Anda di halaman 1dari 5

Tugas KKJ disusun oleh:

Nama: Dwi Harliani Ayu Aprilia


NIM: 0907101050032
PSEUDO-CROUP ACUTE EPIGLOTITIS
Golongan penyakit 3A
Definisi
Epiglotitis adalah suatu infeksi pada epiglotis , yang dapat menyebabkan penyumbatan saluran
pernafasan dan kematian
.
Infeksi pada epiglotis ini merupakan penyakit yang sama berbahayanya
dengan croup yaitu suatu infeksi laring yang menimbulkan stridor dan obstruksi jalan nafas
(Adams, 2007).
Insidensi
Epiglotitis paling sering pada anak anak berusia antara usia 2 dan 8 tahun, meskipun penyakit ini
dapat mengenai usia berapapun. Pria lebnih sering terkena dibandingkan wanita dengan
perbandingan 2,5:1. Pada orang dewasa, merokok dan kurangnya imun tubuh dapat menjadi
faktor resiko, dan ada beberapa bukti yang mendukung peningkatan resiko pada penderita
diabetes. Sejak terjadi kemajuan dalam hal vaksinasi melawan Haemophilus influenza type b
pada anak anak, insidensi epiglotitis akut pada anak telah berkurang. Selama beberapa tahun
terakhir kejadian epiglotitis pada orang dewasa terlihat mengalami peningkatan (Adams, 2007).
Patofisiologi
Epiglotitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi yang berat menyebabkan
peradangan dan edema epiglotis, supraepiglotic dan jaringan sekitar lainnya. Bakteri secara
langsung menyerang selaput lendir epiglotis diamana sub mukosa menjadi longgar. Jalan nafas
menjadi tersumbat akibat pembengkakan epiglotis yang berkembang dengan cepat. Terjadi
gangguan pernafasan dan obstruksi jalan nafas total. Walau jarang, penyebab non infeksi bisa
disebabkan oleh adanya trauma luka bakar dan trauma kaustik yang dapat menyebabkan
epiglotitis. Anak anak dengan luka bakar terutama akibat air panas juga harus diamati dengan
hati hati agar tidak terjadi komplikasi. Penyebab lain epiglotittis seperti tertelan benda asing,
cedera akibat inhalasi dan angioneuretik edema (Price and Sylvia, 2003).
Gambaran Klinis
Banyak tanda dan gejala yang dapat terjadi pada epiglotitis, dan gejalanya dapat berkembang
pesat dan dapat terjadi dalam beberapa jam. Gejala klinis epiglotitis yang paling umum adalah
sakit tenggorokan ringan atau infeksi saluran pernafasan atas. Hal ini diakibatkan karena infeksi
bermula di saluran pernafasan atas, kemudian infeksi bergerak ke bawah yaitu di epiglottis
(Dhingra, 2007)
.

Infeksi biasanya dimulai secara tiba tiba dan berkembang dengan cepat.gejalanya terdiri dari :


a. Sulit menelan
b. Air liur keluar berlebihan (drooling)
c. Odinofagi
d. Stidor (suara pernafasan yang kasar)
e. Suara serak
f. Anak tampak sakit keras dan gelisah
g. Demam
h. Sianosis (warna kulit kebiruan )
Gejala lain dapat berupa :
a. Batuk
b. Nyeri telinga
c. Tripod sign (badan membungkuk ke depan sebagai upaya untuk bernafas)


Pemeriksaan Penunjang
A. Laringoskopi
Laringoskopi adalah cara terbaik untuk mengkonfirmasi diagnosis epiglotitis. Fibreoptic
laryngoscopi adalah gold standard untuk mendiagnosa epiglotitis karena epiglotitis dapat
langsung dilihat. Namun hal ini digunakan dengan melihat kondisi pasien dnegan hemodinamik
yang stabil dan memiliki jalan nafas yang baik. Namun hal ini menjadi kekhawatiran akan
terjadinya obstruksi jalan nafas sehingga laringoskopi pada pasien ini harus dilakukan di tempat
tempat misalnya kamar operasi dimana tersedia intubasi atau trakeostomi jika terjadi obstruksi
jalan nafas (Lee, 2003).


B. X-Ray leher
Foto polos leher dengan melihat soft tissue lateral (Lee, 2003).
C. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pembiakan darah atau lendir tenggorokan dapat menunjukan adanya bakteri. Pada pemeriksaan
darah lengkap tampak peningkatan jumlah sel darah putih. Rontgen leher dapat menunjukkan
adanya pembengkakan epiglottis

(Lee, 2003).
b. Kultur darah dan sensivitas
Kultur darah digunakan untuk memastikan antibiotik yang adekuat terhadap bakteri penyebab
(Lee, 2003).
Diagnosa
Diagnosa ditegakkan bedasarkan.anamnesa ,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Anamnesa yang dapat ditemukan adalah biasanya pasien akan mengeluh demam
(suhu tinggi) bisasanya merupakan gejala pertama. Seseorang dengan epiglotitis juga akan
mengeluh sangat sakit tenggorokan. Pasien dapat juga memiliki suara yang serak dan nyeri
menelan. Karena sakit pada waktu menelan, pasien mungkin mengeluarkan banyak air liur
karena sulit menelan.Batuk juga merupakan gejala yang umum yang dapat dijumpai
.
Trauma
akibat benda asing merupakan penyebab lain dari epiglotis yang jarang terjadi. Pasien akan
datang dengan keluhan stridor dan kesulitan menelan. Suara serak dan perubahan suara akan
menjadi kecurigaan akibat tertelan benda asing pada anamnesa awal. Pemeriksaan fisik pada
epiglotitis merupakan gejala dan hasil pemeriksaan dengan laringoskopi yang menunjukan
pembengkakan epiglottis (Ballenger, 2002).
Penanganan
Epiglotitis adalah kegawatdaruratan medis yang bila tidak ditangani akan berakibat fatal. Prinsip
penanganan dan pengobatan pasien dengan epiglotitis adalah semakin cepat penanganan
prognosa semakin baik. Pasien harus dirawat di rumah sakit segera jika diagnosis klinis
dicurigai. Visualisasi langsung dari epiglotis adalah diagnostik. Obstruksi jalan nafas dapat tiba
tiba terjadi sehingga airway (jalan nafas) harus segera ditangani dengan pemasanagn tuba
endotrakeal. Hal ini diakibatkan pada epiglotis yang meradang mekanismenya adalah
menghalangi jalan nafas, kerja nafas menjadi meningkat dan retensi karbon dioksida dan
hipoksia (oksigen rendah) dapat terjadi.clereance sekresi juga terganggu. Faktor faktor ini
dapat mengakibatkan asfiksia fatal dalam beberapa jam dan dapat menyebabkan kematian. Untuk
meningkatkan hidrasi dilakukan pemasangan iv line (cairan infus) (Dhingra, 2007)
.

Dalam kasus yang lebih parah, jika epiglotis bengkak dan memblokir jalan nafas, bahkan
oksigen tidak mampu menanggulangi, prosedur yang dapat dilakukan tim medis adalah
trakeostomi, ini adalah tindakan dengan membuat lubang bkecil di trakea (tenggorokan). Hal ini
memungkinkan tabung untuk masuk ke epiglotis yang membengkak sehingga oksigen dapat
masuk ke paru. Sementara bantuan ventilator penting untuk pasien dengan trakeostomi dengan
perawatan intensif dengan pemberian antibiotic (Dhingra, 2007).
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi (Adams, 1997):
a. Pembentukan abses
b. Meningitis
c. Septikemia
d. Gagal nafas
Prognosis
Sebagian besar pasien akan sembuh tanpa gejala jika pengobatan dilakukan secara dini dan
pengobatan yang tepat. Kematian dapat terjadi bila terjadi obstruksi jalan nafas yang tidak
ditangani segera. Penanganan yang cepat menghasilkan prognosa yang baik

(Boies et al., 1997).
Daftar Pustaka
Adams. 1997. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ballenger, J.,J. 2002. Anatomi laring, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan
Leher Jilid 1 Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
Boies, A., Goerge, L., A., Lawrence, R., B., Peter, H., H. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Dhingra, P., L. 2007. Diseases of Ear, Nose and Throat 4th Edition. New Delhi: Elvsevier.
Lee, K., J. 2003. Essential Otolaryngology Edisi 18. USA: Penerbit McGraw Hill.
Price, A., and Sylvia. 2003. Patofisiologi Jilid 2 Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai