Anda di halaman 1dari 3

Analisis Pengaruh AFTA Terhadap Sektor Riil dan Sektor Tenaga Kerja

Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN pada tanggal 27-28 Januari 1992 di Singapura telah menetapkan bahwa kerjasama ASEAN akan ditingkatkan menjadi ASEAN Free Trade Area (AFTA) mulai tanggal 1 Januari 1993. Proses menuju ASEAN Free Trade Area tersebut dilakukan melalui Common Effective Prefential Tariff (CEPT), yaitu penurunan tarif beberapa komoditas tertentu secara bersamaan hingga mencapai tingkat 0-5%. Penurunan tarif tersebut dilakukan secara bertahap sehingga baru akan mencapai kondisi perdagangan bebas untuk seluruh komoditas setelah lima belas tahun. Untuk tahap pertama, mulai tanggal 1 Januari 1993, penurunan tarif tersebut akan dilakukan untuk lima belas komoditas yang selanjutnya akandiperluas mencakup komoditas-komoditas lainnya. AFTA merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya.

Awalnya AFTA ditargetkan ASEAN merupakan wujud dari kesepakatan dari negaranegara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksidunia akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk 1mewujudkan AFTA melalui penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasankuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait denganAFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagiBrunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand,dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015.Kerjasama AFTA bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk ASEAN di pasar dunia danmenciptakan pasar seluas-luasnya untuk menstimulus peningkatan FDI (Foreign Direct Investment) di kawasan Asia Tenggara. Kerjasama ini pada awalnya hanya beranggotakan enamnegara yaitu Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, dan Malaysia. Tetapi pada perkembangannya, AFTA

memperluas keanggotaanya dengan masuknya anggota baruyaitu Vietnam (1995), Laos dan Myanmar (1997), serta Kamboja (1999). Bagi pengusaha Indonesia terutama yang terkait dalam kegiatan ekspor, pasar ASEAN mempunyai jumlah penduduk sekitar 500 juta, sehingga merupakan peluang pasar yang lebih besar. Demikian pula bagi pengusaha negara anggota ASEAN lainnya. Beberapa negara anggota ASEAN memiliki daya beli lebih besar dibandingkan Indonesia. Pasar yang sangat potensial ini akan memungkinkan berkembangnya usaha dengan pesat dan menguntungkan. Di pihak lain, di pasar ASEAN yang tadinya terpisah, akan terintegrasi dan tingkat persaingan regional akan lebih ketat. Pesaing yang tadinya hanya produsen Indonesia, menjadi produsen ASEAN. Dengan meningkatkan daya saing melalui efisiensi usaha, pengusaha Indonesia tidak saja dapat survive, tetapi juga akan berkembang di pasar yang lebih besar. Tetapi bila gagal dalam meningkatkan daya saing, berarti akan mengalami kesulitan

Dampak positif AFTA bagi Indonesia adalah produk-produk Indonesia dapat dengan mudah berada di kawasan ASEAN dan negara-negara anggota AFTA. Selain memberi keuntungan dengan kemudahan perdagangan internasional dalam kawasan ASEAN, hal ini juga akan memacu kreativitas pengusaha-pengusaha Indonesia, sebab produk-produk negara lain di kawasan ASEAN dan anggota AFTA pun akan meramaikan pasar Indonesia, sehingga jika para pelaku bisnis Indonesia tidak meningkatkan kreativitasnya, maka akan menimbulkan dampak negatif yang berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia yang dibuktikan dengan mudahnya produk Indonesia akan digantikan oleh produk-produk impor. Perdagangan bebas ASEAN-Cina per 1 januari 2010 akan membuat banyak industri nasional gulung tikar karena kalah bersaing. Akibatnya, angka pengangguran diperkirakan melonjak. Pengusaha Indonesia yang tak mampu bersaing dengan Cina akan gulung tikar atau mengurangi kapasitas produksinya. Namun, perdagangan bebas juga bisa berdampak signifikan pada industri nasional, karena neraca perdagangan Indonesia-Cina pernah mencatat surplus sekitar US $300 juta. Terbesar di sektor non migas. Dalam jangka pendek, perdagangan bebas ASEAN-Cina ini lebih banyak mengindikasikan kerugian dibanding keuntungan. Pemerintah kurang mempersiapkan industri dalam negeri bersaing imbang dengan industri di ASEAN, khususnya Cina.

Neraca perdagangan Indonesia-Cina menunjukkan defisit yang terus membesar sejak tahun lalu. Indonesia dengan kekuatan pasar domestik sebesar 230 juta penduduk merupakan target pasar yang sangat besar. Perdagangan bebas akan mempercepat proses deindustrilisasi dan mempersempit kesempatan kerja. Kesempatan perdagangan bebas yang telah dilakukan sejak delapan tahun lalu itu justru akan memperburuk sektor manufaktur. Dari faktor kerugian, dalam jangka pendek perdagangan bebas itu akan membuat perusahaan yang tidak efisien menjadi bangkrut. Akibatnya adalah barang impor menjadi lebih murah, volume impor barang konsumsi naik, sehingga menghabiskan devisa dan membuat nilai tukar rupiah menjadi sulit menguat. Perusahaan juga cenderung akan menahan biaya produksi melalui penghematan penggunaan tenaga kerja tetap, sehingga job security tenaga kerja menjadi rapuh dan angka pengangguran akan meningkat. Dalam jangka pendek, perdagangan bebas bisa membuat angka pengangguran meningkat ke level di atas 9,5 persenjika sekitar 700 jenis produk terpaksa hilang karena kalah bersaing dengan produk Cina. Padahal, sektor industri merupakan sektor kedua terbesar setelah pertanian dalam penyerapan tenaga kerja. Situasi ketenagakerjaan ini akan menjadi penyakit kronis yang bisa meruntuhkan fundamental ekonomi Indonesia. Perdagangan bebas akan menjadi masalah baru dalam ketenagakerjaan di Indonesia.

http://www.pelita.or.id/baca.php?id=1949 http://www.scribd.com/doc/58960937/Pengaruh-AFTA-Terhadap-Perekonomian-Indonesia http://selamatsyawali.wordpress.com/2012/12/07/hubungan-antara-indonesia-dan-asean-dalamafta-2016/ http://ndandutz.wordpress.com/2011/02/24/pengaruh-tentang-perdagangan-bebas-di-tingkat-asiaterhadap-lulusan-sarjana-ekonomi/

Anda mungkin juga menyukai