Anda di halaman 1dari 50

Laporan Tahunan

Pusat Pemetaan Batas Wilayah


2012

Pusat Pemetaan Batas Wilayah


Deputi Informasi Geospasial Dasar
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong - Bogor

Pengarah
Dr.Ing. Khafid

Tim Editor
Anas Kencana, ST
Dr. Sri Handoyo
Lulus Hidayatno, S.Si, M.Tek
Ir. Eko Artanto
Teguh Fayakun Alif, ST

Desain & Tata Letak


Agus Setiawan

ii

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Kata Pengantar

uji Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt yang


telah memberikan rahmat dan kemudahan sehingga
tersusun buku Laporan Tahunan pusat Pemetaan

Batas Wilayah 2012. Buku ini menggambarkan hasil-hasil


kegiatan Pusat PBW, Kedeputian Bidang Informasi Geospasial
Dasar, Badan Informasi Geospasial selama kurun waktu
tahun anggaran 2012.Berdasarkan Peraturan Kepala BIG
nomor 3 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Informasi Geospasial,
didalamnya disebutkan bahwa:
Pusat Pemetaan Batas Wilayah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan rencana program, perumusan dan pengendalian kebijakan teknis,
pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penggunaan data dan informasi
geospasial dasar, serta penyiapan pelaksanaan penelitian dan pengembangan dan
pelaksanaan kerjasama teknis di bidang pemetaan batas wilayah.
Sebagai laporan tahunan pelaksanaan tugas Pusat PBW seperti yang diamanatkan
dalam Perka BIG di atas, selama tahun 2012 dilakukan kegiatan batas negara yang
terdiri dari batas maritim dan batas darat melalui kegiatan-kegiatan delimitasi batas
maritim, pemetaan pulau-pulau terluar, survei demarkasi batas darat, pemasangan
Border Sign Post dan serangkaian perundingan dengan negara-negara tetangga.
Kegiatan batas maritim didukung juga dengan kegiatan kajian batas landas kontinen
di luar 200 mil laut dan kajian Geopolitik.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, batas wilayah berperan penting dalam
perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU), perijinan pertambangan dan bagi hasil
migas.Oleh karena itu, pada tahun anggaran 2012 sebagai kelanjutan dari kegiatan
yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, Pusat PBW juga melakukan

iii

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

kegiatan pemetaan batas wilayah administrasi yang terdiri dari kegiatan penataan
batas dengan pemasangan pilar-pilar batas di beberapa kecamatan, pemetaan
wilayah otonom, provinsi, kabupaten, dan kota.
Akhirnya, pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepadatim dari
Pusat PBW dan semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan buku ini.Semoga
Allah swt membalas semua kebaikan dan jerih payah saudara-saudara sekalian.

Cibinong, Maret 2012


plt. Kepala Pusat
Pemetaan Batas Wilayah
Khafid

iv

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................... iii


Daftar Isi........................................................................................................ v
1. Pendahuluan ........................................................................................... 1
2. Batas Negara............................................................................................
2.1. Batas Maritim...................................................................................
a. Pulau-Pulau Kecil Terluar.................................................................
b. Fasilitasi Perundingan.......................................................................
c. Kajian Batas Maritim.........................................................................

3
3
3
6
11

2.2. Batas Darat.......................................................................................


a. Batas antara RI-Malaysia...................................................................
b. Batas antara RI-PNG..........................................................................
c. Batas antara RI-RDTL..........................................................................

12
12
17
21

3. Batas Wilayah Administrasi...................................................................... 27


3.1. Penataan Batas Wilayah Administrasi............................................... 28
a. Pemasangan dan Pengukuran Batas Wilayah Kecamatan.................. 28
b. Pemetaan Batas Wilayah Kecamatan...................... 29
3.2. Pemetaan Batas Wilayah Otonom..................................................... 29
a. Pemetaan Batas Daerah Otonom Baru.................................... 29
b. Pemetaan Wilayah Daerah Otonom Provinsi, Kabupaten, dan Kota.... 31
c. Fasilitasi Penegasan Batas Daerah....................................................... 32
4. Penutup .................................................................................................... 35
4.1. Permasalahan Batas Negara................... 35
a. Batas Darat...................................... 35
b. Batas Maritim................................................. 37
4.2. Permasalahan Batas Wilayah Administrasi.................. 37

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Pendahuluan

egara Indonesia memiliki wilayah dengan luas keseluruhan


8.292.983 km.Dengan wilayah seluas itu, Indonesia juga
memiliki sumber daya alam berlimpah yang tersebar di
daratan dan lautan. Sumber daya alam yang ada tersebut bukan
hanya mempunyai dampak positif secara ekonomis bagi kehidupan
masyarakat, akan tetapi juga dapat berdampak negatif bagi kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara apabila salah dalam
pengolahan dan pengelolaannya.
Untuk mengoptimalkan pengolahan dan pengelolaan sumber daya
alam tersebut dibutuhkan batas wilayah untuk memastikan hak
dan kepemilikan suatu pemerintahan. Batas wilayah definitif yang
didasarkan pada ketetapan hukum berperan penting untuk tata
kelola pemerintahan, pertahanan, keamanan, perijinan, pengelolaan
sumberdaya alam, dan lain-lain.

Gambar 1. Peta Negara Kesatuan Republik Indonesia

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Undang-undang nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial


mengamanatkan seluruh pemetaan di Indonesia mengacu pada satu
referensi (One Map Policy), yaitu Informasi Geospasial Dasar yang
diwujudkan dalam Jaring Kontrol Geodesi dan Peta Dasar, di mana
batas wilayah merupakan salah satu unsur di dalamnya. Oleh karena
itu penegasan batas wilayah baik batas international maupun batas
daerah perlu dituntaskan untuk mendukung
pembangunan nasional.
Pada tanggal 27 Juni 2012, Kepala Badan
Informasi Geospasial menetapkan
Peraturan Kepala BIG nomor 3 tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Informasi Geospasial, didalamnya
disebutkan bahwa: Pusat Pemetaan Batas
Wilayah mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan rencana program,
perumusan dan pengendalian
kebijakan teknis, pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan dan
penggunaan data dan informasi
geospasial dasar, serta penyiapan
pelaksanaan penelitian dan
pengembangan dan pelaksanaan
kerjasama teknis di bidang
pemetaan batas wilayah.

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Batas

NEGARA

egara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mempunyai batas maritim


dengan 10 negara tetangga, yakni: India, Thailand, Malaysia, Singapura,
Viet Nam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia dan Timor Leste (lihat
Gambar 1). Sejak diberlakukannya Hukum Laut International (UNCLOS-1982),
Indonesia mendapatkan pengakuan international sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia.
Wilayah NKRI di darat mengikuti prinsip hukum international uti posideti yuris,
yakni wilayah Indonesia mewarisi wilayah kedaulatan eks Hindia Belanda yang
berbatasan dengan tiga negara tetangga, yaitu: Malaysia, Papua Nugini, dan Timor
Leste. Penegasan batas antara RI-Malaysia mengacu pada traktat tahun 1891
antara Belanda dan Inggris di Pulau Borneo, antara RI-PNG mengikuti Konvensi
tahun 1895 antara Belanda dan Inggris di Pulau Papua, sedangkan RI-Timor Leste
mendasarkan pada traktat tahun 1904 antara Belanda dan Portugis di Pulau Timor.

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

2.1. Batas Maritim


Jika hanya mewarisi wilayah eks Hindia Belanda, batas maritim
wilayah Indonesia hanya 3 mil laut dari garis pantai, namun dengan
diberlakukannya UNCLOS-1982 wilayah maritim Indonesia jauh
lebih luas. Oleh karena itu, perjuangan untuk menegaskan dan
memaksimalkan batas maritim Indonesia masih terus dilakukan
melalui jalur-jalur diplomasi. Kegiatan batas maritim di Pusat PBW
merupakan bagian dari perjuangan yang dimaksud.
a. Pemetaan Pulau-Pulau Terluar
Batas maritim diukur dari titik-titik dasar yang berada di lokasi paling
luar pulau-pulau di Indonesia. Kegiatan pemetaan pulau-pulau terluar
merupakan upaya untuk menyusun informasi geospasial dasar di 92
pulau yang terdapat titik-titik dasar untuk penataan dan pengelolaan
wilayah perbatasan, lihat Gambar 2.

Gambar 2.

Indeks pemetaan pulau-pulau terluar NKRI yang


sudah dilaksanakan, indeks berwarna merah
adala kegiatan tahun 2012.

Pemetaan pulau-pulau terluar dimaksudkan untuk melengkapi cakupan


peta dasar dengan minimal skala 1:15.000. Kebutuhan data geospasial
dimaksud dilakukan dengan tahapan awal pekerjaan pengadaan
foto udara/citra fotografi yang mencakup pulau pulau kecil tersebut.
Selanjutnya survei lapangan dilakukan untuk melengkapi toponim

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

dan pengecekan data. Sebelum tahun 2012 pemetaan pulau-pulau


terluar menggunakan metode fotogrammetri dengan kamera metrik
analog/digital. Sejak tahun 2012, kegiatan dilakukan dengan wahana
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) serta metode fotogrammetridengan
kamera digital non metrik (small format).Kegiatan tahun 2012 telah
dilakukan pemetaan di 13 pulau terluar dengan rincian sebagai
berikut (lihat Tabel 1, dan untuk contoh peta foto lihat Gambar 3).
Tabel 1.Daftar pulau-pulau terluar yang dipetakan tahun 2012.

No

Nama Pulau

Skala

Lokasi

Luas (km)

P. Nuhuyut (Tg. Weduar)

1 : 15.000

Maluku

3.97

P. Kaitanimbar

1 : 15.000

Maluku

9.65

P. Matakus

1 : 10.000

Maluku

4.25

P. Riama

1 : 5.000

Maluku

1.43

P. Warwangwang

1 : 5.000

Maluku

0.30

P. Luang

1 : 10.000

Maluku

7.52

P. Leti (Tg. Kesioh)

1 : 5.000

Maluku

4.01

P. Kisar (Tutun Yen)

1 : 5.000

Maluku

4.12

P. Liran (bagian selatan)

1 : 5.000

Maluku

1.65

10

P. Wetar (Tutun Eden)

1 : 7.500

Maluku

1.91

11

P. Alor (Tg. Laisumbu)

1 : 5.000

NTT

1.80

12

P. Treweg

1 : 7.500

NTT

3.69

13

P. Batek

1 : 1.500

NTT

0.25

Gambar 3. Contoh hasil peta foto dan peta garis (kontur) Pulau Treweng (Provinsi NTT).

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

b. Fasilitasi Perundingan Batas Maritim


Penetapan Batas maritim yang tumpang tindih dengan klaim negara
tetangga diselesaikan melalui jalur perundingan. Perundingan
dengan 10 negara tetangga yang mempunyai batas maritim dengan
Indonesia dibagi dalam 3 kategori: perundingan aktif, belum/tidak
aktif, dan perundingan yang sudah selesai.
Perundingan Aktif
Perundingan batas maritim yang aktif dilakukan pada tahun 2012
adalah perundingan batas maritim dengan Malaysia, Singapura
(Segmen Timur), Viet Nam, Filipina, dan Palau.
i.

Pertemuan teknis penetapan batas maritim Indonesia-Malaysia,


pada tahun 2012, Indonesia dan Malaysia telah mengadakan 5
(lima) kali pertemuan, serta Intersessional Technical Working
Group (ITWG) yang diadakan sebanyak 3(tiga) kali di Indonesia
dan Malaysia khusus membahas Joint Verification Hydrographic
Survey di sekitar Tanjung Datu.ia

Gambar 4. Common point di sekitar Tanjung Datu yang


telah disepakati oleh Indonesia dan Malaysia

Pa d a ta h u n 2 0 1 2 , te l a h
dilaksanakan 3 (tiga) kali ITWG,
yaitu di Kuching pada tanggal
11-12 Juni 2012, Bandung pada
tanggal 30-31 Juli 2012, dan
Genting pada tanggal 28-29
Agustus 2012. Hasil perundingan
adalah common point seperti
yang ditunjukkan pada Gambar
4.Dalam perundingan juga
dibicarakan untuk segmen
Laut Sulawesi yaitu batas laut
teritorial di sekitar Pulau Sebatik,
lihat Gambar 5.

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Gambar 4. Common
point di sekitar
Tanjung Datu yang
telah disepakati
oleh Indonesia dan
Malaysia

Gambar 6.Garis
delimitasi usulan
Indonesia dan
Singapura pada
perundingan yang
telah dilaksanakan
tahun 2012.

ii.

Pada tahun 2012, pertemuan teknis


penetapan batas maritim IndonesiaSingapura telah dilaksanakan
sebanyak 5 (lima) kali. Pertemuan
teknis penetapan batas maritim
antara Indonesia dan Singapura
membahas delimitasi batas laut
wilayah di segmen Selat Singapura
bagian timur I yaitu di segmen
sekitar Changi.Dalam pertemuan
teknis tersebut kedua pihak masih
7

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

membahas terkait Terms of Reference of the Technical Discussion


(TOR) dan technical discussion sendiri. Terkait dengan TOR sendiri
masih menyisakan satu isu mendasar, yaitu Area Delimitasi.
Kemajuan hasil perundingan dipresentasikan pada Gambar 6.
iii. Pertemuan teknis penetapan batas maritim Indonesia Viet
Nam, pada tahun 2012 hanya diselenggarakan 1 (satu) kali
pertemuan teknis, yaitu pertemuan ke-4 di Yogyakarta pada
tanggal 3-5 Juli 2012.Pembahasan pertemuan difokuskan pada
proposal delimitasi batas ZEE dari kedua belah pihak. Pertemuan
didahului dengan Informal Expert Group Meeting pada tanggal 3
Juli 2012 sementara pertemuan teknis dilaksanakan pada tanggal
4-5 Juli 2012.Kemajuan hasil perundingan dipresentasikan
pada Gambar 7.

Gambar 7.Delimitasi garis batas ZEE proposal


Indonesia yang disampaikan dalam perundingan.

iv.

Pertemuan teknis penetapan batas maritim Indonesia-Palau,


pada tahun 2012 pertemuan teknis dengan Palau telah
diselenggarakan sebanyak 2 (dua) kali yaitu di Manila dan di
Koror. Pertemuan ke-3 yang dilaksanakan di Manila, sejatinya

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

diselenggarakan di Indonesia, namun atas permintaan delegasi


Palau pertemuan ke-3 dilaksanakan di Manila. Indonesia dan
Palau, masing-masing telah menyampaikan garis usulan ZEE.
Indonesia telah menyampaikan koordinat titik dasar terkait
dengan delimitasi batas maritim dengan Palau, koordinat titik
perpotongan beserta metode delimitasinya.Kemajuan hasil
perundingan masih terlihat tumpang tindih klaim yang besar
seperti dipresentasikan pada Gambar 8.
v.

Gambar 8.Delimitasi garis batas ZEE proposal Indonesia dan Palau.

Dalam rangka pertemuan/


perundingan teknis
penetapan batas maritim
Indonesia-Filipina, telah
dilaksanakan pertemuan
The 8thPreparatory Meeting
to JPWG-MOC between
the Republic of Indonesia
a n d t h e Re p u b l i c o f
Philippines di Jakarta pada
tanggal 30-31 Oktober
2 0 1 2 . Ke m a j u a n h a s i l
perundingan yang besar
seperti dipresentasikan
pada Gambar 9.

Gambar 9.Usulan garis baru Filipina pada Preparatory of


8th Meeting of JPWG-MOC.

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Perundingan Belum/Tidak Aktif


Batas maritim pada kurun waktu tahun 2012 yang belum/tidak aktif
dirundingkan adalah antara Indonesia dengan India dan Thailand
terkait batas ZEE, Indonesia dengan Timor-Leste terkait batas Laut
Teritorial, ZEE, dan Landas Kontinen.
Perundingan Sudah Selesai
Batas maritim yang sudah selesai dirundingkan dan dibuat
perjanjiannya dapat dilihat pada Table 2 berikut.
Tabel 2.Daftar perjanjian batas maritim.
No.

Dengan Negara

Jenis Batas

Perjanjian

Ratifikasi

India

LK

8 Agustus 1974

Keppres 51/1974

India

LK

14 Januari 1977

Keppres 26/1977

India-Thailand

TrijunctionLK

22 Juni 1978

Keppres 24/1978

Thailand

LK

17 Desember 1971

Keppres 21/1972

Thailand

LK

11 Desember 1975

Keppres 1/1977

Thailand-Malaysia

TrijunctionLK

21 Desember 1971

Keppres 20/1972

Malaysia

LT

17 Maret 1970

UU no.2/1971

Malaysia

LK

27 Oktober 1969

Keppres 89/1969

Singapura

LT

25 Mei 1973

UU no.77/1973

10

Singapura

LT

10 Maret 2009

UU no.4/2010

11

Viet Nam

LK

26 Juni 2003

UU no.17/2007

12

Papua Nugini

MT

12 Februari 1973

UU no.6/1973

13

Papua Nugini

MT

13 Desember 1980

Keppres 21/1982

14

Australia

LK

18 Mei 1971

Keppres 42/1971

15

Australia

LK

9 Oktober 1972

Keppres 66/1972

16

Australia

LK dan ZEE

16 Maret 1997

Belum diratifikasi

* LK : Landas Kontinen
* LT : Laut Teritorial
* ZEE : Zona Ekonomi Eksklusif * MT : Maritim Tertentu

10

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

c. Kajian Batas Maritim


Untuk mendukung penetapan batas maritim Indonesia, Pusat PBW
pada tahun 2012 melakukan kajian landas kontinen Indonesia di
luar 200 mil laut dan kajian Geopolitik.
Landas Kontinen Indonesia
Kegiatan Kajian Landas Kontinen Indonesia yaitu pertemuan teknis
pada 18 Oktober 2012, yang membahas mengenai tindak lanjut
dari Surat Kementerian Luar Negeri terkait rencana pemerintah
Federated States of Micronesia (FSM) yang akan mendaftarkan
Euripik Rise sebagai batas terluar Landas Kontinen di luar 200 Mil
laut ke PBB, serta tindak lanjut pertemuan Bilateral Consultation
on Extended Continental Shelf Between The Republic of Indonesia
and The Independent States of Papua New Guinea tanggal 16-18
Maret 2009 di Badan Informasi Geospasial, dimana Papua Nugini
telah menyampaikan pula preliminary information indicative of the
outer limits of continental shelf beyond 200 NM for Euripik rise and
Mussau ridge areas ke PBB. Oleh karena itu sebagai tindak lanjut
kajian yang dilakukan BIG, makaPusat Penelitian Geologi Laut (P2GL)
Kementerian ESDM merencanakan akan melakukan survei Landas
Kontinen Indonesia di luar 200 NM di Utara Papua pada tahun 2013
(lihat Gambar 10).

Gambar 10.Area
Kajian Wilayah
Landas Kontinen
Indonesia di luar 200
mil laut dan area
rencana survey

11

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Geopolitik
Kajian geopolitik khususnya pada perbatasan
negara dilakukan dengan menyusun buku
Atlas Geopolitik. Buku ini masih merupakan
draft karena isinya masih akan dikembangkan
lebih lanjut. Buku atlas geopolitik berisi uraian
posisi geografis, status batas, dan hubungan
dengan negara lain. Setiap uraian di atas
dilakukan untuk 10 negara tetangga Indonesia
(yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura,
Viet Nam, Filipina, Palau, Papua Nugini,
Australia, dan Timor-Leste), lihat Gambar 11.
Gambar 11. Sampul muka buku
KajianGeopolitik

2.2. Batas Darat


Indonesia mempunyai batas darat dengan 3 (tiga) negara tetangga
yaitu Malaysia, Papua Nugini, dan Timor-Leste. Kegiatan batas darat
untuk tahun anggaran 2012 meliputi:




Survei Common Border Datum Reference Frame (CBDRF)


Survei demarkasi
Perawatan dan pemasangan Border Sign Post (BSP)
Joint Border Mapping (JBM)
Perundingan Batas Darat

a. Batas Darat antara Indonesia - Malaysia


Selama tahun 2012, kegiatan Batas Darat Indonesia dan Malaysia
di Pulau Kalimantan terdiri dari kegiatan survei CBDRF, Pemetaan
Koridor Batas JBM, dan Perundingan. Disamping itu Pusat PBWjuga
ikut aktif dalam kegiatan Joint Working Group - Outstanding Boundary
Problems (JWG-OBP) untuk menyelesaikan segmen batas yang
belum disepakati.

12

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Survei CBDRF
Status Hasil Kegiatan 2012 (lihat Gambar 12):
Revisi dan finalisasi dari kompilasi, komparasi, perataan, dan
analisis atas data survey traverse dan demarkasi antara pilar batas
AA 2-B 1700 untuk sektor Sabah-Kalimantan Timur dan A 1-D
800 untuk sektor Sarawak-Kalimantan yang belum terselesaikan
di tahun 2011.
Kompilasi, komparasi, perataan, dan analisis atas data survey
traverse dan demarkasi antara pilar batas B 1700-Z/D001 untuk
sektor Sabah-Kalimantan Timur dan Boundary Pillars/Markers D
800-G 001 untuk sektor Sarawak-Kalimantan Barat.
A

Gambar 12.Sketsa segmen (a) Sektor Kalimantan Barat-Sarawak dan (b)


Sektor Kalimantan Timur-Sabah

Sampai dengan Tahun 2012 telah dilaksanakan kompilasi data


sebanyak 6.946 pillar atau 36% dari total pilar keseluruhan.

JBM
Kegiatan pemetaan JBM RI-Malaysia dimaksudkan untuk bahan
perundingan dengan pihak Malaysia. Pada tahun 2012 sudah
diselesaikan 5 sheet yaitu dari sheet nomor 14-18 berikut kegiatan
cek lapangannya (lihat Gambar 13).

13

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Gambar 13.Indeks pemetaan JBM antara Indonesia-Malaysia.

Perundingan
Kegiatan perundingan
b a t a s d a ra t a n t a ra
Indonesia dan Malaysia
merupakan perundingan
teknis: Kegiatan-kegiatan
surveiCBDRF, pemetaan
bersama di sepanjang
koridor batas (JBM), survei
Investigation Refixation
and Maintenance (IRM)
pilar Batas, danOutstanding Boundary Problems (OBP). Kegiatan
batasdarat merupakan kesepakatan Indonesia-Malaysia yang
dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya melalui pertemuan bilateral.
Hasil dari pertemuan-pertemuan bilateral tersebut menjadi dasar
perencanaan kegiatan di tahun 2012.
14

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Gambar 14. Tata organisasi dalam perundingan batas darat Indonesia-Malaysia.

Selama tahun 2012 telah diadakan serangkaian pertemuan/


perundingan bilateral antara Indonesia dan Malaysia sesuai
dengan tata organisasi perundingan (lihat Gambar 14) dengan
daftar kegiatan seperti yang disebutkan dalam Tabel 3.
Tabel 3.Perundingan batas darat Indonesia-Malaysia tahun 2012.

No

Perundingan

Waktu & Tempat

Peran BIG

JBM:
1

Special Discussion for the Joint Border Mapping Bandung, Indonesia,


(JBM) Project between Indonesia (Kalimantan 12 16 March 2012
Timur & Kalimantan Barat) and Malaysia (Sabah
& Sarawak)

Pelaksana/ Ketua Delri

Special Discussion for the Joint Border Mapping Penang, Malaysia,


(JBM) Project between Malaysia (Sabah & 16 20 July 2012
Sarawak)and Indonesia (Kalimantan Timur &
Kalimantan Barat)

Pelaksana/ Ketua Delri

CBDRF:
3

Special Discussion of Common Border Datum Jakarta, Indonesia,


Reference Frame (CBDRF) Project between 30 April 4 May 2012
Indonesia (Kalimantan Timur & Kalimantan
Barat) and Malaysia (Sabah & Sarawak)

Pelaksana/ Ketua Delri

15

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

No

Perundingan

Waktu & Tempat

Peran BIG

Special Discussion of Common Border Datum Shah Alam, Selangor,


Reference Frame (CBDRF) Project between Malaysia,
Malaysia (Sabah & Sarawak)and Indonesia
26 28 June 2012
(Kalimantan Timur & Kalimantan Barat)

Pelaksana/ Ketua Delri

Ninth Meeting of the Joint Working Group Bandung, Indonesia,


(JWG) for the Common Border Datum Reference 19 21 September
Frame (CBDRF) and Joint Border Mapping 2012
(JBM) between Indonesia (Kalimantan Timur
& Kalimantan Barat) and Malaysia (Sabah &
Sarawak)

Anggota Delri

OBP:
6

Informal Meeting of The Joint Working Group on Johor Bahru, Malaysia


the Outstanding Boundary Problems of the Joint
9 11 April 2012
Demarcation and Survey of the International
Boundary between Malaysia (Sabah) and
Indonesia (Kalimantan Timur)

Anggota Delri

The 1st Meeting of the Joint Working Group on Bandung, Indonesia


the Outstanding Boundary Problems of the Joint
2 5 Juli 2012
Demarcation and Survey of the International
Boundary between Malaysia (Sabah) and
Indonesia (Kalimantan Timur)

Anggota Delri

8.

The 2nd Meeting of the Joint Working Group on Miri, Malaysia,


the Outstanding Boundary Problems of the Joint 20 21 November
Demarcation and Survey of the International 2012
Boundary between Indonesia (Kalimantan
Timur) and Malaysia (Sabah)

Anggota Delri

CPD:
9.

The 48th Meeting Of The Co-Project Director Miri, Malaysia


For Sarawak And Kalimantan Barat On The 24 28 September
Demarcation And Survey Of The International 2012
Boundary Between Malaysia (Sarawak) And
Indonesia (Kalimantan Barat) & The 40 th
Meeting Of The Co-Project Director For Sabah
And Kalimantan Timur On The Demarcation And
Survey Of The International Boundary Between
Malaysia (Sabah)And Indonesia (Kalimantan
Timur)

16

Anggota Delri

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

No

Perundingan

Waktu & Tempat

Peran BIG

JTC:
10.

The Forty Second Meeting of the Joint Malaysia Pulau Pinang,


Indonesia Boundary Technical Committee on Malaysia,
the Demarcation and Survey of the International
22 - 24 October 2012
Boundary between Malaysia (Sabah & Sarawak)
and Indonesia (Kalimantan Timur & Kalimantan
Barat)

Anggota Delri

11.

Thirty Seventh Meeting of the Joint Malaysia Miri, Malaysia,


Indonesia Boundary Committee on the
22 25 November
Demarcation and Survey between Malaysia
2012
(Sabah & Sarawak) and Indonesia (Kalimantan
Timur & Kalimantan Barat)

Anggota Delri

12.

The 12th Meeting of the Joint Commission Yogyakarta, Indonesia


for Bilateral Cooperation (JCBC) Between the
22 23 October 2012
Republic of Indonesia and Malaysia

Anggota Delri

b. Batas Darat Indonesia dan Papua Nugini


Selama tahun 2012, kegiatan Batas
Darat Indonesia dan Papua Nugini di
Pulau Papua terdiri dari kegiatan survei
CBDRF, Pemetaan Koridor Batas JBM, dan
Perundingan.
Survei CBDRF
Pihak Indonesia kemudian mengajukan
usulan untuk survei CBDRF bersama di
bulan Oktober-November 2012 untuk titik
MM 5.1.MM 6.1, MM 6.2 dan MM 6.3. Setelah dilakukan survei
pada bulan Oktober-November 2012, diperoleh hasil sebagai berikut
(lihat Gambar 15):

MM 2.1 & MM 5.1 terukur

MM 6.A, MM 6.1 & MM 6.2 hilang

MM 6.3 tidak terjangkau helikopter

17

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Gambar 15.
Ilustrasi lokasi
survey CBDRF batas
darat RI-PNG.

18

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

JBM
Kegiatan pemutakhiran peta koridor perbatasan mencakup kawasan
perbatasan Indonesia dengan negara Papua Nugini. Dengan
pertimbangan perkembangan waktu (aktualisasi peta) dan teknologi
(ketersediaan citra resolusi tinggi dan pemrosesannya), pada tahun
2012 dilakukan pemutakhiran Peta JBM RI-PNG yang dilengkapi
dengan citra resolusi tinggi untuk sheet nomor 1-7 (lihat Gambar 16).

Gambar 16.
Indeks pemetaan
JBM batas darat
Indonesia-Papua
Nugini.

19

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Perundingan
Kegiatan perundingan batas darat antara
Indonesia dan Papua Nugini adalah Joint
Border Committe (JBC), JTSC on Survey and
Demarcation of the Boundary and Mapping
of the Border Areas(JTSC SDM), dan Joint
Implementation and Monitoring Working Group
(JIMWG) seperti yang dipresentasikan pada
Gambar 17 dalam tata organisasi perundingan.
Perundingan batas darat Indonesia-Papua
Nugini tidak seaktif perundingan IndonesiaMalaysia. Selama kurun waktu tahun 2012,
diadakan pertemuan di Port Moresby seperti
yang dirangkumkan pada Tabel 4.

Gambar 17. Tata organisasi dalam perundingan batas darat Indonesia-Papua Nugini.

20

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Tabel 4.Perundingan batas darat Indonesia Papua Nugini.


No

Perundingan

Waktu & Tempat

Peran BIG

1.

The 30 Joint Technical Sub-Committee on Port Moresby, PNG


Survey and Demarcation of the Boundary
9 10 Oktober 2012
and Mapping of the Border Area between
the Independent State of Papua New Guinea

Anggota Delri

2.

The 29th Joint Border Committee Meeting Port Moresby, PNG


between the Independent State of Papua
10 11 Oktober 2012
New Guinea and the Republic of Indonesia

Anggota Delri

th

c. Batas Darat Indonesia dan Timor-Leste


Kegiatan Batas Darat Indonesia dan Timor Leste dari kegiatan survei
CBDRF, Demarkasi, Pemetaan Koridor Batas JBM, dan Perundingan.
Survei CBDRF
Survei CBDRF adalah kegiatan bersama di lapangan (Joint Survey) untuk
membangun dan mengukur pilar-pilar batas sertamengikatkannya ke
pilar-pilar CBDRF di Indonesia dan jaring CBDRF baru di Timor-Leste
sebagai pengganti pilar yang hilang pada tahun 2009.Pada tahun
2012 ini telah dilaksanakan survei sebanyak 9 buah pilar CBDRF
(lihat Gambar 18).

Gambar 18.
Ilustrasi lokasi survey
CBDRF RI-RDTL tahun
2012.

21

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Survei Demarkasi dan Delineasi


Survei demarkasi bersama (joint survey demarcation) adalah survei
bersama di lapangan antara tim survei Indonesia dan Timor-Leste
untuk membangun dan mengukur pilar batas di titik/garis batas
darat kedua negara. Survei demarkasi bersama pada tahun 2012
dibangun dan diukur sebanyak 80 buah pilar batas.
Survei Delineasi 2012 bertujuan untuk mendelineasi segmen Utara
jembatan Motaain sepanjang 150 meter. Dari kegiatan ini dihasilkan
5 (lima) buah titik delineasi di sekitar Motaain Kabupaten Belu, yang
disepakati pada pertemuan TSC-BDR ke 25(lihat Gambar 19 dan 20).
at RI-RDTL di Motaain Kabupaten Belu Provinsi NTT.

Gambar 19.
Status demarkasi
batas darat
Indonesia
Timor-Leste.

Gambar 20. Survei delineasi batas darat RI-RDTL di Motaain Kabupaten Belu Provinsi NTT.

22

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Perawatan dan Pemasangan BSP


Border Sign Post (BSP) adalah tanda penunjuk batas berwujud
sebuah papan pengumuman bagi umum/pelintas batas dan aparat
pengamanan batas bahwa di dekat lokasi itu terdapat titik/garis
batas, ditunjukkan dengan keterangan jarak.
BSP dipasang dan diukur posisinya secara pendekatan di sepanjang
wilayah garis batas terutama pada segmen-segmen garis batas yang
relatif dapat menimbulkan kerancuan akan pemahaman letak titik/
garis batasnya (lihat Gambar 21 dan 22).

Gambar 21. Contoh BSP terpasang.


Gambar 21.Contoh BSP terpasang.

Gambar 22.
Ilustrasi sebaran lokasi
BSP di perbatasaan
RI-RDTL.

23

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Manfaat BSP sangat penting, yaitu:


Membantu masyarakat pelintas batas dan aparat pengaman


untuk:
o mengetahui lokasi titik/garis batas,
o memahami keberadaan lokasi diri di sekitar titik/garis
batas,
o menyadari perlunya ikut memelihara keberadaan titik/
garis batas.

Sebagai pelengkap keberadaan titik-titik pilar batas/demarkasi.

Lokasi BSP ditentukan dengan kriteria:


o Sepanjang segmen batas yang pandangan visual terhadap
medan di lingkungan sekitarnya mudah menimbulkan
kerancuan akan letak titik/garis batasnya.
o Sepanjang segmen batas yang potensial menjadi akses
untuk lintas batas. Lokasi tepatnya disesuaikan dengan
saran/usulan dari Satgaspamtas dan Pemda.
Perundingan
Dalam struktur perundingan batas darat antara Indonesia dan
Timor-Leste, BIG memiliki tugas sebagai ketua forum TSC-BDR
(Technical Sub-Committee on Border Demarcation and Regulation)
yang berlangsung setidaknya setahun sekali secara bergantian di
kedua negara (lihat Gambar 23).

Gambar 23.Diagram tata organisasi perundingan RI-RDTL.


24

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Tabel 5.Perundingan batas darat RI-RDTL tahun 2012.


No

Perundingan

Waktu & Tempat

Peran BIG

1.

The Informal Meeting on the Joint Bandung, Indonesia, Pelaksana/ Ketua


Demarcation Survey between The 5 8 June 2012
Delri
Republic of Indonesia and The
Democratic Republic Of Timor-Leste

The Informal Meeting on the Joint Data D i l i , 1 9 2 1 Pelaksana/ Ketua


Processing of the Joint Field Survey 2012 September 2012
Delri

3.

The 25th Meeting of the Technical Sub- Yogyakarta, 3031 Pelaksana/ Ketua
Committee on Border Demarcation and Oktober 2012
Delri
Regulation between the Republic of
Indonesia and the Democratic Republic
of Timor-Leste

25

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Batas

Wilayah
Administrasi

ejak diberlakukannya otonomi daerah, batas wilayah berperan penting dalam


perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU), perijinan pertambangan dan bagi
hasil migas.Oleh karena itu, belum ditegaskannya batas daerah kadangkala
menyebabkan konflik baik di tingkat masyarakat, pengusaha, ataupun antar
pemerintah daerah yang berbatasan. Terkait dengan batas wilayah, Undang-undang
nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan:
Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batasbatas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI,
Undang-Undang pembentukan daerah antara lain mencakup nama, cakupan
wilayah, batas, ibukota, kewenangan penyelenggaraan urusan pemerintahan,
penunjukan pejabat kepala daerah, pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan
kepegawaian, pendanaan, dan dokumen serta perangkat daerah.
27

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Selanjutnya pedoman penegasan batas daerah diatur dalam


Permendagri nomor 1 tahun 2006 yang kemudian diganti dengan
permendagri nomor 76 tahun 2012 sebagai upaya untuk mempercepat
penyelesaian permasalahan batas daerah dengan dimungkinkannya
metode kartometrik.
3.1. Tata Batas Wilayah Kecamatan
Pelaksanaan kegiatan tata batas wilayah kecamatan ini bertujuan
untuk tersedianya informasi geospasial berupa batas wilayah
administrasi kecamatan yang dapat digunakan untuk pemutakhiran
peta dasar sebagai bagian dari Informasi Geospasial Dasar. Dengan
menggunakan metode penetapan batas secara kartometrik di atas
peta rupabumi skala 1:25.000, sehingga dapat menjadiacuan batas
yang disepakati sebagai batas indikatif kecamatan.
a. Pemasangan dan Pengukuran Batas Wilayah Kecamatan
Pemasangan dan pengukuran koordinat 10 pilar batas dilakukan pada
7 lokasi kecamatan yang berbeda. Prosedur teknis pelaksanaan dan
pengukuran pilar ini mengacu pada Permendagri nomor 1 tahun
2006 tentang Pedoman
Penegasan Batas Daerah
dan Permendagri nomor
27 tahun 2006 tentang
Pedoman Penegasan
B a ta s D e s a . D a l a m
Permendagri ini secara
garis besar penataan
batas atau penegasan
batas dilakukan melalui
tahapan verifikasi batas,
pemasangan, pengukuran,
dan penentuan posisi pilar
batas,serta pembuatan
peta batas wilayah.

28

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

b. Pemetaan Batas Wilayah Kecamatan


Hasil pengukuran pilar batas dan garis batas hasil
verifikasi dengan disertai pembuatan berita acara sebagai
pengesahannya, kemudian disajikan dalam peta wilayah.
Pembuatan peta batas wilayah pada 7 lokasi (lihat contoh
pada Gambar 24).

Gambar 24. Contoh Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Lumajang.


Gambar 24. Contoh Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Lumajang.

3.2. Pemetaan Wilayah Daerah Otonom


Saat ini wilayah NKRI terbagi menjadi 34 provinsi dan 508kabupaten/
kota, dan pemekaran daerah-daerah otonom baru terus diusulkan
dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan kualitas pelayan masyarakat serta pengembangan
demokratisasi di tingkat lokal.
a. Pemetaan Batas Daerah Otonom Baru
Berdasarakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
pemekaran daerah diawali dengan:
Aspirasi masyarakat yang kemudian diproses sesuai prosedur
dan tahapan melalui jalur pemerintah
Aspirasi masyarakat yang kemudian diproses sesuai prosedur
dan tahapan melalui jalur lembaga legislatif (hak inisisatif DPR).

29

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Permasalahan sebagai akibat pemekaran antara lain daerah


induk belum menyerahkan pembiayaan, personil, peralatan,dan
dokumen(P3D) kepada daerah otonom baru.Selain itu, daerah
otonom baru belum memiliki tapal batas yang jelas, daerah induk
belum memberikan dukungan keuangan daerah otonom baru, serta
daerah otonom baru belum memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah.
Sesuai dengan PP nomor78 tahun 2007, beberapa faktor penentu
yang menjadi dasar pertimbangan dalam penambahan/pengurangan
provinsi, yaitu jumlah penduduk, kemampuan ekonomi, potensi
daerah, kemampuan keuangan, sosial budaya, sosial politik, luas
daerah, pertahanan keamanan, tingkat kesejahteraan masyarakat,
dan rentang kendali.
Sesuai dengan Pasal 4 UU nomor 32 tahun 2004 dinyatakan bahwa
pembentukan daerah ditetapkan dengan undang-undang. Undangundang pembentukan daerah antara lain, mencakup nama, cakupan
wilayah, batas, ibukota, kewenangan menyelenggarakan urusan
pemerintahan, dan lain-lain. Sedangkan pasal 5 menyatakan bahwa
pembentukan daerah harus memenuhi syarat administratif, teknis,
dan syarat fisik kewilayahan (lihat Gambar 25 dan 26).

Gambar 25.Diagram mekanisme pembentukan daerah otonom baru.

30

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Gambar 26.Indeks
peta daerah otonom
kabupaten di Provinsi
Jawa Barat.

b. Pemetaan Wilayah Daerah Otonom Provinsi, Kabupaten, dan Kota


Di tahun anggaran 2012 Pusat Pemetaan Batas Wilayah melakukan
kegiatan pemetaan wilayah provinsi sejumlah 10 NLP, pemetaan wilayah
kabupaten sejumlah 60 NLP dan pemetaan wilayah kota sejumlah 27 NLP
(lihat Gambar 27 dan 28).

Gambar 27.Contoh
produk pemetaan
wilayah daerah
otonom provinsi Nusa
Tenggara Timur.

31

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Gambar 28.Contoh produk pemetaan wilayah daerah otonom kabupaten.

c. Fasilitasi Penegasan Batas Daerah


Peran peta rupabumi untuk penegasan batas daerah tampak disajikan
dalam Gambar 29 berikut.

Gambar 29. Skema


alur kerja penggunaan
peta rupabumi untuk
penegasan batas
daerah.

32

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Secara umum peran BIG dalam mendukung program otonomi daerah


di antaranya meliputi:
Menyediakan peta dasar, sebagai bagian dari Informasi Geospasial,
seluruh wilayah nasional dalam rangka penataan ruang (darat,
laut, dan udara), penetapan dan penegasan batas wilayah
(internasional dan nasional) darat dan laut, dalam mendukung
pembentukan dan penyelenggaraan otonomi daerah;
BIG cq. PPBW sebagai anggota tim teknis penataan dan penegasan
batas daerah, fasilitator dalam penyediaan peta wilayah, dan
anggota Pokja II-DPOD, yang berperan dalam penyusunan
kebijakan teknis dalam penataan daerah.
Dalam rangka penegasan batas daerah otonom Provinsi, Kabupaten,
dan Kota, dari total 143 Permendagri yang dapat diinventarisasi
hanya 106 segmen batas yang dapat diintegrasikan dengan peta
Rupabumi. Sementara sisanya masih dalam proses unifikasi format
data dan inventarisasi. Berikut adalah hasil integrasi segmen batas

33

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

definitif dan indikatif, dari total 946 segmen batas daerah seluruh
Indonesia yang baru terselesaikan 143 segmen batas, atau kurang
lebih 15%, lihat Gambar 30.

Gambar 30.Ilustrasi status garis batas daerah.

34

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Penutup

egiatan survei, pemetaan, dan fasilitasi terhadap


perundingan, apakah itu terkait dengan batas negara,
tema darat, tema maritim, maupun kaitannya dengan
batas wilayah daerah provinsi, kabupaten/kota, hingga wilayah
administrasi kecamatan, desa/kelurahan status sampai dengan tahun
2012 diintegrasikan dalam rangka memutakhirkan basis data batas
wilayah. Adapun kumpulan data dan informasi terkait tema batas
wilayah, baik yang bersifat grafikal, tekstual, tabel dalam berbagai
format merupakan aset dasar dalam penanganan dan penyelesaian
permasalahan perbatasan.
Sejalan dengan tugas BIG selaku penyelenggara data infrastruktur
spasial, semua data kewilayahan dikonstruksi untuk berbasiskan
geospasial sehingga sudah dapat diintegrasikan dengan peta dasar
dan peta tema lain yang bereferensi nasional.
Sejalan dengan dinamika permasalahan perbatasan BIG selaku
penyelenggara data infrastruktur dasar, cq. Pusat Pemetaan Batas
Wilayah sebagai unit yang aktif dalam penanganan permasalahan
batas, diharapkan selalu dilakukan update terhadap data kewilayahan
dan perangkat pendukung pengelolaan data dan informasi
kewilayahan.
4.1. Permasalahan Batas Negara
a. Batas Darat
Indonesia-Malaysia. Jumlah permasalahan perbatasan darat
antara Indonesia dan Malaysia hingga saat ini ada 10 permasalahan
(OBP) menurut pihak Indonesia, dan 9 permasalahan menurut
pihak Malaysia (tidak termasuk masalah Tanjung Datu). Kesemua
permasalahan relatif cukup kompleks karena menyangkut kepastian
35

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

hukum tentang wilayah NKRI


ataupun Malaysia. Dalam
hal ini permasalahan dibagi
atas dua bagian besar yaitu
permasalahan di sektor Barat,
antara Kalimantan Barat
(Indonesia) dengan Serawak
(Malaysia),dan permasalahan
di sektor Timur, yaitu antara
Kalimantan Timur (Indonesia)
dengan Sabah (Malaysia).
Indonesia Timor-Leste.
Permasalahan batas negara
darat Indonesia dengan
Timor-Leste dapat dikategorikan ke dalam masalah teknis dan
masalah non-teknis. Masalah Teknis adalah masalah yang berkaitan
langsung dengan proses penetapan dan penegasan titik dan garis
batas di lapangan. Masalah non-teknis adalah masalah yang timbul
akibat adanya kegiatan penetapan dan penegasan batas negara
darat yang dapat berkaitan dengan lahan, air, dan lain sebagainya.
Dalam pertemuan ke-25 TSC-BDR RI-RDTL di Yogyakarta pada
tanggal 30-31 Oktober 2012 telah disepakati solusi un-resolved
segment Dilumil/Memo. Dengan demikian saat ini masih tersisa
2 (dua) un-resolved segments yaitu Manusasi (Bijael Sunan-Oben)
dan Noel Besi/Citrana yang selanjutnya akan ditangani oleh Special
Working Group(SWG).
Masalah segmen Subina-Oben di sektor Barat yang muncul tahun 2002
dan 2003 sebagai un-resolved segment akhirnya menjadi un-surveyed
segment pada tahun 2005 karena masyarakat lokal NTT melarang
dilakukannya survei delineasi bersama sesuai dengan adanya klaim
masyarakat tersebut terhadap beberapa lahan garapannya yang
berada di wilayah Timor-Leste jika batas negara darat diterapkan
sesuai dengan Traktat 1904. Panjang segmen tersebut adalah 18
kilometer.
36

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

b. Batas Maritim
Permasalahan yang muncul sebagian besar adalah pelanggaran
wilayah baik di wilayah Indonesia maupun di wilayah Negara tetangga.
Berikut di bawah ini beberapa wilayah yang sering terjadi pelanggaran
wilayah, yaitu:

Selat Malaka, batas ZEE belum ada kesepakatan dengan


Malaysia, kasus penangkapan nelayan asal Indonesia oleh
Malaysia karena diduga masuk wilayah perairan Malaysia;

Laut China Selatan, batas ZEE belum ada kesepakatan dengan


Malaysia dan Viet Nam, kasus penangkapan kapal nelayan asal
Viet Nam dan China yang masuk wilayah perairan Kepulauan
Natuna;

Laut Sulawesi, batas Laut Teritorial belum ada kesepakatan


dengan Malaysia, kasus dugaan pelanggaran wilayah oleh
kapal Malaysia di sekitar P. Sebatik;

Laut Timor, batas ZEE sudah ada perjanjian dengan Australia,


kasus nelayan asal Indonesia yang menangkap ikan di sekitar
Pulau Ashmore;

Samudera Pasifik, batas maritim belum ada kesepakatan dengan


Palau, kasus nelayan asal Indonesia yang diduga masuk ke
wilayah perairan Palau di sekitar Karang Helen;

Laut Arafura bagian timur, batas maritim antara Indonesia-Papua


Nugini sudah ada kesepakatan, kasus nelayan asal Indonesia
memasuki wilayah perairan Papua Nugini.

4.2. Permasalahan Batas Wilayah Administrasi


Pembagian wilayah daerah di Indonesia dibagi sebanyak 34 Provinsi,
410 Kabupaten, dan 98 Kota, pembagian wilayah daerah tersebut pada
umumnya belum dilakukan penegasan batas secara tuntas. Ketentuan
batas wilayah dalam Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah
tidak melampirkan peta wilayah daerah secara memadai.
Berdasarkan Undang-Undang, kewenangan penetapan batas daerah
37

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

ada pada Menteri Dalam


Negeri. Untuk mempercepat
proses penegasan batas
daerah diperlukan dukungan
peta dasar yang memadai
mencakup seluruh wilayah
Indonesia. Sementara ini
liputan peta dasar skala
1:25.000 dan 1:50.000 yang
ada belum mencakup seluruh
wilayah Indonesia.Hal ini
tentunya menjadi salah satu
kendala dalam penataan dan
penegasan batas daerah.
Pada tahun 2012 dilakukan perubahan Permendagri nomor 1
tahun 2006 tentang pedoman penegasan batas daerah dengan
Permendagri nomor 76 tahun 2012. Di dalam peraturan yang baru,
penegasan batas daerah dapat dilakukan dengan cara kartometris,
sehingga untuk wilayah-wilayah perbatasan yang sulit dijangkau
tidak diharuskan untuk memasang pilar batas. Oleh karena itu proses
kartometris ini harus didukung dengan peta dasar yang aktual dan
mempunyai ketelitian yang memadai dan sebaiknya dilengkapi
dengan Citra satelit/foto udara resolusi tinggi serta data Digital
Elevation Model (DEM).
Batas daerah yang dimuat dalam peta dasar rupabumi Indonesia
masih bersifat indikatif/sementara, sedangkan batas daerah definitif
adalah segmen batas yang telah diterbitkan Permendagri-nya. Sampai
saat ini baru sekitar 15% segmen batas daerah yang sudah definitif.
Berikut ini adalah Tabel 6 tentang Daftar segmen pada Permendagri
hingga tahun 2012.

38

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

Tabel 6.Daftar Segmen pada Permendagri/Kepmendagri hingga tahun 2012.


No

Batas Antara

Kota/Kabupaten

Permen/
Kepmendagri

Data
Spasial

Kebumen

Wonosobo

Permen. No 9 Tahun 2012

Pati

Rembang

Permen. No 8 Tahun 2012

Kaur

Lampung Barat

Permen. No 73 Tahun 2012

Purworejo

Wonosobo

Permen. No 7 Tahun 2012

Jombang

Mojokerto

Permen. No 6 Tahun 2012

Kota Tasikmalaya

Tasikmalaya

Permen. No 58 Tahun 2012

Lebak

Sukabumi

Permen. No 57 Tahun 2012

Ciamis

Kota Tasikmalaya

Permen. No 56 Tahun 2012

Bogor

Lebak

Permen. No 55 Tahun 2012

10

Ciamis

Majalengka

Permen. No 54 Tahun 2012

11

Tangerang

Kota Tangerang Selatan

Permen. No 5 Tahun 2012

12

Kota Balikpapan

Penajam Paser Utara

Permen. No 48 Tahun 2012

13

Jember

Lumajang

Permen. No 46 Tahun 2012

14

Lumajang

Probolinggo

Permen. No 45 Tahun 2012

15

Banjarnegara

Kebumen

Permen. No 44 Tahun 2012

16

Lebak

Serang

Permen. No 43 Tahun 2012

17

Bombana

Buton

Permen. No 42 Tahun 2012

18

Badung

Bangli

Permen. No 4 Tahun 2012

19

Tanahbumbu

Tanahlaut

Permen. No 31 Tahun 2012

20

Gianyar

Klungkung

Permen. No 3 Tahun 2012

21

Jepara

Kudus

Permen. No 25 Tahun 2012

22

Kota Salatiga

Semarang

Permen. No 24 Tahun 2012

23

Batang

Kendal

Permen. No 23 Tahun 2012

24

Kudus

Pati

Permen. No 22 Tahun 2012

25

Kota Malang

Malang

Permen. No 17 Tahun 2012

26

Kota Batu

Malang

Permen. No 16 Tahun 2012

27

Bantul

Kota Yogyakarta

Permen. No 15 Tahun 2012

28

Bombana

Kolaka

Permen. No 12 Tahun 2012

29

Bombana

Konawe Selatan

Permen. No 12 Tahun 2012

30

Kota Tangerang

Kota Tangerang Selatan

Permen. No 11 Tahun 2012

39

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

No

Batas Antara

Kota/Kabupaten

Permen/
Kepmendagri

Data
Spasial

31

Batang

Wonosobo

Permen. No 10 Tahun 2012

32

Kendal

Wonosobo

Permen. No 10 Tahun 2012

33

Demak

Grobogan

Permen. No 65 Tahun 2011

34

Balangan

Hulusungai Utara

Permen. No 63 Tahun 2011

35

Minahasa Selatan

Minahasa Tenggara

Permen. No 60 Tahun 2011

36

Ciamis

Kota Banjar

Permen. No 59 Tahun 2011

Ada

37

Ciamis

Tasikmalaya

Permen. No 58 Tahun 2011

Ada

38

Banjar

Kota Banjarmasin

Permen. No 12 Tahun 2011

39

Baritokuala

Kota Banjarmasin

Permen. No 12 Tahun 2011

40

Grobogan

Kudus

Permen. No 9 Tahun 2010

41

Grobogan

Sragen

Permen. No 8 Tahun 2010

42

Brebes

Kota Tegal

Permen. No 7 Tahun 2010

43

Kota Tegal

Tegal

Permen. No 7 Tahun 2010

44

Kota Madiun

Madiun

Permen. No 62 Tahun 2010

45

Madiun

Magetan

Permen. No 62 Tahun 2010

46

Magelang

Temanggung

Permen. No 6 Tahun 2010

47

Semarang

Temanggung

Permen. No 5 Tahun 2010

48

Konawe Utara

Morowali

Permen. No 45 Tahun 2010

49

Konawe

Morowali

Permen. No 45 Tahun 2010

50

Maluku Tengah

Seram Bagian Barat

Permen. No 29 Tahun 2010

51

Banjar

Tanahbumbu

Permen. No 14 Tahun 2010

52

Boyolali

Grobogan

Permen. No 10 Tahun 2010

53

Banjarnegara

Purbalingga

Permen. No 78 Tahun 2009

54

Banjarnegara

Batang

Permen. No 77 Tahun 2009

55

Banjarnegara

Banyumas

Permen. No 76 Tahun 2009

56

Banjarnegara

Pekalongan

Permen. No 75 Tahun 2009

57

Demak

Semarang

Permen. No 67 Tahun 2009

58

Pemalang

Tegal

Permen. No 66 Tahun 2009

59

Pemalang

Purbalingga

Permen. No 65 Tahun 2009

60

Kota Pekalongan

Pekalongan

Permen. No 64 Tahun 2009

61

Gresik

Lamongan

Permen. No 63 Tahun 2009

40

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

No

Batas Antara

Kota/Kabupaten

Permen/
Kepmendagri

Data
Spasial

62

Kota Probolinggo

Probolinggo

Permen. No 62 Tahun 2009

63

Kulonprogo

Sleman

Permen. No 61 Tahun 2009

64

Kota Batu

Mojokerto

Permen. No 60 Tahun 2009

65

Gresik

Mojokerto

Permen. No 59 Tahun 2009

66

Lamongan

Mojokerto

Permen. No 58 Tahun 2009

67

Grobogan

Semarang

Permen. No 5 Tahun 2009

68

Gunungkidul

Sleman

Permen. No 4 Tahun 2009

69

Bangka

Bangka Barat

Permen. No 3 Tahun 2009

70

Brebes

Cirebon

Permen. No 2 Tahun 2009

71

Brebes

Kuningan

Permen. No 2 Tahun 2009

72

Ciamis

Cilacap

Permen. No 2 Tahun 2009

73

Cilacap

Kota Banjar

Permen. No 2 Tahun 2009

74

Cilacap

Kuningan

Permen. No 2 Tahun 2009

75

Ciamis

Kuningan

Permen. No 14 Tahun 2009

76

Kuningan

Majalengka

Permen. No 14 Tahun 2009

77

Karangasem

Klungkung

Permen. No 58 Tahun 2008

78

Kota Mojokerto

Mojokerto

Permen. No 57 Tahun 2008

79

Gresik

Sidoarjo

Permen. No 56 Tahun 2008

80

Bangka

Bangka Tengah

Permen. No 48 Tahun 2008

81

Karanganyar

Wonogiri

Permen. No 43 Tahun 2008

82

Boyolali

Magelang

Permen. No 42 Tahun 2008

83

Magelang

Semarang

Permen. No 41 Tahun 2008

84

Bangka Selatan

Bangka Tengah

Permen. No 17 Tahun 2008

85

Belitung

Belitung Timur

Permen. No 16 Tahun 2008

86

Bangli

Karangasem

Permen. No 14 Tahun 2008

87

Bandung

Sumedang

Permen. No 13 Tahun 2008

88

Garut

Sumedang

Permen. No 13 Tahun 2008

89

Indramayu

Sumedang

Permen. No 13 Tahun 2008

90

Majalengka

Sumedang

Permen. No 13 Tahun 2008

91

Subang

Sumedang

Permen. No 13 Tahun 2008

92

Balangan

Hulusungai Tengah

Permen. No 75 Tahun 2007

41

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

No

Batas Antara

Kota/Kabupaten

Permen/
Kepmendagri

Data
Spasial

93

Blora

Ngawi

Permen. No 73 Tahun 2007

94

Blora

Tuban

Permen. No 73 Tahun 2007

95

Grobogan

Ngawi

Permen. No 73 Tahun 2007

96

Karanganyar

Magetan

Permen. No 73 Tahun 2007

97

Karanganyar

Ngawi

Permen. No 73 Tahun 2007

98

Magetan

Wonogiri

Permen. No 73 Tahun 2007

99

Ngawi

Sragen

Permen. No 73 Tahun 2007

100

Pacitan

Wonogiri

Permen. No 73 Tahun 2007

101

Ponorogo

Wonogiri

Permen.No 73 Tahun 2007

102

Rembang

Tuban

Permen. No 73 Tahun 2007

103

Blora

Bojonegoro

Permen. No 73 Tahun 2007

104

Kota Yogyakarta

Sleman

Permen. No 72 Tahun 2007

105

Bantul

Gunungkidul

Permen. No 71 Tahun 2007

106

Bantul

Kulonprogo

Permen. No 70 Tahun 2007

107

Batang

Kota Pekalongan

Permen. No 55 Tahun 2007

108

Kendal

Semarang

Permen. No 48 Tahun 2007

109

Kota Batu

Pasuruan

Permen. No 47 Tahun 2007

110

Kota Pasuruan

Pasuruan

Permen. No 47 Tahun 2007

111

Malang

Pasuruan

Permen. No 47 Tahun 2007

112

Mojokerto

Pasuruan

Permen. No 47 Tahun 2007

113

Pasuruan

Probolinggo

Permen. No 47 Tahun 2007

114

Pasuruan

Sidoarjo

Permen. No 47 Tahun 2007

115

Deliserdang

Serdang Bedagai

Permen. No 29 Tahun 2007

116

Banyumas

Cilacap

Permen. No 14 Tahun 2007

117

Pamekasan

Sumenep

Permen. No 37 Tahun 2006

118

Buleleng

Karangasem

Permen. No 36 Tahun 2006

119

Gunungkidul

Klaten

Permen. No 19 Tahun 2006

120

Gunungkidul

Sukoharjo

Permen. No 19 Tahun 2006

121

Gunungkidul

Wonogiri

Permen. No 19 Tahun 2006

122

Klaten

Sleman

Permen. No 19 Tahun 2006

123

Kulonprogo

Magelang

Permen. No 19 Tahun 2006

124

Kulonprogo

Purworejo

Permen. No 19 Tahun 2006

42

Laporan Tahunan Pusat PBW 2012

No

Batas Antara

Kota/Kabupaten

Permen/
Kepmendagri

Data
Spasial

125

Magelang

Sleman

Permen. No 19 Tahun 2006

126

Brebes

Cilacap

Permen. No 18 Tahun 2006

127

Cilacap

Kebumen

Permen. No 7 Tahun 2005

128

Bojonegoro

Jombang

Permen. No 6 Tahun 2005

129

Bojonegoro

Lamongan

Permen. No 6 Tahun 2005

130

Bojonegoro

Madiun

Permen. No 6 Tahun 2005

131

Bojonegoro

Nganjuk

Permen. No 6 Tahun 2005

132

Bojonegoro

Ngawi

Permen. No 6 Tahun 2005

133

Bojonegoro

Tuban

Permen. No 6 Tahun 2005

134

Kota Bontang

Kutai Kartanegara

Permen. No 25 Tahun 2005

135

Kota Bontang

Kutai Timur

Permen. No 25 Tahun 2005

136

Majene

Mamasa

Permen. No 15 Tahun 2005

137

Mamasa

Mamuju

Permen. No 15 Tahun 2005

138

Mamasa

Polewali Mandar

Permen. No 15 Tahun 2005

139

Cirebon

Indramayu

Kepmen. No 246 Tahun


2004

140

Cirebon

Kuningan

Kepmen. No 246 Tahun


2004

141

Cirebon

Majalengka

Kepmen. No 246 Tahun


2004

142

Mimika

Puncakjaya

Kepmen. No 163 Tahun


2004

143

Mimika

Paniai

Kepmen. No 163 Tahun


2004

Keterangan:
A : Data Spasial dalam format GIS
B : Data Spasial dalam format *FH, *CDR dll
C : Tidak ada data spasial

43

Anda mungkin juga menyukai