Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS


www.bengkaliskab.go.id
Menu :
ARTIKEL
Kesiapan Arapatur Dalam Membangun
Kompetensi Melalui Pendidikan Dan Pelatihan
Kepemimpinan Pola Baru


Oleh :
Drs. SAHARISIR, M.Pd
WIDYAISWARA UTAMA (IV/d)
NIP. 19510707 197310 1 001



BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI
KABUPATEN BENGKALIS
JL. KELAPAPATI DARAT
BENGKALIS
2014

KATA PENGANTAR


Karya Tulis Ilmiah (KTI) Widyaiswara adalah karya tulis yang secara substantif terkait
dengan bidang kediklatan, terutama untuk pengembangan spesialisasinya. Banyak versi
karya tulis ilmiah, satu diantaranya dinyatakan dalam Peraturan Kepala Lembaga
Administrasi Negara Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis J abatan Fungsional
Widyaiswara dan Angka Kreditnya, yaitu pembuatan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Non
Buku yang dimuat dalam website resmi berbadan hukum dari suatu lembaga.

Karya Tulis Ilmiah yang dibahas dalam artikel ini mengambil topik : Kesiapan
Arapatur Dalam Membangun Kompetensi Melalui Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Pola Baru . Tulisan ini membawa pembaca para calon peserta diklat
mempersiapkan diri untuk mengikuti diklat sejak awal hingga akhir program diklat sehingga
mampu mengimplementasikan rencana agenda perubahan yang diperoleh dari suatu
pembelajaran diklat. Karena itulah kami berpendapat tulisan ini menjadi penting bagi
Aparatur, sehingga dipublikasikan melalui website Pemerintah Kabupaten Bengkalis.

Kepada Widyaiswara penulis kami mengucapkan terima kasih atas karya ini dan
kiranya dapat menjadi satu di antara persyaratan Akreditasi Lembaga Diklat Pegawai
Kabupaten Bengkalis.



Bengkalis, 5 Maret 2014









D A F T A R I S I

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
A Pendahuluan ....................................................................................... 1

B Diklat Kepemiminan Pola Baru .. 2
1 Mengapa Pemimpin Perubahan ? ............................................... 2
2 Kompetensi ................................................................................. 2
3 Sistem Penyelenggaraan ............................................................ 3
4 Tahap Penyelenggaraan ............................................................. 6
5 Agenda Pembelajaran ................................................................. 10
6 Fasilitas Diklat ............................................................................. 15
7 Evaluasi ....................................................................................... 15

C Kesiapan Aparatur ............................................................................... 17

D Kesimpulan ....... 18

DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS








ii



KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU

A. PENDAHULUAN

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara pada pasal 1 menyebutkan Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
Selanjutnya pada pasal 3 menegaskan, bahwa Pegawai Negeri Sipil yang
selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Dari ketentuan tersebut ternyata esensi ASN terdapat tiga kata kunci,
yaitu profesi, pengangkatan, dan jabatan pemerintahan. Sebagai profesi
pegawai ASN dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan,
dan tugas pembangunan yang berdasarkan pada sistem merit, yaitu kebijakan
dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja
secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status perkawinan, umur, atau
kondisi kecacatan. Dari sisi pengangkatan didasarkan persyaratan tertentu,
bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip nilai dasar, kode etik dan
kode perilaku, komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan
publik, kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, dan kualifikasi
akademik untuk bekerja di instansi pemerintah. Prinsip tersebut juga menjadi
persyaratan pengangkatan ASN sebelum dan sesudah diangkat, di samping
persayaratan lainnnya. Sementara itu, untuk menduduki jabatan pemerintahan,
seperti jabatan administrasi, jabatan fungsional dan pimpinan tertinggi. Kondisi
tersebut memiliki kompleksitas yang tinggi yang terbangun oleh perkembangan
kehidupan birokrasi yang dinamis, maka dibutuhkan pendidikan dan pelatihan
yang akan mengantarkan ASN memiliki kompetensi dan mampu
mengimplementasikan prestasinya sehingga organisasi berkinerja tinggi.

Menyimak tiga kata kunci tersebut, maka jelas bahwa ASN yaitu PNS
memerlukan peningkatan kompetensi secara terus sesuai dengan
perkembangan. Baik dalam menghadapi peluang ke depan berupa tantangan
internal dalam pelayanan publik maupun tantangan eksternal di era Asean
Economic Community. Artikel ini dimaksudkan memberi informasi kepada PNS
para calon peserta Diklatpim Pola Baru dalam rangka mempersiapkan kesiapan
mereka memasuki/mengikuti pelatihan. Kesiapan Aparatur dimaksud berarti
kemauan PNS yang sungguh-sungguh mengikuti pembelajaran, membangun
kompetensi dan dalam memperoleh informasi tentang rencana mempersiapkan
1



perubahan, dan memiliki kinerja serta berkemauan untuk mengimplementasikan
agenda perubahan di unit kerja. Tegasnya kesiapan disini membuka diri ASN
untuk belajar terus dan masuk ke lembaga Diklat mengikuti Diklatpim Pola Baru.


B. Diklat Kepemimpinan Pola Baru

1. MENGAPA PEMIMPIN PERUBAHAN?



a. Sektor publik di Indonesia umumnya tertinggal dalam hal : wawasan
global, adopsi teknologi, inovasi, kapabilitas personil, dsb.
b. Dibandingkan dengan sektor publik di negara ASEAN, Sektor publik
di Indonesia relatif memiliki kualitas yang lebih rendah.
c. Sektor publik menjadi salah satu faktor strategis bagi daya saing
dan kualitas sektor swasta.
d. Oleh karena itu Pemimpin perlu melakukan PERUBAHAN YANG
EFEKTIF agar Organisasinya berkinerja tinggi, baik dalam tugas
sebagai pelayan public maupun di dalam menhadapi era globalisasi
Asean Economic Community (AEC) 2015.

2. KOMPETENSI.
a. Diklatpim Tingkat II Kompetensi kepemimpinan strategis yaitu
kemampuan menetapkan strategi kebijakan instansinya dan
memimpin keberhasilan implementasi strategi kebijakan tersebut.
b. Diklatpim Tingkat III Kompetensi kepemimpinan taktikal yaitu
kemampuan dalam menjabarkan visi dan misi instansi ke dalam
tujuan, sasaran dan strategi dalam bentuk program dan kegiatan
2



instansinya, dan sekaligus memimpin keberhasilan pelaksanaan
program-program tersebut.
c. Diklatpim Tingkat IV Kompetensi kepemimpinan operasional yaitu
kemampuan dalam membuat perencanaan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan instansi dan memimpin keberhasilan implementasi
pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut.

3. SISTEM PENYELENGGARAAN
a. Waktu dan pentahapan kegiatan
Waktu penyelenggaraan Diklatpim Pola Baru dibagi ke dalam 5
(lima) tahapan, yaitu tahap I s.d V (on and of campus) yang diisi dengan
beberapa mata Diklat sebagaimana diatur dalam PERKALAN No. 10, 11,
12, dan 13 sebagai berikut :

Tahap I, Diagnosa kebutuhan Perubahan Organisasi : Pembelajaran
tahap ini dimaksudkan untuk melakukan orientasi dan penguatan
kemampuan peserta. Peserta melakukan diagnose organisasi unit kerja
untuk mengidentifikasi isu strategis. Peserta mengikuti pembelajaran pada
sejumlah mata Diklat pada tahap ini, menentukan kebutuhan perubahan
organisasi, peserta dibekali dengan kemampuan mendiagnosa organisasi
sehingga mampu mengidentifikasi area organisasi yang perlu direformasi.
Apa isu strategis (masalah) dan bagaimana mendiagnosa masalah itu.
Peserta mendapat area untuk memerankan eselon yang akan diduduki,
yaitu bagi yang belum menduduki J abatan Struktural setara dengan
program Diklat.
Tahap II, Breakthrough 1 : Taking Ownership : Sebelum kembali ke
tempat tugas peserta mendapat bimbingan melalui program coaching dan
counseling. Tahap ini peserta kembali ke tempat tugas mensosialisasikan
perubahan itu untuk disepakati oleh Mentor, yaitu atasan langsung yang
berperan sebagai pembimbing dan dia sudah berperilaku sebagai
pemimpin. Peserta diarahkan untuk mengkomunikasikan permasalahan
orgnisasi kepada Stakeholder-nya dan mendapat persetujuan untuk
mereformasinya terutama dari atasan langsungnya. Dalam perjalanan
penyelenggaraan Diklatpim Tingkat III dan IV terdapat penyesuaian dalam
pelaksanaan Taking Ownership karena permasalahan di sejumlah
daerah tentang moda transportasinya, sehingga Taking Ownership
dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan telepon, email atau alat
elektronik komunikasi lainnya. Kebijakan ini diatur melalui surat edaran
Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor : 1248/K-1/KTU.01-1.
Tahap III, Merancang Perubahan dan Membangun Tim : Peserta
kembali ke Diklat menindaklanjuti apa yang telah dibuat di tempat tugas,
3



yaitu untuk membenahi hasil diagnose yang telah dirumuskan dari hasil
tahap I dan II. Tahap III ini peserta merancang perubahan. Tahapan
pembelajaran ini membekali peserta dengan pengetahuan membuat
rancangan yang komprehensif menuju kondisi ideal organisasi yang dicita-
citakan. Tahap III ini peserta memperoleh kesempatan melaksanakan
studi lapangan melalui program Benchmarking ke best practice.


Gambar diatas, menunjukkan suasana dan tata letak di ruang kelas. Di
setiap kelompok terdapat lima orang peserta yang dilengkapi meja kursi
dan satu flip chart. Sedangkan pada posisi Widyaiswara terdapat meja
kursi, papan tulis ukuran besar dan satu flip chart.
Tahap IV Breakthrough II : Leadership Laboratory : Peserta turun ke
lokasi tempat kerjanya (owenship) kedua untuk melakukan action plan
(laboratory leadership) tentang proyek perubahan yang telah dibuat dan
memimpin implementasi proyek perubahan yang telah dibuatnya yang
dibimbing oleh Mentor/atasan langsung) untuk mempresentasikan
rancangannya itu.

Tahap V Evaluasi : Evaluasi di Lembaga Diklat : Mempedomani
agenda pembelajaran evaluasi. Tahap ini merupakan tahap berbagi
pengetahuan dan perjalanan dalam memimpin implementasi proyek
perubahan. Peserta mengikuti tahap akhir, yaitu mengikuti seminar dan
melaksanakan presentasi hasil proyek perubahan yang telah disiapkan
sejak tahap I. Peserta berhasil memiliki kompetensi kepemimpinan.
Sidangkan tidak berhasil diberi sertifikat mengikuti Diklat Kepemimpinan.

b. Materi
Materi pembelajaran dapat dilihat dari dua sisi, yaitu agenda dan
tahapan yang kemudian berakumulasi pada setiap tahapan, sebagai
berikut :
- Agenda pembelajaran
4



- Tahapan kegiatan Diklat (lihat PERKALAN Nomor 10, 11, 12, dan 13
Tahun 2014).
c. Ketenagaan
- Widyaiswara melaksanakan tatap muka di depan kelas untuk
memfasilitasi pembelajaran dengan mempersiapkan bahan Diklat, yaitu
widyaiswara yang berkompetensi dalam substansi materi dan
metodologi pembelajaran serta memfasilitasi peserta mempersiapkan
produk pembelajaran yang diampu dan bekerja sesama Widyaiswara
dalam suatu tim.
- Narasumber, yaitu para pakar di bidang keilmuannya untuk
memfasilitasi pembelajaran Diklat yang bertugas di beberapa tahapan
Diiklatpim Pola Baru.
- Penyelenggara program, yaitu dari kalangan pejabat struktural yang
membidangi penyelenggaraan Diklatpim dan memonitor sinergitas
kelas, baik yang berkenaan dengan tugas Widyaiswara, Narasumber,
Pembelajaran peserta Diklat, media pembelajaran, dan sebagainya.
- Mentor, adalah atasan langsung peserta Diklat yang memberi
konsultasi tentang agenda/ide perubahan yang ditawarkan peserta dan
memberikan koreksi serta persetujuan atas agenda perubahan yang
diajukan oleh peserta.
- Coaching, adalah pejabat struktural yang memfasilitasi peserta ketika
akan turun ke lapangan (breakthrough 1 dan 2). Kegiatan coaching
dapat dilakukan beberapa hari akan turun ke lapanagn, bukan semata-
mata dilaksanakan setelah berakhirnya seluruh mata Diklat di setiap
tahapan.
- Counseling, adalah tugas seorang counselor yang di dalam tugas ini
diberikan kepada Psikolog untuk member motivasi kepada peserta agar
tugasnya berakhir dengan baik sampai pada akhir program Diklat dan
mau melanjutkan pola kerja yang dimiliki dari hasil pembelajaran Diklat.

Dari penjelasan tugas-tugas yang diemban oleh tenaga-tenaga
tersebut, jelas bahwa di dalam suatu penyelenggaraan Diklatpim Pola
Baru, jika tidak memungkinkan tersedianya tenaga yang kapabel,
seperti untuk penugasan Narasumber, coaching, dan counselor
(Psikolog) secara khusus maka dapat digantikan oleh Widyaiswara
sepanjang memiliki kapasitas keilmuan yang dimiliki. Tugas ini dapat
ditugaskan oleh penyelenggara Diklat bila widyaiswara pengganti
memiliki rencana coaching yang terukur dan dievaluasi sebelum
penugasan. Materi coaching yang disusun oleh Widyaiswara,
sebelumnya perlu dievaluasi oleh enyelenggara program dari segi
substansi materi dan layout penulisan, bukan sebuah rangkuman dari
5



6 Hari
5 Hari
14 Hari
60 Hari
4 Hari
modul atau buku teks untuk dibuat ke dalam program powerpoint
sebagai bahan tayang.

d. Peserta
Peserta Diklatpim di setiap tingkatan berjumlah 30 orang,
ditugaskan bukan berdasarkan usia dan rencana proposi jabatan,
tetapi yang lebih penting adalah peserta yang ditugaskan oleh instansinya
adalah mereka yang mau belajar dan berminat untuk mentransfer
perubahan ke dalam rencana atau proyek perubahan agar
berkesempatan untuk melakukan action plan melalui laboratorium
kepemimpinan selama berlangsungnya Diklat, baik pada situasi on
and of campus.


4. TAHAP PENYELENGGARAAN
Visualisasi tahapan penyelenggaraan Diklatpim Tingkat II, III, dan IV Pola
Baru, sebagai berikut :










6



2 hari












13 hari
5 hari
17 hari
60 hari
7














Gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa didalam kegiatan tahap IV atau
yang dikenal dengan laboratorium kepemimpinan, peserta selaku reformer
melaksanakan rencana aksinya yang akan ia bawa ke suatu perubahan di unit
kerja yang bersangkutan telah melalui kegiatan coaching dan counseling
sebelum turun ke unit kerja. Peserta Diklat mendapat bimbingan dari mentornya
dan difasilitasi oleh stakeholders. Kegiatan serupa juga telah dilakukan pada
tahap II yang dikenal dengan sebutan Taking Ownership.

8



Peran dan Tugas Mentor
Bertindak sebagai pembimbing dan pengawas peserta berdasar sikap
profesionalisme;
Memberikan dukungan penuh kepada peserta diklat dalam
mengimplementasikan Proyek Perubahan;
Memberikan dukungan kepada peserta dalam mendayagunakan seluruh
potensi sumberdaya yang diperlukan dalam melakukan implementasi
proyek perubahan;
Memberikan bimbingan kepada peserta dalam mengatasi kendala yang
muncul selama proses implementasi berlangsung;
Berperan sebagai inspirator bagi peserta diklat.


Tugas Peserta Diklat
Melakukan eksekusi keseluruhan tahapan yang telah dirancang dalam
project charter dengan mendayagunakan seluruh sumber daya yang
dimiliki;
Mengambil inisiatif dalam dialog dengan mentor dan coach.
Secara aktif melakukan diskusi dengan bertanya atau melaporkan
progress implementasi proyek perubahan kepada coach minimal satu
minggu sekali mengacu rumusan milestones dalam project charter
sebagai dasar pencapaian target perubahan;
Menggerakkan seluruh elemen stakeholders terkait (internal &
eksternal) dalam mendukung keseluruhan tahapan implementasi
perubahan;
Mengembangkan instrumen monitoring dan melakukan perekaman
terhadap setiap progress yang dihasilkan dalam proses implementasi
proyek perubahan;
Menyusun laporan proyek perubahan ke dalam sebuah deskripsi utuh
mulai dari proses penyusunan project charter sampai dengan
hasil/capaian dari implementasi proyek perubahan. Deskripsi dan
analisis terhadap critical success factor dan strategi mengatasi kendala
yang muncul selama tahapan ini juga merupakan bagian penting yang
harus tercakup dalam laporan ini.








9



5. AGENDA PEMBELAJARAN




Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka Diklat Kepemimpinan Pola Baru
disusun ke dalam suatu kurikulum yang memuat lima agenda pembelajaran,
seperti visualisasi diatas dan dilaksanakan pada tahapan-tahapan dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Agenda Seft Mastery (Penguasaan diri)
Agenda ini merupakan pembekalan penguasaan Seft Skill yang akan
menyadarkan peserta dalam jabatannya dan akan membawa peserta
dapat menguasai diri sendiri dalam jabatan yang diamanahkan
kepadanya. Self Mastery adalah sifat seorang pemimpin yang
menyadarkan peserta, bahwa pemimpin itu banyak atribut yang ia miliki,
sehingga ia dibentuk sebagai seorang yang baik, yaitu ia menguasai
dirinya, oleh karena itu yang diupayakan oleh fasilitator adalah bagaimana
memotivasi peserta agar mereka menyatu dirinya sebagai suatu bangsa
yang berwawasan kebangsaan.

2. Diagnostik Perubahan
Membekali peserta Diklat kemampuan untuk membaca kondisi organisasi,
sehingga memahami sesuatu yang harus dikerjakan. Peserta belajar
mendiagnosis penyakit organisasi. Mata diklat ini menjadikan peserta ahli
menentukan penyakit organisasi.




10



3. Agenda Inovasi
Membekali peserta dengan ilmu inovasi. Dengan pembekalan ini peserta
tahu standar kerja, sehingga mengerti dan dapat merubah sesuatu yang
lebih bagus.

4. Agenda Proyek Perubahan
Agenda ini sebagai muara dari semua agenda, sehingga peserta dapat
menuangkan pengetahuan dalam proyek perubahan dan peserta
membuktikan pengetahuan itu ke tempat kerja.

5. Agenda Tim Efektif
Pada agenda tim efektif, peserta yang telah mengetahui standar kerja dan
proyek perubahan dari agenda sebelumnya, ia memiliki kemampuan
untuk menggerakkan orang dalam organisasi sampai ke tujuan.

Akhir lima agenda tersebut, peserta dihadapkan pada evaluasi yang
menetapkan mereka sebagai peserta lulus atau sebatas mendapat surat
keterangan telah mengikuti diklat.














11




No Mata Diklat
Jenjang
Pim I Pim II Pim
III
Pim
IV
1. Integritas dan wawasan
kebangsaan

2. Wawasan Kebangsaan
3. Integritas
4. Pilar-pilar kebangsaan
5. SANRI
6. Standar etika publik




No Mata Diklat
Jenjang
Pim I Pim II Pim III Pim
IV
1. Diagnostic Reading
2. Organisasi berkinerja tinggi







12




No Mata Diklat
Jenjang
Pim I Pim
II
Pim
III
Pim
IV
1. Inovasi
2. Berpikir kreatif dan
inovasi

3. Pengenalan potensi diri
4. Budaya kerja dalam
efektivitas kepemimpinan

5. Benchmarking ke best
practice





No Mata Diklat
Jenjang
Pim I Pim II Pim
III
Pim
IV
1. MembangunTim efektif
2. J ejaring kerja
3. Koordinasi dan kolaborasi
4. Kecerdasan emosional



13




No Mata Diklat
Jenjang
Pim I Pim II Pim III Pim IV
1. Merancang Policy Brief
2. Penjelasan Proyek
Perubahan

3 Breakthrough I
4 Merancang Proyek
Perubahan

5 Seminar Presentasi Proyek
Perubahan

6 Pembekalan Implementasi
Proyek Perubahan

7 Breakthrough II
8 Seminar Laboratorium
9 Evaluasi Kepemimpinan








14




6. FASILITAS DIKLAT
Prasarana dan sarana Diklat disediakan untuk mendukung pengalaman
belajar, maka disusun layout ruangan berbentuk islands.












7. EVALUASI






NO ASPEK
BOBOT (%)
PIM TK. I PIM TK. II PIM TK. III PIM TK. IV
1. Sikap dan
Perilaku
50 45 40 35
2. Kualitas
Perubahan
50 55 60 65




15




EVALUASI PESERTA
ASPEK SIKAP PERILAKU
NO UNSUR
BOBOT (%)
PIM TK. I PIM TK. II PIM TK. III PIM TK.
IV
1. Integritas 10 10 10 10
2. Etika 10 10 10 10
3. Kedisplinan 10 5 10 5
4. Kerjasama 10 10 5 5
5. Prakarsa 10 10 5 5
Jumlah 50 45 40 35



EVALUASI PESERTA
ASPEK KUALITAS PERUBAHAN
NO UNSUR
BOBOT (%)
PIM TK. I PIM TK. II PIM TK.
III
PIM TK.
IV
1. Identifikasi
Perubahan
10 10 10 10
2. Rancangan
Perubahan
10 10 10 10
3. Pemimpin
Perubahan
30 35 40 45
Jumlah
50 55 60 65


TEKNIK MENGEVALUASI PESERTA

Penilaian dimulai dari Hard Competence (Proyek Perubahan), kemudian
lanjut menggunakan penilaian Soft Competence (Sikap dan Perilaku)
untuk mengkonfirmasi Nilai Hard Competence.


16










C. Kesiapan Aparatur

Seperti telah dirumuskan terdahulu mengenai pengertian Kesiapan
Aparatur adalah kemauan PNS yang sungguh-sungguh mengikuti pembelajaran,
membangun kompetensi dan dalam memperoleh informasi tentang rencana
mempersiapkan perubahan, dan memiliki kinerja serta berkemauan untuk
mengimplementasikan agenda perubahan di unit kerja. Dengan demikian jelas,
bahwa bagi peserta sejak awal akan memasuki Diklat, bagaimana
mempersiapkan diri untuk memiliki kesiapan meraih prestasi sebagai ASN yang
berkompetensi melalui pembelajaran lima agenda di dalam Diklat Kepemimpinan
Pola Baru. Oleh sebab itu beberapa kesiapan yang mesti disiapkan dalam
kaitannya dengan sistem penyelenggaraan Diklat dan esensi ASN, maka
terdapat beberapa faktor kesiapan untuk memasuki Diklat Kepemimpinan Pola
Baru adalah sebagai berikut :
1. Memasuki era pembelajaran Diklat, peserta menjadikan dirinya sebagai
pembelajar (learner) yang membutuhkan informasi bagi peningkatan ilmu
pengetahuan praktis dan aplikatif untuk mengengembangkan tugas dan
fungsinya. Peserta penting untuk menjelaskan dan merumuskan isu stategis
unit kerjanya yang bermanfaat bagi penerapan agenda pembelajaran sebagai
hasil yang lahir sebagai pemimpin perubahan.
17



2. Belajar bersama dengan semua narasumber di dalam dan luar kampus/Diklat
atau ketenagaan Diklat.
3. Mendisain action plan/rencana tindak melalui pembelajaran yang disepakati
oleh Kepala SKPD. Kesiapan ini membangun peserta memiliki kontrol diri
yang mampu menjadwalkan kegiatan seperti dituangkan dalam pembelajaran
yang tercermin dari rencana tindak/action plan laboratorium kepemimpinan.
4. Penggunaan waktu secara efektif di setiap kesempatan dimanfaatkan untuk
memperoleh pengetahuan dan disadari adanya pentingnya peningkatan dari
waktu ke waktu dalam keikutsertaan sealam Diklat sesuai dengan sistem
penyelenggaraan Diklat. Kesiapan ini meminta peserta fokus kepada
kegiatan Diklat di dalam dan luar kampus.


D. Kesimpulan
Menyimak kajian tersebut, ternyata setiap Aparatur memang siap
meningkatkan kompetensi dan mengimplementasi agenda perubahan dan pola
pikir itu dimiliki sebelum menjalani Diklat Kepemimpinan Pola Baru bila diawali
dari beberapa aspek berikut :
1. Menjadikan diri sebagai pembelajar (learner) yang disesuaikan dengan
kebutuhan dalam satu tugas jabatan pemerintahan.
2. Diklatpim Pola Baru membangkitkan semangat kerjasama. Hal ini menjadi
motivasi peserta sebagai pembelajar orang dewasa yang diakitkan dengan
kepentingan keluarganya dan instansi tugas sehari-hari.
3. Peserta Diklat sebagai orang dewasa memiliki tanggung jawab atas
keputusan-keputusan sendiri. Dalam memilih isu strategis, ia akan mencari
relasi antar yang dipelajari dengan min at serta kemampuannya dan
kemungkinan-kemungkinan manfaat di masa depan. Orang dewasa memiliki
prinsip, apabila berani dan dapat masuk ke suatu lembaga dalam mentalnya
terucapkan harus dapat keluar dan sukses.















18




DAFTAR PUSTAKA


Fachruddin Saudagar. 2011. Pengembangan Profesionalitas Guru,
J akarta : Gaung Persada (GP Press).

Saharisir. 2010. Pendidikan Orang Dewasa. Pekanbaru : CV. Witra Irzani
(UNRI Press)

... 2013. Materi Sosialisasi Diklat Kepemimpinan Tingkat II, III,
dan IV Pola Baru Tanggal 23 Desember 2013 di Gedung A Lt 2
LAN J l. Veteran Nomor 10J akarta Pusat.

. .2013. Peraturan Kepala Lembaga Admi nistrasi Negara Nomor
11 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II, J akarta :
Bagian Hukum dan Organisasi LAN.

2013. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
12 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Tingkat III, J akarta : Bagian Hukum
dan Organisasi LAN.

2013. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
13 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Tingkat IV, J akarta : Bagian Hukum
dan Organisasi LAN.

2014. Materi Pembelajaran Training of Facilitator (TOF) Diklat
Kepemimpinan Tingkat II, III, dan IV Pola Baru Tanggal 5 s.d
15 Maret 2014, J atinangor : Lembaga Administrasi Negara PKP2
Aparatur I.








19



Biodata Penulis


Drs. SAHARISIR, M.Pd, dilahirkan di Sungai Apit, Propinsi Riau pada
tanggal 07 J uli 1951. Nama Saharisir diambil dari peristiwa kelahiran,
yaitu dari kata Syahru dan Ramadhan. Menurut Ibu dan Ayah,
Saharisir dilahirkan pada malam 27 Ramadhan Tahun Hijriah.

Menamatkan pendidikan Sekolah Rakyat (SR) di Sungai Apit, ujian akhir di Siak Sri Indrapura
dan berijazah tahun 1964. SMP di Sungai Apit, ujian akhir di Lubuk Muda, ketika itu bagian
dari wilayah Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis dan berijazah tahun 1967.
Pendidikan selanjutnya memasuki jalur pendidikan guru, dimulai dari SPG di Bengkalis tahun
1970, SGPLB di Yogyakarta tahun 1981. Program S1 IKIP Bandung tahun 1985 dan program
S2 IKIP Bandung tahun 1994 (sekarang Perguruan Tinggi ini berganti nomenklatur, yaitu
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung).

Pendidikan kedinasan dalam jabatan struktural dimulai dari Diklat SEPADA tahun 1987 di
Pekanbaru, SEPALA di Bukittinggi tahun 1991, SPAMA di Pekanbaru tahun 1996 dan
Diklatpim Tingkat II di J akarta tahun 2004. Pendidikan kedinasan jabatan fungsional diawali
dari Diklat Kewidyaiswaraan berjenjang tingkat pertama di Bukittinggi tahun 2004, tingkat
muda di J akarta tahun 2006, tingkat madya di J akarta tahun 2007, dan tingkat utama di
J akarta tahun 2009.

Menikah tahun1988 dengan seorang istri bernama Azizah. Dikarunia dua orang anak.
Pertama, bernama Arif Sazali mahasiswa Program Diploma III J urusan Perpajakan Fakultas
Ekonomi Universitas Riau. Kedua, Ami Pratiwi bersekolah di SMA Negeri I Bengkalis. Karier
Pegawai Negeri Sipil dimulai dari Guru Sekolah Dasar Honorer tahun 1971 diangkat
menjadi CPNS 01 Oktober 1973 bertugas di beberapa sekolah di Kecamatan Mandau
Kabupaten Bengkalis dan dijalani selama delapan tahun enam bulan. Selanjutnya ditugaskan
oleh Gubernur Riau untuk mengikuti pendidikan melalui jalur Tugas Belajar di Yogyakarta dan
Bandung.

Bertugas di jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Riau selama 12 tahun yaitu
tahun 1986-1998. Tahun 1998 mutasi dan bertugas sebagai PNS pada Pemerintah
Kabupaten Bengkalis. Menjalani tugas jabatan struktural pada beberapa satuan kerja yaitu
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesejahteraan Sosial, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata serta Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana.

Setelah mengikuti seleksi dan mendapat rekomendasi dari Lembaga Administrasi Negara
J akarta, tahun 2005 diangkat dalam jabatan fungsional widyaiswara dan bertugas di Badan
Diklat Pegawai Kabupaten Bengkalis. Disamping sebagai tenaga pengajar untuk beberapa
mata Diklat Prajabatan, Kepemimpinan Tingkat II, III, dan IV, Diklat Teknis, dan Fungsional,
melakukan penelitian, penulisan makalah, modul, artikel, jurnal ilmiah dan kurikulum Diklat.

Sebagai seorang di antara Pejabat Fungsional Widyaiswara telah melaksanakan Orasi
Ilmiah dengan topik : Membangun Mental Models Birokrasi dalam Mewujudkan Good
Governance, sehingga diangkat dalam J abatan Fungsional Widyaiswara Utama pada
tanggal 1 Desember 2010. Angka Kredit Kumulatif dari Tim Penilai Pusat (TPP) J abatan
Fungsional Widyaiswara Periode penilaian Januari 2014 adalah 1.037,40.

Sebagai penulis pemula, buku yang bernuansa pembinaan aparatur telah mendapat legalitas
dari Perpustakaan Nasional, diterbitkan dan beredar, yaitu Pembinaan Profesi Guru (ISBN
978-979-792-186-6), Manajemen Pariwisata Daerah (ISBN 978-979-792-185-9), Pendidikan
Orang Dewasa (ISBN 978-979-792-203-0), dan Pengembangan Sumber Daya Aparatur
(ISBN 978-979-792-204-7). Informasi dapat diunduh melalui website Pemerintah Kabupaten
Bengkalis www. bengkali skab.go.id pada menu Artikel.

Anda mungkin juga menyukai