Anda di halaman 1dari 4

LO 2 Pemeriksaan Mikrobiologi Candida

1. Spesimen
Specimen meliputi apus dan kerokan lesi superficial, darah, cairan spinal , biopsy jaringan, urine
eksudat, dan materi dari kateter intravena yang dilepas.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Biopsy jaringan, cairan spinal yang disentrifugasi, dan spesimen lain dapat diperiksa dalam
apusan yang dipulas Gram atau sediaan histopatologis untuk melihat adanya pseudohifa dan sel
tunas. Kerokan kulit atau kuku pertama-tama ditempatkan di dalam tetesan kalium hidroksida
(KOH) 10% dan putih calcofluor.


Kandidiasis. Ragi dan pseudohifa di dalam jaringan, diwarnai oleh asam periodat- Schiff. 1.000x.





3. Biakan
Semua spesimen dibiakkan pada medium jamur atau bakteriologis pada suhu ruang atau pada
suhu 37
o
C. Koloni ragi kemudian diperiksa untuk mencari keberadaan pseudohifa. C. albicans
dikenali melalui pembentukan tabung atau klamidospora. Isolat Candida lain ditemukan
spesiesnya denga serangkaian reaksi biokimiawi. Penafsiran kultur positif bervariasi sesuai
spesimennya. Kultur positif yang diambil dari lokasi di tubuh yang normalnya steril adalah
signifikan. Makna diagnostic kultur urine kuantitatif tergantung pada integritas spesimen dan
populasi ragi. Kateter Foley yang terkontaminasi dapat membuat hasil kultur urine positif
semu. Kultur darah positif mencerminkan kandidiasis sistemik atau kandidemia transien akibat
jalur intravena yang terkontaminasi. Kultur sputum tidak bermakna karena Candida sp.
merupakan bagian dari flora oral. Kultur lesi kulit dapat menegakkan diagnosis.
4. Serologi
Umumnya, uji serologis yang saat ini tersedia memiliki keterbatasan spesifisitas atau sensitivitas.
Antibodi serum dan imunitas yang diperantarai sel dijumpai pada kebnyakan orang sebagai hasil
dari pajanan seumur hidup terhadap kandida. Pada kandidiasis sistemik, titer antibo terhadap
berbagai antigen kandida dapat saja meningkat, tetapi tidak ada kriteria yang jelas untuk
menegakkan diagnosis secara serologi. Deteksi manan dinding sel yang ada di dalam sirkulasi
dengan menggunakan uji aglutinasi lateks atau immunoassay enzim, jauh lebih spesifik tetapi
pemeriksaan ini tidak terlalu sensitive karena banyak pasien yang hanya menunjukkan hasil
positif dalam waktu singkat atau karena bahkan tidak memperlihatkan titer antigen yang cukup
bermakna dan dapat terdeteksi hingga tahap lanjut penyakit. Satu uji serologi baru yang
menjajikan guna memeriksa -glukan dala sirkulasi yang ditemukan dalam dinding sel berbagai
spesies jamur, saat ini sedang dalam penelitian.
Ini daftar pustaka buat yang nomer 1 sampe 4 geee
Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mielzner TA. Mikrobiologi kedokteran. 25
th
edition. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013. p.676-7

5. Pemeriksaan Langsung
Kerokan kulit atau swab mukokutan ditetesi dengan KOH 10% atau dapat diwarnai dengan
pewarnaan gram, dan selnajutnya dilihat di bawah mikroskop. Yang dapat dilihat adalah sel sel
ragi, blastospora dan hifa semu (pseudohifa).



6. Pemeriksaan Histopatologi
Pada pemeriksaan dengan pengecatan hematoksilin eosin (HE) di dalam sediaan akan dapat
terlihat sel sel reaksi radang berupa sel sel netrofil, sarang sarang abses kecil, sel datia yang
dikelilingi oleh sel histiosit. Sel sel ragi tampak berupa blastospora dan juh=ga dapat ditemukan
hifa semu.
Ini daftar pustaka yang nomer 5 sampe 6 gee
Siregar RS. Penyakit jamur kulit. Second edition. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.
p.57-8

Morfologi koloni C. Albicans pada media padat agar Sabouraud Dekstrosa, umumnya berbentuk bulat
dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada
koloni yang telah tua. Umur biakan mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan
dan berbau asam seperti aroma tape. Dalam media cair seperti glucose yeast, extract pepton, C.
Albicans tumbuh didasar tabung.


Pada media tertent, diantaranya agar tepung jagung (corn-meal agar). Agar tajin (rice-cream agar) atau
agar dengan 0,1% glukosa terbentuk klamidospora terminal berdinding tebal dalam waktu 24 jam.


Pada medium agar eosin metilen biru dengan suasana CO2 tinggi, dalam waktu 24-48 jam terbentuk
pertumbuhan khas menyerupai kaki laba-laba atau pohon cemara. Pada media yang mengandung faktor
protein, misalnya putih telur, serum atau plasma darah dalam waktu 1-2 jam pada suhu 37oC terjadi
pembentukan kecambah dari blastospora.


C. albicans dapat tumbuh pada variasi pH yng luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH
antara 4,5-6,5. C albicans membutuhkan senyawa organik sebgai sumber karbon dan sumber energi
untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat,
jamur ini merupakan organisme anaerob maupun aerob.


Balas, Balas Semua atau Teruskan | Lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai