Anodontia merupakan kelainan yang secara umum digambarkan dengan keadaan tidak tumbuhnya semua gigi, dan sangat jarang terjadi dalam bentuk kelainan tunggal tanpa abnormalitas lain. Anodontia dapat terjadi hanya pada periode gigi tetap/permanen, walaupun semua gigi susu terbentuk dalam jumlah lengkap. Anodontia termasuk dalam kriteria gangguan maloklusi yaitu susunan gigi yang tidak beraturan dan hubungan gigi antara rahang atas dan rahang bawah tidak ideal. Kelainan anodontia terbagi jadi dua yang terdiri dari : 2,4,5 1) Anodontia Total Tidak tumbuhnya semua gigi primer maupun sekunder(Tidak Tumbuh semua gigi). Dan Sering terjadi pada dysplasia ektodermal.
2) Anodontia Parsial Akibat gangguan letak normal inisiasi(Misalnya daerah pada celah palantum). 6 anodontia parsial terbagi dua macam, yaitu:
o Hipodontia Merupakan suatu kelainan genetik yang melibatkan absennya 1 hingga 6 gigi. 2
gigi-gigi yang paling sering tidak terbentuk adalah gigi premolar dua rahang bawah, insisif dua rahang atas, dan premolar dua rahang atas. 6
o Oligodontia Merupakan suatu kondisi di mana lebih dari 6 gigi hilang/ tidak tumbuh. Kondisi ini dapat melibatkan gigi sulung dan gigi permanen, namun kebanyakan kasus hanya terjadi pada gigi permanen. Fenomena ini sering dikaitkan dengan sindroma non-progresif kulit dan saraf yang disebut ectodermal dysplasia. Anodontia, khususnya, sering menjadi bagian dari gejala sindroma tersebut dan jarang terjadi sebagai satu kondisi tunggal. 1,3 Penyebab anodontia, baik complete maupun partial anodontia, secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu : 2 Faktor lingkungan Kegagalan proliferasi sel basal gigi dari lamina dental dapat disebabkan oleh infeksi (misal: rubella, osteomielitis), trauma, obat-obatan (misal: thalidomide), kemoterapi atau radioterapi.
Genetik Mutasi beberapa gen menyebabkan tidak tumbuhnya gigi permanen.
Anodontia sering terlihat sebagai bagian gejala dari sebuah sindroma, terutama yang melibatkan anomaly ektodermal (seperti sindroma oculomandibulodyscephaly, mesoectodermal dysplasia dan ectodermal dysplasia), dan juga pada beberapa kondisi non- sindrom seperti labioschisis dengan atau tanpa palatoschisis. Oculomandibulocephaly ditandai dengan adanya mikroftalmia, sclera biru, mikrosefali, gigi sulung tumbuh namun gigi permanen tidak terbentuk. Tanda-tanda mesoektodermal dysplasia adalah wajah yang lebar, deformitas mata, distrofiotot, premaksila tidak berkembang, dan komplit hypodontia. Ektodermal dysplasia pada pasien ditandai dengan adanya kuku jari tangan dan kaki yang distrofi, kelainan kelenjar eksokrin dan kelenjar keringat. Agenesis gigi kemungkinan disebabkan oleh efek beberapa gen, yang secara sendiri-sendiri atau bersamaan menyebabkan munculnya gejala. 2 2
Diagnosa anodontia dengan mengambil radiografik panoramik untuk memastikan memang semua benih gigi benar-benar tidak terbentuk sekitar umur 4 tahun, dan dapat diharapkan akan terlihat pada radiografik pada usia ini 28 gigi primer juga dapat terlihat pada radiografik saat lahir. Pada kasus hypodontia, pemeriksaan radiografik panoramik berguna untuk melihat benih gigi mana saja yang tidak terbentuk. Literatur gigi menggambarkan perawatan gigi dan manajemen untuk pasien dengan anodontia atau oligodontia parah. 3,6
Kondisi yang terkait anodontia: 2
1. Displasia ectodermal (ED) Presentasi klinis dari hypohidrotic X-linked bentuk mencakup beberapa gigi kongenital hilang, rambut jarang halus, kulit kering, dan Bossing frontal dengan hypoplastic maxilla. Berbagai kelainan (dari hipodonsia ke anodontia dari gigi primer atau permanen) terdapat dalam diagnosis ED. Bahwa sekitar 25% anak ED hadir dengan anodontia, sedangkan 75% hadir dengan oligodontia.
2. Bibir Sumbing Pada pasien sumbing dapat menyebabkan induksi abnormal atau proliferasi mesenkim oral, yang mengarah pada pembentukan super numerary gigi dan hipodonsia pada saat yang sama. Tidak adanya bawaan dari gigi permanen secara signifikan lebih umum pada anak-anak dengan bibir sumbing (CL) satu atau celah langit-langit (CP), baik di dalam maupun di luar wilayah sumbing daripada populasi normal. Pada pasien dengan kelainan sumbing, gigi yang paling sering hilang (tidak termasuk gigi molar tiga) adalah rahang atas gigi insisivus lateral permanen itu sumbing yang daerah Semakin banyak gigi yang hilang kongenital dari theupper daripada dari rahang bawah. Dalam cacat unilateral, hipodonsia lebih sering pada sisi yang terkena dampak dari rahang atas dibanding mereka yang tanpa cacat sumbing.
3. Down Syndrome Pada pasien Down Sindrom berkisar antara 40 sampai 60%, sekitar setengah dari mereka memiliki ketidakhadiran satu atau dua gigi, dan hanya 7% yang hilang 6 atau lebih. Dalam populasi Down Sindrom di Kaukasia , gigi yang paling sering hilang adalah gigi seri rahang atas diikuti oleh premolar kedua mandibula dan maksila premolar kedua. Sedangkan di Jepang , gigi yang paling sering hilang adalah gigi rahang bawah premolar maksila kedua, gigi seri lateral atas, dan mandibula yang premolar kedua.
4. Microsomia spasm (HFM) Pasien HFM 5 kali lebih mungkin untuk memiliki gigi yang hilang. Hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan dalam perkembangan sel-sel pial neural pada aspek dorsolateral dari tabung saraf berkembang, di mana jaringan mandibula dan dentin berasal. Pola hipodonsia digambarkan sebagai berikut: 17% memiliki tidak adanya bilateral gigi, 13% hadmissing gigi di sisi ipsilateral dengan deformitas mandibula, dan 3% hadmissing gigi kontralateral ke sisi deformitas mandibula Yang paling sering hilang adalah gigi premolar kedua mandibula, diikuti oleh gigi geraham rahang atas kedua, mandibular molar kedua, dan gigi insisivus lateral rahang bawah; sedangkan kedua rahang atas dan bawah premolar dan molar permanen pertama yang hilang paling umum.
3
Kesimpulan Anodontia adalah suatu kelainan genetik yang langka yang ditandai dengan tidak munculnya gigi geligi tetap. Kondisi ini dibagi menjadi tiga kelompok. Pada anodontia kompleks, gigi geligi tidak muncul secara keselurhan. Anodontia parsial, yang juga dikenal sebagai hipodontia, adalah kehilangan kongenital untuk satu sampai enam gigi geligi tetap sementara oligodontia mengacu pada kehilangan lebih dari enam gigi. Hipodontia dan oligodontia diketahui lebih umum terjadi daripada kehilangan gigi secara keseluruhan yang ditemukan pada anodontia kompleks. Kecacatan ini biasanya lebih sering berkaitan dengan kondisi genetik seperti sumbing bibir, Microsomia spasm, Down Syndrome dan Ectodermal dysplasia. Kekurangan satu gigi atau lebih yang terjadi karena kongenital cenderung lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Lakukan konsultasi dengan dokter gigi sedini mungkin bila terdapat kecurigaan terjadinya kelainan ini. Perawatan yang biasanya diberikan oleh dokter gigi adalah pembuatan gigi tiruan.
4
Daftar Pustaka
1. Guruprasad R., Preeti P., dkk., Indian Journal of Dental Advancements 2011. 2. Wu, C.C., Wong, R.W., Hagg, U. A review of hypodontia: the possible etiologiesand orthodontic, surgical and restorative treatment options conventional and futuristic. Hong Kong Dent J. Vol 4 No 2 December 2007. 3. Ohno, K., Ohmori, I. Anodontia with hypohidrotic ectodermal dysplasia in a young female: a case report. Pediatric Dentistry 22:1, 2000. 4. Scheid, Rickne Woelfel's Dental Anatomy, Philadelphia : Wolters Kluwer & Lippincott 2012. 5. Behrman, Richard E., Nelson, Waldo E., Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2 Jakarta : EGC 1999. 6. Penata Laksanaan Pada Anodontia http://www.ilmukesehatan.com/195/penatalaksanaan-pada-anodontia.html