Pendahuluan
Polisitemia vera merupakan suatu penyakit gangguan hematologi yang jarang ditemui
tetapi mempunyai dampak yang cukup serius bagi penderitanya. Penyakit ini umumnya tidak
terdeteksi pada tahap awal karena gejala-gejala yang ditimbulkan tidak spesifik, berkisar dari
rasa penuh di kepala sampai sakit kepala, pusing, sukar memusatkan pikiran, pandangan kabur
dan pruritus (gatal-gatal) setelah mandi. Oleh karena banyaknya keluhan yang diajukan penderita
maka tidak jarang dokter menganggap bahwa penderita adalah seorang neurasthemia atau
seorang neurosis.
Penderita polisitemia vera biasanya datang ke dokter karena adanya gangguan gangguan
yang lebih berat misalnya sesak napas, stroke dan gangguan ekstremitas. Gejala gejala yang
lebih spesifik ini muncul pada tahap lanjut penyakit ini. Permasalahan yang ditimbulkan
berkaitan dengan massa eritrosit, basofil dan trombosit yang bertambah serta perjalanan alamiah
penyakit menuju ke arah fibrosis sumsum tulang.
Pada penderita polisitemia vera, viskositas darah sangat meningkat sehingga aliran darah melalui
pembuluh pembuluh darah seringkali sangat lambat. Selain itu pada penderita penyakit ini,
volume darah juga meningkat, yang cenderung meningkatkan alir balik vena. Sesungguhnya,
1
curah jantung pada keadaan polisitemia ini tidak jauh dari nilai normal, sebab kedua faktor ini
saling menetralkan. Kebanyakan tekanan darah arteri pada penderita polisitemia adalah normal,
walaupun pada kira-kira sepertiga penderita tekanan darah arteri meningkat. Ini berarti bahwa
mekanisme pengaturan tekanan darah biasanya dapat mengimbangi kenaikan viskositas darah,
yang dapat menaikkan resistensi perifer dan akan meningkatkan tekanan arteri dalam batas-batas
tertentu.
Anamnesis
merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh
pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan pasien mengadakan kunjungan ke
dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi aktif antara dokter dan pasien atau keluarga
pasien.Komponen anamnesis komprehensif akan menyusun informasi yang diperoleh dari pasien
menjadi lebih sistematis. Akan tetapi ulasan dibawah ini sebaiknya tidak mendikte rangkaian
anamnesis yang akan anda lakukan diklinik, karena biasanya wawancara akan lebih bervariasi
dan anamnesis harus lebih dinamis mengikuti kebutuhan pasien. Komponen anamnesis
komprehensif mencakup :
1.
2.
3.
Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan salah satu dari beberapa keluhan lainnya yang paling dominan
sehingga
mengakibatkan
pasien
melakukan
kujungan
klinik.Usahakan
untuk
mendokumentasikan kata-kata asli yang dipaparkan oleh pasien, misalnya sakit kepala
hebat.Terkadang pasien yang datang tidak memiliki keluhan yang jelas seperti pada
pemeriksaan rutin berkala.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit pada masa kecil seperti cacar, rubella, mumps, polio, diabetes, penyakit jantung
perlu ditanyakan dalam anamnesis. Termasuk penyakit kronis yang dialami sejak masa
kecil.
5. Riwayat Penyakit Pada Keluarga
Dalam memperoleh informasi ini, tanyakan mengenai usia, penyebab kematian, atau
penyakit yang dialami oleh keluarga terdekat pasien seperti orang tua, kakek-nenek,
saudara, anak, atau cucu. Tanyakan mengenai keberadaan penyakit atau keadaan yang
dicantumkan berikut: hipertensi, penyakit jantung koroner, dislipidemia, stroke, diabetes,
gangguan thyroid atau ginjal, kanker, arthritis, tuberkulosis, asma atau penyakit paru
lainnya, sakit kepala, kejang, gangguan mental, kecanduan obat-obatan, dan alergi, serta
keluhan utama yang dilaporkan oleh pasien.1
Pemeriksaan Fisik
1. Menilai keadaan umum pasien dan pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Pemeriksaan di daerah kepala, yaitu: konjungtiva, sklera, bibir, mata, telinga dan lidah.
3. Pemeriksaan thoraks, jantung dan abdomen: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
4. Pemeriksaan ektermitas: inspeksi, palpasi
Dalam kasus ini di temukan hasil pemeriksaan fisik berupa wajah kemerahan, konjungtiva tidak
anemis dan pemeriksaan lain dalam batas normal. Pada keadaan polisitemia vera dalam
pemeriksaan fisik akan ditemukan: peningkatan tekanan darah, gangguan penglihatan,
trombosis vena, pembesaran limpa dan liver, tofus.1
Pemeriksaan Penunjang
1. Eritrosit
Untuk menegakkan diagnosis polisitemia vera, peninggian massa eritrosit haruslah
didemonstrasikan pada saat perjalanan penyakit ini. Pada hitung sel jumlah eritrosit
dijumpai > 6 juta/mL, dan sediaan apus eritrosit biasanya normokrom, normositik kecuali
jika terdapat defisiensi besi. Poikilositosis dan anisositosis menunjukkan adanya transisi
ke arah metaplasia meiloid di akhir perjalanan penyakit ini.
2. Granulosit
3
Granulosit jumlahnya meningkat terjadi pada 2/3 kasus policitemia, berkisar antara 12-25
ribu/mL tetap dapat sampai 60 ribu/mL. Pada dua pertiga kasus ini juga terdapat
basofilia.
3. Trombosit
Jumlah trombosit biasanya berkisar antara 450-800 ribu/mL, bahkan dapat > 1 juta/mL.
Sering didapatkan dengan morfologi trombosit yang abnormal.
4. B12 Serum
B12 serum dapat meningkat, hal ini dijumpai pada 35 % kasus, tetapi dapat pula
menurun, yaitu pada + 30% kasus, dan kadar UB12BC meningkat pada > 75% kasus
policitemia.
5. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostik, kecuali bila ada kecurigaan terhadap
penyakit mieloproliferatif lainnya seperti adanya sel blas dalam hitung jenis leukosit.
Sitologi sumsum tulang menunjukkan peningkatan selularitas normoblastik berupa
hiperplasi trilinier seri eritrosit, megakariosit, dan mielosit. Sedangkan dari gambaran
histopatologi
sumsum
tulang
adanya
bentuk
morfologi
megakariosit
yang
Differential Diagnosis
A. Polisitemia Sekunder
Biasanya tidak disertai dengan penambahan jumlah lekosit dan trombosit, pada
pemeriksaan saturasi oksigen dalam eritrosit menurun (pada PV normal). Kadar alkali
fosfatase normal (pada PV meningkat). Pada polisitemia sekunder biasanya didapatkan
kelainan dasar penyakit seperti kelainan jantung bawaan, arterio venous shunt, penyakit
paru obstruktif menahun. Penyebab lain yang jarang dijumpai seperti tumor otak, tumor
ginjal, cushing sindrome, dan lain-lain. Hipoksemia biasanya disertai dengan sianosis
dan clubbing.
Pada polisitemia sekunder biasanya tidak disertai dengan penambahan jumlah
leukosit dan trombosit. Oleh karenanya M:E rasio dalam sumsum tulang berubah.
Pemeriksaan saturasi oksigen dalam eritrosit di dapatkan penurunan, sedangkan kadar
LAF normal.3
B. Mielofibrosis
Merupakan suatu penyakit klonal akibat proliferasi sel yang berasal dari sel induk
mieloid
karena
dapat
mengenai
seri
granulositik,
monositik,
eritroid,
Working Diagnosis
Polisitemia Vera
Polisitemia vera adalah suatu penyakit dimana terdapat hipervolumia, peningkatan
jumlah eritrosit dan hiperplasia sel-sel hemopoetik dengan proporsi yang masih normal. Dikenal
juga dengan nama penyakit Osler, penyakit Vaquez, dan polisitemia vera rubra.
Polisitemia vera merupakan suatu penyakit atau kelainan pada sistem mieloproliferatif
yang melibatkan unsur-unsur hemopoetik dalam sumsum tulang.
Polisitemia vera merupakan penyakit mieloproliferatif yang terjadi akibat ekspansi klonal
sel induk hematopoetik yang mengalami transformasi disertai pembentukan berlebihan eritrosit
dan ekspansi unsur granulositik dan mega kariositik.
Polisitemia vera merupakan suatu penyakit atau kelainan pada sistem mieloproliferatif
yang melibatkan unsur-unsur hemopoetik dalam sumsum tulang.
Polisitemia vera adalah keadaan seperti tumor dari organ yang menghasilkan sel darah merah,
hal ini akan menyebabkan produksi yang berlebihan dari sel darah merah, diikuti produksi yang
berlebihan dari sel darah putih dan platelet.2
Etiologi
Etiologi dari polisitemia vera masih belum diketahui secara pasti apakah disebabkan
adanya rangsangan ke sumsum tulang akibat adanya hipoksia atau melalui rangsangan
hormonal.2
Epidemiologi
Polisitemia vera biasanya mengenai pasien berumur 40-60 tahun, walaupun kadangkadang ditemukan 5% pada mereka yang berusia lebih muda. Angka kejadian polisitemia vera
ialah 7/1.000.000 penduduk dalam setahun. Penyakit ini dapat terjadi pada semua ras atau
bangsa, walaupun didapatkan angka kejadian yang lebih tinggi di kalangan bangsa Yahudi. Pada
pria didapatkan dua kali lebih banyak daripada wanita.
Polisitemia vera biasanya muncul pada usia pertengahan akhir, dan terdapat sedikit
predominansi laki-laki, relatif jarang ditemukan pada orang kulit hitam dan frekuensinya
meningkat pada orang Yahudi keturunan Eropa. Adapun kasus polisitemia vera pada kembar
monozigot (walaupun jarang) dan peningkatan minimal insidensi pada saudara pasien
mengisyaratkan peran genetik pada beberapa kasus.2
Patofisiologi
Polisitemia Vera merupakan
penyebabnya, suatu penelitian sitogenetik menemukan adanya kelainan molekular yaitu adanya
kariotip abnormal di sel induk hemopoisis yaitu kariotip 20q, 13q, 11q, 7q, 6q, 5q, trisomi 8, dan
trisomi 9. Penemuan mutasi JAK2V617F tahun 2005 merupakan hal yang penting pada
etiopatogenesis Polisitemia vera, dan membuat diagnosis Polisitemia Vera lebih mudah. JAK2
merupakan golongan tirosin kinase yang berfungsi sebagai perantara reseptor membran dengan
molekul signal intraselulur. Dalam keadaan normal proses eritropoisis dimulai dengan ikatan
eritropoitin (EPO) dengan reseptornya (EPO-R), kemudian terjadi fosforilasi pada protein JAK,
yang selanjutnya mengaktivasi
Transcription), molekul STAT masuk kedalam inti sel dan terjadi proses transkripsi. Pada
Polisitemia vera terjadi mutasi yang terletak pada posisi 617 (V617F) sehingga menyebabkan
kesalahan pengkodean quanin-timin menjadi valin-fenilalanin sehingga proses eritropoisis tidak
memerlukan eritropoitin. sehingga pada pasien Polisitemia Vera serum eritropoetinnya rendah
yaitu < 4 mU/mL, serum eritropoitin normal adalah 4-26 mU/mL.5,6
Hal ini jelas membedakan dari Polisitemia sekunder dimana eritropoetin meningkat
secara fisiologis (sebagai kompensasi atas kebutuhan oksigen yang meningkat), atau eritopoetin
meningkat secara non fisiologis pada sindrom paraneoplastik yang mensekresi eritropoetin.
Peningkatan hemoglobin dan hematokrit dapat disebabkan karena penurunan volume plasma
tanpa peningkatan sel darah merah disebut polisitemia relatif, misalnya pada dehidrasi berat, luka
bakar dan reaksi alergi.5,6
Mekanisme yang diduga menyebabkan peningkatan proliferasi sel induk
hematopoitik adalah :
hematopoitik normal
Beberapa hal yang dapat ditimbulkan oleh polisitemia vera antara lain:
1. Hiperviskositas
-
Manifestasi kardivaskuler
9
Trombosis vena atau tromboflebitis dengan emboli ( terjadi pada 30-50 % pasien )
Pruritus terjadi pada 50 % kasus, dan urtikaria terjadi pada 10 % kasus. Kemungkinan
disebabkan karena perubahan metabolisme histamin.
Sebagai akibat dari hiperplasia hemopoitik maka jumlah eritrosit akan meninggi, hematokrit
akan meninggi dan viskositas darah akan meninggi. Trombosit juga akan meninggi dan
peninggian trombosit dan adanya viskositas darah yang juga meninggi merupakan
predisposisi untuk terjadinya trombosis. Kemungkinan terjadi trombosis lebih besar lagi
mengingat penderita polisitemia vera biasanya pada penderita 40 tahunan dimana sudah
mulai terjadi arteriosklerosis.
Hipervolemia disertai viskositas darah yang tinggi akan menimbulkan dekompensasi kordis.
Meskipun terdapat trombositemia, sering dapat dijumpai perdarahan oleh akibat kerusakan
pembuluh darah akibat dari adanya hipervolemia.
Turnover dari asam nukleat meninggi akibat produksi sel yang meningkat yang akan
menimbulkan peninggian kadar asam urat yang dapat mengakibatkan serangan gout atau
terbentuknya urolithiasis.4,5
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Polisitemia Vera terjadi karena peningkatan jumlah total eritrosit akan
meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan penurunan kecepatan aliran
darah sehingga dapat menyebabkan trombosis dan penurunan laju transport oksigen. Kedua hal
tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai gejala dapat timbul
karena terganggunya oksigenasi organ yaitu berupa:
1. Hiperviskositas
10
Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebih jauh lagi akan menimbulkan
eritrostasis sebagai akibat penggumpalan eritrosit.
7. Gout.
Sebagai konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan splenomegali adalah
sekuentrasi sel darah makin cepat dan banyak dengan demikian produksi asam urat darah
akan meningkat. Di sisi lain laju fitrasi gromerular menurun karena penurunan shear rate.
Artritis Gout dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia.
8. Defisiensi vitamin B12 dan asam folat.
Laju siklus sel darah yang tinggi dapat mengakibatkan defisiensi asam folat dan
vitamin B12. Hal ini dijumpai pada 30% kasus Polisitemis Vera karena penggunaan
untuk pembuatan sel darah, sedangkan kapasitas protein tidak tersaturasi pengikat
vitamin B12 (Unsaturated B12 Binding Capacity) dijumpai meningkat > 75% kasus.
9. Muka kemerah-merahan (Plethora )
Gambaran pembuluh darah dikulit atau diselaput lendir, konjungtiva hiperemis
sebagai akibat peningkatan massa eritrosit.
10. Keluhan lain yang tidak khas seperti : cepat lelah, sakit kepala, cepat lupa, vertigo,
tinitus, perasaan panas.
11. Manifestasi perdarahan (10-20 %), dapat berupa epistaksis, ekimosis, perdarahan
gastrointestinal menyerupai ulkus peptikum. Perdarahan terjadi karena peningkatan
viskositas darah akan menyebabkan ruptur spontan pembuluh darah arteri. Pasien
Polisitemia Vera yang tidak diterapi beresiko terjadinya perdarahan waktu operasi atau
trauma.2
Penatalaksanaan
Prinsip Pengobatan
1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual) dan
mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.
2. Menghindari pembedahan efektif pada fase eritrositik atau polisitemia yang belum
terkendali.
3. Menghindari pengobatan berlebihan.
4. Menghindari obat yang mutagenik, teratogenik dan berefek sterilisasi pada pasien usia
muda.
5. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau kemoterapi sitostatik
pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan :
12
Leukositosis progresif.
Gejala sistemik yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukar dikendalikan,
penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang sulit diatasi.
Media Pengobatan
1. Flebotomi
Indikasi flebotomi :
-
Polisitemia sekunder fisiologis hanya dilakukan jika Ht > 55% (target Ht 55%)
Tujuan flebotomi :
-
Prosedur flebotomi :
1. 250 500 cc darah dikeluarkan dengan blood donor collection set standar setiap 2
hari. Pada pasien dengan usia lebih dari 55 tahun atau penyakit vascular aterosklerotik
yang serius, flebotomi hanya boleh dilakukan dengan prinsip isovolemik yaitu
mengganti plasma darah yang dikeluarkan dengan cairan pengganti plasma, untuk
mencegah timbulnya bahaya iskemia serebral atau jantung karena status hipovolemik.
2. Sekitar 200 mg besi dikeluarkan pada tiap 500 mL darah (normal total body iron 5
g). defisiensi besi merupakan efek samping pengobatan flebotomi berulang. Gejala
defisiensi besi seperti glositis, keilosis, disfagia dan astenia cepat hilang dengan
pemberian preparat besi.
2. Kemoterapi Sitostatika
Indikasi kemoterapi sitostatika :
-
diberikan sehari 2 kali dengan dosis 10-15 mg/kg BB/kali, jika telah tercapai target
dapat dilanjutkan dengan pemberian intermiten untuk pemeliharaan.
2. Klorambusil (Leukeran
Tidak mendapatkan hasil, dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama dan
diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
14
Komplikasi
a. Trombosis
Terjadi disebabkan oleh karena hiperviskositas, arteriosklerosis dan trombositosis.
b. Perdarahan
Disebabkan karena regangan pembuluh darah akibat adanya hipervolemia dan
gangguan fungsi trombosit.
c. Gagal jantung
Disebabkan
karena
beban
jantung
terlalu
berat
akibat
dari
hipervolemia,
Kesimpulan
16
Daftar Pustaka
1. Welsby. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinik. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC;2008.h.50-2.
2. Prenggono D.Polisitemia vera. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV.
Penerbit IPD FKUI. 2009: p.1214-19.
3. Supandiman I,Sumahtri R.Polisitemia Vera.Pedoman diagnosis dan terapi Hematologi
Onkologi Medik.2003: p.83-90.
4. Levine RL, Gilliland DG.Myeloproliferative Disorders. Blood.2008; p. 112:2190-98.
5. Mazza, Joseph J.Polycythemia Vera. Myeloproliferative Diseases. Manual of Clinical
Hematology.2002: p. 137-42.
6. Hillman.Robert S.Kenneth A. Polycythemia. Hematology in Clinical Practice.2005; p.125.
17