Anda di halaman 1dari 28

Catatan

BAB I
PENDAHULLUAN
A. LATAR BELAKANG
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini
mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua
puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami
komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai
harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75%
mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah
komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih
efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka
bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda.
Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang
melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam,
memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial.
Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan
prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan
radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena
sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan
resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar
pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan
tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat
tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal
perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta
terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan
ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat
mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini agar mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat dapat
mengetahui dan memahami tentang penyakit / gangguan system integumen Combustio/ luka
bakar dan mengetahui penanganan dan penatalaksanaan.














BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan
petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas,
bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000 :
365)
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau
radiasi (radiation) .
B. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi Fisiologi Kulit
Kulit terdiri atas 3 lapisan yang masing-masing memiliki berbagai jenis sel dan memiliki
fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah epidermis, dermis, dan subkutis.
A. Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus-menerus
mengalami mitosis, dan berganti dengan yang baru sekitar 30 hari. Epidermis mengandung
reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran dan nyeri.
Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang dihasilkan oleh sel-sel yang disebut
keratinosit. Eratin adalah bahan yang kuat dan memiliki daya tahan tinggi, serta tidak larut dalam
air. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi epidermis dari iritan atau
mikroorganisme penyebab infeksi. Keratin adalah komponen utama appendiks kulit: rambut, dan
kuku (craven,2000)
Melanosit (sel pigmen) terdapat dibagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan
mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormone hipofisis anterior,
hormone perangsang melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan
sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai
kulit dan rambut. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan dengan demikian akan
melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalm sinar matahari yang
berbahaya.
Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans, terdapat diseluruh epidermis. Sel Langerhans
mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk kekulit dan membangkitkan suatu
serangan imun. Sel Langerhans mungkin bertanggung jawab mengenal dan menyingkirkan sel-
sel kulit displastik atau neoplastik.
B. Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit dibawah epidermis yang membentuk
bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit. Lapisan papilla
dermis berada langsung dibawah epidermis dan tersusun terutama dari sel-sel fibroblast yang
dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen. Yaitu suatu komponen dari jaringan ikat. Suatu
bahan mirip gel, asam hialuronat disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi
protein dan menyebabkan ulit menjadi elastic dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh
dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut,
serta kelenjar keringat dan palit (sebasea). Sel mast yang mengeluarkan histamine selama cedera
atau peradangan dan makrofag yang memfagositosis sel-sel mati dan mikro-organisme juga
terdapat didermis.
Pembuluh darah didermis menyuplai makanan dan oksigen pada dermis dan epidermis serta
membuang produk-produk sisa.
C. Subkutis
Lapisan subkkutis kulit terletak dibawah dermis. Lapisan ini terdiri atas lemak dan jaringan
ikat dimana berfungsi untukmemberikan bantalan antara lapisan kulitdan struktur internal seperti
otot dan tulang. Serta sebagai peredam kejut dan insulator panas. Jaringan ini memungkinkan
mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas tubuh (Guyton,1996).
Rambut
Rambut dibentuk dari keratin melalui proses diferensiasi yang sudah ditentukan sebelumnya, sel-
sel epidermis tertentu akan membentuk folikel-folikel rambut.folikel rambut ini disokong oleh
matriks kulit dan akan berdiferensiasi menjadi rambut. Kemudian suatu saluran epitel akan
terbentuk, melalui saluran inilah rambut akan keluar ke permukaan tubuh. Sistin dan metionin,
yaitu asam amino yang mengandung sulfur dengan ikatan kovalen yang kuat, memberikan
kekuatan pada rambut.
Pada kulit kepala, kecepatan pertumbuhan rambut biasanya 3 mm/hari (Price, 1995). Setiap
folikel rambut melewati siklus: pertumbuhan (rambut anagen), stadium intermedia (rambut
katagen), dan involusi (rambut telogen).
Sekita 90% dari 100.000 folikel rambut pada kulit kepala yang normal berada dalam fase
pertumbuhan pada satu saat. Lima puluh hingga 100 lembar rambut kulit kepala akan rontok
setiap harinya (Craven,2000)
Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin yang beragam dalam batang rambut. Rambut
yang berwarna kelabu atau putih mencerminkan tidak adanya pigmen tersebut. Pada bagian
tubuh tertentu, pertumbuhan rambut dikontrol oleh hormone-hormon seks. Contoh yang paling
nyata adalah rambut pada wajah (rambut janggut dan kumis) dan rambut pada bagian dada, serta
punggung yang dikendalikan oleh hormone laki-laki yang dikenal sebagai hormone androgen.
Kuku
Kuku merupakan lempeng keratin mati yang dibentuk oleh sel-sel epidermis matriks kuku.
Matriks kuku terletak dibawah bagian proksimal lempeng kuku dalam dermis. Bagian ini dapat
terlihat sebagai suatu daerah yang putih yang disebut lunula, yang tertutup oleh lipatan kuku
bagian proksimal dan kutikula. Oleh karena rambut maupun kuku merupakan struktur keratin
yang mati, maka rambut dan kuku tidak mempunyai ujung saraf dan tidak mempunyai aliran
darah. Kuku akan melindungi jari-jari tangan dan kaki dengan menjaga fungsi sensoriknya yang
sangat berkembang, serta meningkatkan fungsi-fungsi halus tertentu seperti fungsi mengangkat
benda-benda kecil. Pembaruan total kuku jari tangan memerlukan waktu sekitar 170 hari,
sedangkan pembaruan kuku jari kaki membutuhkan waktu 12 hingga 18 bulan (Smeltzer, 2002)
KELENJAR PADA KULIT
Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea menyertai folikel rambut. Kelenjar ini mengeluarkan bahan berminya yag
disebut sebum kesaluran sekitarnya. Untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar
sebasea yang sekretnya melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak, serta lentur.
Kelenjar keringat
Ditemukan pada kulit sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat padda
telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi bibir, telinga luar, dan dasar kuku yang
tidak mengandung kelenjar keringat. Kelenjar keringat dapat diklasifikasikan lebih lanjut
menjadi dua kategori, yaitu kelenjar merokrin dan apokrin.
Kelenjar apokrin
Kelenjar apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu dan diuraikan oleh bakteri untuk
menghasilkan bau yang khas. Kelenjar apokrin yang khusus dinamakan kelenjar seruminosa
dijumpai pada telinga luar, tempat kelenjar tersebut memproduksi serumen (Lewis, 2000).
Sekresi apokrin tidak mempunyai fungsi apapun yang berguna bagi manusia, tetapi kelenjar ini
menimbulkan bau pada ketiak apabila sekresinya mengalami dekomposisi oleh bakteri (Price,
1995)
Fungsi Kulit
Secara umum beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut:
1. Proteksoi
2. Sensasi
3. Termoregulasi
4. Metabolism, sintesis vitamin D
5. Keseimbangan air
6. Penyerapan zat atau obat
7. Penyimpanan nutrisi
8. Berperan dalam komunikasi non verbal sebagai contoh dalam kaitannya dengan emosi,
misalnya wajah kemerahan dalam menahan emosi atau malu.
Proteksi
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar1 atau 2 mm yang
memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap trauma fisik, kimia, dan biologis dari
invasi bakteri. Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan perlindungan terhadap
pengaruh trauma yang terus menerus terjadi didaerah tersebut.
Bagian stratum korneum epidermis merupakan barier yang paling efektif terhadap berbagai
faktor lingkungan seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus, gigitan serangga, luka
karena gesekan angina tau trauma. Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan
keuletan melalui jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya. Dermis tersusun dari jalinan
vaskuler,dermis merupakan barier transportasi yang efisien terhadap substansi yang dapat
menebus stratum korneum dan epidermis. Factor-faktor lain yang mempengaruhi fungsi protektif
kulit mencakup usia kulit, daerah kulit yang terlibat dalam dan status vaskuler.
Sensasi
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara
terus-menerus keadaan linkungan disekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk
mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung saraf
bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda (Smeltzer, 2002)
Termoregulasi
Peran kulit dalam pengaturan panas meliputi sebagai penyekat tubuh, vasokonstriksi (yang
memengaruhi aliran darah dan hilangnya panas kekulit) dan sensasi suhu (Potter, 2006).
Perpindahan suhu dilakukan pada system vaskuler, melalui dinding pembuluh, kepermukaan
kulit dan hilang kelingkungan sekitar melalui mekanisme penghilangan panas.
Pengeluaran dan produksi panas terjsi secara stimultan. Struktur kulit dan paparan terhadap
lingungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi,
dan evaporasi. (Potter, 2006)


1) Radiasi
Radiasi adalah perpnidahan panas dari permukaan suatu objek lain tanpa keduanya bersentuhan.
Panas berpindah melalaui gelombang elektromagnetik (Potter, 2006)
2) Konduksi
Konduksi merupakan pengeluaran panas dari satu objek ke objek lain melalui kontak langsung.
Proses pengeluaran atau perpindahan suhu tubuh terjadi pada saat kulit hangat menyentuh objek
yang lebih dingin.
3) Konveksi
Konveksi merupakan suatu perpindahan panas akibat adanya gerakaan udara yang secara
langsung kontak dengan kulit.
4) Evaporasi
Evaporasi adalah perpindahan energy panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama evaporasi
kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap. Tubuh secara kontinyu
kehilangan panas melalui evaporasi. Kira-kira 600-900ml/hari menguap dari kulit dan paru-paru,
yang mengakibatkan kehilangan air dan panas. Kehilangan normal ini dipertimbangkan
kehilangan air tidak kasat mata (insensible water loss) dan tidak memainkan peran utama dalam
pengaturan suhu (Guyton,1999)
METABOLISME
Radiasi sinar ultraviolet memberikan paparan, maka sel-sel epidermal didalam stratum spinosum
dan stratum germinativum akan mengonversi pelepasan steroid kolesterol menjadi vitamin D3
atau kolekalsiferol. Organ hati kemudian mengonversi kolekalsiferol menjadi produk yang
digunakan ginjal untuk menyintesis hormone kalsitrol.

KESEIMBANGAN AIR
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan kelembapan dalam jaringan subkutan (Smeltzer, 2002).
Ketika terendam dalam air, kulit dapat menimbun air sampai tiga hingga empat kali berat
normalnya. (Guyton,1999). Contoh keadaan ini yang lazim dijumpai adalah pembengkakan kulit
sesudah mandi berendam untuk waktu yang lama.
PENYERAPAN ZAT ATAU OBAT
Berbagai senyawa lipid (zat lemak) dapat diserap lewat stratum korneum, termasuk vitamin (A
dan D) yang larut lemak dan hormon-hormon steroid. Obat-obat dan substansi lain dapat
memasuki kulit lewat epidermis melalui jalur transepidermal atau lewat lubang-lubang folikel
(Kee, 1999)
FUNGSI RESPON IMUN
Hasil-hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa beberapa sel dermal (sel Langerhans,
Interleukin-1 yang memproduksi keratinosit, dan subkelompok limfosit-T) merupakan
komponen penting dalam system imun.
C. ETIOLOGI
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi
oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal suhu benda yang membakar, jenis
pakaian yang terbakar, sumber panas : api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia,
radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup.





Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
a. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya.
b. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa
kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan
luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak
dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai
zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk
zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
c. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya
voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
d. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi
untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar
yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.


Faktor Resiko
Data yang berhasil dikumpulkan oleh Natinal Burn Information Exchange menyatakan 75 %
semua kasus injuri luka bakar, terjadi didalam lingkungan rumah. Klien dengan usia lebih dari 70
tahun beresiko tinggi untuk terjadinya luka bakar.
Gambarnya:
D. Fase Luka Bakar
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi).
Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar,
namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam
pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera
termal yang berdampak sistemik.
2. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas
dan atau pada struktur atau organ organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut
yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.









E. Klasifikasi Luka Bakar
A. Dalamnya luka bakar.
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan partial
superfisial(tingkat I)
Jilatan api, sinar
ultra violet (terbakar
oleh matahari).
Kering tidak ada gelembung.Oedem
minimal atau tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan ujung jari,
berisi kembali bila tekanan dilepas.
Bertambah merah. Nyeri
Lebih dalam dari
ketebalan partial(tingkat
II)
Superfisial
Dalam
Kontak dengan
bahan air atau bahan
padat.Jilatan api
kepada pakaian.
Jilatan langsung
kimiawi.
Sinar ultra violet.
Blister besar dan lembab yang
ukurannya bertambah besar.Pucat bial
ditekan dengan ujung jari, bila
tekanan dilepas berisi kembali.
Berbintik-bintik
yang kurang jelas,
putih, coklat, pink,
daerah merah
coklat.
Sangat nyeri
Ketebalan
sepenuhnya(tingkat III)
Kontak dengan
bahan cair atau
padat.Nyala api.
Kimia.
Kontak dengan arus
listrik.
Kering disertai kulit
mengelupas.Pembuluh darah seperti
arang terlihat dibawah kulit yang
mengelupas.
Gelembung jarang, dindingnya sangat
tipis, tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
Putih, kering,
hitam, coklat
tua.Hitam.
Merah.
Tidak sakit, sedikit
sakit.Rambut
mudah lepas bila
dicabut.



A. Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule
of nine atua rule of wallace yaitu:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
A. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2. Kedalaman luka bakar.
3. Anatomi lokasi luka bakar.
4. Umur klien.
5. Riwayat pengobatan yang lalu.
6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:

A. Parah critical:
a. Tingkat II : 30% atau lebih.
b. Tingkat III : 10% atau lebih.
c. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.

B. Sedang moderate:
a) Tingkat II : 15 30%
b) Tingkat III : 1 10%
C. Ringan minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%
Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
Perubahan Tingkatan hipovolemik( s/d 48-72 jam pertama) Tingkatan diuretik(12 jam 18/24 jam
pertama)
Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari
Pergeseran cairan
ekstraseluler.
Vaskuler ke insterstitial. Hemokonsentrasi
oedem pada lokasi
luka bakar.
Interstitial ke vaskuler. Hemodilusi.
Fungsi renal. Aliran darah renal berkurang
karena desakan darah turun
dan CO berkurang.
Oliguri. Peningkatan aliran darah
renal karena desakan
darah meningkat.
Diuresis.
Kadar
sodium/natrium.
Na
+
direabsorbsi oleh ginjal,
tapi kehilangan Na
+
melalui
eksudat dan tertahan dalam
cairan oedem.
Defisit sodium. Kehilangan Na
+
melalui
diuresis (normal kembali
setelah 1 minggu).
Defisit sodium.
Kadar potassium. K
+
dilepas sebagai akibat
cidera jarinagn sel-sel darah
merah, K
+
berkurang ekskresi
karena fungsi renal berkurang.
Hiperkalemi K
+
bergerak kembali ke
dalam sel, K
+
terbuang
melalui diuresis (mulai 4-5
hari setelah luka bakar).
Hipokalemi.
Kadar protein. Kehilangan protein ke dalam
jaringan akibat kenaikan
permeabilitas.
Hipoproteinemia. Kehilangan protein waktu
berlangsung terus
katabolisme.
Hipoproteinemia.
Keseimbangan
nitrogen.
Katabolisme jaringan,
kehilangan protein dalam
jaringan, lebih banyak
kehilangan dari masukan.
Keseimbangan
nitrogen negatif.
Katabolisme jaringan,
kehilangan protein,
immobilitas.
Keseimbangan
nitrogen negatif.
Keseimbnagan
asam basa.
Metabolisme anaerob karena
perfusi jarinagn berkurang
peningkatan asam dari produk
akhir, fungsi renal berkurang
(menyebabkan retensi produk
akhir tertahan), kehilangan
bikarbonas serum.
Asidosis metabolik. Kehilangan sodium
bicarbonas melalui
diuresis, hipermetabolisme
disertai peningkatan
produk akhir metabolisme.
Asidosis
metabolik.
Respon stres. Terjadi karena trauma,
peningkatan produksi cortison.
Aliran darah renal
berkurang.
Terjadi karena sifat cidera
berlangsung lama dan
terancam psikologi
pribadi.
Stres karena luka.
Eritrosit Terjadi karena panas, pecah
menjadi fragil.
Luka bakar termal. Tidak terjadi pada hari-
hari pertama.
Hemokonsentrasi.
Lambung. Curling ulcer (ulkus pada
gaster), perdarahan lambung,
nyeri.
Rangsangan central di
hipotalamus dan
peingkatan jumlah
cortison.
Akut dilatasi dan paralise
usus.
Peningkatan
jumlah cortison.
Jantung. MDF meningkat 2x lipat,
merupakan glikoprotein yang
toxic yang dihasilkan oleh
kulit yang terbakar.
Disfungsi jantung. Peningkatan zat MDF
(miokard depresant factor)
sampai 26 unit,
bertanggung jawab
terhadap syok spetic.
CO menurun.

Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
a) Luka bakar grade II:
b) ewasa > 20%
c) Anak/orang tua > 15%
d) Luka bakar grade III.
e) Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
















PATHWAY





Bahan Kimia
Termis
Listrik/petir
Radiasi
LUKA BAKAR
MK:
Gangguan Konsep diri
Kurang pengetahuan
Anxietas
Pada Wajah
Kerusakan kulit
Di ruang tertutup
Kerusakan mukosa
Oedema laring
Gagal nafas
MK: Jalan nafas
tidak efektif
Biologis
Keracunan gas CO
CO

mengikat Hb
Hb tidak mampu mengikat O
2

Obstruksi jalan nafas
Hipoxia otak
Penguapan meningkat
Peningkatan pembuluh darah kapiler
Ektravasasi cairan (H
2
O, Elektrolit, protein)
Tekanan onkotik menurun. Tekanan hidrostatik meningkat
Cairan intravaskuler menurun
Hipovolemia dan hemokonsentrasi
Gangguan sirkulasi makro
Masalah Keperawatan:
Resiko tinggi terhadap infeksi
Gangguan rasa nyaman
Ganguan aktivitas
Kerusakan integritas kulit
Masalah Keperawatan:
Kekurangan volume cairan
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan sirkulasi seluler
Gangguan perfusi organ penting
Gangguan perfusi
Laju metabolisme meningkat
Glukoneogenesis glukogenolisis
MK: Perubahan nutrisi
Otak
Hipoxia
Sel otak
mati
Gagal
fungsi
sentral
Kardiovaskuler
Ginjal
Kebocoran kapiler
Penurunan curah jantung
Gagal jantung
Hipoxia sel ginjal
Fungsi ginjal menurun
Gagal ginjal
Hepar
Pelepasan katekolamin
Hipoxia hepatik
Gagal hepar
GI Traktus
Dilatasi lambung
Neurologi
Gangguan Neurologi
Hambahan pertumbuhan
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE
Psikologis
Imun
Daya tahan tubuh menurun




F. PATHWAY
n





Hudak & Gallo; 1997)









G. KOMPLIKASI
a. Syok hipovolemik
b. Kekurangan cairan dan elektrolit
c. Hypermetabolisme
d. Infeksi
e. Gagal ginjal akut
f. Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema.
g. Paru dan emboli
h. Sepsis pada luka
i. Ilius paralitik

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama
karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan
otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.


I. PENATALAKSANAAN
A. Resusitasi A, B, C.
1. Pernafasan:
a. Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi.
b. Efek toksik dari asap: HCN, NO
2
, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi obstruksi gagal
nafas.

2. Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler hipovolemi
relatif syok ATN gagal ginjal.
B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
C. Resusitasi cairan Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 3 tahun : BB x 75 cc
3 5 tahun : BB x 50 cc
diberikan 8 jam pertama
diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.

D. Monitor urine dan CVP.
E. Topikal dan tutup luka
Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
Tulle.
Silver sulfa diazin tebal.
Tutup kassa tebal.
Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor.
F. Obat obatan:
a) Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
b) Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
c) Analgetik : kuat (morfin, petidine)
d) Antasida : kalau perlu
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan
massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi
perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,
kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
a. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan
bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran
kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada
luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
a. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
a. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).
a. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk
disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua
sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan
ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
a. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi
oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
a. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas
yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah;
lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis;
atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan
kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan
luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan
aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan
dengan syok listrik).
a. Pemeriksaan diagnostik:
1. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama
karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan
otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
1. Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting
patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2. kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute
abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan
pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3. kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau
leher.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak
adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler
perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena,
contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % 60% lebih besar dari proporsi normal pada
cedera berat) atau katabolisme protein.
8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan
kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi;
kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
Diagnosa
Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Resiko bersihan jalan
nafas tidak efektif
berhubungan dengan
obstruksi
trakheobronkhial;
oedema mukosa;
kompressi jalan nafas .
Bersihan jalan nafas tetap
efektif.Kriteria Hasil : Bunyi
nafas vesikuler, RR dalam
batas normal, bebas
dispnoe/cyanosis.
1. Kaji refleks gangguan/menelan;
perhatikan pengaliran air liur,
ketidakmampuan menelan, serak, batuk
mengi.Awasi frekuensi, irama, kedalaman
pernafasan ; perhatikan adanya
pucat/sianosis dan sputum mengandung
karbon atau merah muda.
2. Auskultasi paru, perhatikan stridor,
mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas,
batuk rejan.
3. Perhatikan adanya pucat atau warna buah
ceri merah pada kulit yang cidera
a) Dugaan cedera inhalasiTakipnea,
penggunaan otot bantu, sianosis dan
perubahan sputum menunjukkan
terjadi distress pernafasan/edema paru
dan kebutuhan intervensi medik.
b) Obstruksi jalan nafas/distres
pernafasan dapat terjadi sangat cepat
atau lambat contoh sampai 48 jam
setelah terbakar.
c) Dugaan adanya hipoksemia atau
karbon monoksida.
d) Meningkatkan ekspansi paru
4. Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari
penggunaan bantal di bawah kepala,
sesuai indikasi
5. Dorong batuk/latihan nafas dalam dan
perubahan posisi sering.
6. Hisapan (bila perlu) pada perawatan
ekstrem, pertahankan teknik steril.
7. Tingkatkan istirahat suara tetapi kaji
kemampuan untuk bicara dan/atau
menelan sekret oral secara periodik.
8. Selidiki perubahan perilaku/mental
contoh gelisah, agitasi, kacau mental.
9. Awasi 24 jam keseimbngan cairan,
perhatikan variasi/perubahan.
10. Lakukan program kolaborasi
meliputi :
11. Berikan pelembab O
2
melalui cara
yang tepat, contoh masker wajah
12. Awasi/gambaran seri GDA
13. Kaji ulang seri rontgen
14. Berikan/bantu fisioterapi
dada/spirometri intensif.
15. Siapkan/bantu intubasi atau
trakeostomi sesuai indikasi.
optimal/fungsi pernafasan.
Bilakepala/leher terbakar, bantal dapat
menghambat pernafasan,
menyebabkan nekrosis pada kartilago
telinga yang terbakar dan
meningkatkan konstriktur leher.
e) Meningkatkan ekspansi paru,
memobilisasi dan drainase sekret.
f) Membantu mempertahankan jalan
nafas bersih, tetapi harus dilakukan
kewaspadaan karena edema mukosa
dan inflamasi. Teknik steril
menurunkan risiko infeksi.
g) Peningkatan sekret/penurunan
kemampuan untuk menelan
menunjukkan peningkatan edema
trakeal dan dapat mengindikasikan
kebutuhan untuk intubasi.
h) Meskipun sering berhubungan dengan
nyeri, perubahan kesadaran dapat
menunjukkan
terjadinya/memburuknya hipoksia.
i) Perpindahan cairan atau kelebihan
penggantian cairan meningkatkan
risiko edema paru. Catatan : Cedera
inhalasi meningkatkan kebutuhan
cairan sebanyak 35% atau lebih karena
edema.
j) O
2
memperbaiki hipoksemia/asidosis.
Pelembaban menurunkan pengeringan
saluran pernafasan dan menurunkan
viskositas sputum.
k) Data dasar penting untuk pengkajian
lanjut status pernafasan dan pedoman
untuk pengobatan. PaO
2
kurang dari
50, PaCO
2
lebih besar dari 50 dan
penurunan pH menunjukkan inhalasi
asap dan terjadinya pneumonia/SDPD.
l) Perubahan menunjukkan
atelektasis/edema paru tak dapat
terjadi selama 2 3 hari setelah
terbakar
m) Fisioterapi dada mengalirkan area
dependen paru, sementara spirometri
intensif dilakukan untuk memperbaiki
ekspansi paru, sehingga meningkatkan
fungsi pernafasan dan menurunkan
atelektasis.
n) Intubasi/dukungan mekanikal
dibutuhkan bila jalan nafas edema atau
luka bakar mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi
kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan Kehilangan
cairan melalui rute
abnormal. Peningkatan
kebutuhan : status
hypermetabolik, ketidak
cukupan pemasukan.
Kehilangan perdarahan.
Pasien dapat
mendemostrasikan status
cairan dan biokimia
membaik.Kriteria evaluasi: tak
ada manifestasi dehidrasi,
resolusi oedema, elektrolit
serum dalam batas normal,
haluaran urine di atas 30
ml/jam.
1. Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan
kapiler dan kekuatan nadi perifer.Awasi
pengeluaran urine dan berat jenisnya.
2. Observasi warna urine dan hemates sesuai
indikasi.
3. Perkirakan drainase luka dan kehilangan
yang tampak
4. Timbang berat badan setiap hari
5. Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar
tiap hari sesuai indikasi
6. Selidiki perubahan mental
7. Observasi distensi
abdomen,hematomesis,feces hitam.
8. Hemates drainase NG dan feces secara
periodik.
9. Lakukan program kolaborasi meliputi :
10. Pasang / pertahankan kateter urine
11. Pasang/ pertahankan ukuran kateter
IV.
12. Berikan penggantian cairan IV yang
dihitung, elektrolit, plasma, albumin.
13. Awasi hasil pemeriksaan
laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ).
14. Berikan obat sesuai idikasi :
Diuretika contohnya Manitol
(Osmitrol)
Kalium
Antasida
15. Pantau:
Tanda-tanda vital setiap jam
selama periode darurat, setiap 2
jam selama periode akut, dan
setiap 4 jam selama periode
rehabilitasi.
Warna urine.
a) Memberikan pedoman untuk
penggantian cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler.Penggantian
cairan dititrasi untuk meyakinkan rata-
2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada
orang dewasa. Urine berwarna merah
pada kerusakan otot masif karena
adanyadarah dan keluarnya mioglobin.
b) Peningkatan permeabilitas kapiler,
perpindahan protein, proses inflamasi
dan kehilangan cairan melalui
evaporasi mempengaruhi volume
sirkulasi dan pengeluaran urine.
c) Penggantian cairan tergantung pada
berat badan pertama dan perubahan
selanjutnya
d) Memperkirakan luasnya
oedema/perpindahan cairan yang
mempengaruhi volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.
e) Penyimpangan pada tingkat kesadaran
dapat mengindikasikan ketidak
adequatnya volume
sirkulasi/penurunan perfusi serebral
f) Stres (Curling) ulcus terjadi pada
setengah dari semua pasien yang luka
bakar berat(dapat terjadi pada awal
minggu pertama).
g) Observasi ketat fungsi ginjal dan
mencegah stasis atau refleks urine.
h) Memungkinkan infus cairan cepat.
i) Resusitasi cairan menggantikan
kehilangan cairan/elektrolit dan
membantu mencegah komplikasi.
j) Mengidentifikasi kehilangan
darah/kerusakan SDM dan kebutuhan
penggantian cairan dan elektrolit.
k) Meningkatkan pengeluaran urine dan
membersihkan tubulus dari debris
/mencegah nekrosis.
Masukan dan haluaran setiap jam
selama periode darurat, setiap 4
jam selama periode akut, setiap 8
jam selama periode rehabilitasi.
Hasil-hasil JDL dan laporan
elektrolit.
Berat badan setiap hari.
CVP (tekanan vena sentral) setiap
jam bial diperlukan.
Status umum setiap 8 jam.
16. Pada penerimaan rumah sakit, lepaskan
semua pakaian dan perhiasan dari area
luka bakar.
17. Mulai terapi IV yang ditentukan dengan
jarum lubang besar (18G), lebih disukai
melalui kulit yang telah terluka bakar.
Bila pasien mengalami luka bakar luas
dan menunjukkan gejala-gejala syok
hipovolemik, bantu dokter dengan
pemasangan kateter vena sentral untuk
pemantauan CVP.
18. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30
ml/jam, haus, takikardia, CVP < 6 mmHg,
bikarbonat serum di bawah rentang
normal, gelisah, TD di bawah rentang
normal, urine gelap atau encer gelap.
19. Konsultasi dokter bila manifestasi
kelebihan cairan terjadi.
20. Tes guaiak muntahan warna kopi atau
feses ter hitam. Laporkan temuan-temuan
positif.
21. Berikan antasida yag diresepkan atau
antagonis reseptor histamin seperti
simetidin
l) Penggantian lanjut karena kehilangan
urine dalam jumlah besar
m) Menurunkan keasaman gastrik
sedangkan inhibitor histamin
menurunkan produksi asam
hidroklorida untuk menurunkan
produksi asam hidroklorida untuk
menurunkan iritasi gaster.
n) Mengidentifikasi penyimpangan
indikasi kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan. Periode
darurat (awal 48 jam pasca luka bakar)
adalah periode kritis yang ditandai
oleh hipovolemia yang mencetuskan
individu pada perfusi ginjal dan
jarinagn tak adekuat.
o) Inspeksi adekuat dari luka bakar.
p) Penggantian cairan cepat penting
untuk mencegah gagal ginjal.
Kehilangan cairan bermakna terjadi
melalui jarinagn yang terbakar dengan
luka bakar luas. Pengukuran tekanan
vena sentral memberikan data tentang
status volume cairan intravaskular.
q) Temuan-temuan ini mennadakan
hipovolemia dan perlunya peningkatan
cairan. Pada lka bakar luas,
perpindahan cairan dari ruang
intravaskular ke ruang interstitial
menimbukan hipovolemi.
r) Pasien rentan pada kelebihan beban
volume intravaskular selama periode
pemulihan bila perpindahan cairan
dari kompartemen interstitial pada
kompartemen intravaskuler.
s) Temuan-temuan guaiak positif
ennandakan adanya perdarahan GI.
Perdarahan GI menandakan adaya
stres ulkus (Curlings).
t) Mencegah perdarahan GI. Luka bakar
luas mencetuskan pasien pada ulkus
stres yang disebabkan peningkatan
sekresi hormon-hormon adrenal dan
asam HCl oleh lambung.
Resiko kerusakan
pertukaran gas
Pasien dapat
mendemonstrasikan oksigenasi
1. Pantau laporan GDA dan kadar karbon
monoksida serum.Beriakan suplemen
a) Mengidentifikasi kemajuan dan
penyimpangan dari hasil yang
berhubungan dengan
cedera inhalasi asap
atau sindrom
kompartemen torakal
sekunder terhadap luka
bakar sirkumfisial dari
dada atau leher.
adekuat.Kriteroia evaluasi: RR
12-24 x/mnt, warna kulit
normal, GDA dalam renatng
normal, bunyi nafas bersih, tak
ada kesulitan bernafas.
oksigen pada tingkat yang ditentukan.
Pasang atau bantu dengan selang
endotrakeal dan tempatkan pasien pada
ventilator mekanis sesuai pesanan bila
terjadi insufisiensi pernafasan (dibuktikan
dnegna hipoksia, hiperkapnia, rales,
takipnea dan perubahan sensorium).
2. Anjurkan pernafasan dalam dengan
penggunaan spirometri insentif setiap 2
jam selama tirah baring.
3. Pertahankan posisi semi fowler, bila
hipotensi tak ada.
4. Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu
dokter bila terjadi dispnea disertai dengan
takipnea. Siapkan pasien untuk
pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.
diharapkan. Inhalasi asap dapat
merusak alveoli, mempengaruhi
pertukaran gas pada membran kapiler
alveoli.Suplemen oksigen
meningkatkan jumlah oksigen yang
tersedia untuk jaringan. Ventilasi
mekanik diperlukan untuk pernafasan
dukungan sampai pasie dapat
dilakukan secara mandiri.
b) Pernafasan dalam mengembangkan
alveoli, menurunkan resiko atelektasis.
c) Memudahkan ventilasi dengan
menurunkan tekanan abdomen
terhadap diafragma.
d) Luka bakar sekitar torakal dapat
membatasi ekspansi adda. Mengupas
kulit (eskarotomi) memungkinkan
ekspansi dada.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan
Pertahanan primer tidak
adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit;
jaringan traumatik.
Pertahanan sekunder
tidak adekuat;
penurunan Hb,
penekanan respons
inflamasi
Pasien bebas dari
infeksi.Kriteria evaluasi: tak
ada demam, pembentukan
jaringan granulasi baik.
1. Pantau:
Penampilan luka bakar (area luka
bakar, sisi donor dan status
balutan di atas sisi tandur bial
tandur kulit dilakukan) setiap 8
jam.
Suhu setiap 4 jam.
Jumlah makanan yang dikonsumsi
setiap kali makan.
2. Bersihkan area luka bakar setiap hari dan
lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen)
sesuai pesanan. Berikan mandi kolam
sesuai pesanan, implementasikan
perawatan yang ditentukan untuk sisi
donor, yang dapat ditutup dengan balutan
vaseline atau op site.
3. Lepaskan krim lama dari luka sebelum
pemberian krim baru. Gunakan sarung
tangan steril dan beriakn krim antibiotika
topikal yang diresepkan pada area luka
bakar dengan ujung jari. Berikan krim
secara menyeluruh di atas luka.
4. Beritahu dokter bila demam drainase
purulen atau bau busuk dari area luka
bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur.
Dapatkan kultur luka dan berikan
1. Mengidentifikasi indikasi-indikasi
kemajuan atau penyimapngan dari
hasil yang diharapkan.Pembersihan
dan pelepasan jaringan nekrotik
meningkatkan pembentukan granulasi.
2. Antimikroba topikal membantu
mencegah infeksi. Mengikuti prinsip
aseptik melindungi pasien dari infeksi.
Kulit yang gundul menjadi media
yang baik untuk kultur pertumbuhan
bakteri.
3. Temuan-temuan ini mennadakan
infeksi. Kultur membantu
mengidentifikasi patogen penyebab
sehingga terapi antibiotika yang tepat
dapat diresepkan. Karena balutan siis
tandur hanya diganti setiap 5-10 hari,
sisi ini memberiakn media kultur
untuk pertumbuhan bakteri.
4. Kulit adalah lapisan pertama tubuh
untuk pertahanan terhadap infeksi.
Teknik steril dan tindakan perawatan
perlindungan lainmelindungi pasien
terhadap infeksi.
5. Kurangnya berbagai rangsang
ekstrenal dan kebebasan bergerak
mencetuskan pasien pada kebosanan.
6. Melindungi terhadap tetanus.
antibiotika IV sesuai ketentuan.
5. Tempatkan pasien pada ruangan khusus
dan lakukan kewaspadaan untuk luka
bakar luas yang mengenai area luas tubuh.
Gunakan linen tempat tidur steril, handuk
dan skort untuk pasien. Gunakan skort
steril, sarung tangan dan penutup kepala
dengan masker bila memberikan
perawatan pada pasien. Tempatkan radio
atau televisis pada ruangan pasien untuk
menghilangkan kebosanan.
6. Bila riwayat imunisasi tak adekuat,
berikan globulin imun tetanus manusia
(hyper-tet) sesuai pesanan.
7. Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn
protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan
suplemen nutrisi seperti ensure atau
sustacal dengan atau antara makan bila
masukan makanan kurang dari 50%.
Anjurkan NPT atau makanan enteral bial
pasien tak dapat makan per oral.
7. Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang
dapat mengevaluasi paling baik status
nutrisi pasien dan merencanakan diet
untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi
penderita. Nutrisi adekuat memabntu
penyembuhan luka dan memenuhi
kebutuhan energi.
Nyeri berhubungan
dengan Kerusakan
kulit/jaringan;
pembentukan edema.
Manipulasi jaringan
cidera contoh
debridemen luka.
Pasien dapat
mendemonstrasikan hilang dari
ketidaknyamanan.Kriteria
evaluasi: menyangkal nyeri,
melaporkan perasaan nyaman,
ekspresi wajah dan postur
tubuh rileks.
1. Berikan anlgesik narkotik yang
diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit
sebelum prosedur perawatan luka.
Evaluasi keefektifannya. Anjurkan
analgesik IV bila luka bakar
luas.Pertahankan pintu kamar tertutup,
tingkatkan suhu ruangan dan berikan
selimut ekstra untuk memberikan
kehangatan.
2. Berikan ayunan di atas temapt tidur bila
diperlukan.
3. Bantu dengan pengubahan posisi setiap 2
jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan
tambahan sesuai kebutuhan, khususnya
bila pasien tak dapat membantu
membalikkan badan sendiri.
1. Analgesik narkotik diperlukan utnuk
memblok jaras nyeri dengan nyeri
berat. Absorpsi obat IM buruk pada
pasien dengan luka bakar luas yang
disebabkan oleh perpindahan
interstitial berkenaan dnegan
peningkatan permeabilitas
kapiler.Panas dan air hilang melalui
jaringan luka bakar, menyebabkan
hipoetrmia. Tindakan eksternal ini
membantu menghemat kehilangan
panas.
2. Menurunkan neyri dengan
mempertahankan berat badan jauh dari
linen temapat tidur terhadap luka dan
menuurnkan pemajanan ujung saraf
pada aliran udara.
3. Menghilangkan tekanan pada tonjolan
tulang dependen. Dukungan adekuat
pada luka bakar selama gerakan
membantu meinimalkan
ketidaknyamanan.
Resiko tinggi kerusakan
perfusi jaringan,
perubahan/disfungsi
Pasien menunjukkan sirkulasi
tetap adekuat.Kriteria evaluasi:
warna kulit normal,
1. Untuk luka bakar yang mengitari
ekstermitas atau luka bakar listrik, pantau
status neurovaskular dari ekstermitas
1. Mengidentifikasi indikasi-indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan.Meningkatkan


Daftar pustaka


Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B.
Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 1328.
neurovaskuler perifer
berhubungan dengan
Penurunan/interupsi
aliran darah
arterial/vena, contoh
luka bakar seputar
ekstremitas dengan
edema.
menyangkal kebas dan
kesemutan, nadi perifer dapat
diraba.
setaip 2 jam.Pertahankan ekstermitas
bengkak ditinggikan.
2. Beritahu dokter dengan segera bila terjadi
nadi berkurang, pengisian kapiler buruk,
atau penurunan sensasi. Siapkan untuk
pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.
aliran balik vena dan menurunkan
pembengkakan.
2. Temuan-temuan ini menandakan
keruskana sirkualsi distal. Dokter
dapat mengkaji tekanan jaringan untuk
emnentukan kebutuhan terhadap
intervensi bedah. Eskarotomi
(mengikis pada eskar) atau fasiotomi
mungkin diperlukan untuk
memperbaiki sirkulasi adekuat.
Kerusakan integritas
kulit b/d kerusakan
permukaan kulit
sekunder destruksi
lapisan kulit.
Memumjukkan regenerasi
jaringanKriteria hasil:
Mencapai penyembuhan tepat
waktu pada area luka bakar.
1. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka,
perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi
sekitar luka.Lakukan perawatan luka
bakar yang tepat dan tindakan kontrol
infeksi.
2. Pertahankan penutupan luka sesuai
indikasi.
3. Tinggikan area graft bila mungkin/tepat.
Pertahankan posisi yang diinginkan dan
imobilisasi area bila diindikasikan.
4. Pertahankan balutan diatas area graft baru
dan/atau sisi donor sesuai indikasi.
5. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan
minyaki dengan krim, beberapa waktu
dalam sehari, setelah balutan dilepas dan
penyembuhan selesai.
6. Lakukan program kolaborasi :
- Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan
biologis.
1. Memberikan informasi dasar
tentang kebutuhan penanaman kulit
dan kemungkinan petunjuk tentang
sirkulasi pada aera graft.Menyiapkan
jaringan untuk penanaman dan
menurunkan resiko infeksi/kegagalan
kulit.
2. Kain nilon/membran silikon
mengandung kolagen porcine peptida
yang melekat pada permukaan luka
sampai lepasnya atau mengelupas
secara spontan kulit repitelisasi.
3. Menurunkan pembengkakan
/membatasi resiko pemisahan graft.
Gerakan jaringan dibawah graft dapat
mengubah posisi yang mempengaruhi
penyembuhan optimal.
4. Area mungkin ditutupi oleh bahan
dengan permukaan tembus pandang
tak reaktif.
5. Kulit graft baru dan sisi donor yang
sembuh memerlukan perawatan
khusus untuk mempertahankan
kelenturan. Graft kulit diambil dari
kulit orang itu sendiri/orang lain untuk
penutupan sementara pada luka bakar
luas sampai kulit orang itu siap
ditanam.
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany.
Philadelpia. Hal. 752 779.
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A.
Davis Company. Philadelpia.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bahan Bacaan Saja
    Bahan Bacaan Saja
    Dokumen5 halaman
    Bahan Bacaan Saja
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Bahan Bacaan Saja
    Bahan Bacaan Saja
    Dokumen5 halaman
    Bahan Bacaan Saja
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Katarak Pada Manula
    Pengertian Katarak Pada Manula
    Dokumen3 halaman
    Pengertian Katarak Pada Manula
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Catatan Luka Bakarnya
    Catatan Luka Bakarnya
    Dokumen21 halaman
    Catatan Luka Bakarnya
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Bahan Bacaan Saja
    Bahan Bacaan Saja
    Dokumen5 halaman
    Bahan Bacaan Saja
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Catatan Luka Bakar
    Catatan Luka Bakar
    Dokumen21 halaman
    Catatan Luka Bakar
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Bacaa Aja
    Bacaa Aja
    Dokumen20 halaman
    Bacaa Aja
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Bahan Bacaan Saja
    Bahan Bacaan Saja
    Dokumen5 halaman
    Bahan Bacaan Saja
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Bahan Bacaan Saja
    Bahan Bacaan Saja
    Dokumen5 halaman
    Bahan Bacaan Saja
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Bacaan
    Bacaan
    Dokumen3 halaman
    Bacaan
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Catatan Pribadi Combusio
    Catatan Pribadi Combusio
    Dokumen25 halaman
    Catatan Pribadi Combusio
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • SL Sifilis
    SL Sifilis
    Dokumen81 halaman
    SL Sifilis
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Pitiriasis Versicolor
    Pitiriasis Versicolor
    Dokumen7 halaman
    Pitiriasis Versicolor
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Catatan Pitiriasis Versicolor
    Catatan Pitiriasis Versicolor
    Dokumen7 halaman
    Catatan Pitiriasis Versicolor
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Ptosis
    Ptosis
    Dokumen2 halaman
    Ptosis
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Combustio
    Combustio
    Dokumen28 halaman
    Combustio
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Babii Ii
    Babii Ii
    Dokumen23 halaman
    Babii Ii
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Luka Bakar Akut Text
    Luka Bakar Akut Text
    Dokumen22 halaman
    Luka Bakar Akut Text
    japrudtst
    Belum ada peringkat
  • Babii Ii
    Babii Ii
    Dokumen23 halaman
    Babii Ii
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Babii Ii
    Babii Ii
    Dokumen23 halaman
    Babii Ii
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Ciayo000
    Anestesi Ciayo000
    Dokumen26 halaman
    Anestesi Ciayo000
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Ciayo000
    Anestesi Ciayo000
    Dokumen26 halaman
    Anestesi Ciayo000
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Ciayo
    Anestesi Ciayo
    Dokumen25 halaman
    Anestesi Ciayo
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Ciayo000
    Anestesi Ciayo000
    Dokumen26 halaman
    Anestesi Ciayo000
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Ciayo
    Anestesi Ciayo
    Dokumen25 halaman
    Anestesi Ciayo
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Karsinoma Kolorektum
    Makalah Karsinoma Kolorektum
    Dokumen26 halaman
    Makalah Karsinoma Kolorektum
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Cedera Kepala Akut
    Cedera Kepala Akut
    Dokumen11 halaman
    Cedera Kepala Akut
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Presentasi Bokong
    BAB 2 Presentasi Bokong
    Dokumen10 halaman
    BAB 2 Presentasi Bokong
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat
  • Kejang Algoritme
    Kejang Algoritme
    Dokumen15 halaman
    Kejang Algoritme
    Samuel H Sihotang
    Belum ada peringkat