut
dengan aliran turbulen, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.1 (bawah).

Gambar 6.1 Aliran laminar (atas) dan aliran turbulen (bawah)

Perbedaan antara aliran laminar dan turbulen secara eksperimen pertama sekali dilaporkan
oleh Osborne Reynolds pada tahun 1883. Eksperimen itu dijalankan dengan
menyuntikkan cairan berwarna ke dalam aliran air yang mengalir di dalam tabung kaca.
J ika fluida bergerak dengan kecepatan cukup rendah, cairan berwarna akan mengalir di
dalam sistem membentuk garis lurus tidak bercampur dengan aliaran air, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 6.2 (a). Pada kondisi seperti ini, fluida masih mengalir secara
laminar. J adi pada prinsipnya, jika fluida mengalir cukup rendah seperti kondisi
84
eksperimen ini, maka terdapat garis alir. Bila kecepatan fuida ditingkatkan, maka akan
dicapai suatu kecepatan kritis. Fluida mencapai kecepatan kritis dapat ditandai dengan
terbentuknya gelombang cairan warna. Artinya garis alir tidak lagi lurus, tetapi mulai
bergelombang dan kemudian garis alir menghilang, karena cairan berwarna mulai
menyebar secara seragam ke seluruh arah fluida air, seperti yang diilustrasikan pada
Gambar 6.2 (b). Perilaku ketika fluida mulai bergerak secara acak (tak menentu) dalam
bentuk arus-silang dan pusaran, menunjukkan bahwa aliran air tidak lagi laminar. Pada
kondisi seperti ini garis alir fluida tidak lagi lurus dan sejajar, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 6.2 (b).



Gambar 6.2. Eksperimen aliran yang dilakukan oleh Osborne Reynolds

Untuk dapat membedakan secara visual antara aliran laminar dan aliran turbulen, Gambar
6. 3 (a dan b) memuat kedua pola aliran di dalam satu peristiwa. Pada sebuah bendungan,
Gambar 6.3 (a), terlihat bahwa air mengalir tenang dan pelan tanpa riak sebelum mencapai
sisi ujung bendungan. Dapat dikatakan aliran sebelum menuruni bendungan merupakan
aliran laminar. Namun riak arus dan pusaran terlihat muncul ketika aliran menuruni
bendungan. Di posisi ini aliran sudah berubah menjadi turbulen. Kejadian yang mirip
juga terlihat jelas pada Gambar 6.3 (b).

85

(a)

(b)
Gambar 6.3. Ilustrasi aliran laminar dan turbulen


6.2 Bilangan Reynolds
Secara eksperimental Osborne Reynolds menyatakan bahwa aliran, baik laminar ataupun
turbulen, tergantung pada diameter dalam pipa, D, kecepatan fluida yang mengalir, v,
86
densitas fluida, dan viskositas fluida, . Selain secara eksperimental, Reynolds juga
menunjukkan bahwa ke empat parameter di atas dapat digabung menjadi satu kelompok
yang menghasilkan bilangan tak-berdimensi, yang disebut dengan bilangan Reynolds.
Persamaan dengan bilangan Reynolds tersebut disajikan pada persamaan 6.1.

Bilangan Reynolds =Re
Dv
=

..... [6-1]

Dalam satuan Amerika/Inggris, satuan yang harus digunakan agar menghasilkan bilangan
tak berdimensi adalah sebagai berikut: diameter pipa dalam ft; kecepatan dalam ft/det;
densitas lbm/ft
3
; dan viskositas dalam lbm/ft.det. J ika digunakan sistem SI, satuannya
adalah: diameter pipa dalam m; kecepatan dalam m/det; densitas kg/m
3
; dan viskositas
dalam kg/m.det. Bila bilangan Reynolds melewati 2100, maka aliran di dalam pipa
tersebut dikatakan turbulen. Sebaliknya jika bilangan Reynolds lebih kecil dari 2100,
maka alirannya dikatakan laminar.

6.3 Peran Viskositas Pada Aliran Fluida
Viskositas fluida merupakan sifat yang dimiliki oleh bahan yang menunjukkan ketahanan
fluida terhadap deformasi atau perubahan bentuk. Fluida yang mempunyai viskositas
rendah, seperti air, memiliki ketahanan lebih rendah terhadap perubahan bentuk
dibandingkan dengan fluida yang memiliki viskositas tinggi seperti minyak atau cairan
lem. Untuk dapat merasakan viskositas rendah dan tinggi, anda dapat melakukan
percobaan sederhana menggunakan pisau. Lewatkan pisau, seperti memotong, melalui air,
anda akan merasakan bahwa pisau dengan mudah melewati cairan air. Ini menunjukkan
bahwa air memiliki viskositas rendah. Dengan pisau yang sama dan gaya yang sama,
lewatkan pisau melalui cairan lem. Anda akan merasakan bahwa kali ini pisau lebih susah
melewati cairan lem. Dibutuhkan gaya yang lebih besar agar diperoleh kecepatan lewat
yang sama seperti pada air. Ini menujukkan bahwa cairan lem mempunyai viskositas yang
lebih tinggi.

Konsep viskositas berperan penting dalam aliran fluida karena besar kecilnya viskositas
memberikan pengaruh terhadap tahanan fluida. Fluida yang memiliki viskositas lebih
rendah akan lebih mudah mengalir dibandingkan dengan fluida yang memiliki viskositas
87
tinggi. Kenyataan ini memberikan kesimpulan bahwa mengalirkan air di dalam pipa akan
jauh lebih mudah daripada mengalirkan cairan lem!!!.

Persamaan untuk viskositas dapat diperoleh dengan meninjuau dua lapisan fluida yang
sejajar, yang masing-masing mempunyai luas A dan terpisah satu sama lain sejarak dy.
Pada kondisi seperti ini, sejumlah gaya geser harus diberikan kepada lapisan fluida bagian
atas agar tetap bisa bergerak sejajar dengan lapisan lain dengan kecepatan relatif dv. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa gaya ini berbanding lurus dengan perbedaan kecepatan dv
dan luas penampang lapisan A dan berbanding terbalik dengan jarak antar lapisan dy.
Persamaan 6.2 menyimpulkannya ke dalam bentuk matematis.

F dv
A dy
= t = ..... [6-2]

Konstanta proporsionalitas yang dinyatakan dengan disebut dengan viskositas. Untuk
gas dan sebagian besar cairan nilai konstant jika temperatur dan tekanan tetap. Fluida
yang seperti itu disebut dengan fluida Newtonian.

Dari persamaan 6.2, viskositas mempunyai dimensi massa/(panjang).(waktu). Dalam
sistem Inggris/Amerika, viskositas absolut mempunyai satuan (lb)/ft.det, dalam satuan SI,
viskositas mempunyai satuan Pa.det (kg/m.det), sedangkan dalam satuan cgs viskositas
memiliki satuan g/cm.det. Dalam prakteknya satuan viskositas sering dinyatakan dalam
poise (P) yang setara dengan g/cm.det. Sehingga;

10 P =1 kgm
1
s
1
=1 Pas =0,672 lb/ft.det
1 cP =0,01 P = 0,001 Pas =1 mPas =0,000672 lb/ft.det

Viskositas udara pada temperatur ruang kira-kira 0,02 cP, sementara viskositas air pada
temperatur ruang sekitar 1 cP. Minyak mempunyai viskositas antara 10 sampai 5000 cP,
tergantung pada temperatur dan jenis minyak.

6.4 Distribusi Kecepatan di Dalam Pipa
Tinjaulah fluida yang mengalir di dalam sebuah pipa. Fluida yang mengalir bersentuhan
(bergesek) dengan dinding pipa, karenanya lapiasan fluida yang bersentuhan langsung
88
dengan permukaan dinding pipa mengalami tahanan (hambatan) paling besar. Akibatnya
partikel fluida melekat atau menempel (tertahan) pada permukaan dinding, sehingga
kecepatan fluida pada permukaan dinding sama dengan nol. Namun, semakin jauh partikel
fluida dari permukaan dinding semakin kecil pengaruh tahanan permukaan dinding. Ini
berarti bahwa partikel fluida pada tengah-tengah pipa mengalami tahanan paling
minimum. Gambar 6.4 menggambarkan distribusi kecepatan fluida yang mengalir secara
laminar di dalam sebuah pipa lurus. Seperti terlihat pada gambar, kecepatan maksimum
terjadi pada tengah-tengah pipa karena tahanan padada posisi ini minimim dan semakin
dekat ke permukaan dinding kecepatan fluida semakin berkurang hingga sama dengan nol
pada permukaan dalam dinding.



Gambar 6.4 distribusi kecepatan fluida aliran laminar di dalam pipa



Kecepatan aliran fluida linear rata-rata melalui pipa dapat dihitung dengan persamaan 6.3
yang menyatakan bahwa kecepatan merupakan laju alir volumetris dibagi dengan luas
penampang.

2

4
Q
v
A
A D
=
t
=
..... [6-3]

Dimana, v =kecepatan fluida, m/det; ft/det
Q =laju alir volumetris, m
3
/det; ft
3
/det
A =luas penampang pipa, m
2
; ft
2

D =diameter dalam pipa, m; ft
89
Contoh 6.1
Hitunglah bilangan Reynolds untuk fluida yang mengalir dengan laju 6 ft
3
/menit melalui
pipa dengan diameter dalam 2 in. Fluida tersebut memiliki densitas 30 lb/ft
3
dan viskositas
0,002 lb/det ft.

Penyelesaian:
Kecepatan linear fluida rata-rata dihitung menggunakan persamaan 6.3

( )( )
( )
( )
3
2
2
6 ft /menit 1 menit/60 det
=4,59 ft/det
3,14
1 ft
2 in
12 in
4
Q
v
A
= =
| |
|
\ .

Bilangan Reynolds dihitung menggunakan persamaan 6.1.

( )( )
( )
( )
( )
3
1 ft
30 lb/ft 2 in 4,59 ft/det
Dv
12 in
Re = =
0,002 lb/det ft
Re =11.470


Karena bilangan Reynolds lebih besar dari 2100, aliran pada contoh ini adalah turbulen.
Sebagai latihan anda dapat membuktikan sendiri bahwa bilangan Reynolds benar-benar tak
berdimensi dengan mengkonversikan seluruh parameter dalam contoh ini ke satuan SI, lalu
hitung bilangan Reynoldsnya

6.5 Energi yang dibutuhkan pada aliran fluida
Di industri kimia, fluida dipompakan dari suatu peralatan pemroses ke peralatan pemroses
lain yang jaraknya cukup jauh, misalnya dari tangki penyimpan ke reaktor atau sebaliknya
dari reaktor ke tangki penyimpan. Pompa dalam hal ini menambah/memberikan tekanan
kepada fluida agar fluida tersebut dapat bergerak berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain. Selama perpindahan ini, fluida akan mengalami kehilangan tekanan baik di
dalam pipa maupun di dalam peralatan, seperti reaktor. Oleh karena itu, perhitungan yang
berhubungan dengan kebutuhan daya pompa sekaligus dengan rancangan sistem perpipaan
dan estimasi ukuran pipa yang ekonomis merupakan salah satu tahapan paling penting di
dalam perancangan pabrik kimia.

90
Pada Bab 5 telah dikembangkan neraca energi total untuk kasus umum yang memuat
energi potensial, energi kinetik dan energi dalam. Konsep yang sama dapat juga
diterapkan untuk menghitung energi total pada fluida yang mengalir. Namun pada energi
total di Bab 5 belum diperhitungkan energi atau kerja yang diperlukan untuk menjaga agar
fluida bisa terus mengalir (masuk dan keluar dari sistem). Energi ini diberikan kepada
fluida dalam bentuk tekanan, tanpa mengubah volume fluida. Dengan memasukkan suku
energi ini, pers 5.8 dapat dimodifikasi menjadi pers 6.4.

( )
( )
( )
2
1

2
U PV g z v Q W
| |
A + A + A + A =
|
\ .
[6-4]

Pada persamaan 6.4, tanda menunjukkan perubahan energi atas dasar dari satu lokasi ke
lokasi lain. Seluruh suku energi pada persamaan di atas dinyatakan per satauan massa
fluida. Simbol

V adalah volume spesifik seperti yang dijelaskan pada Sub-bab 3.1.



Perubahan energi dalam sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan temperatur fluida dan
hal itu kurang berperan dalam kasus yang kita tinjau saat ini. Suku Q yang menunjukkan
pertukaran energi dalam bentuk panas ke lingkungan juga tidak diperlukan untuk
pemindahan fluida murni di dalam sistem perpipaan. Atas dasar ini, neraca energi total
fluida dapat dimodifikasi dengan memanfaatkan hubungan thermodinamik yang
ditunjukkan pada persamaan 6.5 dan 6.6 berikut ini.

U T S P V A = A A [6-5]

dan

T S Q F A = + [6-6]

Simbol S menyatakan entropi yang tidak akan dijelaskan di sini, jika ingin mendalami hal
ini pembaca dapat merujuk pada literatur thermodinamik. Sementara symbol F mengacu
kepada kehilangan (dissipasi) energi total akibat gesekan antara fluida dengan dinding
pipa, keran, pembesaran dan pengecilan, dan sambungan-sambungan di sepanjang pipa
yang ditinjau. J ika kehilangan energi akibat gesekan ditinjau untuk masing-masing
91
komponen, maka kehilangan energi keseluruhan akibat gesekan sering ditulis dengan
symbol F.

Suku ke dua pada persamaan 6.4 menurut aturan differensial dapat diurai menjadi
persamaan 6.7.


PV V P P V A = A + A [6-7]

J ika persamaan 6.7 dan hasil substitusi persamaan 6.6 ke dalam persamaan 6.5
dimasukkan ke dalam persamaan 6.4, maka akan diperolah persamaan 6.8.

( ) ( )
2
1

0
2
W F V P g z v
| |
+ + A + A + A =
|
\ .
[6-8]

Persamaan di atas dapat diubah menunjukkan perubahan energi fluida yang ingin
dipindahkan dari titik 1 ke titik 2, seperti yang ditunjukkan pada persamaan 6.9.

2 2 1 2
1 1 2 2
1 1
2 2
P P
v gz v gz W F + + = + + + +

[6-9]

Pada persamaan 6.9 simbol volume spesifik dihilangkan dengan menggantikannya dengan
(1/). Karena suku yang memuat energi panas (Q) tidak muncul lagi pada persamaan 6.8
dan 6.9, persamaan 6.8 atau 6.9 ini sering disebut neraca energi mekanis untuk aliran
fluida. Simbol-simbol pada persamaan 6.9 sama seperti yang telah dijelaskan pada Bab 5,
kecuali F yang menunjukkan banyaknya energi yang hilang dan W disini lebih spesifik
kepada kerja/energi yang dipasok oleh pompa.

6.6 Metoda Pemindahan Fluida
Metoda yang paling sering dipakai untuk memindahkan fluida adalah memberikan gaya
kepada fluida agar mengalir melalui sistem perpipaan. Pipa penampang sirkular paling
sering digunakan karena bentuknya bukan saja memberikan kekuatan struktur yang besar,
tapi juga memberikan luas penampang yang lebih besar per satuan luas permukaan
dinding, dibandingkan dengan bentuk yang lain. Pompa merupakan peralatan yang paling
92
efisien dalam memindahkan fluida, khususnya pada industri-industri dengan proses
kontinu. Pemilihan pompa yang akan digunakan sangat tergantung pada sifat cairan yang
akan dipompakan (kental, mudah meledak, korosif, dll), kecepatan keluar cairan (liter per
detik) dan juga ketinggian cairan yang harus dipompakan (head). Ada beberapa metoda
lain yang dapat dilakukan untuk memindahkan fluida selain menggunakan pompa. Pompa
dan peralatan lain yang berhubungan dengan pemindahan fluida akan dijelaskan pada sub-
bab 6.7.

Pengaliran menggunakan gaya gravitasi. Cara ini digunakan jika kondisi
memungkinkan karena aman dan tidak membutuhkan peralatan yang mahal. Dengan
melakukan pengontrolan pada katup keluaran, kecepatan aliran dapat dikontrol dengan
tepat. Tentu saja bejana penyimpanan cairan awal harus ditempatkan lebih tinggi daripada
bejana penerima, seperti yang ditampakkan pada Gambar 6.5.

Gambar 6.5. Aliran fluida secara grafitasi

Pipa pindah (Siphon). Pipa pindah terdiri dari pipa atau tabung yang fleksibel yang dapat
dilekukkan sehingga membentuk huruf U yang terbalik, dengan salah satu lengan pipa
lebih panjang daripada lengan lainnya. Lengan pipa yang lebih pendek ditempatkan di
bawah permukaan cairan yang akan dipindahkan dan ujung pipa satu lagi diletakkan lebih
rendah untuk lempat keluarnyacairan ke bejana lain. Aliran terjadi jika pipa terisi penuh
oleh cairan dan ini dapat diperoleh dengan menghisap ujung pipa yang lebih rendah, yang
menjadi ujung pengeluaran cairan. Atau dapat juga dilakukan dengan cara membenamkan
seluruh pipa ke dalam cairan, menutup kedua ujung pipa dan kemudian ditempatkan pada
posisi seperti pada Gambar 6.6. Beberapa pipa pindah dioperasikan dengan pompa hisap
93
yang dapat dioperasikan dengan tangan, diletakkan pada ujung pipa lebih rendah dari
tempat keluarnya serta dilengkapi dengan katup yang dapat mengontrol kecepatan/laju
aliran cairan keluar. Pipa pindah cocok sekali untuk menangani cairan yang jumlahnya
sedikit dan tidak korosif.


Gambar 6.6. Pipa pindah

Pengaliran oleh tekanan (Airlift). Prinsip metoda ini adalah penekanan yang kuat yang
dilakukan terhadap dinding bejana sehingga mengakibatkan cairan keluar melalui pipa
yang terletak di bawah permukaan cairan tersebut atau di dasar bejana. Alatnya terdiri dari
bejana berbentuk telur yang dilengkapi dengan pipa masukan serta pipa keluaran yang
salah satu ujungnya terendam di dalam air. Udara dialirkan ke dalam tangki melalui pipa
masukan dan tekanan yang dihasilkan pada permukaan cairan akan mendorong cairan
tersebut keluar dari pipa. Katup pengoperasi dipasang pada pipa masukan dan bejana itu
sendiri dilengkapi dengan pengukur tekanan serta katup pengatur tekanan untuk
keselamatan atau menghindari dari ledakan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.7.


Gambar 6.7 Aliran fluida atas dasar airlift

94
Pengaliran dalam kondisi vakum. Teknik ini mirip dengan proses pengaliran yang
menggunakan tekanan, hanya saja udara di dalam bejana divakumkan terlebih dahulu
sehingga akan menghisap cairan melalui pipa yang terendam dalam bejana penyimpan.
Gambar 6.8 menunjukkan operasi pemindahan fluida secara vakum.

Gambar 6.8. Transportasi fluida secara vakum

6.7 Peralatan Aliran Fluida
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa pemindahan fluida di dalam industri proses
kimia merupakan salah satu operasi sangat penting. Pada bagian ini akan dipaparkan
secara ringkas peralatan-peralatan yang digunakan untuk memindahkan fluida.

6.7.1 Pipa
Persyaratan pertama yang diperlukan untuk memindahkan suatu fluida adalah adanya
saluran untuk dilewati oleh fluida yang dimaksud. Di industri kimia, saluran ini biasanya
berbentuk pipa. Pipa yang digunakan dapat terbuat dari baja, baja campuran, besi tuang,
kaca, baja yang dilapisi kaca atau plastik, PVC, aluminium atau tembaga. Pipa dengan
tebal dan ukuran yang sesuai dipilih atas dasar temperatur dan tekanan operasi, serta
maksimum kehilangan tekanan yang diperbolehkan.

Pipa yang paling sering digunakan terbuat dari baja karbon. Pipa baja dulunya
diklasifikasikan dalam tiga ketebalan untuk berbagai tekanan operasi yang berbeda:
standar, ekstra-kuat, dan ekstra-kuat-ganda. Klasifikasi ini sekarang diganti dengan
95
formulasi ketebalan yang dinyatakan dengan angka skedul, yang dikeluarkan oleh
American Standard Association. Ada 10 angka skedul yang digunakan yaitu 10, 20, 30,
40, 60, 80, 100, 120, 140, dan 160.

Pipa baja tahan karat (stainless steel) dipakai secara luas di industri karena ketahanannya
terhadap korosi. Baja-stainless diklasifikasikan atas dasar kode angka. Di antara seri 300,
baja-stainless dengan tipe 316, diikuti dengan tipe 304, merupakan bahan konstruksi pipa
yang paling banyak digunakan di industri. Tipe 304 lebih murah dibandingkan dengan
tipe 316, tetapi ketahanannya terhadap korosi tidak sebaik tipe 316. Selain baja, kaca juga
dipakai di industri sebagai bahan konstruksi pipa. Pemakaian kaca memberikan
keuntungan dalam hal ketahanan terhadap korosi. Selain itu seseorang memungkinkan
untuk melihat langsung apa yang terjadi di dalam pipa. Namun kaca mempunyai
kelemahan yang mendasar yaitu mudah pecah dan relatif mahal. Untuk mengatasi hal ini,
pipa baja yang bagian dalamnya dilapisi kaca atau teflon digunakan untuk mengganti pipa
kaca. Walaupun sekarang pipa tersebut tidak lagi tembus pandang, tapi pipa seperti itu
memberikan banyak keuntungan terutama dari sisi ketahanan terhadap korosi dan
kekuatan.

6.7.2 Fitting Pipa
Pipa-pipa berulir sering sekali ditemui di industri, terutama yang berukuran kecil
(misalnya kurang dari 6 inci). Bagian-bagian berulir dihubungkan dengan kelengkapan
pipa (fitting), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.9. Kopling berfungsi untuk
menyambung dua batang pipa lurus satu sama lain tanpa mengubah arah atau ukuran.
Kalau ingin menyambung dua buah pipa yang ukurannya tidak sama maka digunakan bell
reducer. Kalau ada lebih dari dua cabang perpipaan yang akan dihubungkan ke satu titik
yang sama, maka sambungan T (tee) atau simpang empat (cross). Jika pada bagian
tertentu di suatu titik di perpipaan harus di potong, misalnya untuk perawatan, maka union
dapat digunakan sebagai penghubung. Apabila pipa ingin dirubah arah atau dibelokkan,
dapat digunakan elbow 45 atau 90 derajad, tergantung belokan yang diinginkan. Namun
jika sekaligus diinginkan membelokkan dan mengeluarkan aliran, pemasangan street
elbow 90 merupakan pilihan yang tepat. Ujung pipa, jika fluida tidak diinginkan keluar
dari ujung tersebut, dapat ditutup dengan sumbat (plug) atau penutup (cap).

96
Pipa-pipa baja yang berdiameter sampai 2 in biasanyan disambung satu sama lain atau
dihubungkan ke fitting menggunakan ulir. Untuk pipa 2 10 in dapat dilakukan dengan
ulir atau dilas. Namun untuk pipa yang lebih besar dari 10 in biasanya dilas. Fitting yang
dihubungkan dengan cara pengelasan juga tersedia dengan bentuk yang sama seperti yang
disajikan pada Gambar 6.9.

.

Gambar 6.9. Fitting pipa yang dihubungkan secara ulir

6.7.3 Keran
Aliran fluida di dalam pipa dikendalikan atau diatur menggunakan keran atau serangkaian
keran. Di industri kimia berbagai berbagai jenis keran dan yang umum digunakan akan
dijelaskan disini.

Keran gerbang (gate valve). Keran jenis ini memiliki sebuah gerbang atau cakra yang
dapat dinaikkan atau diturunkan. Bagian paling kiri dari Gambar 6. 10 menunjukkan
komponen-komponen penyusun keran gerbang secara rinci. Bila cakra diturunkan secara
penuh, maka keran menutup sehingga fluida tertahan. Apabila cakra dinaikkan, berarti
97
keran membuka sehingga fluida akan mengalir. Gambar 6.10 memberikan ilustrasi
kejadian penutupan dan pembukaan keran. Bila keran ini dibuka sebahagian, fluida akan
keluar, namun gesekan yang timbul antara fluida dengan cakra cukup besar sehingga
menyebabkan fluida kehilangan energi. Oleh karena itu, keran jenis ini kurang cocok
digunakan untuk mengendalikan laju alir fluida yang berfluktuasi. Keran jenis ini
dirancang untuk dibuka atau ditutup secara penuh. Ketika dibuka secara penuh, fluida
mengalir tanpa perubahan arah dan tidak mengalami hambatan sehingga kehilangan energi
karena gesekan sangat kecil.


Gambar 6.10 Penampang keran gerbang

Keran bulat (globe valve). Dinamai keran bulat dikarenakan dulunya bentuk struktur
badan keran tersebut yang bulat. Namun keran bulat yang diproduksi sekarang ini bentuk
strrukturnya sebagian besar tidak lagi bulat. Komponen utama di dalam keran ini antara
lain dudukan dan cakra. Dudukan ini merupakan bukaan untuk lewatan fluida, yang
sekaligus berfungsi untuk menahan cakra saat keran ditutup. Pada saat dibuka, cakra akan
terangkat ke atas dan fluida akan mengalir melewati bukaan. Berbeda dengan keran
gerbang, aliran fluida mengalami perubahan arah paling tidak dua kali, yang pertama
aliran dari hulu berubah arah ketika memasuki bukaan dan perubahan yang kedua terjadi
ketika aliran akan memasuki pipa di hilir. Peristiwa ini dilustrasikan pada Gambar 6.11
bagian sebelah kiri. Perubahan arah aliran ini menyebabkan kehilangan tekanan yang besar
pada keran ini. Walaupun demikian, keran seperti ini banyak dipakai untuk
mengendalikan fluida pada hilir lebih kecil atau lebih lambat dan tidak dianjurkan untuk
pengaliran dengan bukaan penuh.
98


Gambar 6.11 Penampang keran bulat

Keran kupu-kupu/baling-baling (butterfly valve). Keran balin-baling seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 6.12, merupakan jenis pengendali aliran fluida yang melawati
suatu bagian pipa. Komponen utama pada keran ini adalah cakra atau plat yang
diposisikan ditengah-tengah pipa. Plat ini dihubungkan dengan sebuah batang yang
disambung dengan aktuator diluar keran. Bila aktuator memutar plat/cakra sejajar dengan
arah aliran, maka fluida akan mengalir ke hilir. Sebaliknya bila aktuator memutar plat
tegak lurus terhadap arah aliran, maka fluida tertahan dan tak mengalir ke hilir. Keran
dapat juga dibuka sedikit demi sedikit guna mengatur aliran. Karena plat tetap berada di
dalam aliran, maka kehilangan tekanan tetap terjadi pada keran seperti ini, terlepas
bagaimanapun posisi keran.



Gambar 6.12 Penampang keran kupu-kupu
99
6.7.4 Pompa
Salah satu peralatan yang paling sering dijumpai di industri adalah pompa. Inilah mesin
yang berfungsi mengalirkan fluida di seluruh pabrik. Banyaknya kerja yang dilakukan
oleh pompa disimbolkan dengan W pada persamaan 6.9. Sebagaian besar pompa dapat
diklasifikasikan menjadi pompa sentrifugal, bolak-balik (reciprocating) dan putar (rotary).

Pompa Sentrifugal. Diantara berbagai jenis pompa, pompa sentrifugal yang paling sering
digunakan di industri karena biaya yang rendah, memberikan keseragaman aliran, biaya
perawatan rendah, dan kemampuan menangani aliran yang mengandung padatan tak larut.
Biasanya lebih dari 75% pompa yang dipasang di sebuah industri adalah pompa sentrifugal
Tetapi jika cairan ingin dipompakan lebih tinggi atau tekanan mencapai 100 psig, maka
pompa jenis lain akan lebih ekonomis.

Pada dasarnya, pompa sentrifugal yang ditunjukkan pada Gambar 6.13 terdiri dari impeller
(H, J ) berputar yang berada di dalam casing (F). Impeller ini mempunyai sudu-sudu radial
yang dilekatkan pada impeler tersebut. Impeller dihubungkan dengan poros (C) yang
digerakkan oleh motor listrik atau turbin. Cairan masuk melalui pusat atau mata impeller
(G) dan mengalir keluar di dalam ruang-ruang antara sudu, dan sudu impeller (E)
membuang fluida keluar sehingga kecepatannya jauh lebih cepat ketika masuk ke dalam
impeller. Cairan yang meninggalkan keliling luar impeller dikumpulkan didalam casing
yang berbentuk spiral (F) dan meninggalkan pompa melalui sambungan buang yang
arahnya tangensial (K).


Gambar 6.13 Pompa sentrifugal (kanan) dan penampang pompa sentrifugal (kiri)
100
Pompa bolak-balik (reciprocating). Pada bahagian sebelah kanan Gambar 6.14
ditunjukkan pompa bolak-balik yang digerakkan oleh motor listrik. Agak sulit
membayangkan prinsip kerja pompa tersebut, sekalipun ditampilkan gambar penampang
pompa tersebut. Akan lebih mudah meninjau pompa bolak-balik yang digerakkan secara
manual seperti yang ditunjukkan pada bagian sebelah kiri Gambar 6.14. Ketika gagang
ditarik, piston di dalam silider akan ikut tertarik, sehingga menciptakan tekanan vakum di
dalam ruang silinder. Akibatnya katup pada lubang masuk terbuka dan katup keluar
tertutup sehingga memungkinkan cairan masuk ke dan tertahan di dalam silinder (lihat
gambar 6.14 kiri atas). Ketika gagang ditolak sehingga menolak piston di dalam silinder,
katup lubang masuk akan tertutup dan katup keluar akan terbuka. Cairan akan keluar
melalui lubang keluar. Ini merupakan contoh pompa bolak balik satu silinder, dimana
ketika cairan dikeluarkan dari silider tidak ada cairan yang dihisap masuk ke dalam
silider. Akibatnya terjadi fluktuasi keluaran, artinya cairan yang keluar tidak seragam.
Untuk menghindari kelemahan itu, jumlah selinder dapat disusun lebih dari satu guna
mengurangi fluktuasi laju keluaran cairan sekecil mungkin. Inilah salah satu perbedaan
yang mendasar antara pompa bolak-balik dengan pompa sentrifugal. Namun demikian,
pompa bolak-balik mampu menghasilkan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pompa sentrifugal.




Gambar 6.14 Pompa bolak-balik manual (kiri) dan pompa balik-balik listrik

101
Pompa putar (rotary). Ada berbagai macam jenis pompa putar, ada yang memakai
pompa roda gigi (gear pump), pompa ulir (screw pump), pompa bubungan (cam pump) dan
pompa baling (vane pump). Di sini ditampilkan contoh pompa putar baling-baling seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 6.15. Bagian sebelah kanan dari gambar tersebut
mengilustrasikan penampang sebuah pompa putar baling. Pompa tersebut mempunyai
lubang masukan (inlet) dan keluaran (outlet) serta baling-baling yang melekat pada rotor
yang berputar. Pada saat pompa memutar baling-baling yang dapat bergeser di dalam slot
motor, maka akan terjadi peningkatan ukuran atau volume pada jalan masuk kamar. Cairan
disedot ke dalam daerah ruang yang bertekanan rendah dan tertampung dalam baling-
baling yang berputar. Pada saat baling-baling mencapai ruang jalan keluaran yang
ukurannya atau volumenya mengecil maka cairan yang terjebak pada baling-baling keluar
dari pompa. Prinsip ini juga digunakan pada pompa minyak secara manual yang
ditunjukkan pada bagian sebelah kiri dari Gambar 6.15.




Gambar 6.15 Pompa putar tangan (kiri) dan penampang pompa putar (kanan)











102
LAMPIRAN A
BERAT DAN NOMOR ATOM

Berat atom berlaku untuk komposisi isotop yang terjadi secara alami dan didasarkan pada
massa
12
C =12
Unsur Simbol Nomor Berat Unsur Simbol Nomor Berat
Atom Atom Atom Atom








103
LAMPIRAN B
KONSTANTA GAS

Anda mungkin juga menyukai