Tn Mahmud, 35 tahun , seorang pekerja di pabrik pupuk, berobat ke poliklinik THT
dengan keluhan utama gangguan pendengaran pada telinga kiri yang makin lama bertambah berat sejak 3 bulan yang lalu. a. Mengapa terjadi gangguan pendengaran pada telinga kiri dan bertambah berat? (kenapa cuma kiri , bertambah berat) Biasanya pada lingkungan pabrik lebih bergema sehingga satu telinga jarang mendapatkan bising yang banyak secara signifikan dari telinga sebelahnya.
2. Pasien mengeluh sulit untuk mendengar percakapan terutama di tempat ramai, dan telinga kiri terasa berdenging terasa-menerus a. Mengapa pasien sulit untuk mendengar percakapan terutama di tempat ramai terkait kasus? coctail party deafness Rekrutmen adalah suatu fenomena pada tuli sensorineural koklea, dimana telinga yang tuli menjadi lebih sensitif terhadap kenaikan intensitas bunyi yang kecil pada frekuensi tertentu setelah terlampaui ambang dengarnya. Sebagai contoh orang yang pendengarannya normal tidak dapat mendeteksi kenaikan bunyi 1 dB bila sedang mendengarkan bunyi nada murni yang kontinyu, sedangkan bila ada rekrutmen dapat mendeteksi kenaikan bunyi tersebut. Contoh sehari-hari pada orang tua yang menderita presbikusis (tuli sensorineural koklea akibat proses penuaan) bila kita berbicara dengan kekerasan (volume) biasa dia mengatakan jangan berisik, tetapi bila kita berbicara agak keras dia mengatakan jangan berteriak, sedangkan orang yang pendengarannya normal tidak menganggap kita berteriak Orang yang menderita tuli sensorineural koklea sangat terganggu oleh bising latar belakang (background noise), sehingga bila orang tersebut berkomunikasi di tempat yang ramai akan mendapat kesulitan mendengar dan mengerti pembicaraan. Hal ini disebabkan oleh sel-sel rambut yang sudah rusak fungsi koklea yang menurun, pada saat bising menganggu kualitas penerimaan suara oleh koklea
b. Mekanisme berdenging terus-menerus ? Penyakit atau gangguan pada telinga merupakan sebab yang paling banyak sebagai etiologi tinitus subyekrif, yang kemudian disebut sebagai otologic disorder. Sebagian besar tinitus subyektif disebabkan olehhiangnya kemampuan pendengaran,baik sensorineural ataupun konduktif. Gangguan pendengaran yang sering menyebabkan tinitus subyektif adalah NIHL (Noice Induced Hearing Loss) karena adanya sumber suara eskternal yang teralu kuat impedansinya. Sumber suara yang terlalu keras diatas 85 dB akan membuat stereosilia pada organ corti terdlefleksi secara lebih kuat atau sudutnya menjadi tajam, hal ini akan direspon oleh puast pendengaran dengan suara berdenging, jika sumber suara itu berhenti makan stereosilia akan mengalami pemulihan ke posisi semula dalam beberapa menit/jam. Namun bila kekuatan suara yang tinggi didengar berulang- ulang mengakibatkan kerusakan sel rambut dan stereosilia yang ujungnya akan menyebabkan ketulian/ tinitus kronis karenahiperpolaritas dan hiperaktivitas sel rambut, mengakibatkan impuls terus menerus ke ganglion saraf pendengaran.
3. Status Lokalisata Pemeriksaan THT: Telinga kanan dan kiri: CAE lapang, membrane timpani intal, refleks cahaya (+) normal Hidung: Kavum nasi kiri dan kanan lapang. Konka licin, eutrofil, warna merah muda, pasase hidung +/+ Tenggorok : arkus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T1-T1 teang, dinding posterior faring tenang a. Tujuan dan cara pemeriksaan Pemeriksaan THT di kasus ini bertujuan untuk melihat organ dalam yaitu telinga, hidung dan tenggorokan apakah berfungsi baik atau terdapat gangguan. Pemeriksaan dilakukan dalam 3 tahap. - Pemeriksaan Telinga menggunakan otoskopi 1. Pasien duduk dg posisi badan condong ke depan & kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa 2. Atur lampu kepala 20-30 cm di depan dada pemeriksa dg sudut 60 o
3. Ingat liang telinga tidak lurus meluruskannya daun telinga ditarik ke atas belakang & tragus ditarik ke depan. 4. Pd anak: daun telinga ditarik ke bawah liang telinga & MT terlihat jelas 5. Otoskop dipegang seperti memegang pensil. Untuk melihat membran timpani secara detail 6. agar posisi otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien.
- Pemeriksaan hidung dengan rinoskopi RA dilakukan dengan menggunakan speculum hidung yang disesuaikan dengan besarnya lubang hidung. Spekulum hidung dipegang dengan tangan yang dominant. Spekulum digenggam sedemikian rupa sehingga tangkai bawahdapat digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah, jari manis dan jarikelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung. Lidah speculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam keadaan tertutup ke dalam rongga hidung. Di dalam rongga hidung lidah speculum dibuka. Jangan memasukkan lidah speculum terlalu dalam atau membuka lidah speculum terlalu lebar. Pada saat mengeluarkan lidah speculum dari rongga hidung, lidah speculum dirapatkan tetapi tidak terlalu rapat untuk menghindari terjepitnya bulu-bulu hidung. Amati struktur yang terdapat di dalam rongga hidung mulai dari dasar rongga hidung, konka-konka, meatus dan septum nasi. Perhatikan warna dan permukaan mukosa rongga hidung, ada tidaknya massa , benda asing dan sekret. Struktur yang terlihat pertama kali adalah konka inferior .
- Pemeriksaan tenggorokan 2/3 bagian depan lidah ditekan dengan spatula lidah lalu evaluasi : 1. Dinding belakang faring. 2. Tonsil 3. Mulut :bibir, bukal, palatum, gusi dan gigi geligi 4. Lidah 5. Palpasi kelenjar liur mayor
4. Pemeriksaan Penala Telinga Kanan Telinga Kiri Rinne (+) (+) Weber Lateralisasi ke telinga kanan Schwabach Sama dengan pemeriksa Memendek
a. Tujuan dan cara pemeriksaan TES RINNE 1. Tujuan pemeriksaan: - Untuk membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pada telinga yang diperiksa. 2. Cara memeriksa: - Penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus pasien, setelah tidak terdengar lg penala dipegang di depan telinga pasien kira-kira 2,5 cm. - Bila masih terdengar disebut Rinne positif (+), bila tidak terdengar disebut Rinne negatif (-).
Gambar 1. Tes Rinne. Hantaran udara dan hantaran tulang dibandingkan pada telinga yang sama. a. Tanpa kelainan konduksi, hantaran udara terdengar lebih keras atau lebih lama dibanding hantaran tulang. b. Pada tuli konduksi hantaran tulang terdengar lebih keras atau lebih lama dibanding hantaran udara.
TES WEBER 1. Tujuan pemeriksaan: Untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan. 2. Cara memeriksa: - Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau dagu). - Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.
Gambar 2. Tes Weber dilakukan dengan meletakkan garpu tala pada pertengahan tulang tengkorak. a. Pada pendengaran simetris di kedua telinga, getaran akan diterima sama di kedua sisi telinga. b. Pada tuli sensorineural, lateralisasi ke telinga sehat. c. Pada tuli konduksi, lateralisasi ke telinga sakit.
Gambar 3. Klasifikasi tuli konduksi dan tuli sensorineural berdasarkan tes penala Rinne dan Weber. Telinga sehat (normal) akan memberikan hasil yang sama dengan tuli sensorineural bilateral.
TES SCHWABACH 1. Tujuan pemeriksaan: - Untuk membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa. 2. Cara memeriksa: - Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus pasien sampai tidak terdengar bunyi. - Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. - Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek. - Bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu, setelah tidak terdengar kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pasien. - Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa.
Interpretasi Pemeriksaan Penala
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan pemeriksa Normal Negatif Lateralisasi ke telinga sakit Memanjang Tuli Konduktif Positif Lateralisasi ke telinga sehat Memendek Tuli sensorineural Catatan: Pada tuli konduktif <30 dB, rinne bisa masih positif
g. Patogenesis dan patofisiologi Gangguan pendengaran pada telinga aibat bising (noise induce hearing loss) di tempat kerja merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang sering dikeluhkan. Kelainan ini dapat menurnkan kualitas dan produktivitas kerja. Secara umum, penurunan fungsi pendengaran dapat terjadi karena gangguan, baik pada telinga luar, telinga tengah, maupun telinga dalam. Kelainan pada telinga luar dan tengahumumnya karena proses peradangan dan kotoran telinga. Sedangkan gangguan pendengaran akibat kelainan telinga dalam dapat disebabkan oleh faktor suara bising terus menerus seperti di lingkugan kerja atau tempat rekreasi. Gangguan pendengaran akibat bising terjadi secara bertahap, tanpa disertai nyeri, mungkin awalnya tidak disadari meskipun terkadang disertai telinga berdenging. Seseorang yang mengalami penyakit ini akan mengeluhkan sulit memahami pembicaraan dengan jelas, terutama di tempat ramai. Pekerja industri yang menggunakan mesin yang menimbulkan bising lebih dari 85 desibel selama 8 jam atau lebih perhari dalam proses kerja merupakan kelompok beresiko. Bising dengan intensitas 80dB atau lebih dapat mengakibatkan kerusakan reseptor pendengaran corti pada telinga dalam. Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh setelah istirahat beberapa jam. Bising dengan intensitas tinggi dalam wkatu yang cukup lama (10-15 tahun) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ corti sampai terjadi dektruksi total organ corti. Hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain intensitas bising yg belih tinggi, berfrekuensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian. Tuli akibat bising mempengaruhi organ corti di koklea terutama sel-sel rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya degengerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kersuakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya seterosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intesitas paparan bunyi, sel-sel rambut dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasny akerusakan sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak. Pasien akan merasakan kurang pendengaran dan sering merasa telinganya berdenging (tinitus) Untuk mencegah penyakit ini, pekerja disarankan menggunakan alat pelindung diri berupa penutup telinga (earmuff) atau sumbat telinga (earplug) secara benar ditempat bising. Alat ini dapat mengurangi paparan bising hingga 40 dB