Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan
efisiensi yang tinggi karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa
tekanan tinggi dan detektor yang sangat sensitif dan beragam sehingga mampu menganalisis
berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal
maupun campuran (USP XXX, 2007).
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi merupakan metode yang sering digunakan untuk
menganalisis senyawa obat. Kromatografi cair kinerja tinggi dapat digunakan untuk
pemeriksaan kemurnian bahan obat, pengawasan proses sintesis dan pengawasan mutu
(quality control) (Ahuja dan Dong, 2005). Percobaan ini bertujuan untuk menganalisis secara
kuantitatif kandungan parasetamol dan kafein dalam sampel obat flu bentuk tablet yang telah
beredar dipasaran menggunakan peralatan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau
High Performance Liquid Chromatography (HPLC). HPLC merupakan metode yang tidak
destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif (Gandjar,
2007).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis kuantitatif dengan
menggunakan HPLC, yaitu:

1. Parameter percobaan sama antara standar dan sampel
2. Penentuan berdasarkan waktu retensi sampel dan standar yang sama
3. Penentuan kadar dilakukan berdasarkan hubungan (korelasi) dengan menggunakan
larutan standar seri pada waktu retensi tertentu.
4. Berdasarkan area kromatogram
5. Berdasarkan tinggi puncak kromatogram
6. Umumnya hasil analisis HPLC diperoleh dalam bentuk signal kromatogram. Dalam
kromatogram akan terdapat peak-peak yang menggambarkan banyaknya jenis komponen
dalam sampel.

Analisis kuantitatif diawali dengan membuat larutan induk parasetamol dan kafein
masing-masing sebesar 100 ppm dengan cara melarutkan 100,0 mg baku standar parasetamol
(berbentuk serbuk) dengan aquades dalam labu tentukur 50 mL (aquades ditambahkan
sampai tanda batas) sehingga didapatkan larutan induk dengan konsentrasi 100 ppm dan hal
yang sama dilakukan untuk membuat larutan induk kafein.
Kemudian dibuat larutan standar campuran parasetamol-kafein dengan deret konsentrasi
mulai dari (10 : 6), (12 : 8), (14 : 10), (16 : 12), dan (18 : 14) ppm yang diambil dari larutan
induk (parasetamol : kafein). Setelah membuat deret konsentrasi, larutan standar pun
dianalisa dengan HPLC untuk mendapatkan kurva kalibrasi.
Fase gerak (eluen) yang digunakan pada saat menganalisa yaitu Kalium dihidrogen fosfat
atau KH2PO4 (90%) - Metanol (4%) - Asetonitril (6%). Pemilihan fase gerak ini berdasarkan
informasi dari jurnal-jurnal analisis parasetamol dan kafein terdahulu. Tipe gradien yang
digunakan adalah isokratik dimana fase gerak dari awal sampai akhir memiliki perbandingan
komposisi yang tetap. Fase diam (kolom) yang digunakan adalah kolom fase terbalik (reverse
phase column) yaitu Silika oktadesil (C-18) yang bersifat non polar. Kolom ini dipilih karena
sampel yang akan dianalisa (parasetamol dan kafein) bersifat polar. Volume yang
diinjeksikan adalah 10 L. Detektor yang digunakan adalah detektor UV-Vis yang
dipengaruhi suhu dengan panjang gelombang yang dipakai adalah 215 nm, dimana pada
panjang gelombang tersebut terjadi penyerapan maksimum parasetamol dan kafein.
Kurva kalibrasi adalah hubungan antara respon instrumen dengan konsentrasi analit yang
diketahui. Pada kurva kalibrasi tersebut konsentrasi larutan (dalam ppm) sebagai sumbu x
dan absorbansi larutan sebagai sumbu y.
Dari kurva kalibrasi tersebut dihitung nilai persamaan regresi linier (y = bx + a). Nilai
persamaan regresi linier yang didapat dari kurva kalibrasi parasetamol adalah y = 4,7934x +
5,4726 dengan R = 0.9844 dan dari kurva kalibrasi kafein adalah y = 2x + 4 dengan R
2
= 1.
Keselerasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai R
2
. Semakin besar
nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati 1 maka model regresi semakin
baik. Nilai R
2
mempunyai karakteristik diantaranya: 1) selalu positif, 2) Nilai R
2
maksimal
sebesar 1. Jika Nilai R
2
sebesar 1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna.
Maksudnya seluruh variasi dalam variabel y dapat diterangkan oleh model regresi.
Sebaliknya jika R
2
sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linier antara x dan y.
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan nilai R
2
yang mendekati 1 dan tepat 1, maka dapat
dinyatakan bahwa terdapat hubungan linier antara x dan y.




DAPUS :

Ahuja, S., dan M. W. Dong. 2005. Handbook of Pharmaceutical Analysis by HPLC. New
York : Elsevier Academic Press.

Gholib Ibnu Gandjar. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai