Anda di halaman 1dari 14

Pendahuluan Akuntansi ada karena aktivitas komersial, transaksi berbasis ekonomi,entitas individu yang membentuk pasar, sektor swasta

dan publik dari batas geografis tertentu. Hal ini didukung oleh fakta adanya perbedaan praktik akuntansi antara kelompok tertentu yang ditetapkan negara. Penerapan sudut pandang tertentu yang mendasari akuntansi merupakan fungsi dari berbagai faktor termasuk sejarah, budaya, nilai-nilai sosial, sifat kegiatan ekonomi, tujuan menafsirkan dan menerapkan informasi akuntansi. Seringkali sudut pandang akan didukung alasan yang tidak selalu didasarkan pada logika kuantitatif. Faktor lain yang mempengaruhi berbagai sudut pandang akuntansi adalah banyaknya pemakai potensial informasi akuntansi yang mewakili berbagai perspektif dan menyebabkan pertanyaan perspektif siapa yang harus diambil dalam proses akuntansi. Pertanyaan ini telah menarik perdebatan, terutama selama tahun 1960-an dan 1970-an. Telah menjadi isu dalam kaitannya dengan pengembangan kerangka kerja konseptual. Mengingat bahwa SAC 2 (Australia) menyatakan bahwa tujuan dari tujuan umum laporan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang langka (paragraf 43). SAC 2 menominasikan 3 kelompok utama pengguna informasi yaitu penyedia sumber daya, penerima barang dan jasa, dan pihak-pihak yang melakukan review atau fungsi pengawasan (misalnya manajemen dan pemerintah). Tidak semua pengguna memiliki perspektif yang sama ketika mereka melihat laporan akuntansi untuk membuat keputusan. Secara umum terminologi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang pemakai dan dari sudut proses kegiatannya. Dari sudut pandang pemakai, akuntansi adalah suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluai kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Informasi yang dihasilkan akuntansi diperlukan untuk membuat perencanaan yang efektif, pengawasan, dan pengambilan keputusan oleh manajemen, dan pertanggunjawaban organisasi kepada investor, kreditur, badan pemerintah, dan sebagainya. Dari sudut pandang kegiatan, akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan menyangkut bermacam-macam kegiatan. Pada dasarnya akuntansi harus dapat mengidentifikasi data yang berkaitan atau relevan dengan keputusan yang akan diambil, memproses atau menganalisa data yang

relevan, serta mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Sudut pandang akuntansi yang akan dibahas dalam paper ini berangkat dari faktor yang bersifat umum yaitu adanya serangkaian asumsi atau prinsip mengenai batasan-batasan yang diperlukan oleh entitas. Batasan (Boundary) yang diadopsi disini adalah batas kegiatan yang akan diukur dan dilaporkan dalam akuntansi atau adopsi asumsi pengukuran untuk melaporkan informasi dengan kendala dari batas-batas yang diterima. Pada dasarnya, dalam rangka mengukur dan melaporkan informasi, kegiatan atau sarana penunjang kegiatan suatu entitas perlu didefinisikan. Setiap sudut pandang ini menentukan batas-batas suatu entitas sehingga mendukung perspektif adopsi. Perspektif akuntansi menurut Hines (1980) pada dasarnya merupakan proses menciptakan sebuah realitas yang sesuai dengan pandangan para pendukung perspektif masing-masing. Premis dasar Hines adalah bahwa dalam menciptakan realitas, akuntan benar-benar membangun realitas. Argumen ini dirangkum dalam sebuah artikel narasi oleh Hines sebagai berikut: Jika orang mendefinisikan sesuatu itu nyata, maka nyata dalam konsekuensinya. Akuntansi membuat gambaran organisasi atau ekonomi. Berdasarkan gambaran tersebut orang berpikir dan bertindak. Dengan menanggapi gambaran tersebut maka akan menjadi nyata dalam konsekuensinya. Ketika orang menanggapi gambaran itu, dan konsekuensi terjadi, mereka melihatnya sebagai bukti dari realitas yang disampaikan. Akuntansi merupakan konstruksi manusia dan membutuhkan interpretasi manusia. Segala macam perspektif, asumsi dan perilaku menuju pada sudut pandang alternatif akuntansi. Teori Kepemilikan (Proprietary Theory) Sudut pandang kepemilikan bermula dari abad ke-18 ketika beberapa penulis buku menyajikan logika akuntansi berdasarkan pada tujuan dari perusahaan, sifat modal dan makna akun-akun dari sudut pandang pemilik. Littleton (1940) menyatakan bahwa kepemilikan merupakan substansi dalam sistem double entry. Tanpa substansi tersebut sistem double entry menjadi tidak bermakna dan hanya menjadi seperangkat aturan yang harus ditaati. Dalam teori ini entitas adalah agen, perwakilan atau perpanjangan tangan dari pengusaha atau pemegang saham. Pemilik adalah pusat perhatian dalam penyajian informasi akuntansi. Semua konsep akuntansi, prosedur dan aturan dirumuskan dengan perspektif dan

kepentingan pemilik. Hal ini berlaku untuk entitas perusahaan dimana entitas perusahaan hanya dipandang sebagai alat yang digunakan pemegang saham dan pemilik untuk mencapai tujuan mereka yaitu meningkatkan kekayaan. Namun, Goldbreg (1965) membantah pernyataan ini. Dia berpendapat bahwa ada kasus dimana sistem double entry digunakan pandangan laba pemilik bukanlah tujuan yang mendasari praktik akuntansi dan pelaporan. Contohnya adalah akuntansi untuk organisasi nirlaba yaitu perguruan tinggi. Pandangan Golberg ini meningkatkan keraguan dan membangkitkan pertanyaan apakah fitur yang paling signifikan dari akuntansi adalah penekanan pada kepemilikan. Isu-isu ini kembali mengemuka dalam perdebatan mengenai pergeseran prosedur akuntansi sektor publik dari basis kas ke basis akrual. Teori kepemilikan ini mendasari makna dan susunan penyajian informasi dalam neraca, pendapatan dan beban serta praktik-praktik akuntasi yang berlaku kini. Berikut ini disajikan penyajian neraca, pendapatan dan beban menurut esensi teori kepemilikan. Neraca Berikut ini adalah persamaan akuntansi berdasarkan esensi teori kepemilikan

A-L = P
A merupakan Aset, L merupakan utang dan P merupakan ekuitas pemilik. Yang ditekankan dalam persamaan ini adalah elemen P yang merepresentasikan kekayaan bersih dari pemilik bisnis. Sprague (1972) menyatakan bahwa Neraca dalam sudut pandang pemilik adalah penjumlahan semua elemen yang merupakan kekayaan dari beberapa orang atau kumpulan orang-orang dalam jangka waktu tertentu. Tujuan dari bisnis adalah peningkataan kekayaan (peningkatan kepimilikan). Dalam hal ini tujuan akuntansi adalah untuk menentukan kekayaan bersih dari pemilik. Oleh karena itu beberapa akuntan percaya bahwa nilai saat ini lebih relevan daripada biaya historis. Teori ekonomi perusahaan mendukung pandangan tersebut, dengan penekanan pada peran dari pemilik perusahaan. Berikut ini disajikan konsep neraca menurut teori kepemilikan.

Sumber : The philosophy of Accounts Pendapatan dan Beban Pendapatan yang dapat diperoleh dan biaya yang dikeluarkan merupakan keputusan dan tindakan dari pemilik. Pendapatan dan Beban merupakan akun turunan dari P (kekayaan bersih pemilik). Pendapatan akan meningkatkan kepemilikan sedangkan beban merupakan penurunan kepemilikan. Konsep pendapatan yang meningkatkan kekayaan bersih ditunjukkan sebagai pengembalian/ return untuk enterpreuneurship. Vatter (1966) menjelaskan bahwa teori double entry didasarkan pada gagasan bahwa pendapatan dan beban memiliki karakteristik aljabar yang sama seperti kekayaan bersih yaitu akun kredit (pendapatan) akan meningkatkan kekayaan bersih, dan akun debit (kebalikannya) akan menurunkan kekayaan bersih. Dengan demikian, perubahan kekayaan bersih bisa berasal dari kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan perubahan nilai aset. Misalnya, nilai instrinsik aset surat kabar masthead mengalami peningkatan dan dapat menarik premium yang signifikan apabila direalisasikan oleh pemilik. Berdasarkan teori kepemilikan, peningkatan nilai tersebut harus diakui sebagai peningkatan kekayaan bersih walaupun belum direalisasikan (surat kabar belum dijual kepada pihak ketiga). Isu lain yang muncul terkait teori kepemilikan adalah adanya pajak berganda atas pendapatan. Pajak berganda terjadi ketika perusahaan membayar pajak pendapatan korporasi dan pemegang saham juga membayar pajak atas pendapatan yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk dividen (objek pajaknya adalah pendapatan yang sama tersebut). Teori kepemilikan memandang perusahaan hanya sebagai alat bagi pemilik untuk mencapai tujuan, bukan sebagai entitas yang terpisah dari pemilik dan mempunyai identitas tersendiri. Konsep

pajak berganda dalam teori kepemilikan inilah yang dijadikan faktor pendorong tidak dikenakannya pajak atas dividen. Pengaruh pada Praktik Akuntansi Sebagian besar praktik akuntasi didasarkan pada teori kepemilikan. Beberapa praktik akuntansi yang didasari oleh teori kepemilikan sebagai berikut: a. Dividen Dividen dianggap sebagai distribusi pendapatan daripada biaya karena distribusi ini merupakan pembayaran kepada pemilik. b. Bunga Utang dan Pajak Penghasilan Bunga utang dan pajak penghasilan dianggap sebagai beban karena mengurangi kekayaan pemilik. Untuk kepemilikan tunggal dan kemitraan, gaji yang dibayarkan kepada pemilik yang bekerja pada perusahaan tidak dianggap sebagai beban, karena pemilik perusahaan adalah entitas yang sama. c. Metode Ekuitas Metode ekuitas untuk investasi jangka panjang mengakui kepemilikan atau kepentingan kepemilikan dari perusahaan investor. Kemudian dicatat sebagai penghasilan dari persentase saham. d. Parent Theory dalam laporan keuangan konsolidasi Dalam laporan keuangan konsolidasi, metode parent theory didasarkan pada teori kepemilikan. Perusahaan dipandang sebagai pemilik anak perusahaan. Hak minoritas, dari sudut pandang pemilik anak perusahaan, dianggap mewakili kelompok luar (outsider). Dibawah parent theory , hak minoritas dianggap sebagai kewajiban pada neraca walaupun tidak cocok dengan definisi kewajiban. e. Praktik akuntansi lainnya Praktik akuntansi lainnya yang mencerminkan teori kepemilikan adalah dividen kepada pemegang saham, laba per lembar saham (earning per share) dan nilai buku per lembar saham. Dalam pemilihan index harga umum untuk penyesuaian tingkat harga, teori kepemilikan mengharuskan untuk mempertimbangkan kepentingan pemilik sebagai seorang individu yang berkeinginan untuk memuaskan tujuan ekonominya. Hal ini akan mengarah kepada indeks harga konsumen. Modal keuangan dipandang lebih baik daripada modal fisik dalam teori kepemilikan. Modal keuangan menekankan investasi keuangan dari pemilik, sedangkan modal fisik berfokus pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan

tingkat operasional fisik tanpa memperhatikan pernyataan kepemilikan. Melalui pendekatan teori kepemilikan ini, logis apabila penurunan nilai kewajiban sebagai keuntungan induk perusahaan (keuntungan pemilik). Konsep Modal Keuangan (Financial Capital Concept) Pandangan kepemilikan melihat adanya perbedaan antara kekayaan pemilik dengan kekayaan entitas. Oleh karena itu semua keuntungan entitas didistribusikan kepada pemilik perusahaan. Jika entitas memerlukan sumber daya tambahan, dana ini tersedia dari sumberdaya pemilik pribadi. Karena sudut pandang kepemilikan menganggap sisa aset dan kewajiban sebagai kepemilikan, penggunaan potensi kekayaan bersih tidak dibatasi dan berpotensi digunakan umtuk membeli barang dan jasa secara umum. Untuk alasan inilah, pemilik mempertahankan modal entitas dalam tingkat harga umum. Dengan kata lain, pandangan kepemilikan mempertahankan nilai finansial dari modal entitas, dengan mempertimbangkan perubahan dalam tingkat harga umum. Dari perspektif ini, modal merupakan kas yang diinvestasikan oleh pemilik ditambah laba yang diinvestasikan kembali karena adanya penahanan laba/retensi dalam bisnis. Well-offness atau modal berhubungan dengan kemampuan untuk menginvestasikan uang dalam jumlah yang sama pada akhir periode pelaporan dibandingkan diawal periode. Pendapatan adalah jumlah kas yang diterima oleh perusahaan atas investasi kas oleh pemilik ke dalam perusahaan.Menurut konsep ini baru disebut laba jika jumlah finansial aktiva bersih pada awal periode melebihi jumlah finansial aktiva bersih pada awal periode setelah memasukkan kembali setiap distribusi dari dan kepada pemilik. Pengukuran keuangan aktiva bersih dapat dilakukan melalui nilai nominal atau dalam satuan daya belinya. Contoh implementasi dari konsep modal keuangan yaitu jika modal pada awal tahun keuangan akan memungkinkan perusahaan untuk membeli televisi 1000, maka modal pada akhir tahun keuangan juga harus mampu membeli 1000 set televisi setara. Keuntungan di atas kekayaan bersih ini dianggap sebagai pendistribusian kepada pemilik. Dalam penentuan laba diasumsikan bahwa perusahaan memiliki laba hanya jika aktiva bersih perusahaan yang diukur dalam satuan uang (misalnya $, Rp) pada akhir periode melebihi nilai aktiva bersih awal periode setelah dikurangi transaksi dengan pemilik. Berikut ini contoh pengukuran laba menggunakan konsep modal keuangan:

Awal Periode Total aktiva Total kewajiban $ 510,000 $ 430,000

Akhir Periode $ 560,000 $ 390,000 $ 170,000

Aktiva bersih (ekuitas pemilik) $ 80,000

Apabila tidak ada investasi baru dari pemilik atau pembagian laba kepada pemilik selama satu periode, maka laba yang terjadi $90,000. Angka ini merupakan peningkatan aktiva bersih. Namun jika dalam periode tersebut ada investasi baru dari pemilik $40,000 dan deviden $15,000 maka laba yang terjadi dihitung sebagai berikut: Aktiva bersih, akhir periode Perubahan (kenaikan) aktiva bersih Dikurangi investasi oleh pemilik Ditambah dividend kepada pemilik Laba yang terjadi Keterbatasan Teori Kepemilikan Teori kepemilikan dalam akuntansi dikembangkan pada saat munculnya usaha kecil, perseorangan dan kemitraan. Namun dengan munculnya entitas perusahaan, teori ini terbukti tidak memadai sebagai dasar untuk menjelaskan akuntansi pada perusahaan. Secara hukum, perusahaan adalah entitas yang terpisah dari pemilik dan memiliki hak dan kewajiban tersendiri. Dengan demikian, perusahaanlah yang mengelola aset dan kewajiban dalam bisnis, bukan pemegang saham. Bentuk sebuah perusahaan terbatas mengasumsikan perusahaan memikul kewajiban dari bisnis, dan pemegang saham bertanggungjawab atas kewajiban perusahaan. Jika pemegang saham dari perusahaan besar akan menggunakan hak kepemilikan dengan menarik aset perusahaan maka hal ini melanggar hukum. Pemegang saham menarik hak kepemilikan dengan cara penarikan dividen yang merupakan distribusi kepemilikan yang diijinkan oleh prosedur hukum formal. Pertanggungjawaban kepada pemilik adalah fungsi penting bagi sebuah perusahaan besar antara manajemen dan pemegang saham. Oleh karena itu pemegang saham sangat tergantung pada informasi yang dilaporkan oleh manajemen kepada mereka. Namun, perusahaan besar sering terkait dengan satu atau beberapa individu utama pada pengendalian organisasi, di mana kekayaan utama pemilik dan organisasi praktis tak terpisahkan. $ 170,000 $ 90,000 (40,000) (15,000) $ 65,000

Teori Entitas (Entity Theory) Teori entitas berkembang sebagai respon terhadap kekurangan dari teori kepemilikan pada perusahaan. Teori entitas diawali dengan fakta perusahaan adalah entitas yang terpisah dengan identitas pemiliknya. Teori Entitas (Entity Theory) memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka yang menyediakan modal bagi entitas tersebut. Unit bisnis yang menjadi pusat dari kepentingan akuntansi bukan kepentingan pemilik. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggung jawab baik atas klaim pemilik maupun klaim kredit. Martin (1987) menguraikan dua asumsi yang terkait dalam mewujudkan gagasan entitas akuntansi: a. Pemisahan Untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya. b. Sudut pandang Prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas. Meskipun teori entitas sangat cocok untuk akuntansi perusahaan, para pendukung teori ini percaya bahwa hal itu dapat diterapkan untuk perusahaan perseorangan, kemitraan, dan bahkan organisasi nirlaba, asalkan:

Akun-akun dan transaksi diklasifikasikan dan dianalisis dari sudut pandang entitas sebagai unit operasi/unit bisnis;

Prinsip Akuntansi dan prosedur tidak dirumuskan dalam hal kepentingan tunggal, seperti kepemilikan.

Paton menyatakan hal berikut: Kegiatan bisnis merupakan hal-hal yang dibukukan dalam laporan keuangan dan dicatat serta dianalisa oleh akuntan; buku-buku dan rekening (akun) adalah catatan bisnis; laporan periodik untuk operasional dan kondisi keuangan adalah laporan dari bisnis. Entitas bukanlah seseorang atau makhluk hidup yang dapat bertindak atas kemauan sendiri. Entitas adalah sebuah institusi atau badan hukum dan menurut pendapat Paton merupakan hal yang nyata. Sebab entitas memiliki keberadaan nyata dan terukur, bahkan memiliki corak sendiri. Operasional perusahaan tidak lagi tergantung pada aktivitas pemegang saham setelah modal saham dikeluarkan. Secara umum, dari perspektif akuntansi, suatu entitas dapat didefinisikan sebagai setiap area kepentingan ekonomi yang memiliki keberadaan yang terpisah dari pemiliknya.

Baru-baru ini, konsep entitas telah diperluas oleh organisasi-organisasi besar untuk mencerminkan kepentingan dari berbagai pihak yang kepentingan. Dalam hal ini entitas memberikan kerangka dasar yang menjadi acuan, adopsi bentuk-bentuk baru yang diiintegrasikan dalam keuangan, lingkungan dan faktor kondisi sosial. Pendekatan yang kemudian muncul dijelaskan oleh Elkington sebagai pelaporan triple bottom line. Pendekatan triple bottom line berkaitan dengan pelaporan dampak kegiatan organisasi pada berbagai stakeholder, selain kepentingan pemegang saham. Kriteria pengendalian berkisar pada konsep keberlanjutan. Elkington merangkum pendekatan keberlanjutan seperti yang ditunjukkan berikut: Konsep triple bottom-line berfokus pada kemakmuran ekonomi dan kualitas lingkungan. Sementara itu unsur bisnis cenderung mengabaikan keadilan sosial. Untuk mencapai keseimbangan yang tersirat dalam konsep triple bottom-line, kita tidak hanya membutuhkan bentuk-bentuk baru akuntabilitas tetapi juga bentuk-bentuk baru akuntansi. Kita harus menemukan indikator kemajuan yang akurat, berguna dan kredibel dalam bidang kesejahteraan ekonomi, kualitas lingkungan dan keadilan sosial. Perusahaan berdiri untuk menciptakan kesejahteraan, sehingga kontribusi langsung mereka untuk membuat pembangunan yang berkelanjutan adalah menciptakan nilai ekonomi jangka panjang, kondisi sosial dan lingkungan yang berkelanjutan. Satu kunci tantangan abad kedua puluh singkatnya adalah penciptaan nilai berkelanjutan. Intinya bahwa organisasi semakin menyadari bahwa perspektif tunggal pemegang saham menciptakan kecurigaan dan tuntutan dari masyarakat luas untuk peningkatan tingkat keterbukaan perusahaan. Tanggapan dari beberapa perusahaan untuk memperluas dari pandangan entitas berkaitan dengan dampak organisasi untuk pihak yang berkepentingan secara luas. Ini mungkin terlihat dari perubahan dalam konsep akuntabilitas perusahaan yang utama dari waktu ke waktu. Dua Versi Teori Entitas Dalam konteks teori ini, terdapat dua pandangan yang berbeda walaupun keduanya mengarah kepada konklusi yang sama, yaitu stewardship (pelayanan) dan pertanggungjawaban (accountability). a. Versi pertama adalah versi tradisional yang memandang bahwa perusahaan beroperasi untuk keuntungan pemegang saham, yaitu orang-orang yang menanamkan dananya dalam

perusahaan. Dalam hal ini, entitas bisnis memperlakukan akuntansi sebagai laporan kepada pemegang saham tentang status dan konsekuensi dari investasi mereka. b. Versi kedua yaitu pandangan yang lebih baru terhadap entity theory, menganggap bahwa sebuah entitas adalah bisnis untuk dirinya sendiri yang berkepentingan terhadap kelangsungan hidup dan perkembangannya. Meskipun kedua versi tersebut menempatkan entitas sebagai unit independen, namun terdapat sedikit perbedaan konsep di antara keduanya. Pandangan tradisional masih memposisikan pemegang saham sebagai partisipan (associates), sementara sudut pandang baru lebih memposisikan mereka sebagai pihak luar (outsiders). Namun demikian, hal ini tidak mempengaruhi muatan informasi dari laporan akuntansi yang disajikan oleh entitas tersebut. Neraca Meskipun konsep entity theory merupakan pengembangan dari konsep proprietary theory, namun bila diinterpretasikan secara kritis (khususnya dalam konteks konsep kepemilikan), sebagian besar muatannya tetap berbasiskan pada aspek-aspek ideologis yang sama dengan konsep proprietary theory. Dalam teori entitas kekayaan bersih pemilik bukanlah konsep yang berarti, karena entitas adalah titik pusat perhatian. Pemilik dan kreditur dipandang hanya sebagai pemegang modal, penyedia dana. Persamaan akuntansi adalah: Asset = Ekuitas Persamaan tersebut adalah ekspresi yang paling logis dari kondisi keuangan perusahaan. Aktiva adalah hak yang menjadi milik entitas tersebut, ekuitas mencerminkan sumber daya dari aktiva dan terdiri atas kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor maupun pemegang saham adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda dalam hal laba, pengendalian resiko, dan likuidasi. Lebih jelasnya ekuitas merupakan hak atau klaim atas aset entitas. Kreditor memiliki klaim khusus dan pemegang saham memiliki klaim residual atas aset dalam kasus pembubaran. Dari sudut pandang entitas, bagaimanapun kreditur dan pemegang saham merupakan penyedia dana. Pemegang saham tidak memiliki klaim untuk setiap aset tertentu, bahkan untuk pendapatan perusahaan. Sehingga persamaan akuntansi tersebut dapat dijabarkan lagi menjadi Asset = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

Neraca menunjukkan asset entitas, yang Paton sebut sebagai mewakili langsung pernyataan nilai untuk entitas. Sedangkan ekuitas mewakili penyataan tidak langsung dari total yang sama. Asset dan utang milik perusahaan adalah kewajiban dari perusahaan, bukan pemilik. Teori ini mengarah kepada konsep akuntabilitas oleh karena itu jumlah yang diinvestasikan oleh pemilik modal harus dipertanggung jawabkan. Tujuan ini logis mengarah ke penggunaan biaya historis untuk asset nonmoneter, karena total pada sisi kanan neraca harus sama dengan total di sebelah kiri. Setelah menerima dana yang disediakan oleh pemilik modal, perusahaan menginvestasikan dana di aset. Dalam hal ini asset non moneter yang diperoleh dicatat menggunakan harga perolehan. Pendapat tentang penggunaan nilai historis sebagai bentuk pertanggungjawaban mulai mendapat kritik. Konsep Akuntabilitas tidak selalu berarti harus melacak dari jumlah awal investasi. Pemilik modal juga tertarik pada perubahan nilai investasi mereka. Pendukung nilai sekarang (current value) menunjukkan bahwa teori entitas mengasumsikan bahwa investor tidak cukup dekat pada bisnis yang dilakukan perusahaan untuk melakukan penyesuaian sendiri nilai-nilai. Oleh karena itu, akuntabilitas berarti bahwa penyesuaian/perubahan nilai dilaporkan kepada investor. Dapat dikatakan bahwa entitas perlu mengetahui nilai-nilai sekarang (current value) dari aset dalam rangka untuk membuat keputusan yang benar. Pendapatan Berdasarkan konsep kepemilikan, penentuan kekayaan bersih pemilik menjadi perhatian yang utama. Oleh karena itu, neraca menjadi sangat penting. Untuk teori entitas, penekanannya pada penentuan pendapatan sehingga akun Laba Rugu lebih relevan daripada neraca. Pendapatan lebih ditekankan karena ada dua alasan. 1. Para penanam modal tertarik pada pendapatan/laba, karena jumlah ini menunjukkan hasil investasi mereka selama suatu periode; 2. Alasan keberadaan sebuah perusahaan adalah untuk membuat keuatungan. Hal ini diperlukan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Pendapatan adalah apa yang dihasilkan oleh entitas. Dalam teori entitas pendapatan harus didefinisikan sebagai perubahan dalam aktiva bersih perusahaan bukan perubahan modal/kekayaan pemilik. Pendapatan didefinisikan sebagai arus masuk aset atas transaksi yang dilakukan oleh perusahaan atas penjualan produk/jasa. Sedangkan beban merupakan biaya yang berkaitan dengan asat atau layanan lain yang digunakan oleh perusahaan untuk menciptakan pendapatan pada periode terrsebut. Beban mengurangi nilai aset entitas. Hal ini berbeda dari sudut pandang kepemilikan dimana beban merupakan pengeluaran yang mengurangi kekayaan bersih pemilik. Konsep kepemilikan menenkankan pada sisi kanan

neraca (P/kekayaan bersih), sedangkan konsep entitas menekankan pada sisi kiri neraca (Aset). Aset dianggap memperlihatkan hal nyata yang dikerjakan oleh perusahaan, sedangkan ekuitas lebih abstrak yang berkaitan dengan cara klaim atas aset. Aset dan beban pada dasarnya digunakan untuk menyediakan layanan. Pertanyaannya adalah bagaimana untuk meningkatkan layanan atau mempertahankan layanan tersebut di masa depan. Karakteristik dasar pendapatan adalah pendapatan menciptakan lebih banyak aset sedangkan beban atau biaya pada akhirnya mengurangi aset. Oleh karena itu teori entitas menjelaskan bahwa konsep pendapatan dan beban dalam hal perubahan aset bukan sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Pendapatan yang dihasilkan merupakan hak perusahaan. Jika memang demikian, mengapa dalam praktiknya pendapatan ditutup ke saldo laba seolah-olah menjadi milik pemegang saham?. Paton dan Littleton berpendapat bahwa pemegang saham memiliki klaim sisa (residual) pada total aset dan karena alasan tersebut maka pendapatan ditempatkan pada saldo laba. Para pemegang saham mendapat klain sisa, setelah kreditur dibayar terlebih daulu pasa saat likuidasi perusahaan. Penjelasan ini berkembang dari versi konvensional teori ekuitas. Penafsiran baru menyatakan bahwa akun laba ditahan sebagai ekuitas perusahaan atau invetasi itu sendiri.

Pendekatan Konvensional Vs Pendekatan Baru

Secara gamblang, Isgiyarta (2009) menjelaskan bahwa dalam entity theory, secara logika, seharusnya utang mempunyai posisi yang sama sebagai sumber dana untuk memperoleh aktiva. Sehingga turunan utang, yaitu bunga utang, seharusnya mempunyai posisi yang sama dengan posisi dividen. Namun dalam praktik akuntansi konvensional, posisi bunga utang pada laporan laba rugi ditempatkan dalam kelompok beban usaha. Posisi bunga yang ditempatkan sebagai bagian dari kelompok beban usaha merupakan konsep dari proprietary theory. Posisi utang dengan posisi ekuitas mempunyai posisi yang berlainan, yaitu utang merupakan pengurang aktiva. Dengan demikian maka turunan utang yaitu bunga utang mempunyai posisi yang tidak sama dengan dividen. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa pajak penghasilan adalah distribusi pendapatan. Teori kepemilikan mempertahankan bahwa pajak penghasilan yang dibayar untuk layanan pemerintah tertentu merupakan biaya bisnis. Namun Paton berpendapat bahwa pajak tidak mewakili suatu biaya/beban tertentu melainkan karena adanya paksaan dari pemerintah. Selain itu, pembayaran pajak tidak berada dalam proporsi langsung untuk setiap manfaat

yang diterima dari pemerintah. Kontribusi pemerintah terhadap keberhasilan perusahaan adalah faktor sepenuhnya di luar hukum pasar. Namun menurut definisi, pajak penghasilan adalah bagian dari pendapatan. Oleh karena itu, pemerintah memperoleh suatu ekuitas yang berlaku di perusahaan tanpa peralatan modal apapun. Paton percaya bahwa pajak penghasilan harus diperlakukan sebagai distribusi hilangnya pendapatan, tapi bukan beban. Menurut versi yang lebih baru dari teori entitas, perusahaan berbisnis untuk dirinya sendiri. Pembayaran dengan penggunaan uang adalah biaya karena kedua kreditur dan pemegang saham dianggap pihak eksternal. Oleh karena itu, beban bunga dan dividen serta pajak penghasilan adalah biaya bisnis. Mereka mengurangi jumlah ekuitas yang dimiliki entitas. Tidak ada pajak berganda di bawah teori entitas karena perusahaan merupakan entitas yang terpisah dari pemegang saham. Oleh karena itu setiap entitas harus membayar pajak penghasilan atas penghasilan entitas sendiri. Pengikut penafsiran baru dari teori entitas berpendapat bahwa dividen saham juga harus dikenakan pajak kepada penerima karena dividen saham berasal dari saldo laba yang termasuk ke dalam entitas, bukan pemegang saham. Pengaruh pada Praktik Akuntansi Dalam praktik akuntansi, pengaruh dari masing-masing teori saling melengkapi dan berdampingan. Teori akuntansi konvensional didasarkan pada konsep entitas, namun teori kepemilikan tampaknya memiliki dampak yang lebih besar pada prosedur atau praktik akuntansi saat ini. Sebagai contoh, berdasarkan pada konsep kepemilikan, beban bunga dianggap beban dan dividen distribusi pendapatan. Dalam menentukan kekuatan keuntungan/kerugian pembelian pada saat digunakan skala dolar konstan, pandangan entitas menyatakan agar harga umum indeks barang produsen bekerja, tapi ini tidak terjadi. Untuk praktik akuntansi keuangan saat ini, jika pandangan entitas diikuti secara ketat, perubahan nilai kewajiban tidak akan dianggap sebagai keuntungan/kerugian pemegang saham, hanya perubahan Aset. Hal ini karena kewajiban adalah ekuitas, seperti memberikan kontribusi modal. Hal ini harus diabaikan karena perubahan nilai tidak mempengaruhi arus kas perusahaan. Teori entitas telah berdampak pada beberapa prosedur yang masih ada. Misalnya, gaji kepada karyawan perusahaan yang memiliki saham dianggap beban. Dalam laporan keuangan konsolidasi, pendekatan teori entitas dapat digunakan di mana perspektif dari entitas

konsolidasi diambil dan kepentingan ekuitas dari luar tidak dikecualikan dari pendapatan, beban atau asset. Menggunakan perspektif entitas, kepentingan luar ekuitas diperlakukan tidak berbeda dari kepentingan perusahaan induk pada anak perusahaan. Dalam konteks akuntansi manajemen, penggunaan laba dan pusat biaya untuk keperluan internal didasarkan pada konsep entitas.

Anda mungkin juga menyukai