Cat digunakan untuk melindungi dan memberikan warna pada suatu objek atau permukaan dengan melapisinya dengan lapisan berpigmen. Cat dapat digunakan pada hampir semua jenis objek, antara lain untuk menghasilkan karya seni (lukisan), salutan dalam industri (industrial coating), dan aplikasi yang lain. Cat adalah campuran bahan padat tak tembus cahaya dalam medium cair transparan yang apabila diaplikasikan pada suatu permukaan akan membentuk lapisan film yang keras dan kuat setelah kering. Sedangkan, Pelapisan (Coating) adalah proses untuk melapisi suatu bahan dasar (substrate) yang bertujuan untuk melindungi material dari korosi dan memberi perlindungan pada material tersebut. Bahan baku cat umumnya terdiri atas 4 komponen/penyusun, yaitu 1.Pengikat (Binder) Binder berfungsi sebagai pengikat antar komponen coating dan juga bertanggung jawab terhadap gaya adhesi coating terhadap substrat, menahan pigmen di posisinya masing- masing, dan menjadi penghalang yang membatasi masuknya air, oksigen, dan ion-ion agresif ke permukaan logam. Contoh binder adalah alkyd, vinyl, resin alam, epoxy dan urethane. Hal yang harus dipahami dari binder adalah viskositas. Viskositas binder sangat menentukan viskositas coating. Coating harus mempunyai viskositas cukup rendah untuk bisa digunakan dengan peralatan pengecatan sederhana (brush,roller atau spray) serta memiliki viskositas cukup tinggi sehingga tidak menetes. Faktor utama yang menentukan viskositas binder adalah berat molekularnya. Polimer yang mempunyai berat molekul tinggi akan lebih viskous daripada dengan berat molekul rendah. Ada dua cara untuk mengontrol viskositas suatu coating, yaitu dengan memvariasi berat molekul binder atau dengan menambahkan sejumlah solven 2. Zat Pewarna (Pigmen) Zat pewarna (Pigmen) merupakan pemberi warna dari coating. Selain berfungsi dalam hal estetika, zat pewarna (pigmen) juga memiliki 2 peran penting. Pertama, dalam lapisan primer pigmen mengendalikan proses korosi pada permukaan logam. Kedua, pada lapisan atas, pigmen-pigmen yang lembam menambah panjang lintasan difusi yang harus ditempuh oleh oksigen dan butir-butir air yang mencoba menembus selaput, sehingga menunda proses korosi dan memperlambat laju reaksinya. Contoh pigmen adalah besi oksida, garam kromat, garam timbal, bubuk seng (pigmen metalik anodik), dll 3. Solven Solven berfungsi untuk melarutkan pengikat (binder) dan memodifikasi viskositas. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penentuan solven adalah kemampuannya dalam melarutkan binder dan komponen coating yang lain. Prinsip kelarutan sangatlah sederhana, yaitu like dissolves like, artinya solven polar akan melarutkan senyawa yang polar juga. Selain itu laju penguapan solven juga perlu diperhatikan. Solven yang mempunyai tekanan uap tinggi sehingga menguap dengan cepat disebut fast atau hot solvent, sedangkan yang lambat disebut slow solvent. Laju penguapan mempengaruhi sifat-sifat coating dan beberapa cacat dapat disebabkan karena ketidak cocokan dalam pemilihan solven. Jika solven menguap terlalu cepat, coating tidak cukup waktu untuk membentuk lapisan halus dan kontinu. 4. Aditif Aditif adalah senyawa-senyawa kimia yang biasanya ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun sangat mempengaruhi sifat-sifat pelapisan. Bahan-bahan yang termasuk aditif adalah surfaktan, alat anti endapan (anti-settling agent), alat pencampur (coalescing agents), alat tahan pengulitan (anti-skinning agents), katalis, defoamers, penyerapan cahaya ultraviolet (ultraviolet light absorbers), alat dispersi, bahan pengawet (preservatives), pengering (driers) dan plastisizers. Menurut literatur, jenis cat dibagi menjadi cat 1 komponen atau 2 komponen. Cat 1 komponen hanya terdiri atas cat, contohnya cat akrilat, cat nitroselulosa, dan cat alkyd. Sementara cat 2 komponen terdiri atas cat dan bahan pengeras (hardener), contohnya cat poliuretan dan cat epoksi. Berikut ini merupakan penjelasan tentang cat akrilat, cat alkyd, cat poliuretan, bahan pengeras, cat primer pra-fabrikasi, dan cat primer pra-perlakuan. 1. Cat Akrilat Cat akrilat merupakan suspensi polimer akrilat yang mengandung pigmen. Cat ini di antaranya berfungsi sebagai pengemulsi, pelekat, dan pengilau. 2. Cat Alkyd Cat alkyd banyak dipakai dalam dunia industri. Bahan dasarnya adalah poliester. Komposisi cat alkyd biasanya terdiri dari etilena glikol, minyak rami, dan anhidrida ftalat. Cat ini mengering melalui polimerisasi oksidatif oleh minyak, sehingga cat ini memiliki kandungan minyak yang tinggi, sekitar 65 persen. 3. Cat Poliuretan Poliuretan termasuk kelompok polimer reaktif, seperti halnya epoksi, poliester tak jenuh, dan fenol. Lapisan poliuretan memiliki tingkat ketahanan yang sangat baik terhadap abrasi dan gangguan pelarut. Lapisan cat poliuretan dapat diaplikasikan dengan cara pencelupan, penyemprotan, atau menggunakan kuas. Lapisan poliuretan dapat melekat dengan baik pada hampir semua jenis bahan. Cat poliuretan tergolong cat 2 komponen, artinya aplikasinya memerlukan tambahan bahan pengeras. Cat jenis ini tersedia dalam bentuk cat yang dilapisi oleh lapisan pengilau (clear coat) dan cat padat, dapat kering pada kondisi suhu ruang, dan memiliki kualitas daya lekat yang sama baiknya dengan cat akrilat. 4. Bahan Pengeras Bahan pengeras ditambahkan pada cat untuk mengatur terjadinya proses polimerisasi cat (curing) dan mengatur tingkat kekerasan lapisan cat. Bahan pengeras ini bertindak sebagai pembentuk rantai ikatan polimer (crosslinking agent) yang akan menghasilkan lapisan film yang tidak dapat dilarutkan kembali (termoseting) yang tahan terhadap goresan dan tahan terhadap solvent. 5. Cat primer pra-fabrikasi Cat ini biasa dipakai untuk membersihkan, membebaskan baja dari karat dan untuk melindungi material selama tahapan fabrikasi. Cat primer ini biasanya terdiri dari bubuk seng atau oksida merah dengan resin epoxy sebagai pengikat. 6. Cat primer pra-perlakuan Cat ini digunakan untuk menyiapkan permukaan logam agar memiliki sifat adhesi yang baik, sehingga dapat menambah kinerja dari cat akhir. Perlindungan terhadap korosi yang diberikan oleh cat ini terbatas, sehingga diperlukan pelapisan akhir begitu lapisan primer kering.
Menurut literatur yang saya baca juga, cat itu memiliki 4 sifat yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses coating, diantaranya adalah kemampuan mengering, kekerasan lapisan cat, viskositas cat, dan sifat adhesive cat. a. Salah satu sifat penting cat adalah kemampuan mengering. Cat kering-udara akan kering pada suhu ruang, sedangkan cat jenis bakar (stoving) harus dikeringkan dengan oven pada suhu tertentu. Pengeringan cat yang lazim dilakukan dalam industri automotif meliputi cara fisika, kimia, dan radiasi. Pengeringan secara fisika berupa penguapan pelarut dari campuran cat, contohnya cat nitroselulosa dan alkyd. Cara kimia contohnya adalah pengeringan melamin dan poliuretan setelah bereaksi dengan bahan pengeras, sedangkan cara radiasi adalah pengeringan jenis cat ultraviolet (UV) dengan radiasi dari lampu UV. b. Lapisan cat setelah kering tidak boleh terlalu keras sebab akan mudah pecah, tetapi juga tidak boleh terlalu lunak karena akan mudah terkontaminasi. c. Viskositas cat juga menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan, karena berpengaruh terhadap kekentalan cat itu sendiri. Viskositas cat saat penyimpanan harus cukup tinggi untuk mencegah pengendapan partikel - partikel besar material cat (Bieleman 2000). Sementara viskositas cat pada saat aplikasi harus disesuaikan dengan standar yang telah ditentukan untuk setiap jenis cat. Cat tidak boleh terlalu encer atau terlalu kental karena apabila viskositas berada di luar standar, dapat timbul kecacatan atau masalah dalam pengecatan seperti lapisan cat menjadi kasar atau menjadi seperti kulit jeruk (orange peel). Adanya zat terlarut makromolekul akan menaikkan viskositas larutan. Sekalipun pada konsentrasi rendah, efeknya besar karena memengaruhi aliran fluida pada jarak yang jauh (Atkins 1999). Oleh karena itu, viskositas pada saat aplikasi penting untuk diukur. d. Ketahanan pelapisan (coating) sangat dipengaruhi oleh kemampuan pelapisan (coating) untuk menempel (sifat adhesive) pada material substrat. Jika daya adhesive tidak kuat maka selain pelapisan (coating) tidak menempel dengan baik, hal ini dapat juga memberi kesempatan kepada udara lembab masuk ke celah antara coating dan substrat yang menyebabkan kontaminasi. Ada beberapa jenis daya ikatan (adhesive) antara coating dengan material substrat, antara lain: Daya ikat kimia (chemical bonding adhesion) Daya ikat kimia merupakan daya ikat yang terjadi antara pelapisan (coating) dengan material substrat berupa ikatan atom. Contohnya yaitu pada pelapisan (coating) zinc (seng) untuk melapisi baja, atau yang biasa disebut galvanized steel. Zinc berikatan dengan baja membentuk paduan intermetalik FeZn. Jenis ikatan ini adalah ikatan yang paling kuat. Daya ikat polar (polar adhesion) Daya ikat polar merupakan daya ikat yang terjadi karena gaya tarik menarik material polar. Contohnya yaitu pelapisan (coating) organik, yang banyak mengandung senyawa polar. Jenis ikatan ini tidak akan bekerja dengan baik apabila terdapat zat pengotor di permukaan substrat seperti kotoran, minyak, air, dan lain-lain. Daya ikat mekanik (mechanical adhesion) Daya Ikat mekanik merupakan daya ikat yang terjadi karena ikatan secara mekanik (mechanical interlocking). Contohnya yaitu dengan penggunaan pelapisan (coating) pada permukaan substrat yang kasar, seperti penggunaan sand blast ataupun bahan abrasive sebelum proses pelapisan. Selain itu bisa juga penggunaan pelapisan yang akan mengkerut ketika curing sehingga akan membungkus material substrat dengan baik, seperti epoxy, polyester, dan lain- lain.
Tahap-tahap Dalam Proses Pengecatan Beberapa hal yang harus diperhatikan pada proses pengecatan adalah jenis cat, jenis media yang akan dicat, metode pengecatan, cara preparasi, serta tujuan pengecatan. Preparasi permukaan media yang akan dicat menjadi penentu kekuatan hasil pengecatan. Tahapan proses pengecatan logam meliputi preparasi permukaan (surface preparation), pengecatan dasar (electrodeposition coating), pengecatan lapisan tengah (surfacer coating), pengampelasan (sanding), dan pengecatan akhir (finish coating). Beberapa metode pengecatan yang lazim adalah menggunakan alat kuas atau roler, mengalirkan cat ke media yang akan dicat, pengecatan dengan bantuan arus listrik searah dengan prinsip elektrolisis (electrodipping), dan penyemprotan atom-atom cat ke arah benda yang akan dicat. Permukaan suatu material biasanya belum bisa langsung diberikan pelapis, karena kualitas permukaan yang rendah serta kemungkinan adanya kotoran dan minyak dapat mengganggu sifat adhesive dari pelapisan (coating). Preparasi Pre-Coating ini merupakan faktor terpenting dalam keberhasilan sistem penanggulangan korosi dengan metode coating, karena tingkat keberhasilan coating dipengaruhi oleh tingkat kekasaran permukaan. Proses pre-pelapisan (coating) ini terdiri dari dua jenis, yaitu pembersihan secara mekanik (mechanical cleaning) dan pembersihan secara kimiawi (chemical cleaning). 1. Mechanical cleaning, yaitu dengan menggunakan material abrasif untuk menghilangkan kotoran pada permukaan. Proses mechanical yang digunakan umumnya yaitu grinding, sand blasting, dan lain-lain. Kontaminan yang dapat dibersihkan antara lain scale, produk korosi, maupun sisa coating sebelumnya dengan mengikis permukaan material substrat tersebut. 2. Chemical cleaning, yaitu proses pembersihan dengan menggunakan bahan kimia. Cara pengaplikasiannya dapat diusapkan, disemprot, diuapkan, dan dicelupkan. Ada beberapa jenis chemical cleaning, antara lain: Emulsion cleaning, yaitu dengan menggunakan larutan berbahan dasar organic (surfactant) yang dapat membersihkan minyak seperti detergent atau emulsifier. Alkaline cleaning, yaitu dengan menggunakan larutan garam alkali untuk membersihkan kotoran dan minyak. Larutan yang umum digunakan antara lain sodium hydroxide (NaOH) dan sodium carbonate (Na2CO3). Biasanya garam tersebut dilarutkan dengan air hangat sebanyak 80-40%. Setelah proses alkaline cleaning, semua zat alkaline harus dibersihkan dengan air atau uap agar tidak mengganggu kinerja coating. Pickling (Acid cleaning), yaitu dengan menggunakan larutan asam untuk membersihkan scale dan korosi. Larutan asam yang biasa digunakan yaitu asam sulfat (H2SO4) yang akan melarutkan oksida pada permukaan. B. Pelapisan dengan Logam Pelapisan suatu material dengan logam adalah salah satu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan mengalami perbaikan karakteristik baik dalam hal struktur mikro, ketahanannya terhadap lingkungan, maupun perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam merupakan bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah proses pengerjaan mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan. Dengan demikian, proses pelapisan termasuk dalam kategori pekerjaan finishing atau sering juga disebut tahap penyelesaian dari suatu produksi benda kerja. Untuk melakukan proses pelapisan material dengan logam ini digunakan bahan pelapis yang tidak sembarangan. Bahan pelapis yang ingin digunakan harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut : a. Logam pelapis harus memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap lingkungan dibandingkan dengan logam yang ingin dilindungi b. Logam pelapis yang digunakan tidak boleh memicu korosi pada logam yang dilindungi seandainya mengalami goresan atau pecah di permukaannya. c. Sifat-sifat fisik, seperti kelenturan dan kekerasannya, harus cukup memenuhi persyaratan operasional struktur atau komponen bersangkutan d. Metode pelapisannya harus bersesuaian dengan proses fabrikasi yang digunakan e. Tebal lapisan harus merata dan bebas dari pori-pori
Ada bermacam-macam jenis pelapisan material dengan logam, diantaranya adalah I. Pelapisan Dekoratif Pelapisan dekoratif bertujuan untuk menambah keindahan tampak luar suatu benda atau produk. Sekarang ini pelapisan dengan bahan krom sedang digemari karena warnanya yang cemerlang, tidak mudah terkorosi dan tahan lama. Produk yang dihasilkan banyak digunakan sebagai aksesoris pada kendaraan bermotor baik yang beroda 2 maupun pada kendaraan beroda 4. Dengan kata lain pelapisan ini hanya untuk mendapatkan bentuk luar yang baik saja. Logam-logam yang umum digunakan untuk pelapisan dekoratif adalah emas, perak, nikel dan krom. II. Pelapisan Protektif Pelapisan protektif adalah pelapisan yang bertujuan untuk melindungi logam yang dilapisi dari serangan korosi karena logam pelapis tersebut akan memutus interaksi material dengan lingkungan sehingga terhindar dari proses oksidasi. III. Pelapisan Untuk Sifat Khusus Permukaan Pelapisan ini bertujuan untuk mendapatkan sifat khusus permukaan seperti sifat keras, sifat tahan aus dan sifat tahan suhu tinggi atau gabungan dari beberapa tujuan diatas secara bersama-sama. Misalnya dengan melapisi bantalan kereta dengan logam nikel agar bantalan lebih keras dan tidak mudah aus akibat gesekan pada saat kereta berjalan. IV. Pelapisan Logam Ditinjau Dari Sifat Elektrokimia Bahan Pelapis a. Pelapisan Anodik Pelapisan anodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis lebih anodik terhadap substrat. Contohnya pelapisan pada baja yang memiliki potensial listrik - 0,04 Volt yang dilapisi dengan logam Seng yang memiliki potensial listrik -0,0762 Volt. Logam seng bersifat lebih anodik terhadap baja sehingga logam Seng akan mengorbankan dirinya dalam bentuk korosi sehingga logam yang lebih katodik terhindar dari reaksi korosi. Pelapisan ini termasuk dalam jenis pelapisan protektif. Keunggulan dari pelapisan ini adalah sifat logam pelapis yang bersifat melindungi logam yang dilapisi sehingga walaupun terjadi cacat pada permukaan pelapis seperti tergores, retak, terkelupas dan lain-lain sehingga terjadi eksposure terhadap lingkungan sekitarnya, sampai batas tertentu tetap terproteksi oleh logam pelapis. b. Pelapisan Katodik Pelapisan katodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis lebih katodik terhadap substrat. Contohnya pelapisan pada tembaga yang memiliki potensial listrik +0,34 Volt yang dilapisi dengan logam Emas yang memiliki potensial listrik +1,5 Volt. Logam Emas bersifat lebih mulia dibandingkan dengan logam tembaga, maka apabila logam pelapis mengalami cacat, logam yang dilapisi akan terekspose ke lingkungan dan bersifat anodik sehingga akan terjadi korosi lokal yang intensif terhadap substrat. Pelapisan katodik sangat cocok digunakan pada pelapisan dekoratif karena umumnya aksesoris dan perhiasan dari bahan-bahan imitasi tidak dikenai gaya-gaya dari luar sehingga kecil kemungkinan untuk mengalami cacat lokal pada permukaan. Salah satu metode pelapisan material dengan logam adalah elektroplating. Fokus pembahasan yang akan dibahas disini, akan lebih mengarah kesana.
ELEKTROPLATING Seperti yang kita ketahui, metode elektroplating adalah proses pelapisan logam dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke permukaan material yang hendak dilapis. Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink), galvanis, perak, emas, brass, tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaan masing-masing material. Perbedaan utama dari pelapisan logam tersebut terletak pada anoda dan larutan elektrolisis yang digunakan. Proses elektroplating ini mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi suatu material. Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengan nikel adalah bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap korosi, serta bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat mekanik, terjadi perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari suatu material sesudah mengalami pelapisan dibandingkan sebelumnya. Oleh karena itu, tujuan pelapisan material dengan logam tidak luput dari 3 hal, yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis suatu logam, melindungi logam dari korosi, dan memperindah tampilan (dekoratif). PRINSIP DASAR ELEKTROPLATING Dalam proses elektroplating dan pelapisan logam lainnya, dikenal istilah anoda, katoda, dan larutan elektrolit.
Gambar Mekanisme Proses Pelapisan Nikel
Anoda adalah logam pelapis yang dihubungkan dengan kutub positif dari sumber arus listrik. Anoda dalam elektrolit ada yang larut dan ada yang tidak. Anoda yang tidak larut berfungsi sebagai penghantar arus listrik saja, sedangkan anoda yang larut berfungsi selain penghantar arus listrik, juga sebagai bahan baku pelapis. Katoda dapat diartikan sebagai benda kerja yang akan dilapisi, dihubungkan dengan kutub negatif dari sumber arus listrik. Elektrolit berupa larutan yang molekulnya dapat larut dalam air dan terurai menjadi partikel-partikel yang bermuatan positif atau negatif. Seperti yang kita ketahui, elektroplating menggunakan prinsip elektrokimia, dimana terjadi perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui larutan elektrolit sehingga ion logam mengendap pada benda padat yang akan dilapisi. Ion logam diperoleh dari elektrolit maupun berasal dari pelarutan anoda logam di dalam elektrolit. Pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai katoda. Berikut ini adalah reaksi kimia yang terjadi pada proses elektroplating nikel. Pada KATODA Pembentukan lapisan Nikel Ni 2+ + (aq) + 2e Ni (s) Pembentukan gas Hidrogen 2H + + (aq) + 2e H 2 (g)
Reduksi oksigen terlarut O2 (g) + 2H + + H 2 O (l) Pada ANODA Pembentukan gas oksigen H 2 O (l) 4H + + (aq) + O 2 (g) + 4e Oksidasi gas Hidrogen H 2 (g) 2H+(aq) + 2e- Mekanisme terjadinya pelapisan logam adalah dimulai dari dikelilinginya ion-ion logam oleh molekul-molekul pelarut yang mengalami polarisasi. Di dekat permukaan katoda, terbentuk daerah Electrical Double Layer (EDL) yang bertindak seperti lapisan dielektrik. Adanya lapisan EDL memberi beban tambahan bagi ion-ion untuk menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial listrik dan dibantu oleh reaksi-reaksi kimia, ion-ion logam akan menuju permukaan katoda dan menangkap electron dari katoda, sambil mendeposisikan diri di permukaan katoda. Dalam kondisi equilibrium, setelah ion-ion mengalami discharge menjadi atom-atom kemudian akan menempatkan diri pada permukaan katoda dengan mula-mula menyesuaikan mengikuti susunan atom dari material katoda. Berikut ini saya akan menjelaskan hasil percobaan dari seorang ilmuwan Bambang Santosa dan Martijanti Syamsa Jurusan Teknik Mesin, Universitas Jenderal Achmad Yani, Bandung yang saya kutip dari jurnal beliau. Pengaruh Parameter Proses Pelapisan Nikel Terhadap Ketebalan Lapisan
Pelapisan kali ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh- mana pengaruh rapat arus, temperatur dan waktu pelapisan dalam proses pelapisan nikel pada tembaga. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya di bidang pelapisan Nikel. Proses pelapisan nikel ini dapat diaplikasikan untuk produk seperti medali yang bertujuan untuk melindungi logam dasar (tembaga) dari korosi dan permukaannya mempunyai warna yang mengkilap selama masa pakainya. Seperti yang sudah dijelaskan tentang proses elektroplating, proses pelapisan nikel ini dilakukan dengan menggunakan prinsip elektrokimia dimana logam pelapis dalam hal ini nikel bertindak sebagai anoda, sedangkan benda kerja yang dilapisi sebagai katoda, kedua elektroda tersebut dicelupkan dalam suatu elektrolit yang mengandung nikel sulfat. Dalam operasi pelapisan, kondisi operasi perlu diperhatikan karena akan menentukan berhasil tidaknya proses pelapisan serta mutu yang diinginkan, dalam kaitannya dengan tebal lapisan yang terbentuk pada logam dasar. Berikut ini adalah parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kualitas pelapisan Nikel, antara lain 1. Konsentrasi Larutan Konsentrasi ini akan berkaitan dengan nilai pH dari larutan. Pada larutan elektrolit nikel mempunyai batas-batas pH yang diijinkan agar proses tersebut berlangsung baik, berkisar antara 1,5 5,2. Jika nilai pH melebihi dari nilai yang diijinkan maka akan terjadi sumuran pada permukaan produk dan lapisan nikel pada permukaan benda yang dilapisi menjadi kasar. 2. RapatArus Rapat arus adalah harga yang menyatakan jumlah arus listrik yang mengalir persatuan luas permukaan elektroda. Terbagi dalam dua macam rapat arus anoda dan rapat arus katoda. Pada proses lapis listrik rapat arus yang diperhitungkan adalah rapat arus katoda, yaitu banyaknya arus listrik yang diperlukan untuk mendapatkan atom-atom logam pada tiap satuan luas permukaan benda kerja yang akan dilapis. Untuk proses lapis listrik ini faktor rapat arus memegang peranan sangat penting, karena akan mempengaruhi efisiensi pelapisan, reaksi reduksi oksidasi dan difusi dari hasil pelapisan pada permukaan benda yang dilapis. 3. Temperatur dan Waktu Pelapisan Temperatur terlalu rendah dan rapat arus yang cukup optimum akan mengakibatkan hasil pelapisan menjadi kasar dan kusam, tetapi jika temperatur tinggi dengan rapat arus yang optimum maka hasil pelapisan menjadi tidak merata. Waktu pelapisan akan mempengaruhi terhadap kuantitas dari hasil pelapisan yang terjadi dipermukaan produk yang dilapis. Kenaikan temperatur akan menyebabkan naiknya konduktifitas dan difusitas larutan elektrolit, berarti tahanan elektrolit akan mengecil sehingga potensial yang dibutuhkan untuk mereduksi ion - ion logam berkurang. Sampai batas-batas tertentu hal ini akan meningkatkan kuat arus, sehingga laju pengendapan dan efisiensi arus akan naik, akan tetapi rapat arus yang lebih tinggi karena naiknya konduktifitas dan difusitas dari larutan elektolit mempercepat tercapainya rapat arus batas. Hal ini menyebabkan turunnya harga efisiensi arus. Keadaan ini cenderung mengarah pada lapisan yang kasar tetapi keuntungannya akan mengurangi terserapnya gas hydrogen dalam lapisan dan dapat menurunkan kekerasan lapisan. Oleh sebab itu, Metode penelitian yang digunakan adalah metoda eksperimental dengan melakukan pengujian ketebalan terhadap medali yang telah dilapis nikel dengan menvariasikan parameter waktu pelapisan, rapat arus dan temperatur. Komponen yang akan dilapis, dicelupkan di dalam larutan yang mengandung ion- ion logam yang akan diendapkan serta dijadikan katoda yang dihubungkan dengan kutub negatif sedangkan anoda dicelupkan dalam larutan dan dihubungkan dengan kutub positif serta arus yang digunakan adalah arus searah (arus DC). Arus dari sumber DC mengalir keluar rangkaian proses pelapisan listrik melalui elektron-elektron yang bergerak hingga ke permukaan katoda, selanjutnya masuk ke dalam elektrolit melalui proses reduksi, kemudian dihantarkan oleh elektrolit yang ada di dalam larutan sampai akhirnya masuk ke permukaan anoda pada saat oksidasi. Potensial yang ada diantara anoda dan katoda dapat menggerakkan atau menghantarkan muatan melintasi larutan logam untuk menentukkan laju anion yang dihantarkan/dipindahkan. Berikut ini adalah tahapan proses pelapisan nikel dari mulai proses persiapan permukaan secara mekanis maupun secara kimia sampai proses pelapisan nikel.
Tahapan Proses Pelapisan Nikel pada Medali Larutan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri Nikel Sulfat (250 g/l), Nikel Klorida (50g/l), Asam Boric (30g/l), Brigh- thener (4ml), dan air (1liter). Adapun Kondisi operasi yang digunakan adalah temperatur pelapisan (40 o C, 50 o C, 60 o C), arus (0,28 ;0,35:0,42) amper, waktu pelapisan (5, 10, 15) menit, pH : 4 6. Untuk parameter proses pelapisan nikel yang berkaitan dengan faktor konsentrasi larutan yang berkaitan dengan nilai pH larutan (4-6) pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh langsung dari perusahaan PERURI (Perum Percetakan Uang Negara RI), karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang mengerjakan proses pelapisan nikel untuk medali. Untuk itu pH larutan tidak diukur karena proses pelapisan yang dilakukan seperti yang dilakukan di PERURI. Faktor konsentrasi larutan pada proses pelapisan nikel pada penelitian ini merupakan parameter yang konstan, dan tidak diteliti lebih jauh oleh penulis jurnal ini, pengaruh dari faktor konsentrasi larutan tersebut terhadap hasil lapisan nikel pada permukaan medali. Penelitian ini metitikberatkan terhadap parameter arus, temperatur dan waktu pelapisan terhadap tebal lapisan nikel yang dihasilkan pada permukaan medali. Berikut ini adalah diagram alir penelitiannya,
Data hasil pengujian tebal lapisan dengan memvariasi parameter proses pelapisan nikel dari rapat arus, temperatur dan waktu pelapisan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Pada pemakaian rapat arus yang konstan dengan memvariasikan waktu pelapisan maka dari hasil pengujian tebal lapisan dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pelapisan maka rata-rata hasil lapisan nikel yang terjadi pada permukaan produk (medali) semakin tebal. Lapisan permukaan medali paling tebal diperoleh pada waktu pelapisan selama 15 menit, yaitu 65,5 m Lapisan nikel pada permukaan medali paling tipis diperoleh pada waktu pelapisan 5 menit yaitu 8,333 m. Hal ini sesuai dengan hukum Faraday yang menyatakan bahwa jumlah endapan logam yang terbentuk sebanding dengan jumlah arus listrik yang diberikan dikalikan dengan lamanya operasi berlangsung. Nilai pH untuk keseluruhan proses yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan parameter tetap. Pada hasil pengujian tebal lapisan untuk penggunaan arus yang berbeda dengan waktu yang digunakan konstan, maka tebal lapisan tertinggi diperoleh pada saat arusnya adalah 0.42 amper (65.5m) dan tebal lapisan terendah diperoleh pada saat arusnya adalah 0.35 amper (8.333m). Dengan kuat arus tetap, 0,35 ampere dan waktu 5 menit, menghasilkan pelapisan setebal 8,33 m. Sedang dengan kuat arus yang lebih rendah (0,28 amper), tebal lapisan yang diperoleh adalah 9,167 m, atau sekitar 12% lebih tebal dari hasil pelapisan pada 0,35 amper. Kedua proses dilakukan dalam kondisi pH larutan yang sama yaitu (46). Kondisi tersebut kemungkinan diakibatkan oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah konsentrasi larutan yang digunakan pada saat proses pelapisan. Secara teoritis konsentrasi larutan ini akan berkaitan dengan nilai pH dari larutan. Pada larutan elektrolit nikel mempunyai batas-batas pH yang diijinkan agar proses tersebut berlangsung baik, berkisar antara 1,5 5,2. Jika nilai pH melebihi dari nilai yang diijinkan maka akan terjadi sumuran pada permukaan produk dan lapisan nikel pada permukaan benda yang dilapisi berubah menjadi kasar. Sebaiknya pada penelitian lebih lanjut, harus dilakukan serangkaian pengujian untuk mendapatkan data- data tentang sejauhmana pengaruh dari faktor konsentrasi larutan terutama pH larutan yang digunakan untuk mendapatkan mutu lapisan yang baik. Pengujian pada temperature 40 0 C dan dengan arus 0,28 amper serta waktu proses selama 5 menit, menghasilkan tebal lapisan yang lebih tipis jika dibandingkan dengan hasil pengujian pada temperatur 50 0 C dan 60 0 C. Tetapi untuk kondisi arus dan waktu yang sama yaitu 0,28 amper selama 5 menit, tebal lapisan yang diperoleh pada temperatur 60 0 C, lebih tipis jika dibandingkan pada temperatur 50 0 C. Tebal lapisan yang dihasilkan pada pengujian dengan arus 0,28 amper dan waktu pelapisan 10 menit dan 15 menit cenderung sama dengan yang dihasilkan pada waktu pelapisan 5 menit. Tebal lapisan mengalami peningkatan nilai pada temperatur 50 0 C dibandingkan pada temperatur 40 0 C tetapi tebal lapisan tidak mengalami peningkatan pada temperature 60 0 C. Kondisi yang sama terjadi pada arus 0,35 amper untuk temperatur 50 0 C dan 60 0 C dengan waktu pelapisan 15 menit terjadi penurunan nilai dari tebal lapisan dibandingkan pada temperatur 40 0 C. Penurunan nilai tebal lapisan terjadi pula pada arus 0,42 amper dan temperatur 50 0 C dengan waktu pelapisan 10 menit serta temperatur 60 0 C dengan waktu pelapisan 5 menit. Secara teoritis dinyatakan bahwa kenaikan temperatur akan menyebabkan naiknya konduktifitas dan difusitas larutan elektrolit, berarti tahanan elektrolit akan mengecil sehingga potensial yang dibutuhkan untuk mereduksi ion-ion logam berkurang sehingga hasil lapisan yang dihasilkan pada permukaan logam akan menurun.
Dari hasil pengujian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan proses pelapisan nikel pada medali dalam menentukan arus, waktu dan temperature pelapisan yang digunakan untuk menghasilkan tebal akhir dari lapisan nikel yang diinginkan di permukaan medali. Jika misalnya hanya menginginkan tebal lapisan dalam range antara (10 20) m maka tidak usah menggunakan arus yang besar dan waktu pelapisan yang lama sehingga dapat menekan waktu proses. Arus yang dapat digunakan adalah antara 0.280.35 amper, waktu pelapisan antara 510 menit dan temperatur pelapisan (40 50) 0 C. Kondisi temperatur harus dijaga konstan, jangan sampai mengalami peningkatan maupun penurunan yang cukup besar karena akan mempengaruhi nilai kualitas maupun kuantitas dari tebal lapisan yang dihasilkan. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tebal lapisan nikel pada percobaan ini dipengaruhi oleh parameter rapat arus, temperatur dan waktu pelapisan. 2. Semakin lama waktu pelapisan dan semakin besar arus yang digunakan maka semakin tebal lapisan nikel yang dihasilkan pada permukaan medali. 3. Temperatur pada proses pelapisan harus dijaga konstan karena akan mempengaruhi terhadap tebal lapisan nikel yang dihasilkan pada permukaan medali.
Pengaruh konsentrasi larutan dan kuat arus terhadap ketebalan pada proses pelapisan nikel untuk baja karbon rendah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan dan arus listrik terhadap ketebalan lapisan nikel. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah arus listrik dan konsentrasi larutan. Arus listrik divariasikan 50, 55, dan 60 A. Konsentrasi larutan divariasikan menjadi 3 yaitu konsentrasi 1 (NiSO4 300 gr, NiCl2 40 gr,H3BO3 40gr, H2O 1000 ml), konsentrasi 2 (NiSO4 325 gr, NiCl2 45 gr, H3BO3 40gr, H2O 1000 ml) dan konsentrasi 3 (NiSO4 350 gr, NiCl2 50 gr, H3BO3 40gr, H2O 1000ml). Spesimen berupa plat baja karbon rendah berukuran 50mm x 30mm x 1.8 mm sebanyak 27 buah.
METODE PENELITIAN Alat dan bahan yang digunakan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat proses yaitu proses persiapan, proses pembuatan elektrolit dan proses elektropating serta pengambilan gambar. Alat persiapan yang meliputi alat-alat mesin perkakas yang digunakan untuk membuat spesimen dari lembaran plat sampai menjadi ukuran 3 x 5 mm. Bahan membuat elektrolit yang terdiri dari asam borak ( H3BO3, ), Nikel sulfat (NiSO4,) nikel klorida (NiCl2) dan aquadest. Sedang alat yang digunakan antara lain bak, termometer, pemanas, pengaduk dan timbangan. Bahan untuk proses elektroplating yaitu katoda plat baja lunak, anoda nikel, serta elektrolit untuk pelapisan nikel. Sedang alat yang digunakan bak, pemanas, pengaduk, stop watch, termometr, pengait, multimeter, dan rectifier. Variabel penelitian Secara khusus variabel penelitian dikelompokan sebagai berikut : Variabel bebas dalam penelitian ini adalah arus listrik yang divariasikan (50 A, 55 A dan 60 A) dan konsentrasi larutan seperti pada tabel di bawah.
Konsetrasi larutan H3BO3 (gr) NiSO 4 (gr) NiCl2 (gr) H2O (ml) Nama konsentrasi 30 300 40 1000 1 30 325 45 1000 2 30 350 50 1000 3 Parameter yang divariasikan adalah konsentrasi larutan yang dibuat 3 kali perubahan, dimana pada tabe ini untuk perubahan yang pertama tidak semua komposisi elektrolit itu diubah, perubahan konsentrasi larutan dilakukan pada nikel sulfat (NiSO4) dan nikel klorida (NiCl2). PELAKSANAAN PERCOBAAN Percobaan dilakukan dengan menggunakan elektolit yang yang mempunyai komposisi kimia H2O, H3BO3, NiSO4, NiCl2, brigner, nisol, dengan mengubah prosentase NiSO4, NiCl2 diulangi tiga kali percobaan, masing-masing percobaan dilkukan pada arus yang berbeda dan juga diulang tiga kali perubahan yaitu 55 A, 60 A dan 65 A pengujian masing-masing dilakukan selama 20 menit tiap percobaan, hasil dari percobaan ini berupa plat baja lunak yang telah terlapisi oleh nikel. Plat baja yang tekah terlapisi nikel, dilakukan pengukuran ketebalannya dengan menggunakan mikroskop. Gambar diambil dengan pembesaran 40 x, gambar diambil 3 pada setiap percobaan, sehingga untuk satu konsentrasi didapatkan 9 gambar dan menghasilkan 9 data hasil pengukuran.
Pembahasan Adanya pengaruh kuat arus listrik dan konsentrasi larutan terhadap ketebalan lapisan yang terbentuk pada permukaan spesimen dapat dilihat pada gambar .2, 3 dan .4. dengan mengamati grafik tersebut maka dapat terlihat bahwa pada kondisi konsentrasi 1 gambar .2 tidak terlihat adanya pengaruh antara arus yang divariasikan terhadap ketebalan. Hal ini menyimpang dari hukum Faraday, dimana kedua hukumnya menyatakan secara matematis bahwa masa yang terbentuk pada suatu proses elektrokimia adalah berbanding lurus dengan kuat arus listrik [7]. Penyimpangan ini mungkin terjadi karena konsentrasi yang rendah, sehingga Ni terlarut kurang dan kemungkinan juga penyebab adalah terletak pada efisiensi proses yang dilaksanakan, dimana kondisinya belum memenuhi kondisi ideal. Misalnya dalam penyaluran arus listrik yang dibutuhkan untuk membangkitkan pergerakan elektron pada kedua elektroda (spesimen dan anoda), termasuk perpindahan material diantara keduanya yang diangkut oleh ion-ion bermuatan listrik melalui larutan. Pada pelaksanaan proses pelapisan, baik anoda maupun katoda (spesimen) pemasanganya hanya menggunakan kawat pengait. Kondisi pemasangan seperti ini memungkinkan tidak stabilnya kedudukan kedua elektroda, sebab selama proses berlangsung timbul gelembung udara dalam larutan. Ketidak stabilan kedudukan ini tentunya akan mempengarui penyaluran arus listrik. Pada konsentrasi 2 dan konsentrasi 3 terlihat adanya kenaikan ketebalan. Penjelasan untuk kondisi ini adalah semakin besar nilai kuat arus listrik yang digunakan, maka akan menyebabkan elektron lebih reaktif (lebih mudah bergerak), Hal ini juga akan menyebabkan porsi akumulasi pergerakan elektron dan perpindahan material pada kedua elektroda juga semakin besar Hal lain yang perlu dikemukakan dan berkaitan dengan hasil percobaan ini adalah konsep toritis mengenai proses elektrokimia yang dikemukakan oleh Faraday. Secara kualitatif hasil perhitungan secara teoritis telah menunjukan hasil atau pola yang sama dengan hasil yang diperoleh melalui percobaan, walaupun masih terdapat perbedaan secara kuantitatif. Pengaruh variabel konsentrasi terhadap variabel ketebalan lapisan dapat juga dilihat dari gambar 2, 3.dan 4. Pada gambar 4 menunjukan adanya ketebalan pelapisan yang paling tinggi yaitu 23,26 m pada arus 60 A. Penjelasanya adalah semakin tinggi konsentrasi NiSO4 dan NiCl2 maka nikel yang tersedia dalam elekktrolit akan semakin banyak, sehingga kesempatan nikel tersebut menempel pada spesimen itu menjadi lebih tinggi. Pada proses elektroplating larutan elekrolit NiSO4 terurai menjadi ion Ni dan SO4. kation elektrolit (SO42-) menempel pada anoda. Pada katoda plat baja mengalami pelepasan oksigen terhadap larutan nikel (NiSO4) akibat adanya arus listrik searah dengan tegangan konstan sehingga ion nikel (Ni) akan menempel pada permukaan plat baja atau besi dengan perantara elektrolit nikel sehingga plat baja/besi terlapisi nikel. Reaksi yang terjadi pada anoda adalah bahan pelapis nikel (Ni) mengikat oksigen yang dilepaskan oleh plat baja/besi. Bahan pelapis nikel akan mengalami pengikatan yang kemudian akan terlarut pada elektrolit nikel (NiSO4) yang telah melapisi plat tersebut. Sehingga larutan elektrolit nikel (NiSO4) tetap stabil, akibatnya bahan pelapis nikel (Ni) lama kelamaan akan berkurang atau habis. Dengan membandingkan data yang ada, maka dapat diketahui bahwa nilai ketebalan lapisan pada permukaan spesimen yang diperoleh secara teoritis dengan menggunakan perhitungan dasar elektrokimia, lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai ketebalan lapisan yang diperoleh dari pengukuran (experimen).
KESIMPULAN Pada konsentrasi 1, besar arus listrik tidak berpengaruh terhadap ketebalan nikel. Pada konsentrasi 2 dan 3, semakin besar arus listrik akan diperoleh hasil lapisan yang makin tebal. Semakin tinggi konsentrasi NiSO4 dan NiCl2 maka lapisan nikel akan semakin tebal. Ketebalan minimum diperoleh pada konsentrasi 1 pada arus 55 A yaitu 5,06 m dan hasil pengukuran tertinggi pada konsentrasi 3 dengan arus 60 A ketebalan 23,26 m. Referensi http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/61440/G12sfa1.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29124/3/Chapter%20II.pdf http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/mes/article/download/16642/16634. Buku Korosi Untuk Mahasiswa Dan Rekayasawan karya KR. Trethewey dan J. Chamberlain http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi/article/view/4645/4209