Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
Pendahuluan
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan Indonesia
menetapkan nilai ambang batas (NAB) bising di tempat kerja sebesar 85 dBA. Bila NAB ini
dilampaui terus menerus dalam waktu lama akan menimbulkan Noise Induced Hearing Loss
(NIHL). Faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya NIHL adalah frekuensi bising,
periode pajanan setiap hari, lama kerja, kepekaan individu, umur dan lain-lain.
1
David I Robert melaporkan bahwa bising di tempat kerja merupakan masalah utama
dalam kesehatan kerja di berbagai negara. Diperkirakan sedikitnya 7 juta orang ( 35% dari
total populasi) terpajan dengan bising >85 dBA. Ketulian yang terjadi dalam industri
menduduki urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika Serikat dan Eropa.
Phoon W melaporkan bahwa kelompok tenaga kerja yang terpajan bising selama kerja
memperlihatkan ketulian >20%. Sucipto melaporkan >50% tenaga kerja tekstil dengan masa
kerja antara 1-10 tahun mengalami NIHL pada frekuens 3000 Hz dan 4000 Hz. Lucchini
melaporkan dari 41 tenaga kerja pada perusahan baja, ditemukan 45,9% kasus NIHL pada
frekuensi 6000 Hz, dengan pajanan bising terus menerus. Sejumlah penelitian menunjukan
sekitar 31,5-38% tenaga kerja pabrik baja mengalami NIHL pada intensitas 85-105 dBA.
1
















2

BAB II
Isi
II.1 Definisi
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi
terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang
menghalangi gaya hidup. Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
2
Gangguan pendengaran akibat kerja (Occupational Deafnes/ Noise Induced Hearing
Loss) adalah hilangnya sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen,
mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus di lingkungan
tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin
lama waktu pemaparan kebisingan yang dialami oleh pekerja, semakin berat gangguan
pendengaran yang ditimbulkan pada pekerja tersebut.
2

II.2 Diagnosis Klinis
A. Anamnesis
Mengumpulkan data-data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan
sering merupakan hal yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dokter
mengumpulkan banyak data yang menjadi dasar dari diagnosis, dokter belajar tentang pasien
sebagai manusia dan bagaimana mereka telah mengalami gejala-gejala dan penyakit, serta
mulai membina suatu hubungan saling percaya.
2
Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal
yang diperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.

Anamnesis sendiri terbagi 2 macam:
2

a. Auto anamnesis hubungan pasien dan dokter
b. Allo anamnesis hubungan wakil pasien dengan dokter
Tujuan anamnesis:
2

1. Untuk memperoleh data dan informasi dari pasien.
2. Untuk membina hubungan baik antara dokter dan pasien.
Manfaat anamnesis:
2

3

Dapat mendiagnosis dengan tepat
Dapat mengelola penyakit dengan tepat
Prognosis penyakit semakin membaik
Dapat melakukan pencegahan dan penyuluhan sehingga dari itu pertanyaan
haruslah mengarah kepada diagnosis yang yang ditegakkan.
Ada beberapa point penting yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis , antara lain :
2
1. Identitas pasien
2. Keluhan Utama ( Presenting Symptom)
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat pekerjaan
Sudah berapa lama kerja sekarang
Riwayat pekerjaan sebelumnya
Alat kerja, bahan kerja, proses kerja
Barang yang diproduksi/dihasilkan
Waktu bekerja sehari
Kemungkinan pajanan yang dialami
APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai
Hubungan gejala dan waktu kerja
Pekerja lain ada yang mengalami hal yang sama
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan tes penala
didapatkan hasil Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya
lebih baik dan Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannya adalah tuli
sensorineural yang biasanya mengenai kedua telinga.
3
C. Pemeriksaan Penunjang dan Tempat kerja
1. Sound Level Meter
SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan, yang
terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit attenuator dan beberapa alat lainnya. Alat ini
mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan frekuensi 20 - 20.000 Hz. SLM dibuat
berdasarkan standar ANSI (American National Standart Institute) tahun 1977 dan
dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekuensi yaitu A, B, C yang menentukan
secara kasar frekuensi bising tersebut.
3
4

Jaringan frekuensi A mendekati frekuensi karateristik respon telinga suara rendah
yang kira-kira dibawah 55 dB. Jaringan frekuensi B dimaksudkan mendekati reaksi
telinga untuk batas antara 55 -85 dB. Sedangkan jaringan frekuensi C berhubungan
dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB.
3
2. Audiometri nada murni
Audiometer nada murni telah digunakan selama lebih dari 100 tahun sebagai
perangkat untuk mengukur ambang batas pendengaran (Martin, 1975). Audiometri
nada murni (pure tone audiometry, PTA) penting sekali pada NIHL baik untuk
penyaring (konduksi udara) dan diagnosis (konduksi tulang dan udara). Selama
pemeriksaan PTA, nada murni disampaikan menuju telinga melalui earphone yang
sesuai. Frekuensi yang diperiksa antara 125-8 kHz (tes dilakukan minimal pada
frekuensi 0, 5, 1, 2, 3, 4, dan 6 kHz) pada intensitas 0-120 dB ditingkatkan setiap 5dB.
Terdapat ambang batas intensitas nada murni yaitu nada di atas ambang tersebut akan
terdengar dan sebaliknya, nada di bawah ambang tersebut tidak akan terdengar.
Namun, hasil pemeriksaan dapat berbeda pada waktu pemeriksaan yang berbeda
dipengaruhi ketrampilan operator alat, motivasi pekerja, dan adanya bising di sekitar
tempat pemeriksaan.
3
Tes PTA di tempat kerja digunakan untuk mencatat kondisi pendengaran para
pegawai, menemukan individu yang rentan terhadap bising, memonitor pendengaran
berkurang selama bekerja sebagai pegawai, dan mengatur program perlindungan
pendengaran.
3
Data dasar audiomteri dilakukan saat pertama kali masuk ke tempat kerja (paling
mudah bila pemeriksaan ini dimaksudkan ke dalam bagian pemeriksaan kesehatan
sebelum diterima bekerja) untuk menilai tingkat pendengaran seseorang dan
menggunakannya sebagai rujukan perbandingan hasil tes audiometri yang dilakukan
di kemudian hari. audiometri dilakukan berkala (tiap tahun atau tiap dua tahun sekali)
untuk memonitor adanya pendengaran berkurang di antara pekerja yang bekerja di
area bising.
3
3. Dosimeter
4

Diperlukan untuk mengukur eksposur terhadap kebisingan harian
Berupa instrumen kecil yang dikenakan oleh pekerja
Terdiri atas alat pencatat kecil dan mikrofon yang disematkan pada kerah baju
di dekat telinga
Mengukur dan mencatat tingkat kebisingan setiap menit dalam satu giliran kerja
5

Lebih rumit yang memungkinkan analisis rekaman data yang lebih rinci
Proses analisis membutuhkan perangkat lunak komputer dan pemeta (plotter)
data yang cocok.
Alatnya sangat mahal dan sangat khusus sehingga harus dipercayakan kepada
ahlinya, dan satu-satunya metode yang benar-benar teliti untuk mengukur
pemajanan bising personal harian.

II.3 Pajanan yang dialami
5
1. Intensitas kebisingan
2. Frekuensi kebisingan
3. Lama waktu pemaparan bising
4. Kerentanan individu
5. Jenis kelamin
6. Usia karyawan
7. Lama bekerja
8. Jarak dari sumber suara
9. Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja.

II.4 Hubungan pajanan dengan penyakit yang dialami
Kebisingan atau noise pollution sering disebut seebagai suara atau bunyi yang tidak
dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang
salah. Kebisingan merupakan salah satu faktor penting penyebab terjadinya stress dalam
kehidupan dunia modern. Sumber kebisingan dapat berasal dari kendaraan bermotor,
kawasan industri atau pabrik, pesawat terbang, kereta api, tempat tempat umum, dan tempat
niaga.
6
Suara adalah bentuk energi yang paling dikenal. Suara diproduksi melalui getaran suatu
benda yang menyebabkan gelombang terkompresi dan merenggang. Walaupun gelombang
suara paling baik disalurkan melalui udara, gelombag suara juga dapat disalurkan melalui zat
padat, cair dan gas. Gelombang suara menjadi semakin lemah saat bergerak menjauhi
sumber. Saat gelombang ini mencapai telinga, ia akan menimbulkan sensasi pendengaran.
Gelombang suara memiliki ciri meliputi frekuensi, amplitudo, panjang gelombang dan
intensitas :
6


6

Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah gelombang per satuan waktu. Frekuensi dinyata dalam
siklus per detaik (Hertz,Hz) dengan satuan 1 Hz = 1 siklus per detik.
Amplitudo
Amplitudo suara adalah besarnya jarak gelombang dari titik tengan ke puncak atau
lembahnya.
Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak atau dua lembah gelombang
suara. Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi.
Intensitas
Intensitas adalah ukurang tingkat suara. Intensitas berbading lurus dengan kuadrat
amplitudo gelombanh suara dalam lapangan bebas.
Intensitas mengikuti hukum kuadrat terbalik, berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak, misalnya penambahan jarak sebesar dua kali lipat akan mengurangi intensitas
sebesar seperempatnay. Tingkat tekanan suara (sound pressure level, SPL) sebesar 0
dB secara umum dianggap sebagai tingkat suara minimal yang masih dpaat
dideteksi. Tingkat tekanan suara paling tinggi yang masih bisa ditoleransi adalah di
atas 10 juta kali tekanan suara yang paling sedikit masih dapat dideteksi. Skala
logaritme digunakan untuk menjelaskan rasio dua intensitas karena jarak angka
yangg sangat lebar ini sulit diatasi. Stuan Bel digunakan untuk menjelaskan rasio
intensitas terebut. Satu desibel adalah seperepuluh bel. Satuan ini adalah perbedaan
satuan intensitas minimum yang masih dapat dirasakan. Intensitas suara yang
meningkat sebesar dua kali lipat menyebabkna perubahan tingkat intensitas sebesar
3 dB. Desibel adalah satuan ukuran relatif dan secara arimetika tidak bisa ditambah
atau dikurangi.
Pencatatan desibel dimulai pada saat teknisi telpon menghornmati Alexander
Graham Bell dengan mengukur old miles of standard cable. Desibel sebagai rasio
intensitas adalah angak yang tidak berdimensi. Desibel adalah intensitas satu suara
berbanding dengan nialai tingakat intensitas rujukan (ambang batas pendengaran,
yaitu tekanan suara yang masih terdengar pada frekuensi 1000 Hz : 20 uPa).
Peningkatan tingkat bising sebesar 3 dB menggambarkan energi suara menjadi dua
kali liat, sedangkan peningkatan sebesar 10 dB yang dirasakan dua kali lipat
kerasnya, mewakili peningkatan energi suara sebesar 10 kali.

7

Lamanya waktu pemaparan bising
Hal ini sangat berperan dalam proses terjadinya gangguan pendengaran dikarenakan
terjadinya perubahan ambang dengar. Tetapi untuk menyebabkan sampai terjadi hal
tersebut, terdapat beberapa tahap seperti:
6
a. Adaptasi
Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu
oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasaterganggu lagi
karena suara terasa tidak begitu keras- keras seperti pada awal pemaparan.
b. Peningkatan ambang dengar sementara
Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahan- lahan
akan kembali seperi semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai
beberapa jam bahkan sampaibeberapa mingu setelah pemaparan. Kenaikan
ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekuensi 4000 Hz,
tetapi bila pemaparanberlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran
sementara akan menyebar pada frekuensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan
lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya.
Respon tiap individuterhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas
masing-masing individu.

II.5 Besar atau jumlah pajanan
A. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari NIHL diduga berupa adanya stres mekanis dan metabolik
pada organ sensorik auditorik bersamaan dengan kerusakan sel sensorik atau bahkan
kerusakan total organ Corti di dalam koklea. Kehilangan sel sensorik pada daerah yang sesuai
dengan frekuensi yang terlibat adalah penyebab NIHL yang paling penting. Kepekaan
terhadap stres pada sel rambut luar ini berada dalam kisaran 0-50 dB, sedangkan untuk sel
rambut dalam diatas 50 dB. Biasanya dengan terjadinya TTS, ada kerusakan bermakna pada
sel rambut luar. Frekuensi yang sangat tinggi lebih dari 8 kHz mempengaruhi dasar koklea:
5
1. Proses Mekanis
Berbagai proses mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan sel rambut akibat
pajanan terhadap bising meliputi :
a. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat menyebabkan robeknya
membran Reissner sehingga cairan dalam endolimfe dan perilimfe bercampur
yang mengakibatkan kerusakan sel rambut.
8

b. Gerakan membran basilar yang kuat dapat menyebabkan gangguan organ Corti
dengan pencampuran endolimfe dan kortilimfe yang mengakibatkan kerusakan
sel rambut.
c. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat langsung merusak sel rambut
dengan melepaskan organ Corti atau merobek membran basilar.
2. Proses metabolik
Proses metabolik yang dapat merusak sel rambut akibat pajanan bising meliputi:
Pembentukan vesikel dan vakuol di dalam retikulum endoplasma sel rambut
serta pembengkakan mitokondria dapat berlanjut menjadi robeknya membran
sel dan hilangnya rambut.
Kehilangan sel rambut mungkin disebabkan kelelahan metabolik akibat
gangguan sistem enzim yang esensial untuk produksi energi, biosintesis
protein, dan pengangkutan ion.
Cedera stria vaskularis menyebabkan gangguan kadar Na, K, dan ATP. Hal
ini menyebabkan hambatan proses transpor aktif dan pemakaian energi oleh
sel sensorik. Kerusakan sel sensorik menimbulkan lesi kecil pada membran
retikular bersamaan dengan pencampuran cairan endolimfe dan kortilimfe
serta perluasan kerusakan sel sensorik lain.
Sel rambut luar lebih mudah terangsang suara dan membutuhkan energi yang
lebih besar sehingga menjadi lebih rentan terhadap cedera akibat iskemia.
Mungkin terdapat interaksi sinergis antara bising dengan pengaruh lain yang
merusak telinga.
B. Bukti Epidemiologi
David I Robert melaporkan bahwa bising di tempat kerja merupakan masalah utama
dalam kesehatan kerja di berbagai negara. Diperkirakan sedikitnya 7 juta orang ( 35% dari
total populasi) terpajan dengan bising >85 dBA. Ketulian yang terjadi dalam industri
menduduki urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika Serikat dan Eropa.
Phoon W melaporkan bahwa kelompok tenaga kerja yang terpajan bising selama kerja
memperlihatkan ketulian >20%. Sucipto melaporkan >50% tenaga kerja tekstil dengan masa
kerja antara 1-10 tahun mengalami NIHL pada frekuens 3000 Hz dan 4000 Hz. Lucchini
melaporkan dari 41 tenaga kerja pada perusahan baja, ditemukan 45,9% kasus NIHL pada
frekuensi 6000 Hz, dengan pajanan bising terus menerus. Sejumlah penelitian menunjukan
sekitar 31,5-38% tenaga kerja pabrik baja mengalami NIHL pada intensitas 85-105 dBA.
5

9

C. Gambaran Klinis
Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara ( speech
discrimination ) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat menyebabkan
kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi,
seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian
biasanya bilateral. Selain itu tinitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya
dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi.
2
Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced hearing loss )
adalah :
2,3,5
1. Bersifat sensorineural

2. Hampir selalu bilateral

3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss ).
Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran dapat menimbulkan reaksi
adaptasi, peningkatan ambang dengar sementara (temporary threshold shift) dan
peningkatan ambang dengar menetap ( permanent threshold shift). Reaksi
adaptasi merupakan respons kelelahan akibat rangsangan oleh bunyi dengan
intensitas 70 dB SPL atau kurang, keadaan ini merupakan fenomena fisiologis
pada saraf telinga yang terpajan bising. Peningkatan ambang dengar sementara,
merupakan keadaan terdapatnya peningkatan ambang dengar akibat pajanan
bising dengan intensitas yang cukup tinggi. Pemulihan dapat terjadi dalam
beberapa menit atau jam. Jarang terjadi pemulihan dalam satuan hari.
Peningkatan ambang dengar menetap, merupakan keadaan dimana terjadi
peningkatan ambang dengar menetap akibat pajanan bising dengan intensitas
sangat tinggi (explosif) atau berlangsung lama yang menyebabkan kerusakan
pada berbagai struktur koklea, antara lain kerusakan organ Corti, sel-sel rambut,
stria vaskularis, dan lainnya.
4. Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB. Apabila paparan bising
dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang signifikan,
kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000
Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz,
dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan
6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 15 tahun.
5. Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga
mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi
10

wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat
gangguan pendengaran yang terjadi.

II.6 Peran faktor individu
5
a. Status kesehatan fisik : ada tidaknya riwayat penyakit dalam keluarga yang sama
dengan yang diderita oleh pasien serta bagaiman kebiasaan berolahraga.
b. Status mental

II.7 Faktor lain di luar pekerjaan
2
Hobi
Dengan kemajuan teknologi untuk mendengarkan musik (seperti ipod, mp3, dll ),
dengan memakai headset (handsfree), tanpa kontrol terhadap suara musik dan
lamanya pemakaian, hal tersebut dapat beresiko terhadap pendengaran kita di
kemudian hari.
2

Para pemain musik (terutama musik keras) dan pendengarnya, dimana musik yang
di dengar melebihi kemampuan telinga untuk menerimanya (umumnya melebihi
100 dB), juga mempunyai resiko terhadap gangguan pendengaran.
2

Merokok
Merokok tak hanya menyerang saluran pernapasan dan merusak kecantikan kulit.
Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa remaja yang terpapar asap rokok
berisiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan pendengaran. Berdasarkan
penelitian New York University School of Medicine, sebagaimana dilansir Readers
Digest, sebanyak 1.500 remaja dalam rentang usia 12-19 tahun diuji untuk
mengetahui seberapa banyak mereka terpapar cotinine. Cotinine adalah produk
sampingan dari nikotin yang dihasilkan perokok aktif dan mengenai perokok pasif
dalam bentuk asap. Kemudian kemampuan para remaja tersebut diuji untuk
mendengar frekuensi suara tinggi, menengah, dan rendah.
2
Hasilnya, makin banyak remaja terpapar asap rokok dari perokok aktif, makin besar
pula risiko kehilangan pendengaran. Mereka yang terpapar dalam jumlah tinggi, tiga
kali lipat mengalami risiko gangguan pendengaran. Gangguan dapat menyebabkan
remaja kesulitan memahami ucapan manusia, sehingga menimbulkan masalah di
sekolah. Bahkan, mereka sering dianggap pembuat masalah karena salah menangkap
maksud perkataan orang lain. Yang membuat miris, 80 persen dari anak-anak dan
remaja tersebut tidak tahu bahwa mereka telah mengalami kehilangan pendengaran
11

yang signifikan. Terlebih, anak-anak dan remaja di Amerika Serikat. Mereka lebih
banyak terkena paparan asap rokok di rumah mereka sendiri. Selain gangguan
pendengaran, paparan asap rokok juga meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru,
ketidakmampuan belajar, penyakit jantung dan berbagai penyakit lainnya.
7
Lain-lain
Sumber bising tidak hanya berasal dari lingkungan kerja saja akan tetapi dapat juga
dari bidang hiburan, olahraga, rekreasi, bahkan lingkungan pemukiman dapat juga
terkontaminasi oleh bising. Adenan telah melakukan penelitian pada 43 orang
penduduk yang bertempat tinggal di sekitar lebih kurang 500 meter dari ujung
landasan bandara polonia Medan, dengan lama hunian sekitar 5 tahun dan rentang
usia 20-42 tahun. Dari hasil penelitian ditemukan sebanyak 50% menderita tuli saraf
akibat bising, pada penduduk dengan rata-rata tinggal lama sekitar 17 tahun dan
waktu pajanan rata-rata 22 jam/hari. Pajanan bising pada sarana transportasi umum
ditambah bising jalan raya mungkin merupakan salah satu penyebab cepat lelah,
penurunan kewaspadaan dan dalam kurun waktu tertentu dapat menimbulkan
pendengaran pada pengemudinya. Keadaan tersebut bila dibiarkan, dapat
menyebabkan kerugian materi, membahayakan bagi diri dan pengguna jalan lainnya.
2

II.8 Diagnosis Okupasi
Gangguan Pendengaran Akibat Pekerjaan (Noise Induce Hearing Loss/NIHL)

II.9 Penatalaksanaan
Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari
lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung
telinga terhadap bising (ear plug), tutup telinga (ear muff) dan pelindung kepala (helmet).
Oleh karena tuli bising adalah tuli sensorineural koklea yang bersifat menetap (irreversible)
bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume
bercakap biasa, maka dicoba dengan alat bantu dengar. Apabila pendengaran telah
sedemikian buruk , sehingga walaupun dengan menggunakan alat bantu dengar tidak dapat
berkomunikasi dengan adekuat perlu dilakukan psikoterapi agar dapat menerima keadaannya.
Latihan pendengaran agar dapat menggunakan sisa pendengaran denga alat bantu dengar
secara efisien dibantu dengan cara membaca bibir, mimik dan gerakan anggota badan serta
bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Disamping itu, oleh karena pasien mendengar suaranya
sendiri sangat lemah, rehabilitasi suara juga diperlukan agar dapat mengendalikan volume,
12

tinggi rendah dan irama percakapan. Pada pasien yang telah mengalami tuli bilateral dapat
dipertimbangkan untuk memasang implan koklea.
3,5

II.10 Preventif
Tidak ada pengobatan untuk NIHL. Satu-satunya cara pemecahan masalah ini adalah
pencegahan. Penting bahwa program perlindungan pendengaran (HCP) diselenggarakan di
tempat kerja yang bising. Saat ini tidak ada peraturan mengenai HCP, peran proaktif harus
dilakukan oleh pihak manajemen.
3,5
1. Program perlindungan pendengaran
Unsur HCP yang efektif meliputi : survei kebisingan, upaya untuk mengurangi
pajanan terhadap bising melalui pengendalian kebisingan (pengendalian industri)
atau pengendalian administratif, dan perlindungan pendengaran perorangan bila
pengendalian tersebut tidak cukup mengurangi pajanan; pemeriksaan medis
termasuk tes PTA; pemberitahuan kepada pegawai tentang bahaya bising; dan
penyimpanan catatan medis dengan baik.
6
a. Survei kebisingan
Program perlindungan pendengaran harus selalu diawali dengan survei bising
pendahuluan. Tujuan survei bising pendahuluan adalah mengenali daerah
ditempat kerja yang menyebabkan pekerja terpajan terhadap tigkat kebisingan
yang membahayakan. Survei bising pendahuluan harus mampu memberikan
informasi ada atau tidaknya masalah kebisingan, besarnya permasalahan, dan
menemukan daerah yang membutuhkan survei bising terperinci. Survei bising
terperinci memberikan informasi tingkat kebisingan di berbagai tempat kerja
untuk dapat membuat pedoman pengendalian industri dan administratif. Survei
ini juga akan memberikan batasan daerah yang memerlukan perlindungan
terhadap kebisingan dan mengetahui pegawai mana yang harus dimasukan
kedalam program tes audiometri. Survei bising perlu dilakukan dengan
memakai pengukur tingkat suara yang telah diakui yang dipasang pada skala A
reaksi lambat. Informasi yang diperoleh dari survei ini akan memberikan
informasi apakah pekerja terpajan di atas action level dan tingkat pajanan yang
masih diperbolehkan (permissible exposure level, PEL) yang sudah ditetapkan
peraturan mengenai bahaya tempat kerja.
6


13

b. Pengendalian industri
Pengendalian bising melalui pengendalian industri adalah tindakan
pengendalian yang paling penting dalam program perlindungan pendengaran.
Tindakan lain hanya dilaksanakan bila pengendalian industri tidak mungkin
dilakukan. Hal ini merupakan satu-satunya metode yang dapat mengendalikan
tingkat kebisingan sedangkan metode yang lain mengendalikan pajanan
terhadap bising. Walaupun biaya permulaan pengendalian bangunan di tempat
adalah tinggi, harus disadari bahwa hal ini bukanlah pengeluaran rutin.
Pengetahuan lengkap mengenai proses diperlukan untuk menentukan apakah
bising dikendalikan pada sumbernya atau pada jalurnya. Tindakan
pengendalian bising pada sumbernya meliputi: penggantian alat,
menggunakan alat dengan tingkat kebisingan yang kecil; pemindahan sumber
bising menjadi lebih jauh dari operator; pengurangan getaran menggunakan
bahan yang dapat menyerap getaran; dan pemakaian peredam aliran udara dan
gas. Tindakan pengendalian bising yang digunakan pada jalurnya
meliputi; perisai akustik, tembok penghalang, penutupan sebagian atau seluruh
sumber bising.
5,6
c. Pengendalian administratif
Bila pengendalian industri tidak mungkin dilakukan, pengendalian
administratif dapat diperkenalkan untuk mengurangi pajanan pegawai secara
perorangan. Denganprinsip persamaan energi mengizinkan pertukaran antara
tingkat bising dan lama pajanan. Pengendalian administratif dapat
dilaksanakan dengan menukar pegwai di daerah bising tinggi dengan mereka
yang di daerah bising rendah selang aktu tertentu. Hal ini juga dapat
melibatkan waktu penjadwalan waktu perngoperasian sedemikian rupa agar
dapat mengurangi jumlah pegawai yang terpajan tingkat kebisingan yang
tinggi.
4
d. Alat pelindung pendengaran
Tujuan utama pemakaian pelindung pendengaran adalah secara ekonomis
mengurangi pajanan yang berbahaya hingga pada tingkat aman bagi telinga
pegawai untuk mencegah kehilangan pendengaran. Alat pelindung
pendengaran misalnya ear plug, ear muff, helm harus disediakan secara gratis
bagi semua pekerja yang terpajan tingkat bising di atas 85 dB.
3

14

e. Program tes audiometri
Audiometri bukan pengganti pengendali bising. Namun, program tes
audiometri termasuk data dasar, audiometri berkala, dan pada akhir pekerjaan
sebagai pengawas sangat berguna dalam program perlindungan pendengaran.
Supervisi pegawai, audiometer yang dikalibrasi dan disetujui, serta
kompartemen yang sesuai sangat diperlukan.
4
f. Penyimpanan catatan medis
Penyimpanan catatan medis secara tepat mengenai pajanan dan informasi
mengenai kondisi pendengaran penting dalam memonitor dan keperluan
medikolegal.
2
2. Pelatihan dan Pendidikan
Semua pekerja yang berhak mengikuti program konservasi, harus mendapatkan
pendidikan dan training setiap tahun, baik yang terlibat langsung maupun tidak
pada program pemeliharaan pendengaran. Pendidikan dan edukasi pada dasarnya
alah perilaku pekerja.
2

II.11 Prognosis
Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea yang sifatnya
menetapa, dan tidak dapat diobat secara medikamentosa maupun pembedahan, maka
prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting adalah pencegahan terjadinya
ketulian.
2










15


BAB III
Penutup
III.1 Kesimpulan
. Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan gangguan
sistemik yang dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
penurunan produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan dan
deteksi dini untuk pencegahan karena kerugian yang harus dibayarkan akibat kebisingan ini
cukup besar.
Pemeriksaan gangguan pendengaran harus dilakukan secara teliti, cermat, dan hati-hati
untuk menghindari kesalahan prosedur dalam memberikan kompensasi kepada tenaga kerja.

III.2 Saran
Sebaiknya sebuah perusahan melakukan langkah-langkah sebagai berikut
1. Memberikan pelatihan dokter-dokter perusahaan
2. Penerangan dalam bentuk ceramah, diskusi dan demonstrasi untuk pimpinan dan
pekerja-pekerja perusahaan
3. Pemeriksaan pendengaran sebelum diterima sebagai pekerja
4. Pemeriksaan pendengaran ulangan berkala, misalkan sekali setahun
5. Pengendalian sumber-sumber bising dan perambatannya
6. Perlindungan telinga dari para pekerja

Anda mungkin juga menyukai