dan
pemanfaatan
untuk
sumber
daya
hutan,
dalam
rangka
kesinambungan usaha Perlindungan hutan, dengan maksud konservasi yang dilakukan dalam
usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan agar kelestarian fungsi hutan dapat tetap terjaga.
Dalam upaya perlindungan terhadap hutan, harus dipandang sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dengan lingkungan atau ekosistem secara global. Lingkungan gobal menurut
Soemartono adalah lingkungan hidup sebagai suatu keseluruhan, yaitu wadah kehidupan yang
di dalamnya berlangsung hubungan saling mempengaruhi (interaksi) antara makhluk hidup
(komponen hayati) dengan lingkungan setempat (komponen hayati).
Balai Konservasi Sumber Daya Alam, sering disingkat sebagai Balai KSDA atau BKSDA, adalah
unit pelaksana teknis setingkat eselon III (atau eselon II untuk balai besar) di bawah Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.
Instansi ini di antaranya bertugas untuk mengelola kawasan-kawasan konservasi, khususnya
hutan-hutan suaka alam (suaka margasatwa, cagar alam) dan taman wisata alam. Selain itu Balai
KSDA juga bertanggung jawab mengawasi dan memantau peredaran tumbuhan dan satwa yang
dilindungi di wilayahnya; termasuk pula memantau upaya-upaya penangkaran dan pemeliharaan
tumbuhan dan satwa dilindungi oleh perorangan, perusahaan dan lembaga-lembaga konservasi
terkait.
Upaya untuk melakukan konservasi sumber daya alam
Agar usaha pembangunan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup di Indonesia
dapat mencapai harapan yang telah ditetapkan secara garis besar perlu ditempuh upaya sebagai
berikut :
1. Intensifikasi pengelolaan kawasan konservasi.
2. Peningkatan dan perluasan kawasan konservasi sehingga mewakili tipe-tipe ekosistem
yang ada.
3. Recruitment dan peningkatan ketrampilan personel melalui pendidikan dan latihan.
4. Peningkatan sarana dan prasarana yang memadai.