Anda di halaman 1dari 7

Mengurai Revolusi mental

Qua vadis Sistem Pendidikan dan Nilai Keagamaan


Oleh : DR. H. M. Syahrial Yusuf SE. MM
Sejak kemerdekaan, kini perjalanan bangsa Indonesia bisa dikatakan sebagai
fase ketiga, fase pertama di awali dengan Orde lama, orde baru dan
reformasi. Masing-masing zaman atau pemerintahan memiliki ciri khas
kebijakan dan arah pembangunan. Indonesia dalam perjalanan sejarahnya
juga bergerak dengan proses, pergerakan, dan perkembangan.
alam era reformasi yang sudah !" tahun ini, bulan lalu kita telah
melakukan peralihan era kepemimpinan yang disebut #emilu. engan era
kepemiminan baru sudah saatnya kita melakukan perubahan dengan
melakukan koreksi apa yang salah dalam proses membangun bangsa.
Mengapa$ %ak bisa dipungkiri dari kenyataan perkembangan bangsa juga
berimplikasi pada pergeseran budaya yang terjadi di masyarakat.
&oreksi ini sejatinya meliputi berbagai aspek, baik persoalan ekonomi, politik
dan budaya. Sampai kapankah kita diam jika perilaku koruptif oleh kalangan
terdidik dari sarjana hingga profesor, budaya monopoli, praktik kecurangan
sudah menjadi hal yang biasa di masyarakat bahkan sampai mengubah nilai-
nilai keagamaan.
Sejatinya, wajar bukan jika salah satu jargon yang dikemas oleh 'okowi
sebagai calon #residen terpilih adalah melakukan (re)olusi mental*.
+lasannya, koreksi dari pembangunan bangsa yang cenderung menerapkan
prinsip-prinsip paham liberalisme yang kontradiktif dengan nilai, budaya, dan
karakter bangsa Indonesia. 'argon (re)olusi mental, diartikan sebagai cara
lain untuk menciptakan paradigma baru, budaya politik, dan pendekatan
nation building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya
-usantara, bersahaja, dan berkesinambungan.
#enulis tidak mengupas terlalu panjang terkait pergeseran budaya dan nilai.
-amun, lebih menekankan konklusi dari (re)olusi mental, strategi dan cara
mengubah paradigma yang sudah karut marut tersebut, ibarat bermain
pencak silat penulis memiliki dua jurus jitu. .akni membenahi sistem
pendidikan dan meningkatkan keimanan sumber daya manusia dengan
memberikan nilai-nilai keagamaan.
Koreksi pada Sistem Pendidikan
#endidikan bukan lah hal baru bagi bangsa Indonesia. Sebelum masa
penjajahan, proses pendidikan sudah masuk namun masih berorientasi pada
proses penyebaran agama. #ada masa peradaban /udha, proses pendidikan
muncul ketika para musa0r 1ina singgah ke Indonesia 2'awa3 untuk belajar
gramatikal bahasa sansakerta dan penerjemahan kitab 4 kitab /udha oleh
guru 4 guru besar yang ada di Indonesia.
#ada masa peradaban 5indu, dikenal sistem kasta dimana kaum brahmana
yaitu kaum ulama yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
sastra, bahasa, ilmu kemasyarakatan, ilmu eksakta 2perbintangan, ilmu pasti
dan perhitungan3, seni bangunan, seni rupa dan ilmu pengetahuan lainnya.
Sedang pada masa kolonial /elanda perjalanan sejarah menunjukkan
bagaimana ia menerapkan kebijakan pendidikan yang diskriminatif dan
menghalangi pertumbuhan pendidikan lokal masyarakat yang sudah ada.
#ada !66", /elanda membentuk pristerraden yang mendapat tugas
mengawasi pengajaran agama di pesantren-pesantren. #ada !7"8, /elanda
mengeluarkan peraturan bahwa orang yang akan memberi pengajaran harus
minta izin dulu. #ada !7"8, terbit goeroe-ordonnantie yang menetapkan
bahwa para kiai yang akan memberi pelajaran, cukup memberitahukan
kepada pihak /elanda. 29ifa*i, ":!!; 8<3.
Menurut +ry =unawan dalam 9ifa*i 2":!!; <>3, prinsip kebijakan pendidikan
kolonial yaitu;
#emerintah kolonial berusaha tidak memihak salah satu agama tertentu.
1. #endidikan diarahkan agar para lulusannya menjadi pencari kerja,
terutama demi kepentingan kaum penjajah.
2. Sistem persekolahan disusun berdasarkan strati0kasi sosial yang ada
dalam masyarakat.
3. #endidikan diarahkan untuk membentuk golongan elite sosial 2penjilat
penjajah3 /elanda.
4. asar pendidikannya adalah dasar pendidikan /arat dan berorientasi
pada pengetahuan dan kebudayaan barat.
#rinsipnya, tujuan pendidikan di masa kolonial adalah untuk memenuhi
keperluan tenaga buruh kasar kaum modal /elanda, di samping ada
sebagian yang dilatih dan dididik untuk menjadi tenaga-tenaga administrasi,
tenaga teknik, tenaga pertanian, dan lain-lain yang dianggap sebagai
pekerja-pekerja kelas dua atau kelas tiga.
&alau diperhatikan seksama, kondisi ini tidak berbeda dengan kondisi saat
ini, kurikulum pendidikan kita hanya untuk melayani pemodal, dan pemilik
usaha. Maka kita perlu menelurkan terobosan baru dalam konteks kekinian
guna menelurkan SM yang handal yang memiliki daya saing dengan luar.
/ukankah lahirnya suatu sistem pendidikan bukanlah hasil suatu
perencanaan menyeluruh melainkan langkah demi langkah melalui
eksperimentasi dan didorong oleh kebutuhan praktis di bawah pengaruh
kondisi sosial, ekonomi, dan politik di -ederland maupun di 5india /elanda.
engan melewati tiga fase kemerdekaan hingga saat ini. Mengubah
paradigma pendidikan adalah bagian dari re)olusi mental. 1aranya, dengan
cara mengubah kurikulum sistem pendidikan kita. Salah satu upaya penting
meningkatkan kualitas pendidikan ini adalah dengan cara memasukan
pendidikan berkarakter ke dalam kurikulum. i perguruan tinggi, pendidikan
karakter ini sangatlah penting untuk membentuk kepribadian seorang
mahasiswa.
#enerapan pendidikan berkarakter ini dapat termuat dalam tiga hal.
Pertama, kita harus menanamkan spririt kerja keras. 1ara ini menekankan
kepada peserta didik bahwa dengan bekerja keras berarti telah menjalankan
salah satu etos. &erja keras adalah bagian dari hidup, mereka yang tidak
kerja keras akan menjadi orang yang terhina dan terbuang.
Kedua, kewirausahaan. &urikulum pendidikan seyogianya juga membangun
mental kewirausahawan peserta didik. 'angan ajarkan peserta didik dengan
(/udi membeli pakaian, tapi ajarkan (/udi menjual pakaian,. /acaan
tersebut tentunya memiliki efek psikologis bagi peserta didik. Mengapa$
Seorang wirausahawan memiliki karakter yang tidak menyalahkan orang
lain, tetapi selalu berkaca dan menyalahkan diri sendiri untuk memperbaiki
diri ke depannya. +rtinya berkacalah pada diri sendiri dan jadilah
wirausahawan yang selalu berpikir positif.
Ketiga, pengembangan kepribadian. #endidikan berkarakter perlu
mengarahkan mahasiswa untuk memiliki mimpi dan menggapai mimpi
mereka. Selain fokus dibidang pendidikan, perguruan tinggi juga harus
menghasilkan lulusan yang terampil, siap kerja dan menjadi seorang
entrepreneur. ?ntuk itulah selain hard skill yang diberikan kepada
mahasiswa, softskill pun harus dibangun. &slsu tifsk dibangun secara
bersama maka akan tertinggal dengan lulusan luar negeri.
Sebagai contoh pendidikan tidak pernah diperhatikan pemerintah, dapat
dilihat dengan hanya ada tiga jurusan saja di fakultas @konomi di perguruan
tinggi ?=M. 'umlah jurusan ini jauh tertinggal dibandingkan fakultas ekonomi
di +ustralia yang memiliki !" jurusan. Seperti adanya jurusan perdagangan,
ekonomi asia #asi0k, @konomi %imur %engah dan ekonomi +sia. /ukankah
bangsa ini harus mempersiapkan SM-nya pada era global.
#adahal, kita ketahui bahwa tokoh-tokoh pemimpin bangsa Indonesia juga
merupakan lulusan lembaga pendidikan. +pabila kita lihat perkembangan
Indonesia, pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia. #endidikan adalah kebutuhan mendasar suatu
bangsa, begitu pula bangsa Indonesia, untuk mencerdaskan kehidupan
berbangsa dan bernegara, serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
Menanamkan Prinsip Keagamaan
+da pesan yang kita tangkap dalam sebuah hadis (didiklah anak-anakmu
karena sesungguhnya mereka makhluk yang bukan di jaman kalian.
Seirama dengan paradigma membenahi sistem pendidikan, maka dalam
menanamkan nilai keagamaan perlunya di tekankan pada hal-hal yang
bersifat nilai-nilai aktual tidak hanya konseptual saja. /erikanlah contoh pada
peserta didik bukan hanya sekadar pengetahuan.
Semisal hanya memaparkan hadis dan tafsir atau kitab-kitab keagamaan
lainnya. %api lebih fokus pada hal yang sifatnya membangun karakter
seseorang dari nilai-nilai keagamaan yang ada. 1ontohnya saja munculnya
gerakan ISIS yang tengah marak menjadi perbincangan di dunia.
Sejatinya, jika prinsip kita kuat di Indonesia gerakan ini tidak akan menarik
karena kondisi kebangsaan di Irak dan Suriah karena wilayah dalam suasana
kemarahan, kekecewaan, dan konAik. &ondisi itu bertolak belakang dengan
Indonesia yang memiliki #ancasila dan melindungi kebebasan beragama.
-uansa agama dan dinasti-nya lebih kental. Sementara, saat ini peran
tersebut sudah diambil alih dengan bentukan negara, nasionalisme yang
lebih demokratis, terbagi dan tidak tersentral dengan sosok seseorang
&ita harus fokus untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam bentuk
aktualisasi yang nyata. /ukankah rasulullah di utus untuk menyempurnakan
akhlak$ /agi penulis ini bukanlah hal yang baru, di berbagai kesempatan
dalam seminar dan pelatihan yang ada > hal yang harus ditanamkan. 5al ini
begitu penting hingga penulis juga menulis buku S@B 2Spiritual
@ntrepreneurship Buotient3, > hal tersebut antara lainC
1. 'angan berbohong
Mengapa$ &arena berbohong adalah ciri orang muna0k. Ironisnya
berbohong merupakan perilaku biasa dalam masyarakat modern.
&ebohongan yang dilakukan akan mengakibatkan kebiasaan dan sulit
dihilangkan. Saya menilai orang yang berbohong akan mengalami
kerugian dalam banyak hal.
2. %idak menepati janji
alam hidup seseorang pasti memiliki keterikatan dengan seseorang
dalam pergaulan. Maka tak lepas dari mengucapkan kata janji. -amun
banyak sekali dari mereka yang tidak menepati janji. #adahal janji
tersebut suatu saat akan diminta pertanggungjawabannya. Orang yang
tidak menepati janji pasti memiliki kawan yang sedikit.
3. 5ubungan dengan orang tua kurang baik.
9asulullah bersabda ridha +llah ada pada keridhaan orang tua dan
murkanya +llah ada bersama murka orang tua. 5ubungan yang tidak
baik dengan orang tua akan menimbulkan malapetaka dan
penderitaan dalam hidup seseorang.
4. Menyakiti orang sampai sakit hati sekali.
oa yang dipanjatkan orang yang disakiti itu dikabulkan oleh +llah. 'ika
kita menjelekkan orang lain apakah kita bisa dengan mudah
memperbaiki nama orang tersebut.
5. Sering ke dukun-dukun. /anyaknya problematika hidup seseorang
mengakibatkan orang hilang kesadaran. Orang yang pergi ke dukun
menunjukkan orang yang tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi
dan termasuk orasng yang tidak percaya kepada +llah
6. %idak amanah, di antara ketakwaan seorang hamba kepada +llah SD%
adalah dengan menjalankan dan menjaga amanah yang dipikulnya.
/aik yang sifanya transendental dan horizontal. Orang yang tidak
amanah akan sulit mendapatkan kepercayaan orang lain. &epercayaan
itu mahal sekali, jika kita sampai kehilangan akan sulit
mengembangkan diri.
7. Sering mengeluh. Mengeluh memang sudah menjadi kodrat dari
manusia, tapi kita harus bisa menyikapi hal tersebut sehingga
mengeluh kita tepat sasaran. Mengeluh menunjukkan bahwa kita
lemah dan tidak percaya diri. /ahkan cenderung menyalahkan orang
lain. Sesungguhnya harus disadari bahwa kejadian yang menimpa atau
terjadi dengan kita adalah akibat perbuatan kita sendiri.
Oleh &arena itu, re)olusi mental yang terbaik sejatinya dikuatkan dalam
sektor pendidikan dan pengamalan agamanya yang disokong oleh
#emerintah. 'ika ini tidak segera dibenahi akan menimbulkan stagnasi dalam
perilaku berbangsa dan bernegara. Quo vadis pendidikan dan Pengamalan
agama $
%ulisan ini mengangkat re)olusi mental yang berakar pada pendidikan dan
pengamalan agama kita secara sempurna.
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai