MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN AWAL PRAKTIKUM COR NPM/ KELOMPOK : 1106069765/ KELOMPOK 3 TANGGAL DIKUMPULKAN : 8 MEI 2014 TANGGAL DITERIMA : 8 MEI 2014 KETERANGAN : I. Tujuan Praktikum 1. Memahami perancangan sistem saluran dan penambah yang sesuai dengan dimensi logam yang akan dicor 2. Memahami cara-cara pembuatan cetakan pasir yang baik sesuai dengan rancangan pola yang ada 3. Memahami tahap-tahap persiapan dapur peleburan. 4. Memahami tahap-tahap peleburan logam. 5. Memahami cara penuangan logam cair ke dalam cetakan pasir yang telah dibuat. 6. Memahami jenis-jenis cacat yang dapat terjadi pada logam serta cara-cara penaggulangannya. 7. Memahami sifat-sifat logam hasil coran sesuai dengan kompoisi paduan yang digunakan
II. Dasar Teori Pengecoran logam Pengecoran atau casting adalah proses pembentukan logam (ferrous dan non ferrous) dengan cara memasukan logam cair kedalam cetakan berongga dan dilanjutkan dengan proses pembekuan (pendinginan) logam tersebut. Pengecoran loham memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, yaitu : - Dapat digunakan untuk membuat bentuk produk mulai dari yang sederhana hingga rumit dan berongga - Dapat digunakan untuk membuat benda dengan tingkat presisi dari yang longgar hingga sangat ketat - Dapat membuat produk satuan hingga massal - Dapat membuat produk dengan berat beberapa gram hingga ton - proses pengerjaan akhir dapat minimum Namun, disamping memiliki kelebihan, pengecoran logam juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu : - Kekuatan (strength) kurang - Cacat lubang halus yang dapat berpengaruh besar pada sifat mekanis. - Beberapa diperlukan proses Heat Treatment untuk memperbaiki sifat mekanis - Perlu ketrampilan khusus pada proses foundry untuk mendapatkan benda cor yang baik - Proses pengecoran logam dimulai dengan melakukan proses pencairan logam, kemudian proses penuangan logam ke dalam cetak, proses pembekuan/solidifikasi logam dalam cetakan, dan selanjutnya proses pelepasan produk coran dari cetakan. Setelah dilakukan peleburan pada dapur lebur dan penuangan aluminium cair ke dalam cetakan, maka proses selanjutnya ialah pembekuan (solidifikasi). Ketika mulai membeku, kristal-kristal mulai tumbuh dalam fasa liquid. Waktu saat kristal mulai tumbuh dikenal dengan nama nukleasi dan titik terjadinya disebut titik nukleasi. Proses solidifikasi ini sangat penting untuk mendapatkan produk tanpa cacat (reject), tidak ada penyusutan (shrinkage) dan menghasilkan butir-butir yang halus sehingga dihasilkan produk cor dengan sifat mekanis yang baik. Pembekuan benda cor dimulai dari bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku. Pada proses
ini, inti-inti kristal akan tumbuh. Bagian dalam coran mendingin lebih lambat daripada bagian luarnya sehingga kristal-kristal tumbuh dari mengarah ke bagian dalam coran dan butir-butir kristal tersebut berbentuk panjang-panjang seperti kolom (columnar). Sedangkan bagian paling dalam akan terbentuk equiaxed.
Skema Pembekuan Logam Aluminium Sebagai material yang akan digunakan dalam praktikum ini, aluminium memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu : Ringan Berat Jenis Rendah (2,7 gr/Cm 3 ), 1/3 dari baja Excellent Strength-to-weight ratio Temperatur Lebur Rendah (660 O C) Sifat mampu cor (castability) sangat baik Sifat mampu mesin (machinability) baik Ketahanan korosi baik Disamping memiliki kelebihan, aluminum juga memiliki kekurangan, diataranya adalah sebagai berikut : Berat Jenis rendah, sehingga mudah tercampur dengan pengotor (dross) oksida, misal Al2O3 (berat jenisnya 2.1 gr/mm 3 ) dengan Aluminium Cair (berat jenisnya 2.3 gr/mm 3 ) Mengalami Penyusutan (Shrinkage) yang cukup tinggi 3.5 8.5 % (rata-rata 6 %) Sangat mudah mengikat gas Hidrogen dalam kondisi cair 3H2O + 2 [AL] ---- 6 [H] + (AL2O3) Casting defect Proses pengecoran yang baik haruslah menghasilkan produk cor yang tidak cacat (reject). Nilai reject yang baik adalah dengan angka yang berkisar 2,0 5,0 %. Apabila nilai reject lebih dari 10 %, maka produk dikatakan tidak efisien, dan bila lebih dari 20%, maka secara ekonomis dikatakan tidak layak. Cacat-cacat yang mungkin terjadi pada pengecoran aluminium adalah : a. Gas porosity Pororsitas gas adalah terperangkapnya gas dalam logam cair pada waktu proses pengecoran dan pembekuan sehingga pada benda cor terdapat lubang-lubang. Cacat porositas gas dapat disebabkan karena terperangkapnya gas hidrogen dalam cairan Aluminium. Gas hidrogen dapat berasal dari scrap basah, temperatur leleh dan temperatur tuang yang terlalu tinggi, serta dari fluks dan cetakan yang basah. Porositas gas juga bias terjadi karena terperangkapnya udara pada sistem pengecoran (gating system) yang salah.
Cacat porositas gas dapat dicegah dengan cara : - Mencegah logam cair kontak langsung dengan atmosfir yang terlalu lama - Memberikan gas inert (Nitrogn/Argon) ke cairan logam - Perencanaan cetakan yang tidak menyebabkan turbulen pada aliran logam cair - Atur Pemakaian jumlah resin pada pasir agar sesuai (tidak kekurangan/ berlebihan) - Sistem ventilasi dari cetakan yang baik
b. shrinkage (penyusutan) Cacat shrinkage (penyusutan) terjadi pada daerah hot spot (terakhir membeku). Logam Aluminium umumnya mengalami penyusutan sekitar 36 % tergantung pada paduannya ketika membeku dari keadaan cair menjadi padat. Sebaiknya penyusutan ini terjadi bukan didalam produk. Biasanya jika terjadi didalam produk penyebabnya akibat casting design (gating sistem) yang kurang sempurna. Karenanya, casting design harus dibuat sedemiakian rupa agar penyusutan (shrinkage) ini tidak terjadi pada produk cor melainkan diluar produk cor. Penyebab dari penyusutan ini adalah: - Perbedaan ketebalan benda cor yang terlalu besar - Terdapatnya bagian tebal yang tidak dapat dialiri logam cair secara utuh - Saluran masuk dan penambah yang kurang banyak atau terlalu kecil - Saluran masuk dan penambah yang salah dalam peletakannya Shrinkage dapat dicegah dengan beberapa cara, yaitu : - Usahakan pembekuan serentak, baik bagian yang lebih tebal atau yang lebih tipis - Penggunaan cil yang dimaksudkan agar terjadi pembekuan terarah - Fungsikan Riser (penambah) secara efektif - Logam cair sebersih mungkin karena inklusi dapat menyebabkan pembekuan menjadi tak terarah dan menyebabkan tempat berkumpulnya gas Dalam banyak kasus, cacat yang terjadi dapat dalam bentuk gabungan keduanya (gas and shrinkage porosity).
Shrinkage porositas gas
gas and shrinkage porosity c. Misrun Misruns merupakan suatu cacat yang terjadi karena logam cair tidak mengisi seluruh rongga cetakan, sehingga benda cor menjadi tidak lengkap atau ada bagian yang hilang.
Penyebab terjadinya cacat misrun adalah : - Kualitas dari logam cair. - Sistem gating kurang baik. - Filling ratio yang rendah. - Temperatur cetakan rendah.
Cacat misrun Cacat misrun dapat dicegah dengan beberapa caya, yaitu : - Cairan Aluminium bersih dari inklusi - Penuangan yang dilakukan pada temperatur tinggi (optimal) - Kecepatan penuangan yang tinggi (optimal) - Jumlah saluran harus ditambah dan logam cair harus diisikan dari beberapa tempat pada cetakan - Lubang angin (ventilasi) harus ditambah
d. Cacat Akibat Dros (Slag/Kotoran) Logam cair dari paduan aluminium mudah teroksidasi, sehingga oksida dalam logam cair atau yang dihasilkan pada waktu penuangan terkumpul sebagai dros. Penyebab dari cacat ini adalah : - Pembentukan oksida yang meningkat dengan meningkatnya temperatur logam cair dan waktu holding yang terlalu lama - pemakaian scrap terlalu banyak. - Kelembaban udara.
e. Hot Cracking (Hot Tears) Tearing/ Hot Cracking (biasa juga disebut Hot Shortness) terjadi selama solidifikasi jika sejumlah besar shrinkage terjadi. Hot Cracking dapat dicegah dengan : - Alloy Selection - Part & Mold Design (Hindari bentuk bersudut dan runcing)
III. Alat dan Bahan a. Alat - Dapur induksi - Gerinda - Dapur krusibel - Kuas - Ladel - Helm - Gelas ukur - Kacamata - Rammer - Tools cor - Flask - Masker - Kape - Mangkok kecil - Cangkul - Burner - Linggis - Timbangan - Mixer - Baskom - Sarung tangan - Kompresor - Gergaji besi b. Bahan - Pasir silika - Logam Al - Pasir resin - Fluks - Bentonit/clay - Degasser - Air - Thermal coating - Gula tetes - Gas Elpiji - Serbuk arang - Solar
LABORATORIUM METALURGI PROSES DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN AWAL PRAKTIKUM COR NPM/ KELOMPOK : 110669765/ KELOMPOK 3 TANGGAL DIKUMPULKAN : 8 MEI 2014 TANGGAL DITERIMA : 8 MEI 2014 KETERANGAN : a. Persiapan pasir cetak - Facing sand
- Backing sand
- Pembuatan core, jika produk mempunyai rongga
b. pembuatan cetakan
Mencampur pasir untuk pembuatan cetakan Mengaduk semua bahan aditif dan menambahkan air hingga rata Menimbang pasir muka dan bahan aditif seberat 4 kg Memeriksa semua baha Memeriksa semua pola Memeriksa semua alat Mengeluarkan pasir dari mixer Mengaduk hingga halus dan menambahkan air hingga homogen Memasukan pasir hasil reklamasi ke mixer Melapisi inti dengan coating Mengeluarkan inti Memasukkan cetakan inti ke oven Memasukan pasir resin ke cetakan inti sambil dipadatkan Menyiapkan cetakan inti Melepaskan pola Memisahkan cope dan drag Membalik drag dan memasang pola dan cope Membuat gurata Menutup pola dan memadatkannya Membagi pair muka menjadi 2 bagia Mengatur posisi pola Menyiaapkan flask
c. persiapan dapur
d. peleburan - Peleburan dengan dapur krusibel
Memasang cope dan drag Meletakkan inti Memanaskan cetakan Coating Membalikan cope dan membuat poring basin Memperbaiki cetakan yang rusak Memeriksa bahan baku, aditif, dan paduan Menyiapkan alat bantu Dapur induksi jika peleburan sebelumnya adalah bahan yang berbeda, dapur harus dibersihkan dengan melebur scrap kuningan Membersihkan dapur dari sisa-sisa peleburan sebelumnya Dapur krusibel Memeriksa bahan bakar Memeriksa dapur tapping Memanaskan kembali dapur Mengangkat slag Fluxing dan degassing Superheating Setelah umpan cair, mengecilkan dapur dan mengaduknya melebur umpan Preheating umpan lain Memanaskan ladle Menyalakan dapur, membiarkan krusibel terbakar Memasukan kowi ke dapur dan memasukkan umpan ke kowi Melapisi ladle dengan thermal coat - Peleburan dengan dapur induksi
f. Penuangan - Penuangan dari dapur krusibel
memeriksa temperatur memanaskan dapur kembali mengangkat slag fluxing memanaskan hingga T superheating mengaduknya memasukkan umpan sisa preheating umpan lain memanaskan ladle menyalakan dapur memasukkan umpan melapisi ladle denga thermal coat membalik ladle dan membersihkan dari sisa peleburan membuang logam cair sisa ke cetakan ingot menghentikan penuangan setelah cetakan penuh membakar gas yang keluar dari cetakan menuang logam cair ke pouring basin cetakan menuang logam cair dari kowi ke ladel membuka penutup dapur dan mengeluarkan kowi mengatur posisi pengangkat kowi, lkadel, dan cetakan
( )
- Penuangan dari dapur induksi
f. Pembongkaran cetakan
g. Pemeriksaan benda coran
V. Referensi Modul praktikum pengecoran logam Bahan kuliah Pak Bambang Suharno tentang pengecoran logam
membalik ladle dan membersihkan dari sisa peleburan membuang logam cair sisa ke cetakan ingot melakukan penuangan untuk cetakan yang lain membakar gas yang keluar dari cetakan menuang logam cair ke ladle meletakkan ladle di bawah corong dapur mengatur posisi ladle dancetakan mendinginkan produk membersihkan produk menghancurkan pasir memindahkan cope dan drag keluar laboratorium menghitung nilai yield benda coran menimbang benda coran memotong gating system dari benda coran menimbang benda beserta gating system