Anda di halaman 1dari 22

TUGAS BIOLOGI

NUR AZHARY IRIAWAN EKA PUTRA


XII IPA 3
29087
A. Kultur Jaringan
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan jaringan atau
bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud secara buatan adalah dilakukan
di luar individu yang bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro,
sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti "di dalam kaca") karena
jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan Petri dari kaca atau material tembus
pandang lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik
dari tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia) namun masing-masing jaringan
memerlukan komposisi media tertentu.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan
adalah:
Pembuatan media
Inisiasi
Sterilisasi
Multiplikasi
Pengakaran
Aklimatisasi

KEUNTUNGAN PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN
Pengadaan bibit tidak tergantung musim
Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyakdengan waktu yang relatif lebih cepat
(darisatu mata tunas yang sudah respon dalam 1tahun dapat dihasilkan minimal 10.000
planlet/bibit)
Bibit yang dihasilkan seragam
Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murahdan mudah
Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan
lainnya
Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian
tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh
(sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas). Keuntungan dari kultur jaringan
lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur
jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman
yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.

B. REKAYASA GENETIKA
Teknologi rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen
lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen yang bertujuan untuk
mendapatkan pruduk baru yang unggul. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai
perpindahan gen.
1. Teknik plasmid merupakan rangkaian DNA berbentuk lingkaran pada bakteri. Pada
bagian plasmid inilah prosese penyisipan gen asing dapat dilakukan. Urutan penyisipan
gen asing pada plasmid adalah sebagai berikut :
a. mengidentifikasi gen yang akan disisipkan dari kromosom sel eukariot, misalnya gen
penyakit insulin.
b. Memotong gen yang telah diidentifikasi dengan enzim khusus.
c. Mengekkstrak gen yang telah dipotong dari kromosom sel eukariot.
d. Mengekstrak plasmid dari sel bakteri.
e. Menyisipkan gen ke dalam plasmid dengan enzim endonuklease.
f. Memasukkan plasmid ke dalam sel bakteri kembali.
g. Biarkan bakteri yang telah mengandung gen asing berkembang biak.
h. Mengambil produk yang dihasilkan bakteri, misalnya kromosom insulin.

Mengapa potongan gen asing dapat menempel dengan sangat persis pada plasmid ?
Hal ini disebabkan endonuklease yang digunakan untuk memotong gen asing dan benang
plasmid mempunyai jenis yang sama. Akibatnya, akan dihasilkan ujung-ujung gen asing dan
plasmid yang lengket. Dengan demikian, gen manusia atau organisme lain dapat menyatu
membentuk lingkaran plasmid dengan kuat.
Insulin yang dihasilkan melalui rekayasa genetika ini lebih murni karena terbebas dari protein
hewan yang tercemar. Teknik plasmid juga dikembangkan manusia untuk menghasilkan
tanaman yang resisiten terhadap berbagai hama, penyakit, kekeringan, kondisi hama yang
tidak subur, dan sebagainya. Selain itu, teknik plasmid juga digunakan dalam terapi genetika,
yaitu penyisipan gen yang efektif untuk menggantikan gen yang merugikan. Jika terapi ini
berhasil penyakit menurun seperti hemofilia, thallasemia, dan buta warna dapat disembuhkan.



2. Terapi gen (Gene therapy)

adalah suatu proses terapi untuk mengobati penyakit tententu
dengan cara menginsersikan gen yang telah diperbaiki atau gen tertentu kedalam genom
sel-sel atau jaringan individu untuk menggantikan gen yang abnormal yang
menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.

PRINSIP TERAPI GEN
Ada beberapa prinsip yang digunakan untuk menggantikan atau memperbaiki gen yang
rusak
Insersi gen yang normal pada lokasi yang tidak spesifik di dalam genom untuk
menggantikan gen yang tidak berfungsi. Prinsip ini merupakan pendekatan umum yang
paling sering digunakan.
Gen yang tidak normal dihilangkan dari genom individu dan digantikan oleh gen yang
normal menggunakan cara homologous recombination.
Gen yang tidak normal dapat diperbaiki melalui cara selective reverse mutation.
Mengubah regulasi (pengaturan) gen tertentu.

JENIS TERAPI GEN
Terapi gen dibedakan atas 2 jenis yaitu
1. Terapi gen sel somatik (somatic-cell gene therapy) atau gene therapy non hereditable

Pada terapi gen sel somatik, gen yang normal atau telah dimodifikasi ditransfer ke dalam
sel-sel somatik pasien. Terapi gen ini hanya dapat mengatasi penyakit atau kelainan pada
pasien yang bersangkutan. Gen yang telah diperbaiki atau dimodifikasi ini tidak dapat
diturunkan kepada generasi selanjutnya, karena gen yang telah diperbaiki ini hanya ada
pada sel-sel somatik saja dan tidak ada pada sel-sel germinal.

Terapi gen somatik
(somatic cell gene therapy) mirp dengan transplantasi sel, jaringan atau organ. Pada
transplantasi organ ketubuh resipien, organ yang ditransplantasikan itu mengandung gen
- gen yang berbeda dengan pasien. Pada terapi gen ini beberapa sel pasien diambil,
diperbaiki diperbaiki gennya dan kemudian dikembalikan ke pasiennya. Hal ini
menyebabkan terapi gen sel somatik tidak serumit dan tidak seberbahaya transplantasi
organ.

2. Terapi gen sel germinal (Germ line /hereditable gene therapy)
Pada terapi gen sel germinal, gen yang mengalami defek pada sel-sel germinal akan
diperbaiki dengan cara menginsersikan dan mengintegrasikan gen yang normal atau gen
yang telah dimodifikasi kedalam genom sel-sel germinal. Gen yang telah diinsersikan
ini kemudian akan diturunkan ke generasi berikutnya. Terapi gen sel germinal sangat
bermanfaat untuk mengatasi penyakit-penyakit genetik dan penyakit-penyakit yang
bersifat herediter. Akan tetapi terapi gen sel germinal hingga kini masih sulit dilakukan
karena alasan tehnis dan etik. Bila gen yang mengalami defek pada sel-sel germinal ini
diperbaiki dan diturunkan berarti kita telah mengubah genetik seseorang. Hal inilah yang
menjadi kendala untuk melakukan terapi gen sel germinal.

METODA TERAPI GEN
Metoda terapi gen dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu
1. transfer gen yang telah dimodifikasi atau gen normal kedalam sel-sel sasaran pada pasien
dengan menggunakan vektor biologi yaitu virus.
2. transfer gen yang telah dimodifikasi atau gen yang normal kedalam sel-sel sasaran pada
pasien dengan menggunakan cara non virus. Beberapa cara non virus yang dapat
digunakan adalah Naked DNA, Oligonucleotides, lipoplexes dan polyplexes, hibrid
methods, dendrimers.

3. Kloning
Kloning adalah penggunaan sel somatik makhluk hidup multiseluler untuk membuat satu
atau lebih individu dengan materi genetik yang sama atau identik. Kloning ditemukan pada
tahun 1997 oleh Dr. Ian Willmut seorang ilmuan Skotlandia dengan menjadikan sebuah sel
telur domba yang telah direkayasa menjadi seekor domba tanpa ayah atau tanpa perkawinan.
Domba hasil rekayasa ilmuan Skotlandia tersebut diberi nama Dolly.

Cara kloning domba Dolly yang dilakukan oleh Dr. Ian Willmut adalah sebagai berikut :

Mengambil sel telur yang ada dalam ovarium domba betina, dan mengambil kelenjar
mamae dari domba betina lain.
Mengeluarkan nukleus sel telur yang haploid.
Memasukkan sel kelenjar mamae ke dalam sel telur yang tidak memiliki nukleus lagi.
Sel telur dikembalikan ke uterus domba induknya semula (domba donor sel telur).
Sel telur yang mengandung sel kelenjar mamae dimasukkan ke dalam uterus domba,
kemudian domba tersebut akan hamil dan melahirkan anak hasil dari kloning.

Jadi, domba hasil kloning merupakan domba hasil perkembangbiakan secara vegetatif karena
sel telur tidak dibuahi oleh sperma.

Kloning juga bisa dilakukan pada seekor katak. Nukleus yang berasal dari sebuah sel di
dalam usus seekor kecebong ditransplantasikan ke dalam sel telur dari katak jenis lain yang
nukleusnya telah dikeluarkan. Kemudian, telur ini akan berkembang menjadi zigot buatan
dan akan berkembang lagi menjadi seekor katak dewasa. Kloning akan berhasil apabila
nukleus ditransplantasikan ke dalam sel yang akan menghasilkan embrio (sel telur) termasuk
sel germa. Sel germa adalah sel yang menumbuhkan telur dari sperma.

4. Hibridoma
Teknik hibridoma adalah teknik pembuatan sel yang dihasilkan dari fusi antara sel B
limfosit dengan sel kanker. Sifat dari sel hibridoma ini adalah imortal. Proses pembuatan dari
sel hibridoma adalah sebagai berikut, pertama-tama dilakukan proses imunisasi dengan
menggunakan antigen tertentu. Kemudian dipisahkan sel B-limfosit dari organ limpa, lalu sel
ini difusikan dengan sel kanker immortal. Tahapan fusi sel hibridoma ini dilakukan dengan
membuat membran sel menjadi lebih permeabel. Sel hibrid hasil fusi inilah yang disebut
sebagai sel hibridoma yang merupakan sel imortal yang dapat menghasilkan antibodi. Dalam
percobaan yang umum dilakukan, proses pembuatan sel hibridoma dilakukan dengan
menggunakan sel mieloma NS-1 dan sel limpa dari mencit.

C. Bioteknologi dalam Bidang Kedokteran
1. Antibodi Monoklonal
adalah antibodi sejenis yang diproduksi oleh sel plasma klon sel-sel b sejenis. Antibodi
ini dibuat oleh sel-sel hibridoma (hasil fusi 2 sel berbeda; penghasil sel b Limpa dan sel
mieloma) yang dikultur. Bertindak sebagai antigen yang akan menghasilkan anti bodi
adalah limpa. Fungsi antara lain diagnosis penyakit dan kehamilan

2. Pembuatan vaksin
Vaksin Dihasilkan Dari Kuman (Atau Bagian Dari Tubuh Kuman) Yang Menyebabkan
Penyakit. Sebagai Contoh Vaksin Campak Dihasilkan Dari Virus Campak, Vaksin Polio
Dihasilkan Dari Virus Polio, Vaksin Cacar Dihasilkan Dari Virus Cacar, Dll.
Perbedaanya Terletak Pada Cara Pembuatan Vaksin Tersebut.
Terdapat 2 Jenis Vaksin, Hidup Dan Mati. Untuk Membuat Vaksin Hidup, Virus Hidup
Dilemahkan Dengan Melepaskan Virus Kedalam Tisu Organ Dan Darah Binatang
(Seperti Ginjal Monyet Dan Anjing, Embrio Anak Ayam, Protein Telur Ayam Dan
Bebek, Serum Janin Sapi, Otak Kelinci, Darah Babi Atau Kuda Dan Nanah Cacar Sapi)
Beberapa Kali (Dengan Proses Bertahap) Hingga Kurang Lebih 50 Kali Untuk
Mengurangi Potensinya. Sebagai Contoh Virus Campak Dilepaskan Kedalam Embrio
Anak Ayam, Virus Polio Menggunakan Ginjal Monyet, Dan Virus Rubela Menggunakan
Sel-Sel Diploid Manusia (Bagian Tubuh Janin Yang Digugurkan). Sedangkan Vaksin
Yang Mati Dilemahkan Dengan Pemanasan, Radiasi Atau Reaksi Kimia.
Kuman Yang Lemah Ini Kemudian Dikuatkan Dengan Adjuvan (Perangsang Anti Bodi)
Dan Stabilisator (Sebagai Pengawet Untuk Mempertahankan Khasiat Vaksin Selama
Disimpan). Hal Ini Dilakukan Dengan Menambah Obat, Antibiotik Dan Bahan Kimia
Beracun Kedalam Campuran Tersebut Seperti: Neomycin, Streptomycin, Natrium
Klorida, Natrium Hidroksida, Alumunium Hidroksida, Alumunium Fospat, Sorbitol,
Gelatin Hasil Hidrolisis, Formaldehid, Formalin, Monosodium Glutamat, Pewarna
Merah Fenol, Fenoksietanol (Anti Beku), Kalium Difospat, Hidrolysate Kasein Pankreas
Babi, Sorbitol Dan Thimerosal (Raksa). (Menurut Pusat Pengawasan Dan Pencegahan
Penyakit (CDC) AS Juga Menurut Psicianas Desk Reference).
Campuran Virus Atau Bakteri, Bahan Kimia Beracun Dan Bagian Tubuh Binatang Yang
Berpenyakit Inilah Yang Disuntikan Kedalam Tubuh Anak Atau Orang Dewasa Ketika
Mendapatkan Vaksinasi. Menurut CDC AS, Bahan Tambahan Dicampurkan Ke Dalam
Vaksin Untuk Meningkatkan Reaksi Imun, Mencegah Pencemaran Mikroba Dan
Memperkuat Formula Vaksin, Serta Untuk Memastikan Vaksin Tersebut Stabil, Bebas
Kuman Dan Aman.

3. Insulin
Insulin merupakan hasil recombinasi DNA yang digunakan secara genetis dengan
memodifikasi Escchereia Coli. Organisme ini mensintese setiap rantai insulin menjadi seperti
asam amino yang sama seperti insulin manusia. Ikatan-ikatan kimia ini yang akhirnya
menghasilkan human insulin.




D. Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari
spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini
bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya
pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap
organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman
alami. Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi
kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan
kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bagian dari
pemuliaan tanaman. Hadirnya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi masyarakat
dunia karena sebagian masyarakat khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu
keseimbangan lingkungan (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi
perekonomian global.
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau
pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang
diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang
diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen.
Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen
pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian,
vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring
dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak
dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel
tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen
ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi
DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode
transfer DNA dengan bantuan listrik).
Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil. Metode ini sering digunakan pada
spesies jagung dan padi. Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan
mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan
mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen
memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel
selama penembakan berlangsung.
Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens. Bakteri
Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena memiliki
plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti
terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman
tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam
plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada
plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu dengan
DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen
asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan
dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-
pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu
(terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses pengembalian
dinding sel tanaman.
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel
yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel
yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah terbentuk
tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman
dapat diamati.

E. Peternakan
1. Hewan transgenik
Hewan transgenik merupakan hewan yang diinjeksi dengan DNA dari hewan lain.
Transformasi gen tersebut yang umumnya berasal dari spesies yang sama, tapi dapat
juga berasal dari spesies berbeda yang dilakukan terhadap embrio sebelum hewan
transgenik tersebut dilahirkan. Transformasi genetik diharapkan menyebabkan mutasi
spontan sehingga genetik dari hewan yang ditransformasi termodifikasi sesuai dengan
gen yang diharapkan muncul sebagai performans.

Hewan transgenik dikembangkan dengan 3 cara, yaitu mikroinjeksi DNA, transfer
gen dengan media retrovirus dan transfer gen dengan media sel cangkokan embrionik.
Mikroinjeksi DNA dilakukan dengan melakukan injeksi langsung gen terpilih yang
diambil dari anggota lain dalam spesies yang sama ataupun berbeda ke dalam
pronukleus ovum yang telah dibuahi. Transfer gen dengan media retrovirus
menggunakan retrovirus sebagai vector, kemudian menginjeksikan DNA ke dalam sel
inang. DNA dari retrovirus berintegrasi ke dalam germ untuk bekerja. Transfer gen
dengan media sel cangkokan embrionik diaplikasikan dengan menggunakan sequence
DNA yang diharapkan muncul ke dalam kultur in vitro sel cangkokan embrionik. Sel
cangkokan dapat menjadi organisme lengkap. Sel kemudian berikatan dalam embrio
pada tahap perkembangan blastosit (Bains, 1993).

Hewan yang telah berhasil dikembangkan menjadi hewan transgenik adalah mencit
sebagai hewan pioneer yang pertama kali dibuat. Saat ini telah dikembangkan ke
tikus, kelinci, domba, sapi dan babi. Salah satu tujuan dilakukan manipulasi genetik
adalah untuk menghasilkan hewan yang memiliki karakter yang diharapkan
(breeding).

Manipulasi genetik dilakukan untuk beberapa tujuan. Pada bidang pertanian, dengan
manipulasi genetik dihasilkan hewan yang memiliki karakter yang diharapkan
(breeding), pangan yang lebih sehat dihasilkan lebih cepat (kualitas pangan) dan
resistensi terhadap infeksi bakteri yang tersebar bebas (resistensi penyakit). Bidang
industri, produk baru (kambing yang menghasilkan sutra laba-laba) dapat diciptakan.
Dalam bidang riset, memunculkan model riset baru (mencit transgenik) dan evolusi
yang dipaksa (organisme baru dengan karakter yang lebih diharapkan).

Meskipun banyak potensi dan manfaat yang dapat diambil dari hewan transgenik,
akan tetapi proses yang dilibatkan dalam pengembangan hewan transgenik di
laboratorium berpotensi atau memiliki dampak yang buruk terhadap masa depan
hewan yang dilibatkan. Proses yang terjadi dalam pengembangan galur transgenik
baik di laboratorium maupun di hewan ternak secara potensial memiliki dampak
utama terhadap hewan yang diamati. Area tertentu dimana masalah dapat terjadi
adalah pada proses eksperimental yang berhubungan dengan produksi in vitro dan
transfer embrio serta selama gestasi dan kelahiran hewan yang dimanipulasi. Pada
hewan ternak, dibandingkan dengan IB, prosedur yang digunakan sebelum dan
sesudah mikroinjeksi (contohnya kultur in vitro dan transfer embrio) mungkin
memperpanjang gestasi, meningkatkan bobot lahir dan menyebabkan insiden
kesulitan lahir dan kehilangan perinatal yang lebih tinggi.



F. Pengolahan Limbah
1. Limbah Minyak
Pengolahan limbah minyak bumi dilakukan secara fisika, kimia dan biologi.
Pengolahan secara fisika dilakukan untuk pengolahan awal yaitu dengan cara
melokalisasi tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang
kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa ( oil skimmers) ke sebuah
fasilitas penerima reservoar baik dalam bentuk tangki ataupun balon dan
dilanjutkan dengan pengolahan secara kimia, namun biayanya mahal dan dapat
menimbulkan pencemar baru. Pengolahan limbah secara biologi merupakan alternatif
yang efektif dari segi biaya dan aman bagi lingkungan. Pengolahan dengan metode
biologis disebut juga bioremediasi, yaitu biotek-nologi yang memanfaatkan makhluk
hidup khususnya mikroorganisme untuk menurunkan konsentrasi atau daya racun
bahan pencemar (Lasari, 2010).

Secara umum beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak yang menjadi
limbah diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi,
penggunaan sorbent, penggunaan bahan kimia dispersan, dan washing oil (Anonim,
1994).

In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga
mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan
pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkan
booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan
api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam jumlah besar sulit untuk
mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak
terkontrol.
Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan
dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam
wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer.
Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri
pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang
terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkannutrisi dan
oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.
Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui mekanisme
adsorpsi (penempelan minyak pad permukaan sorbent) danabsorpsi (penyerapan
minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair
menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus
memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan
minyak, dapat diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu
organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami
(lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen
dan serat nilon).
Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi tetesan
kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke
dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif
yang disebut surfaktan.
Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.

2. Limbah Plastik
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik
seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan
mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat
dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di
Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah
dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang
terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali,
terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk
seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh
industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat
diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai
kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak
terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut,
sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu
pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan
sebagainya (Sasse et al.,1995).

Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di
Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara
manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di
Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu
dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini
memungkinkan berkembangnya industri daur ulang plastik di Indonesia (Syafitrie,
2001).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik
telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses
kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan
bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut
Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu
polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.

3. Air Limbah
Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,
diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah
mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan
(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama
untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu
detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan
tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan
memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk
menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak
mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam
proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan
senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama
jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit
pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air
yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.

Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa
fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang
diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui
perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah
diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan
juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan
koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan
membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan
hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam
tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5.
Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida
[Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan
reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada
konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2),
kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat
memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya
pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.

Pengolahan secara biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang
paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai
metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang
dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung
dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai
modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan
dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan
80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih
tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu
detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula
menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak
sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk
dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia,
waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam
lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat
memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan
waktu detensi 3-5 hari saja.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media
pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai
modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
1. trickling filter
2. cakram biologi
3. filter terendam
4. reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-
90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara
biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses
anaerob menjadi lebih ekonomis.
Dalam prakteknya saat ini, teknologi pengolahan limbah cair mungkin tidak lagi
sesederhana seperti dalam uraian di atas. Namun pada prinsipnya, semua limbah yang
dihasilkan harus melalui beberapa langkah pengolahan sebelum dibuang ke
lingkungan atau kembali dimanfaatkan dalam proses produksi, dimana uraian di atas
dapat dijadikan sebagai acuan.

G. Bahan Bakar Alternatif
Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain
sebagai berikut : 60 % CH4 (metana), 38 % CO2 (karbon dioksida) dan 2 % N2, O2,
H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan
sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang
ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama yaitu kotoran ternak
Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain 1 m3 Biogas
setara dengan :

Bahan Bakar Jumlah
Elpiji
Minyak tanah
Minyak solar
Bensin
Gas kota
Kayu bakar
0,46 kg
0,62 liter
0,52 liter
0,80 liter
1,50 m
3

3,50 kg
H. Dampak Bioteknologi
Dampak Positif
1. Bidang Pangan
Bioteknologi memainkan peranan penting dalam bidang pangan yaitu dengan
memproduksi makanan dengan bantuan mikroba (tempe,roti,keju,yoghurt,kecap,dll) ,
vitamin, dan enzim.
2. Bidang Kesehatan
Bioteknologi juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan misalnya dalam pembuatan
antibodi monoklonal, pembuatan vaksin, terapi gen dan pembuatan antibiotik. Proses
penambahann DNA asing pada bakteri merupaka prospek untuk memproduksi
hormon atau obat-obatan di dunia kedokteran. contohnya pada produksi hormon
insulin, hormon pertumbuhan dan zat antivirus yang disebut interferon. Orang yang
menderita diabetes melitus membutuhkan suplai insulin dari luar tubuh. Dengan
menggunakan teknik DNA rekombinan, insulin dapat dipanen dari bakteri.
3. Bidang Lingkungan
Bioteknologi dapat digunakan untuk perbaikan lingkungan misalnya dalam hal
mengurangi pencemaran dengan adanya teknik pengolahan limbah dan dengan
memanipulasi mikroorganisme.
4. Bidang Pertanian
Adanya perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan teknik modifikasi genetik
dengan bioteknologi melalui rekayasa genetika untuk memperoleh varietas unggul,
produksi tinggi, tahan hama, patogen, dan herbisida. Perkembangan Biologi
Molekuler memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan ilmu pemuliaan
ilmu tanaman (plant breeding). Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa
perbaikan genetis melalu pemuliaan tanaman konvemsional telah memberikan
kontribusi yng sangat besar dalam penyediaan pangan dunia.
Dalam bidang pertanian telah dapat dibentuk tanaman dengan memanfaatkan
mikroorganisme dalam fiksasi nitogen yang dapat membuat pupuknya sendiri
sehingga dapat menguntungkan pada petani. Demikian pula terciptanya tanaman yang
tahan terhadap tanah gersang. Mikroba yang di rekayasa secara genetik dapat
meningkatkan hasil panen pertanian, demikian juga dalam cara lain, seperti
meningkatkan kapasitas mengikat nitrogen dari bacteri Rhizobium. Keturunan bacteri
yang telah disempurnakan atau diperbaiki dapat meningkatkan hasil panen kacang
kedelai sampai 50%. Rekayasa genetik lain sedang mencoba mengembangkan turunan
dari bacteri Azotobacter yang melekat pada akar tumbuh bukan tumbuhan kacang-
kacangan (seperti jagung) dan mengembangbiakan, membebaskan tumbuhan jagung
dari ketergantungan pada kebutuhan pupuk amonia (pupuk buatan).
Hama tanaman merupakan salah satu kendala besar dalam budidaya tanaman
pertanian. Untuk mengatasinya, selama ini digunakan pestisida. Namun ternyata
pestisida banyak menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain matinya
organigme nontarget, keracunan bagi hewan dan manusia, serta pencemaran
lingkungan. Oleh karena itu, perlu dicari terobosan untuk mengatasi masalah, tersebut
dengan cara yang lebih aman. Kita mengetahui bahwa mikroorganisme yang terdapat
di alam sangat banyak, dan setiap jenis mikroorganisme tersebut memiliki sifat yang
berbeda-beda. Dari sekian banyak jenis mikroorganisme, ada suatu kelompok yang
bersifat patogenik (dapat menyebabkan penyakit) pada hama tertentu, namun tidak
menimbulkan penyakit bagi makhluk hidup lain. Contoh mikroorganisme tersebut
adalah bakteri Bacillus thuringiensis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillus
thuringiensis mampu menghasilkan suatu protein yang bersifat toksik bagi serangga,
terutama seranggga dari ordo Lepidoptera. Protein ini bersifat mudah larut dan aktif
menjadi menjadi toksik, terutama setelah masuk ke dalam saluran pencemaan
serangga. Bacillus thuringiensis mudah dikembangbiakkan, dan dapat dimafaatkan
sebagai biopestisida pembasmi hama tanaman. Pemakaian biopestisida ini diharapkan
dapat mengurangi dampak negatif yang timbul dari pemakaian pestisida kimia.
Dengan berkembangnya bioteknologi, sekarang dapat diperoleh cara yang lebih
efektif lagi untuk membasmi hama. Pada saat ini sudah dikembangkan tanaman
transgenik yang resisten terhadap hama. Tanaman transgenik diperoleh dengan cara
rekayasa genetika. Gen yang mengkode pembentukan protein toksin yang dimiliki
oleh B. thuringiensis dapat diperbanyak dan disisipkan ke dalam sel beberapa
tanaman budidaya. Dengan cara ini, diharapkan tanaman tersebut mampu
menghasilkan protein yang bersifat toksis terhadap serangga sehingga pestisida tidak
diperlukan lagi.
5. Bidang Peternakan
Peningkatan produksi ternak ,meningkatkan efisiensi dan kualitas pakan seperti
manipulasi mikroba rumen, menghasilkan embrio yang banyak dalam satu kali siklus
reproduksi, menciptakan jenis ternak unggul, dan dapat memproduksi asam amino
tetentu.
Hewan ternak diberi perlakuan dengan produk-produk yang dihasilkan dari metode
DNA rekombinan. Produk ini mencakup vaksin-vaksin baru atau yang didesain ulang,
antibodi dan hormon-hormon pertumbuhan. Misalnya, beberapa sapi perah disuntik
dengan hormon pertumbuhan sapi (BGH, bovine growth hormone) yang dibuat oleh
E.coli untuk menaikkan produksi susu (vaksin ini dapat meningkatkan hingga 10%).
BGH juga meningkatkan perolehan bobot dalam daging ternak. Sejauh ini telah lulus
dari semua uji keamanan dan BGH sekarang digunakan secara meluas dalam
kelompok pabrik susu.
Adapun hewan transgenik, organisme yang mengandung gen dari spesies
lain,termasuk ternak penghasil daging dan susu, serta beberapa spesies ikan yang yang
dipelihara secara komersial, dihasilkan dengan menyuntikkan DNA asing ke dalam
nukleus sel telur atau embrio muda.
6. Bidang Hukum
Dengan teknologi DNA, menawarkan aplikasi bagi kepentingan forensik. Pada
kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dalam jumlah kecil dapat
tertinggal di tempat kejadian perkara. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil
dapat ditemukan dalam tubuh korban. Melalui pengujian sidik jari DNA (DNA
finngerprint), dapat diidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang tinggi karena
urutan DNA setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar identik). Sampel darah atau
jaringan lain yang dibutuhkan dalam tes DNA sangat sedikit (kira-kira 1000 sel).
DNA fingerprint merupakan satu langkah lebih maju dalam proses pengungkapan
kejahatan di Indonesia. Keakuaratan hasil yang hampir mencapai 100% menjadikan
metode DNA fingerprint selangkah lebih maju dibandingkan dengan proses biometri
yang telah lama digunakan kepolisian untuk identifikasi

Dampak Negatif
1. Dampak terhadap kesehatan
Produk-produk hasil rekayasa genetika memiliki resiko potensial sebagai berikut:
a. Gen sintetik dan produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun dan atau
imunogenik untuk manusia dan hewan.
b. Rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan bergabung,
adanya kelainan bentuk generasi karena racun atau imunogenik, yang disebabkan
tidak stabilnya DNA rekayasa genetik.
c. Virus di dalam sekumpulan genom yang menyebabkan penyakit mungkin
diaktifkan oleh rekayasa genetik.
d. Penyebaran gen tahan antibiotik pada patogen oleh transfer gen horizontal,
membuat tidak menghilangkan infeksi.
e. Meningkatkan transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama penyebab
penyakit.
f. DNA rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan sebagai
tpromoter sintetik yang dapat mengakibatkan kanker dengan pengaktifan oncogen
(materi dasar sel-sel kanker).
g. Tanaman rekayasa genetik tahan herbisida mengakumulasikan herbisida dan
meningkatkan residu herbisida sehingga meracuni manusia dan binatang seperti
pada tanaman.
2. Dampak terhadap lingkungan
Saat ini, umat manusia mampu memasukkan gen ke dalam organisme lain dan
membentuk "makhluk hidup baru" yang belum pernah ada. Pengklonan, transplantasi
inti, dan rekombinasi DNA dapat memunculkan sifat baru yang belum pernah ada
sebelumnya. Pelepasan organisme-organisme transgenik ke alam telah menimbulkan
dampak berupa pencemaran biologis di lingkungan kita. Setelah 30 tahun Organisme
Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau Genetically Modified Organism (GMO), lebih
dari cukup kerusakan yang ditimbulkannya terdokumentasikan dalam laporan
International Specialty Products. Di antaranya:
a. Tidak ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetik menurun
sampai 20 persen dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa genetik. Bahkan
kapas Bt di India gagal sampai 100 persen.
b. Tidak ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan pestisida
tanaman rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996 sampai 2003 di
Amerika Serikat.
c. Tanaman rekayasa genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil evaluasi
pertanian Kerajaan Inggris.
d. Bt tahan pestisida dan roundup tahan herbisida yang merupakan dua tanaman
rekayasa genetik terbesar praktis tidak bermanfaat.
e. Area hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik di Amerika Latin,
sekitar 15 hektar di Argentina sendiri, mungkin memperburuk kondisi karena
adanya permintaan untuk biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah India,
meliputi 100.000 petani antara 1993-2003 dan selanjutnya 16.000 petani telah
meninggal dalam waktu setahun.
f. Pangan dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian dan
penyakit di lapangan dan di dalam tes laboratorium.
g. Herbisida roundup mematikan katak, meracuni plasenta manusia dan sel embrio.
Roundup digunakan lebih dari 80 persen semua tanaman rekayasa genetik yang
ditanam di seluruh dunia.
h. Kontaminasi transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan menemukan penyerbukan
tanaman rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh 21 kilometer.
3. Dampak terhadap etika moral
Penyisipan gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat dianggap telah melanggar
hukum alam dan kurang dapat diterima oleh masyarakat. Pemindahan gen manusia ke
dalam tubuh hewan dan sebaliknya sudah mendapatkan reaksi keras dari berbagai
kalangan. Permasalahan produk-produk transgenik tidak berlabel, membawa
konskuensi bagi kalangan agama tertentu. Terlebih lagi teknologi kloning yang akan
dilakukan pada manusia.
Bioteknologi yang berkaitan dengan reproduksi manusia sering membawa masalah
baru, karena masyarakat belum menerimanya. berikut ini beberapa contoh mengenai
masalah ini:
a. seorang nenek melahirkan cucunya dari embrio cucu yang dibekukan dalam tabung
pembeku karena ibunya tidak mampu hamil karena penyakit tertentu. Kemudian di
masyarakat timbul sebuah pertanyaan "anak siapa bayi tersebut?"
b. pasangan suami istri menunda kehamilan. sperma suami dititipkan di bank sperma.
beberapa tahun setelah suami meninggal, sang janda ingin mengandung anak dari
almarhum suaminya. Dia mengambil sperma yang dititipkan di bank sperma.
bagaimanakah staus dari anak tersebut ?, bolehkah wanita tersebut mengandung
anak dari suami yang telah meninggal ?.
c. meminta sperma oranng lain di bank sperma untuk difertilisasi di dalam rahim
wanita merupakan pelanggaran atau bukan ?
4. Dampak ekonomi
Terdapat suatu kecenderungan bahwa bioteknologi tidak terlepas dari muatan
ekonomi. Muatan ekonomi tersebut terlihat dari adanya hak paten bagi produk-produk
hasil rekayasa genetik, sehingga penguasaan bioteknologi hanya pada lembaga-
lembaga tertentu saja. Hal ini memaksa petani-petani kecil untuk membeli bibit
kepada perusahaan perusahaan yang memiliki hak paten. Produk Bioteknologi dapat
merugikan peternak-peternak tradisional seperti pada kasus penggunaan hormon
pertubuhan sapi hingga naik sebesar 20%. hormon tersebut hanya mampu dibeli oleh
perusahaan peternakan yang bermodal besar. Hal tersebut menimbulkan suatu
kesenjangan ekonomi.
Menyikapi adanya dampak negatif bioteknologi, perlu adanya tindakan-tindakan
untuk menanggulangi meluasnya dampak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai