Anda di halaman 1dari 13

Bakteri Vibrio cholerae

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kolera merupakan suatu sindrom epidemiologik klinis yang disebabkan oleh Vibrio
cholerae (V.cholerae), umumnya serogrup O1. Dalam bentuknya yang berat, penyakit ini
ditandai oleh diare yang hebat dengan tinja menyerupai air cucian beras (rice water), yang
dengan cepat dapat menimbulkan de hidrasi. Ada dua perangai epidemiologik yang khas dari
kolera, yaitu kecenderungannya untuk menimbulkan wabah secara eksplosif, acapkali pada
beberapa foki secara bersamaan, dan kemampuannya untuk menjadi pandemik yang secara
progresif mengenai banyak tempat di dunia, seperti yang terjadi dalam perjalanannya selama
ini. Ada lebih dari 150 antigen O spesifik dari V.cholerae yang telah berhasil diidentifikasi.
Antigen O adalah polisakarida termostabil dan merupakan bagian dari lipopolisakarida
dinding sel. Serogrup O1V cholerae sudah lama dikenal sebagai penyebab kolera epidemik
dan pandemik. Di samping O1, baru-baru ini serogrup O139 juga dikaitkan dengan wabah
besar dengan derajat kematian yang tinggi. Serogrup non-O1/non-O139 biasanya hanya
menyebabkan diare yang sifatnya sporadis. Diperkirakan ada 5,5 juta kasus kolera terjadi
setiap tahunnya di Asia dan Afrika. Sekitar 8% dari pada kasus-kasus ini cukup berat
sehingga memerlukan perawatan rumah sakit dan 20% dari kasus-kasus berat ini berakhir
dengan kematian sehingga jumlah kematian besarnya 120.000 per tahun. (2-4) Badan
Kesehatan Sedunia (World Health Organization/WHO) pada awal tahun 2004 melaporkan
adanya kejadian luar biasa kolera di enam negara di Afrika. (3) Kejadian luar biasa ini
mengingatkan bahwa di samping infeksi baru seperti severe acute respiratory syndrome
(SARS), musuh lama seperti kolera masih harus diwaspadai terutama di Afrika, Asia, dan
Amerika Selatan.
Di dalam keadaan endemik, prevalensi kolera yang berat dapat tampak rendah, seperti d
i Bangladesh di mana insidens hospitalisasi antara 1,0 - 3,0 kasus per 1.000 penduduk per
tahun untuk waktu 20 tahun terakhir. Namun angka-angka ini perlu ditafsirkan secara hati-
hati. Pertama, insidens103J Kedokter Trisakti
Juli-September 2004, Vol.23 No.3 terjadi pada seluruh populasi dari umur 2 tahun sampai
usia lanjut, sehingga risiko kumulatif terhadap kolera untuk seseorang pada usia 20 tahun
pertama adalah sekitar 6%. Jika derajat kematian secara kasar adalah 20%, maka 1% dari
penduduk Bangladesh akan meninggal karena kolera bila tidak diobati. (5) Kedua, penelitian
terhada kontak keluarga dari kasus kolera menunjukkan untuk setiap individu dengan kasus
kolera yang berat, lebih dari sepuluh orang akan menderita diare ringan dan sedang dan
jumlah yang sama akan menderita infeksi asimtomatik. Dengan demikian, derajat penyakit
yang berat yang dilaporkan tidak mencerminkan secara wajar kasus-kasus ringan yang
jumlahnya lebih banyak.
























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Kolera adalah penyakit diare akut, yang disebabkan oleh infeksi usus akibat terkena
bakteria Vibrio Cholerae. Infeksi biasanya ringan atau tanpa gejala, tapi terkadang parah.
Kurang lebih 1 dari setiap 20 penderita mengalami sakit yang berat dengan gejala diare yang
sangat encer, muntah-muntah, dan kram. di kaki. Bagi mereka ini, kehilangan cairan tubuh
secara cepat ini dapat mengakibatkan dehidrasi dan shock atau reaksi fisiologik hebat
terhadap trauma tubuh. Kalau tidak diatasi, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam.

2.2 EPIDEMIOLOGI
Pemahaman lebih jauh mengenai epidemiologi kolera dimungkinkan dengan adanya
teknik-teknik molekuler seperti chromosomal restriction fragment length polymorphism dan
ribotyping. Teknik ini telah digunakan dalam penyelidikan wabah di berbagai lokasi dan
periode waktu yang berbeda. Penelitian klinis dan lingkungan yang dilakukan di Thailand
dengan menggunakan pulsed field gel electrophoresis ( P F G E ), ribotyping dan
toxingenotyping menunjukkan adanya ribotipe baru V.cholerae O1 dibandingkan dengan
isolat O1 yang didapatkan beberapa tahun sebelumnya. Ini membuktikan bahwa suatu
ribotipe baru dari galur O1 mungkin berasal dari reservoir lingkungan. Air sumur dan mata
air dapat terkontaminasi dengan V.cholerae sehingga dapat menjadi tempat hidup sekaligus
transmisi dari kuman tersebut. Juga air yang disimpan di tempat penyimpanan yang bermulut
lebar seperti tempayan, dapat terkontaminasi melalui tangan atau benda-benda lain yang
digunakan untuk mengambi air. Di samping kontaminasi air yang merupakan rute utama
transmisi kolera, makanan juga merupakan faktor penting dalam penularan kolera, terutama
makanan yang tidak dimasak atau setenga matang. Di makanan, V.cholerae dapat hidup
antara 2-14 hari dan ketahanan hidup ini menjadi lebih baik bila makanan dimasak terlebih
dahulu sebelum terjadi kontaminasi. Dengan memasak flora kompetitif terbunuh, dan zat-zat
penghambatpertumbuhan yang sifatnya termolabil rusak oleh pemanasan. Juga dengan
memasak terbentuk bahanbahan protein yang sudah mengalami denaturasi, yang baik untuk
pertumbuhan V.cholerae. Biotipe El Tor beradaptasi lebih baik pada transmisi melalui
makanan dari pada biotipe klasik. Di makanan, biotipe El Tor berkembang biak lebih cepat
dibandingkan biotipe klasik. Keuntungan dari makanan sebagai media trasmisi untuk El Tor
ini menerangkan mengapa El Tor telah menggeser biotipe klasik di banyak tempat dan
menjadi mikroorganisme yang dominan dalam beberapa pandemi baru-baru ini.
Ikan dan kerang-kerangan telah lama diketahui berperan dalam transim si kolera.
Binatang-binatang laut itu dapat terkontaminasi oleh V.cholerae melalui air di mana kuman
itu secara persisten sudah berada di sana, atau karena air terkontaminasi oleh tinja manusia.
Di beberapa tempat, ikan dan kerang-kerangan dimakan dalam keadaan mentah sehingga
menyebabkan terjadinya infeksi. Kejadian infeksi Vibrio di beberapa tempat di Amerika
Serikat, seperti di Florida dan Teluk Meksiko, dilaporkan sebagai akibat dari konsumsi
makanan laut (seafood) yang tidak dimasak dengan benar.
Kejadian wabah yang merupakan hubungan antara peristiwa penguburan dengan
transmisi
kolera juga pernah dilaporkan di Afrika dan di Indonesia.
Sebelumnya, wabah kolera yang berhubungan dengan penguburan terjadi karena transmisi
dari orang ke orang (person to person). Di Guinea, Afrika Barat, nasi ditemukan sebagai
sebab terjadinya wabah kolera yang mengikuti upacara penguburan. Nasi itu disiapkan dan
dimasak untuk disajikan pada upacara penguburan oleh para wanita-wanita yang sebelumnya
juga
merawat penderita kolera yang meninggal tersebut, membersihkan tempat tidur dan
memandikannya.Di Irian Jaya, Indonesia, wabah kolera berkaitan dengan upacara duka cita
di rumah penderita yang meninggal karena kolera.
Transmisi langsung dari orang ke orang sangat kecil kemungkinannya karena dosis
infeksi kolera tinggi. Juga transmisi melalui lalat secara epidemiologik tidak memainkan
peranan penting. Secara teoritis, lalat dapat mengontaminasi makanan di mana Vibrio
berkembang biak sampai jumlah dosis infektif tetapi belum ada bukti dan laporan terjadinya
wabah kolera yang berkaitan dengan transmisi oleh lalat. Perkembangan infeksi kolera
jumlah dosis infektif tetapi belum ada bukti dan laporan terjadinya wabah kolera yang
berkaitan dengan transmisi oleh lalat.

2.3 MANIFESTASI KLINIS
Inkubasi kolera antara 2 hingga 6 hari. Infeksi terbanyak bersifat asimtomatik/ terjadi
diare ringan. Kolera yg khas dimulai dg diare yg encer & berlimpa, tanpa didahului rasa
mulas & tanpa disertai tenesmus. Tinja kolera berupa cairan putih keruh, tidak busuk/ amis,
namun 'manis' menusuk (sulit terdefinisi kecuali dg indra penghidu ). Cairan menyerupai air
cucian beras. Muntah berlangsung kemudian setelah diare, & berlangsung tanpa mual-mual.
Mungkin terjadi kejang otot, karena berkurangnya kalsium & klorida pada neuromuskuler
junction. Otot yang mungkin kejang yakni otot betis, biseps, triseps, pectoralis, & dinding
perut. Pemeriksaan fisik dapat meliputi pemeriksaan turgor kulit, kelopak mata cekung, ujung
jari keriput merupakan tanda dehidrasi.


2.4 PATOFISIOLOGI
Pada manusia, infeksi V.cholerae O1 terjadi karena masuknya kuman melalui air atau
makanan yang terkontaminasi ke saluran cerna. Tergantung pada jumlah inokulum dan
kerentanan individu, masa inkubasi infeksi V.cholerae O1 berkisar antara 12 sampai 72 jam.
Dibandingkan dengan jumlah kuman yang diperlukan untuk terjadinya infeksi pada jenis
enterik lain, jumlah inokulum untuk terjadinya infeksi V.cholerae O1 relatif lebih besar. Ini
mungkin disebabkan karena V.cholerae O1 sangat tidak stabil dalam suasana asam sehingga
sebagian besar V.cholerae O1 yang masuk ke saluran cerna (ingested) terbunuh pada
lingkungan asam di lambung. Makanan mempunyai efek penyangga (buffering) seperti yang
terlihat pada pemberian sodium bikarbonat. Masuknya 10
6
organisme bersamaan dengan
makanan seperti ikan dan nasi dapat meningkatkan attack rate (100%) seperti bila inokula
diberikan bersamaan dengan larutan penyangga (buffer). Usus halus adalah tempat primer
infeksi V. cholerae O1 dan merupakan asal terjadinya diare sekretorik. Derajat kehilangan
cairan paling tinggi pada jejunum. Kehilangan cairan di bagian usus ini mencapai 11
ml/cm/jam.
Vibrio cholerae O1 berkolonisasi di epitel intestinal tetapi tidak bersifat invasif atau
menyebabkan perubahan struktural dari epitel. Efek utama dari infeksi V. cholerae O1 adalh
meningkatnya secara aktif sekresi klorida dan bikarbonat, dan menurunnya absorpsi sodium
klorida.Kedua peristiwa ini terjadi melalui pekerjaan toksin kolera, yaitu (i) subunit B, yang
mengikatkan diri pada reseptor di permukaan mukosa epitel intestinal yang mengandung
glikolipid GM1 gangliosida, dan (ii) subunit A yang secara enzimatis mengaktifkan adenilat
siklase dan meningkatkan konsentrasi intraseluler AMP siklik( cAMP) . Selanjutnya cAMP
bekerja sebagai pembawa perintah intraseluler kedua (intracellular second messenger) untuk
menghambat absorpsi sodium klorida yang terjadi secara aktif, dan sebaliknya meningkatkan
sekresi klorida dan bikarbonat.
Mekanisme lain selain peningkatan konsentrasi intraseluler dari cAMP yang juga
dianggap berperan di dalam sekresi cairan intestinal pada kolera adalah meningkatnya kadar
prostaglandin. Prostaglandin meningkatkan sekresi cairan intestinal secara in vitro dan
meningkatnya prostaglandin dapat dijumpai di dalam tinja penderita kolera. Gambaran klinis
kolera yang palin menyolok adalah produksi tinja cair yang jumlahnya besar dan terjadinya
dehidrasi sebagai akibat dari kehilangan cairan melalui tinja yang tidak diganti. Masa
inkubasi kolera dapat berkisar antara beberapa jam sampai beberapa hari tergantung kepada
jumlah inokulum. Awal terjadinya gejala penyakit dapat mendadak, dengan diare air yang
hebat atau mungkin didahului oleh perasaan tidak enak perut, mual, dan diare ringan. Mula-
mula tinja masih mengandung masa dan
berwarna kuning cokelat, tetapi dengan berkembangnya penyakit, tinja akan menjadi lebih
encer dan berwarna abu-abu pucat, dan selanjutnya akan menyerupai air cucian beras. Tinja
kolera ini tidak mengandung sel-sel radang atau eritrosit dan hampir tidak ada protein. Tidak
adanya sel-sel leukosit, eritrosit, dan protein ini mencerminkan penyaki t yang sifatnya
noninf lamatorik dan noninvasif. Diare sering diikuti muntah, terutama pada awal penyakit.
Pada beberapa penderita, muntah dapat sangat hebat. Penyebab dari muntah belum diketahui
dengan pasti, tetapi karena muntah biasanya berkurang dengan pemberian cairan dan
elektrolit yang adekuat,beberapa peneliti menduga bahwa muntah ini disebabkan karena
adanya gangguan elektrolit, khususnya gangguan keseimbangan asam-basa . Dehidrasi berat
memberikan gambaran yang khas dan menonjol sehingga kolera merupakan sedikit dari
penyakitpenyakit pada orang dewasa yang dapat didiagnosis secara tepat secara klinis. Nadi
perifer tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Turgor kulit menurun sehingga
memberi kesan kulit seperti adonan kue; mata cekung dan kaki tangan keriput seperti
terendam lama di air (washerwomans hands). Suara penderita serak, penderita menjadi
gelisah dan merasa sangat haus. Oleh karena V.cholerae O1 tidak bersifat
invasif terhadap mukosa intestinal, dan tidak menyebabkan terjadinya repons inflamatorik
pada penderita-penderita maka suhu badan biasanya normal atau subnormal; demam derajat
rendah mungkin terdapat pada sekitar 20% penderita, terutama pada anak-anak, yang
mungkin disebabkan karena adanya vasokonstriksi perifer.
Pengertian Kolera (sering disebut Colera Asiatik atau Epedemi kolera) adalah
penyakit penyakit diare parah yang disebabkan oleh bakteri vibrio cholera. Penularan
kemanusia adalah dengan air atau makanan.
Mikrobiologi telah mempelajari mekanisme genetik dimana''V. cholerae''bakteri
mematikan produksi beberapa protein dan menghidupkan produksi protein lain sebagai
respon mereka terhadap serangkaian lingkungan kimia yang mereka hadapi, melewati
perut, melalui lapisan mukosa dari usus kecil, dan masuk ke usus dinding. Kepentingan
tertentu telah menjadi mekanisme genetik dengan bakteri kolera yang menghidupkan
produksi protein dari racun yang berinteraksi dengan mekanisme sel inang untuk
memompa ion klorida ke dalam usus kecil, menciptakan tekanan ionik yang mencegah
ion natrium memasuki sel. Klorida dan ion natrium menciptakan lingkungan air garam di
usus kecil yang melalui osmosis dapat menarik hingga enam liter air per hari melalui sel-
sel usus menciptakan sejumlah besar diare. Tuan rumah dapat menjadi cepat dehidrasi
jika campuran yang tepat dari air garam encer dan gula tidak diambil untuk
menggantikan air dan garam darah yang hilang selama diare.
Dengan memasukkan terpisah, bagian berturut-turut''V. cholerae''DNA ke dalam
DNA bakteri lain seperti E.'' ''coli yang tidak akan secara alami menghasilkan racun
protein, peneliti telah meneliti mekanisme yang''V. cholerae''merespon perubahan
lingkungan kimia dari lambung, lapisan mukosa, dan dinding usus. Para peneliti telah
menemukan bahwa ada kaskade kompleks protein regulator yang mengontrol
ekspresi''V. cholerae''penentu virulensi. Dalam menanggapi lingkungan kimia di dinding
usus,''V. cholerae''bakteri menghasilkan TcpP / TcpH protein, yang bersama-sama
dengan ToxR / ToxS protein, mengaktifkan ekspresi protein regulator ToxT. ToxT
kemudian langsung mengaktifkan ekspresi gen virulensi yang menghasilkan racun yang
menyebabkan diare pada orang yang terinfeksi dan yang memungkinkan bakteri untuk
menjajah usus. Penelitian saat ini bertujuan untuk menemukan "sinyal yang membuat
bakteri kolera berhenti berenang dan mulai menjajah (yaitu, mematuhi sel-sel) usus
kecil." Wabah kolera diperpanjang sejauh Cina, Indonesia (di mana lebih dari 100.000
orang meninggal di pulau Jawa saja) dan Laut Kaspia sebelum surut. Kematian di India
antara 1817 dan 1860 diperkirakan telah melebihi 15 juta orang. Lain 23 juta meninggal
antara 1865 dan 1917. Rusia kematian selama periode waktu yang sama melebihi 2
juta.
Kebanyakan vibrio persyaratan vaktor pertumbuhan yang relative sederhana dan akan
tumbuh dalam media sinetik dengan glukosa sebagai sumber tunggal karbon dan energy.
Namun, karna vibrio marine organisme yang biasanya, spesies yang paling membutuhkan 2-3
% NaCl atau dasar air laut untuk pertumbuhan yang optimal fibrio berfariasi dalam
flexsibilitas gizi mereka, tetapi beberapa sepsis akan tumbuh pada lebih dari 150 senyawa
organic yang berbeda sebagai sumber karbon dan energy, menduduki tingkat yang sama dari
fleksibilitas metabolic sebagai psedomunas. Dalam media fibrio cair motil dan flagella polar
yang dibungkus dengan membrane sarung terus dengan membrane luar dinding sel pada
media padat mereka mungkin banyak mensintesis flagella pada yang tidak di sarungkan.
Vibrio adalah salah satu organisme yang paling umum dipermukaaan perairan dunia. Mereka
terjadi dikedua habitat air laut dan air tawar dengan asosiasi dengan hewan air. Beberapa
spesies yang bercahaya dan hidup dalam asosiasi mutualistik dengan ikan dan kehidupan laut
lainnya. Spesies lainnya pathogen bagi ikan, belut dan katak, serta vertebrata dan invertebrate
lainya
Vibrio Cholera memproduksi racun Cholera, model untuk Enteretoksin, yang
tindakan pada epitel mukosa bertanggung jawab atas diare karakteristik penyakit kolera.
Dalam masnifestasi exterm, kolera adalah salah satu penyakit fatal cepat paling dikenal
seseorang yang sehat dapat menjadi hipotensi satu jam setelah timbulnya gejala dan mungkin
meninggal dalam waktu 2-3 jam jika pengobatan tidak disediakan lebih umum, penyakit ini
berlangsung dari bangku cair pertama yang mengejutkan di 4-12 jam, dengan kematian
berikut dalam 18 jam untuk beberapa hari.
B. Karakteritik Umum dari Vibrio.Cholera
Vibrio.Cholera ada dua yang berpotensi sebagai pathogen pada manuisia. Jenis utama
yang menyebabkan kolera adalah V. Cholera O1, sedangkan jenis-jenis lainnya dikenal
sebagai O1.
V. cholera O1 adalah penyebab cholera Asiatik Atau Cholera Epidemik. Kasus Cholera sangat
jarang terjadi Dieropa dan Amerika Utara. Sebagian Besar kasus cholera terjadi didaerah
daerah (sub) tropis. Cholera selalu disebabkan Oleh air yang tercemar atau ikan (kerang)
yang berasal dari perairan yang tercemar.
V. Cholera non O1 hanya menginfeksi manusia dan hewan primate lainnya. Organisme Ini
berkerabat dengan V. cholera O1, tetapi penyakit yang ditimbulkannya tidak separah Cholera.
Strain Phatogenik dan Non Phatogenik dari Organisme ini merupakan Penghuni Normal
dilingkungan air laut dan muara. Organism ini pada masa lalu disebut sebagai non-Cholera
Vibrio (NCL) dan noaglutinable Vibrio (NAG).
C. Mekanisme perkembangan bakteri v. cholera dalam tubuh
Beberapa bakteri yang bertahan hidup menghemat energi dan nutrisi yang
tersimpan selama perjalanan melalui perut dengan menutup produksi protein banyak.
Ketika bakteri yang masih hidup keluar dari lambung dan mencapai usus kecil, mereka
perlu mendorong diri mereka melalui lendir tebal yang melapisi usus kecil untuk sampai
ke dinding usus mana mereka dapat berkembang. V.'' cholerae''bakteri memulai
produksi protein silinder berongga flagellin untuk membuat flagela, yang keriting seperti
cambuk ekor yang mereka berputar untuk mendorong diri mereka sendiri melalui lendir
yang melapisi usus kecil.
Setelah bakteri kolera mencapai dinding usus, mereka tidak perlu baling-baling
flagela untuk pindah lagi. Bakteri berhenti memproduksi protein flagellin, energi lagi
sehingga melestarikan dan nutrisi dengan mengubah campuran protein yang mereka
memproduksi dalam menanggapi lingkungan kimia berubah. Saat mencapai dinding
usus,''V. cholerae''mulai memproduksi protein beracun yang memberi orang yang
terinfeksi diare berair. Ini membawa generasi baru mengalikan''V. cholerae''bakteri
keluar ke dalam air minum berikutnya host jika langkah-langkah sanitasi yang tepat tidak
pada tempatnya.
Mekanisme genetik dari bakteri ini dimana''V. cholerae''bakteri mematikan produksi
beberapa protein dan menghidupkan produksi protein lain sebagai respon mereka terhadap
serangkaian lingkungan kimia yang mereka hadapi, melewati perut, melalui lapisan mukosa
dari usus kecil, dan masuk ke usus dinding. Kepentingan tertentu telah menjadi mekanisme
genetik dengan bakteri kolera yang menghidupkan produksi protein dari racun yang
berinteraksi dengan mekanisme sel inang untuk memompa ion klorida ke dalam usus kecil,
menciptakan tekanan ionik yang mencegah ion natrium memasuki sel. Klorida dan ion
natrium menciptakan lingkungan air garam di usus kecil yang melalui osmosis dapat menarik
hingga enam liter air per hari melalui sel-sel usus menciptakan sejumlah besar diare. Tuan
rumah dapat menjadi cepat dehidrasi jika campuran yang tepat dari air garam encer dan gula
tidak diambil untuk menggantikan air dan garam darah yang hilang selama diare.
D. Akibat dari penyakit vibrio cholera
Bakteri Vibrio Cholerae akan mengeluarkan enterotoksin atau racunnya di saluran
usus sehingga terjadinya diare yang dapat berakibat pada kehilangan banyak cairan tubuh
atau dehidrasi.
Jika dehidrasi tidak segera ditangani atau mendapatkan penanganan yang tepat
dapat berlanjut ke arah hipovolemik dan asidosis metabolik sampai akhirnya
menyebabkan kematian. Hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah di mana
terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ.
Sedangkan asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Penyakit kolera dapat menyebar baik sebagai penyakit yang endemik, epidemik
atau pandemik. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feses
(kotoran) manusia. Jika kotoran yang mengandung bakteri mengkontaminasi air sungai
dan lainnya, maka orang yang melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena
kolera, bahkan mengonsumsi ikan dalam air yang sudah terkontaminasi pun bisa
menyebabkan Anda terkena kolera.
E. Gejalah-gejalah dari penyakit cholera
Gejala-gejala kolera Asiatik dapat bervariasi dari diare cair yang ringan, sampai diare
akut yang ditandai dengan kotoran yang berwujud seperti air cucian beras. Gejala awal
penyakit ini umumnya terjadi dengan tiba-tiba, dengan masa inkubasi antara 6 jam sampai 5
hari. Kram perut, mual, muntah, dehidrasi, dan shock (turunnya laju aliran darah secara tiba-
tiba). Kematian dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah
besar. Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup, yang kemudian
melekat pada usus halus dan menghasilkan racun kolera. Produksi racun kolera oleh bakteri
yang melekat ini menyebabkan diare berair yang merupakan gejala penyakit ini.
Gejala-gejala V. cholerae non-O1 berupa diare dan kram perut. Demam yang
disertai muntah dan mual terjadi pada 25% individu yang terinfeksi. Kira-kira 25%
individu yang terinfeksi akan mengeluarkan kotoran dengan darah dan lendir. Diare,
pada beberapa kasus, dapat menjadi sangat parah, dan berlangsung selama 6-7 hari.
Diare biasanya terjadi dalam 48 jam setelah konsumsi organisme. Mekanisme
organisme ini dalam menimbulkan penyakit tidak diketahui, namun demikian racun
enterotoxin dan mekanisme penyerangan diduga menjadi penyebab penyakit ini.
Penyakit muncul saat organisme melekatkan diri ke usus halus individu yang terinfeksi
dan kemudian menyerang korbannya. Dosis infektif Diduga organisme dalam jumlah
besar (lebih dari satu juta) harus dikonsumsi untuk dapat menyebabkan penyakit.
F. Makanan terkait.
Kolera umumnya merupakan penyakit yang menyebar karena sanitasi yang
buruk, yang mengakibatkan kontaminasi sumber air. Cara ini jelas merupakan
mekanisme utama penyebaran kolera dalam lingkungan masyarakat miskin di Amerika
Selatan.
Fasilitas sanitasi yang baik di Eropa dan Amerika Serikat mengakibatkan hampir
tidak pernah terjadi wabah kolera. Kasus-kasus sporadis muncul kerang yang diambil
dari perairan pantai yang tercemar oleh kotoran, dimakan mentah. Kolera dapat juga
ditularkan oleh kerang yang dipanen dari air yang tidak tercemar karena V. cholerae O1
merupakan bagian dari mikrobiota penghuni alami perairan pantai. Kerang yang dipanen
dari perairan pantai sering mengandung V. cholerae non-O1. Konsumsi kerang mentah,
atau yang proses pemasakannya kurang tepat, atau yang sudah dimasak tetapi terkena
kontaminasi ulang, dapat berakibat pada infeksi.
G. Pencegahan
Dalam situasi epidemi diagnosis klinis dibuat dengan mengambil riwayat gejala
dari pasien dan dengan pemeriksaan singkat saja. Pengobatan biasanya dimulai tanpa
atau sebelum konfirmasi dengan analisis laboratorium spesimen.
Tinja dan usap sampel yang dikumpulkan pada tahap akut penyakit ini, sebelum
antibiotik telah diberikan, adalah spesimen yang paling berguna untuk diagnosis
laboratorium. Jika epidemi kolera diduga, agen penyebab yang paling umum
adalah''Vibrio cholerae O1''. Jika''V. cholera O1''serogrup tidak terisolasi, laboratorium
harus tes untuk''V. cholera O139''. Namun, jika tidak satu pun dari organisme ini
terisolasi, perlu untuk mengirim spesimen tinja ke laboratorium referensi. Infeksi
dengan''V. cholerae O139''harus dilaporkan dan ditangani dengan cara yang sama
seperti yang disebabkan oleh V.'' cholera O1''. Penyakit diare terkait harus dirujuk
sebagai kolera dan harus dilaporkan sebagai kasus kolera kepada pihak berwenang
kesehatan masyarakat yang sesuai.
Kebersihan yang kurang, air yang tercemar, dan cara penanganan makanan
yang kurang higienis merupakan penyebab utama infeksi. Karena itu pemanasan air
dengan benar (hingga mendidih) dan sanitasi yang baik dapat mencegah infeksi V.
cholerae.
H. Populasi rentan
Semua orang diyakini rentan terhadap infeksi, tetapi individu dengan sistem
kekebalan yang rusak atau tidak berkembang, asam lambung yang berkurang, atau
kekurangan nutrisi dapat menderita gejala-gejala penyakit yang lebih parah. Semua
individu yang menkonsumsi kerang mentah, rentan terhadap diare yang disebabkan
oleh organisme ini.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia telh menganggap bahwa sebagian besar bakteri bersifat merugikan. Hal
tersebut tidaklah sepenuhnya benar kerena ada beberapa bakteri yang berperan sebagai
penghasil antibiotic, vitamin, bahan-bahan kimia sampai penghasil biosida. Sementara bakteri
yang merugikan umumnya memberikan penyakit pada manusia. Contohnya bakteri penghasil
antibiotic dimana senyawa antibiotic dihasilkan oleh mikroorganisme yang mampu
menghambat pertumbuhan bahkan mematikan mikroorganisme lain. Senyawa ini banyak
digunakan dibidang kesehatan. Jenis-jenis bakteri yang mampu menghasilkan antibiotic
anatara lain : streptomyces venezuele menghasilkan kloromisin dan kloramfenicol,
streptomyces menghasilkan streptomisin, streptomyces aureofaciens menghasilkan
aureomisin.

Anda mungkin juga menyukai