Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN KEBERSIHAN KULIT DENGAN PENYAKIT IMPETIGO Anisa guselda 1110070100151 Annisaguseldha13@yahoo.co.

id

Abstrak Kata kunci : impetigo, Kebersihan, Kulit

HUBUNGAN KEBERSIHAN KULIT DENGAN PENYAKIT IMPETIGO

A. PENDAHULUAN Infeksi kulit karena bakteri terjadi apabila flora normal terganggu oleh pengaruh faktor-faktor antara lain temperatur kulit , kelembaban, higine buruk, kepadatan lingkungan, penyakit kulit yang ada, serta terapi anti mikroba sebelumnya yang dapat meyebabkan bakteri patogenik menempel dan berkembang pada kulit. Pada anak-anak salah satu pioderma primer pada kulit yang sering dijumpai adalah impetigo. Impetigo merupakan penyakit infeksi kulit akut yang sangat menular pada lapisan superfisial epidermis yang disebabkan oleh bakteri gram positif terutama oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus beta hemolyticus. Penyakit ini menyerang terutama yang tinggal di wilayah yang beriklim tropis, hyiegine pribadi yang kurang serta lingkungan padat penduduk Jika diagnosis ditegakkan sejak awal dan diberikan terapi adekuat, infeksi hampir selalu dapat disembuhkan , namun jika diagnosis terlambat dan/atau terapi tidak adekuat, beberapa infeksi mempunyai potensi untuk komplikasi serius misalnya nefritis, karditis, artritis dan septikemia. Pemilihan terapi sangat memerlukan pemahaman mengenai aktifitas antibakteri in vitro, potensi famakokinetik (meliputi absorbsi, eliminasi, dan luasnya penetrasi jaringan), tolerabilitas obat yang dipilih, resistensi terhadap mikroorganisme dan kenyamanan dosis pemberian. Obat antimikroba oral yang saat ini tersedia dan dapat dipertimbangkan meliputi -lactamase-stable penisilins (misal kloksasilin, dikloksasilin, dan amoksisilin potasium klavulanat) makrolid ( misal eritromisin, klaritromisin, dan azitromisin) dan sfalosporin. Saat ini paling banyak digunakan , golongan sefalosporin terutama karena peningkatan resistensi di antara galur S.pyogenes terhadap eritromisin. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kebersihan kulit dengan penyakit impetigo. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut. Apa definisi dari Impetigo?

Apa etiologi dari Impetigo ? Apa epidemiologi dari impetigo? Bagaimana patogenesis dari Impetigo? Apa gejala dan tanda dari Impetigo? Bagaimana penatalaksanaan dari Impetigo? Bagaimana pencegahan dari Impetigo? Apa komplikasi dari Impetigo? Bagaimana prognosis dari Impetigo? Apa itu kebersihan diri? Bagaimana menjaga kebersihan kulit? Bagaimana hubungan kebersihan kulit dengan penyakit impetigo? Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, penulisan dari artikel ini bertujuan untuk: Mengetahui etiologi dari Impetigo ? Mengetahui epidemiologi dari impetigo? Mengetahui patogenesis dari Impetigo? Mengetahui gejala dan tanda dari Impetigo? Mengetahui penatalaksanaan dari Impetigo? Mengetahui pencegahan dari Impetigo? Mengetahui komplikasi dari Impetigo? Mengetahui prognosis dari Impetigo? Apa itu kebersihan kulit? Bagaimana menjaga kulit? Bagaimana hubungan kebersihan kulit dengan penyakit impetigo? Penulis berharap agar artikel ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, terutama: Membantu mahasiswa dalam memahami dan mengerti tentang penyakit Impetigo Membantu mengenalkan penyakit ini kepada masyarakat jika diperlukan.

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. IMPETIGO

a. DEFINISI Impetigo adalah suatu infeksi superfisial pada kulit yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebabnya dapat satu atau kedua dari Staphylococcus aureus dan Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS) atau yang disebut juga Streptococcus pyogenes. Impetigo mengenai kulit bagian atas (epidermis superfisial) dan sangat menular. Impetigo sering terjadi pada anak-anak, umumnya mengenai anak usia 25 tahun. Impetigo terdiri dari dua jenis, yaitu impetigo krustosa (tanpa gelembung cairan, dengan krusta/keropeng/koreng) dan impetigo bulosa (dengan gelembung berisi cairan). Impetigo adalah infeksi kulit yang mudah sekali menyebar, baik dalam keluarga, tempat penitipan atau sekolah. Peningkatan jumlah S.aureus yang resisten terhadap gentamisin juga dilaporkan sebagai salah satu penyebab dari impetigo. b. EPIDEMOLOGI Impetigo terjadi di seluruh negara di dunia dan angka kejadiannya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Di Amerika Serikat impetigo merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada klinik anak dan terbanyak pada daerah yang jauh lebih hangat, yaitu pada daerah Amerika tenggara. Di Inggris (1995) kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa. Impetigo krustosa adalah infeksi kulit yang mudah menular dan terutama mengenai anak-anak yang belum sekolah (antara umur 2-5 tahun). Penyakit ini mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, sama banyak. Selain itu dapat mengenai semua bangsa. Lebih sering pada daerah

tropis. Biasanya Streptokokus tumbuh dalam suasana yang hangat dan lembab, maka paling sering ditemukan saat musim panas. Impetigo merupakan penyakit yang sangat menular. Penyakit ini bisa tertular secara kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi atau kontak dengan bendabenda yang sudah terinfeksi. Selain itu juga, dapat ditularkan melalui nafas penderita. Masa inkubasi 1-3 hari. Streptokokus kering yang terdapat di udara tidak menginfeksi kulit yang normal. Tetapi dengan gesekan dapat memperberat lesi. Pada orang dewasa, impetigo ini sering terdapat pada mereka yang tinggal bersama-sama dalam satu kelompok, seperti asrama dan penjara. Faktor predisposisi terjadinya ialah kebersihan yang kurang, higiene yang jelek (anemia dan malnutrisi), tempat tinggal yang padat penduduk, panas dan terdapatnya penyakit kulit (terutama yang disebabkan oleh parasit). Bakteri Stafilokokus dan Streptokokus dapat melalui pertahanan kulit yang utuh jika kulit rusak, seperti robek (terpotong), gigitan, atau penyakit cacar air (chickenpox). Selain itu, dapat juga terjadi melalui kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau pakaian pasien impetigo; cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab; kegiatan/olahraga dengan kontak langsung antar kulit seperti rugby, gulat, dll; pasien dengan dermatitis, terutama dermatitis atopik.

c. PATOGENESIS Impetigo adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS) atau S.aureus. Organisme tersebut masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak langsung. Impetigo memiliki lebih dari satu bentuk. Beberapa penulis menerangkan perbedaan bentuk impetigo akibat strain Staphylococcus dan aktivitas eksotoksin yang dihasilkan. Kolonisasi bakteri S aureus kurang lebih 30% ditemukan terdapat pada nares anterior. Beberapa individu dengan impetigo yang berulang ditemukan colonisasi dari S aureus pada hidung dan bibir. Bakteri dapat menyebar dari hidung menuju kulit yang sehat dalam 7-14 hari, dengan lesi impetigo yang

mulai tampak 7-14 hari kemudian. Terdapat kurang lebih dari 10% individu didapatkan adanya coloni S aureus pada perineum dan kadang pada aksila, pharynx dan tangan. Individu dengan karier permanen bertindak sebagai reservoir infeksi untuk orang lain. Pada orang yang sehat S aureus hanya sebagai bagian dari flora microbial. Pasien dengan dermatitis atopic atau inflamasi pada kulit umumnya terdapat kolonisasi dari S aureus pada kulit. Penelitian menunjukkkan terdapat 60-90% kolonisasi dari S aureus pada pasien dengan dermatitis atopic. Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak langsung, setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya kerusakan pada kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema yang berukuran 2 4 mm. Secara cepat berubah menjadi vesikel atau pustula. Vesikel dapat pecah spontan dalam beberapa jam atau jika digaruk maka akan meninggalkan krusta yang tebal, karena proses dibawahnya terus berlangsung sehingga akan menimbulkan kesan seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya kekuning-kuningan. Karena secara klinik lebih sering dilihat krusta maka disebut impetigo krustosa. Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan tampak kulit yang erosif. Impetigo bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama berupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. Mula-mula berupa vesikel, lama kelamaan akan membesar menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relatif tebal dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan mengendap. Bila pengendapan terjadi pada bula disebut hipopion yaitu ruangan yang berisi pus yang mengendap, bila letaknya di punggung, maka akan tampak seperti menggantung. Impetigo bulosa lebih jarang terjadi dari pada bentuk non bulla.

Penyebab dari impetigo bulosa adalan bakteri gram positif, S aureus grup II. S aureus memproduksi eksotoksin eksofoliatif ekstraselluler. Eksotoksin menyebabkan hilangnya adesi sel pada superficial dermis, yang nantinya menyebabkan kulit tampak bergelembung atau seperti melepuh, kemudian 6

akan mengelupas dengan memecah sel granular dari epidermis. Target protein dari eksotoksin adalah desmoglein I, yang berfungsi memelihara adesi sel, yang juga merupakan superantigen yang bekerja secara local dan mengerakkan limfosit T. d. GEJALA KLINIS Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan lain (sekunder) baik penyakit kulit (gigitan binatang, varisela, infeksi herpes simpleks, dermatitis atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh (diabetes melitus, HIV) Impetigo bulosa Vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter <0,5cm) yang timbul sampai bulla (gelembung berisi cairan berdiameter >0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran collarette pada pinggirnya. Krusta varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher. Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi. Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare. Jarang sekali disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang.

Diagnosis banding lainnya dari impetigo bulosa : Eritema multiforme bulosa : vesikel atau bulla yang timbul dari plak (penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor) Lupus eritematosa bullosa : lesi vesikel dan bula yang menyebar dapat gatal, seringkali melibatkan bagian atas badan dan daerah lengan Pemfigus bulosa : vesikel dan bula timbul cepat dan gatal menyeluruh, dengan plak urtikaria Herpes simplex : vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah menjadi lecet dan tertutup krusta, biasanya pada bibir dan kulit Gigitan serangga : bulla dengan papul pruritus (gatal) berkelompok dOCi daerah yang terkena gigitan Pemfigus vulgaris : bulla yang tidak gatal, ukuran bervariasi dari 1 sampai beberapa sentimeter, muncul bertahap dan menjadi menyeluruh, lecet muncul seminggu sebelum penyembuhan dengan hiperpigmentasi (warna kulit yang lebih gelap dari sebelumnya), tidak ada jaringan parut Sindrom steven-johnson : vesikulobulosa (lesi gelembung mulai dari vesikel sampai bulla) yang melibatkan kulit, mulut, mata dan genitalia; sariawan yang dalam degan krusta akibat perdarahan adalah gambaran khas. Luka bakar : terdapat riwayat luka bakar derajat dua

Toxic epidermal necrolysis : seperti sindrom steven-johnson yang diikuti pengelupasan kulit badian atas (epidermis) secara menyeluruh. Varisela : vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke tangan kaki dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama. Impetigo krustosa

Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm. Lesi papul segera menjadi menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya. Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya atau mengikuti kelainan kulit sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis atopi) dan dapat menyebar dengan cepat. Lesi berada sekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka ( tangan dan kaki). Kelenjar getah bening dapat menbesar dan dapat nyeri Lesi juga menyebar ke daerah sekitar dengan sendirinya (autoinokulasi) Jika dibiarkan tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena tindakan diri sendiri (digaruk lalu tangan memegang tempat lain sehingga mengenai tempat lain). Lalu dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu tanpa jaringan parut.. Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi dapat ditemukan pada orang dengan impetigo krustosa sebagai tanda

glomerulonefritis (radang pada ginjal) akibat reaksi tubuh terhadap infeksi oleh kuman Streptokokus penyebab impetigo Tidak ada tanda gejala radang tenggorokanDiagnosis banding lainnya dari impetigo krustosa adalah : Dermatitis atopi : keluhan gatal yang berulang atau berlangsung lama (kronik) dan kulit yang kering; penebalan pada pada lipatan kulit terutama pada

dewasa (likenifikasi); pada anak seringkali melibatkan daerah wajah atau tangan bagian dalam. Candidiasis (infeksi jamur candida) : papul merah, basah;umumnya didaerah selaput lendir atau daerah lipatan. Dermatitis kontak : gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan zat-zat yang mengiritasi. Diskoid lupus eritematosa : lesi datar (plak) berbatas tegas yang mengenai sampai folikel rambut. Ektima : lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus (luka dengan dasar dan dinding) dapat menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan parut bila infeksi sampai jaringan kulit dalam (dermis). Herpes simplex : vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah menjadi lecet tertutupi oleh krusta, biasanya pada bibir dan kulit. Gigitan serangga : terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri Scabies : vesikel yang menyebar, kecil, terdapat terowongan, pada sela-sela jari, gatal pada malam hari. Varisela : vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke tangan kaki dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama.

10

Diagnosis banding lainnya secara umum dari kelainan kulit yang menyerupai impetigo dan memerlukan penanganan segera adalah : Selulitis adalah infeksi pada kulit yang meluas sampai mengenai jaringan bawah kulit. Penyebab tersering adalah grup A B-hemolitic streptococus. Faktor risikonya adalah lecet pada kulit, robek pada kulit, luka bakar, kulit yang mengalami dermatitis. Reaksi alergi/dermatitis kontak seringkali didiagnosis selulitis. Jika terdapat gatal dan tidak terdapat nyeri tekan maka seringkali bukan selulitis. Erisipelas adalah bentuk infeksi permukaan dari selulutis. Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) adalah kelainan kulit dengan gelembung-gelembung (vesikel-bulla) yang disebabkan oleh toksin/racun yang dihasilkan bakteri Stafilokokus aureus. Necroticing fasciitis adalah infeksi jaringan lunak yang progesif yang ditandai dengan nekrosis (kematian jaringan) dari jaringan bawah kulit. Tabel I. Gambaran infeksi bakterial pada kulit dan adneksa pada anak-anak Diagnosis Patogen Lokasi Faktor Predisposisi Impetigo (bulosa S.aureus, & S.pyogenes Wajah, ekstremitas (non-bulosa), Kepadatan penduduk, Selulitis, septikemia, Komplikasi

non bulosa)

hyginine buruk, osteomyleitis, lembab, artritis kulit limfangitis, septik,

daerah lembab, iklim daerah intertriginosa (bulosa) abrasi

minor, gigiitan limfadenitis, serangga psoriasis gutata,

SSSS, GNAPS Furunkel Karbunkel S.aureus Leher, aksila, selangkangan, pantat wajah, Kepadatan penduduk, higine Septikemia, tromboflebitis,

buruk, sinus kavernosus

hiperhidrosis, obesitas, seborrhea,

11

diabetes, anemia, malnutrisi, imunodefisiensi Selulitis S.pyogenes, Ekstremitas jarang S.aureus, Pasturella multocida, Aeromonas hyfrophila Erisipelas S.pyogenes Wajah, tungkai lengan, Infeksi jamur Limfedema kronik : bawah, Abnormalitas Infeksi nekrotikasi

daerah kulit kulit,

(trauma subkutan, ulserasi, kerusakan/obstruksi limfatik

limfaedema

dermatitis, infeksi jamur)

interdigital

Pemeriksaan Laboratorium Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada suatu daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang berespons terhadap pengobatan, maka diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut: Pewarnaan gram. Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok. Kultur cairan. Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan adanya Streptococcus aureus, atau kombinasi antara Streptococcus pyogenes dengan Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS), atau kadang-kadang dapat berdiri sendiri. Biopsi dapat juga dilakukan jika ada indikasi. e. PENATALAKSANAAN

12

Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan memperbaiki kosmetik dari lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi ke orang lain dan mencegah kekambuhan. Syarat pengobatan yang baik adalah pengobatan harus efektif, tidak mahal dan memiliki sedikit efek samping. Antibiotik topikal (lokal) menguntungkan karena hanya diberikan pada kulit yang terinfeksi sehingga meminimalkan efek samping. Kadangkala antibiotik topikal dapat

menyebabkan reaksi sensitifitas pada kulit orang-orang tertentu. Pada lesi yang terlokalisir maka pemberian antibiotik topikal diutamakan. Karena antibiotik topikal sama efektifnya dengan antibiotik oral. Pilihan antibiotik topikal adalah mupirocin 2% atau asam fusidat. Antibiotik oral disimpan untuk kasus dimana pasien sensitif terhadap antibiotik topikal, lesi lebih luas atau dengan penyakit penyerta yang berat. Penggunaan disinfektan topikal tidak direkomendasikan dalam pengobatan impetigo. Obat topikal yang diberikan mupirocin 2% diberikan di kulit yang terinfeksi 3x sehari selama tiga sampai lima hari. Antibiotik oral yang dapat diberikan adalah Amoxicillin dengan asam klavulanat; cefuroxime;cephalexin; dicloxacillin; atau eritromicin selama 10 hari. Pengobatan penunjang adalah :

Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah

Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak

Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh Dengan pengobatan antibiotik selama 24 jam maka infeksi sudah tidak

menyebar dan anak dapat masuk sekolah atau bertemu dengan temantemannya. Untuk mencegah impetigo dapat dilakukan :

Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif) 13

Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan bersih

Jauhkan diri dari orang dengan impetigo Orang yang kontak dengan orang yang terkena impetigo segera mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan.

Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan cuci tangan setelah itu

Kunjungan ke ulang ke dokter dilakukan bila :


Lesi impetigo menyebar lebih luas setelah pengobatan Anak menjadi tidak sehat; misalnya disertai demam Impetigo sangat menular dan dapat dengan mudah menyebar ke orang

lain karena itu penting untuk diingat bahwa pencegahan anak untuk menggaruk luka sangat penting, anak dapat kembali beraktivitas setelah 24 jam pengobatan dan semua luka/ lecet sudah ditutup (dengan kasa), lanjutkan pengobatan sampai semua lesi hilang, dan jangan lupa untuk mengelupaskan krusta walaupun anak dalam pengobatan sekalipun.

f. KOMPLIKASI Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam dua minggu walaupun tidak diobati. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi streptokokus terjadi pada 1-5% 14

pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik. Gejala berupa bengkak dan tekanan darah tinggi, pada sepertiga terdapat urin seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul. Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia), selulitis, psoriasis, Staphylococcal scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening. g. PENCEGAHAN Kebersihan sederhana dan perhatian kecil dapat mencegah timbulnya impetigo. Seseorang yang sudah terkena impetigo atau gejala-gejala infeksi/peradangan Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS) perlu mencari perawatan medik dan jika perlu dimulai dengan pemberian antibiotik secepat mungkin untuk mencegah menyebarnya infeksi ini ke orang lain. Penderita impetigo harus diisolasi, dan dicegah agar tidak terjadi kontak dengan orang lain minimal dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik. Pemakaian barang-barang atau alat pribadi seperti handuk, pakaian, sarung bantal dan seprai harus dipisahkan dengan orang-orang sehat. Pada umumnya akhir periode penularan adalah setelah dua hari permulaan pengobatan, jika impetigo tidak menyembuh dalam satu minggu, maka harus dievaluasi. h. PROGNOSIS Umumnya baik , di luar periode neonatal, pasien yang mendapatkan terapi lebih dini dan baik, akan memiliki kesempatan untuk sembuh tanpa bekas luka atau komplikasi Insidens infeksi umum dan meningitis lebih tinggi pada neonates Dengan terapi yang tepat, lesi dapat sembuh sempurna dalam 7 10 hari Terapi antibiotik tidak dapat mencegah atau menghentikan glomerulonefritis Pada lesi yang tidak sembuh dalam 7 10 hari setelah diterapi, perlu dilakukan kultur.

15

2. KEBERSIHAN DIRI (personal hygiene) a. Definisi kebersihan diri Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia. Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan unutk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya b. Kebersihan Kulit Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotorankotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah Skabies. Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan kulit. Mandi yang baik adalah : 1). Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis. 2). Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain

16

yang mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai kegiatan tersebut. 3). Gunakan sabun yang lembut. Germicidal atau sabun antiseptik tidak dianjurkan untuk mandi sehari-hari. 4). Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi. 5). Bersihkan badan dengan air setelah memakai sabun dan handuk yang tidak sama dengan orang lain. c. Cara merawat kebersihan kulit Cara menjaga kesehatan kulit bisa bermacam-macam dengan berbagai jenis kulit dan cara merawat kesehatan kulit yang dibutuhkan. Kondisi kulit yang berbeda pada setiap akan mempengaruhi bagaimana perawatan kulit yang tepat dan terbaik untuk dilakukan. Memiliki kulit yang sehat dan terawat dapat menunjang segala aktivitas karena sangat besar pengaruhnya terhadap penampilan. Kulit yang sehat mampu memancarkan efek positif pada lingkungan sekitar. Tidak mudah memang mendapatkan kulit sehat yang didambakan, namun kita bisa memulainya sedini mungkin dari sekarang. Cara menjaga kesehatan kulit penting untuk dilakukan karena peranan kulit sebagai salah satu panca indra yang sangat diperlukan oleh tubuh. Sebagai indra peraba, kulit terdiri dari saraf-saraf yang akan menghubungkan pada sistem syaraf pusat yang akan mengolah informasi yang akan diberikan pada anggota tubuh lain. Menjaga dan merawat kesehatan kulit akan membuat kulit terhindar dari berbagai jenis penyakit. Cara menjaga kesehatan kulit bisa dimulai dari kebiasaan sehari-hari yang mudah dilakukan seperti berikut ini : 1. Membersihkan wajah Kulit wajah menjadi bagian yang palin sensiditif terhadap kotoran, karena kulit wajah secara langsung menghadapi kotoran dan polusi lingkungan. Membersihkan kulit wajah dapat mengatasi jerawat pada wajah, menghilangkan komedo pada wajah akibat sisa kosmetik dan penumpukan kotoran pada wajah. Gunakan pembersih wajah yang sesuai 17

dengan jenis kulit wajah dan lakukan dua kali sehari dan setelah beraktivitas di luar rumah. 2. Mandi Mandi merupakan cara menjaga kesehatan kulit, dimana kesempatan kita untuk membersihkan seluruh kotoran yang menempel pada tubuh. Lakukan pembersihan pada seluruh bagian kulit seperti punggung, bagian leher, paha dan sela-sela jari. Usahakan untuk membersihkan tubuh secara total dan menyeluruh karena keringat tubuh mungkin tidak terlihat namun, sebenarnya bisa menjadi sarang kuman. 3. Perlindungan kulit Lindungi kulit dengan lotion saat bepergian atau menggunakan baju tertutup yang tidak membuat kulit terpapar. Bahaya sinar matahari dapat mengintai kesehatan kulit dan juga mengatasi kulit kering dan bersisik pada saat di ruangan berAC. 4. Makanan bergizi Pola hidup sehat menunjang pemenuhan terhadap gizi anggota tubuh, begitu juga dengan kulit. Makanan yang bernutrisi seimbang seperti vitamin C, vitamin E dan menghindari dehidrasi dengan terapi air putih adalah cara tepat untuk menjaga kesehatan kulit dari dalam.

C. PEMBAHASAN 1. Hubungan kebersihan Kulit dengan penyakit impetigo Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cerminan kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit terletak dibagian superfisial tubuh. Oleh karena letaknya di superfisial tubuh membuat kulit menjadi sangat mudah terinfeksi. Infeksi yang

18

terjadi biasanya disebabkan karena bakteri. Infeksi kulit karena bakteri terjadi apabila flora normal terganggu oleh pengaruh faktor-faktor antara lain temperatur kulit , kelembaban, higine buruk, kepadatan lingkungan, penyakit kulit yang ada, serta terpai antmikroba sebelumnya yang dapat meyebabkan bakteri patogenik menempel dan berkembang pada kulit. Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk. Faktor predisposisi antara lain kontak langsung dengan pasien impetigo, kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau pakaian pasien impetigo, cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab,kegiatan/olahraga dengan kontak langsung antar kulit, pasien dengan dermatitis. Jika seorang individu mengadakan kontak dekat dengan yang lainnya (anggota keluarga, teman satu kelas, teman sekelompok) yang mempunyai infeksi kulit karena GABHS atau yang membawa organisme ini, maka individu yang mempunyai kulit utuh dapat terkontaminasi oleh bakteri ini. Jika pada kulit yang terkolonisasi oleh bakteri ini, maka pada luka yang kecil, seperti luka lecet atau tergigit serangga akan timbul lesi impetigo antara 1-2 minggu. GABHS dapat ditemukan pada hidung dan tenggorokan pada beberapa individu 2-3 minggu setelah timbul lesi, meskipun mereka tidak terdapat gejala-gejala dari faringitis streptococcal. Hal ini disebabkan karena perbedaan rantai pada bakterinya. Impetigo biasanya merupakan rantai D, sedangkan faringitis disebabkan rantai A,B, dan C.

19

D. KESIMPULAN
Impetigo adalah infeksi piogenik superfisial dan mudah menular yang terdapat dipermukaan kulit. Infeksi ini disebabkan oleh streptokok dan stafilokok, dan berpindah dari manusia ke manusia melalui kontak, terutama antara anak-anak. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa terdapat luka seperti kulit melepuh pada ketiak dan kaki kirinya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bula lentikular sampai numular dengan batas tegas, multipel disertai erosi, krusta kecoklatan diregio axillaris dan cruris sinistra. Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan diagnosis impetigo bulosa pada pasien ini. Pengobatannya terdiri dari pemberian antibiotik baik sistemik maupun topikal dan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal yang dirasakan pasien. Selain itu penting juga untuk memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga kebersihan diri pasien dan perawatan lukanya.

20

DAFTAR PUSTAKA 1. Djuanda. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2. Priyatni,yuvita dewi.2010. Impetigo. http://www.scribd.com/154435998/Impetigo diakses pada 8 januari 2014 3. Graham brown, robin, dkk. 2002. Dermatologi dasar. Jakarta: Erlangga 4. Sibarani, marcel reinhard.2012. http://www.scribd.com/doc/148510304/pioderma. diakses pada 8 januari 2014 5. Mandal, K. Bibhat. 2002. Penyakit infeksi. Jakarta: Penerbit Erlangga 6. Harahap, prof. Marwali. 2000. Ilmu penyakit kulit. Jakarta : perpustakaan nasional katalog dalam terbitan 7. Bruns, toni, dkk. 2002. Lecture notes Dermatologi edisi 8. Jakarta : EGC 8. Tjokronegoro arjatmo, utama hendra.2001.buku dermakoitosis superfisialis. Jakarta: ISBN 9. DEP/SMF kesehatan Kulit kelamin fk unair. 2002. Atlas penyakit kulit dan kelamin edisi 2. Surabaya : FK Unair 10. Fitrianti,Gulan.2013.Impetigo. diakses pada 8 januari 2014. 11. Fitzpatrick JE., Morelli JG.2007.Dermatology Secrets In Color. Third Edition. Mosby Elsevier.Philadelphia,USA. 12. Cole C, Gazewood J. Diagnosis and Treatment of Impetigo. American Academy of Family Physician. Vol.75. No.6. 2007. p.859-864. Diunduh dari: http://www.sepeap.org/archivos/pdf/10524.pdf 13. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol3 Edisi15. Jakarta : EGC 14. Mansjoer, Arief et.al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid2 Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius FK UI 15. Price, sylvia anderson, ph.D, lorraine McCarty wilson,Ph.D. 2002. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit ( pathophysiologi clinical concepts of disease processes) edisi 4. Jakarta: EGC 16. Standar Pelayanan Medik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bandung. 2005 http://www.scribd.com/118944871/impetigo.

21

22

Anda mungkin juga menyukai