Anda di halaman 1dari 11

BAB II

Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Gangguan belajar (Learning Disorders) merupakan suatu kesulitan belajar pada anak dan
remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi
seorang anak dengan kemampuan akademik yang seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak
seusianya. Gangguan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau
menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan
perhatian, ingatan, dan mempengaruhi performa akademi.
Definisi gangguan belajar (Learning Disorders) menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders), yaitu:

Diagnosis gangguan belajar ditegakkan bila hasil yang dicapai di bidang membaca,
matematik, atau menulis dibawah hasil yang semestinya dapat dicapai sesuai dengan
tingkat usia, akademik, dan intelegensinya

Problem belajar erat kaitannya dengan pencapaian hasil akademik dan aktivitas seharihari. Orang dewasa dengan learning disorders biasanya mengalami kesulitan dalam
pekerjaan dan adaptasi sosialnya. Orang dengan learning disorders mempunyai proses
kognitif yang abnormal, yaitu kelainan di bidang persepsi visual, bicara, atensi, dan
daya ingat.

Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi dengan normal atau
bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu,
sedangkan pada anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif
secara luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar yaitu gangguan membaca, gangguan
menuliskan ekspresi, dan gangguan matematik. Dengan demikian, seorang anak dengan
gangguan belajar bisa mengalami kesulitan memahami dan mempelajari matematika yang
signifikan, tetapi tidak memiliki kesulitan untuk membaca, menulis, dan melakukan dengan
baik pada subjek yang lain. Gangguan belajar tidak termasuk masalah belajar yang
disebabkan terutama masalah penglihatan, pendengaran, koordinasi, atau gangguan
emosional.

B. Penyebab Gangguan Belajar

Meskipun penyebab gangguan belajar tidak sepenuhnya dimengerti. Mereka termasuk


kelainan pada proses dasar yang berhubungan dalam memahami atau menggunakan ucapan
atau penulisan bahasa atau numerik dan pertimbangan ruang.
Diperkirakan 3 sampai 15% anak bersekolah di Amerika Serikat memerlukan pelayanan
pendidikan khusus untuk menggantikan gangguan belajar. Anak laki-laki dengan gangguan
belajar bisa melebihi anak gadis lima banding satu, meskipun anak perempuan seringkali
tidak dikenali atau terdiagnosa mengalami gangguan belajar.
Kebanyakan anak dengan masalah tingkah laku tampak kurang baik di sekolah dan diperiksa
dengan psikologis pendidikan untuk gangguan belajar. Meskipun begitu, beberapa anak
dengan jenis gangguan belajar tertentu menyembunyikan gangguan mereka dengan baik,
menghindari diagnosa, dan oleh karena itu pengobatan, perlu waktu yang lama.

C. Ciri Dan Karakteristik Ganguan Belajar


Pada Pra Usia Sekolah
Terlambat bicara dibanding dengan anak seusianya
Memiliki kesulitan dalam pengucapan beberapa kata
Dibanding anak seusianya, penguasaan jumlah katanya lebih sedikit (terbatas)
Sering tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk satu kalimat yang akan
dikemukakan
Sulit mempelajari dan mengenali angka, huruf dan nama-nama hari
Sulit merangkai kata untuk menjadi sebuah kalimat
Sering gelisah yang berlebihan
Mudah terganggu konsentrasinya
Sulit berinteraksi dengan teman seusianya
Sulit mengikuti instruksi yang diberikan untuknya
Sulit mengikuti rutinitas tertentu
Menghindari tugas-tugas tertentu, misalnya menggunting dan menggambar
Pada Usia Sekolah
Daya ingatnya terbatas (relatif kurang baik)
Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca, Misalnya atau
biasanya, huruf d dibaca b (misalnya duku dibaca buku atau sebaliknya buku dibaca

duku), w dibaca m (misalnya waru dibaca baru atau sebaliknya baru dibaca waru), p
dibaca q , w dibaca m dan lain sebagainya. Bila ini yang terjadi mereka termasuk dalam
kelompok berkesulitan belajar disleksia.
Lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya.
Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matematika. Misalnya, tak
dapat membedakan arti dari simbol (minus) dengan simbol + (plus), simbol + dengan
simbol x (kali) dan lain sebagainya.
Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan
daya ingatnya.
Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu dengan tuntas.
Kalau ini yang terjadi mereka termasuk dalam kelompok berkesulitan belajar hiperaktif
atau GPPH (gangguan pemusatan pemikiran dan hiperaktifitas)
Impulsif (bertindak tanpa dipikir terlebih dahulu)
Sulit berkonsentrasi
Sering melanggar aturan yang ada, baik di rumah maupun di sekolah
Tidak mampu berdisiplin (sulit merencanakan kegiatan sehari-harinya)
Emosional (sering menyendiri), pemurung, mudah tersinggung, cuek terhadap
lingkungannya
Menolak bersekolah
Tidak stabil dalam memegang alat-alat tulis
Kacau dalam memahami hari dan waktu

D. Klasifikasi Gangguan Belajar


Pembagian / rincian lanjut Kaplan dan Snyder serupa dalam hal pembagian gangguan belajar
yang berdasarkan DSM IV. Gangguan belajar dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
1. Gangguan membaca
2. Gangguan matematika
3. Gangguan ekspresi tulisan
4. Gangguan belajar yang tidak ditentukan

GANGGUAN MEMBACA
Gangguan membaca ditandai oleh gangguan kemampuan untuk mengenali kata,
membaca yang lambat dan tidak tepat, dan pemahaman yang buruk tanpa adanya kecerdasan
yang rendah atau defisit sensorik yang bermakna. Anak dengan gangguan defisitatensi/hiperaktivitas (ADHD) memiliki resiko tinggi untuk gangguan membaca.
Pada dasarnya, pencapaian membaca di bawah tingkat yang diharapkan untuk usia,
pendidikan, dan kecerdasan anak, dan gangguan cukup bermakna mempengaruhi keberhasilan
akademik atau aktivitas harian yang melibatkan membaca.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi terentang 2-8%. Tiga sampai empat Kali lebih banyak anak laki-laki. Angka
untuk anak laki-laki mungkin meningkat, karena anak laki-laki dengan gangguan membaca
condong diambil karena kesulitan perilaku yang banyak.
ETIOLOGI
Tidak ada penyebab tunggal yang diketahui untuk gangguan membaca; karena banyak
disertai gangguan belajar dan kesulitan berbahasa, gangguan membaca kemungkinan adalah
multifactorial.
1. Pemaparan prenatal dengan penyakit infeksi maternal.
2. Genetic, cenderung menonjol diantara anggota keluarga orang yang terkena.
3. Model fungsi hemisferik serebral, menyatakan korelasi positif gangguan membaca
kebingungan antara kanan dan kiri (right-left confusion)
4. Beberapa penelitian terakhir (pemeriksaan tomografi computer [CT; computed
tomography]; pencitraan resonansi magnetic [MRI; magnetic resonance imaging], dan pada
otopsi) telah menunjukkan simetrisitas abnormal pada lobus temporalis dan parietas orang
dengan gangguan membaca.
Insidensi tinggi gangguan membaca cenderung ditemukan pada anak-anak dengan palsi
serebral yang memiliki kecerdasan normal. Insidensi gangguan membaca yang agak tinggi
ditemukan diantara anak epileptik. Komplikasi selama kehamilan; kesulitan pranatal dan
pascanatal, termasuk prematuritas; dan berat badan lahir rendah adalah sering ditemukan dalam
riwayat anak dengan gangguan membaca.
Gangguan membaca mungkin merupakan salah satu manifestasi dari keterlambatan
perkembangan atau keterlambatan maturasional. Peranan temperamental telah dilaporkan

berhubungan erat dengan gangguan membaca. Dibandingkan dengan anak-anak tanpa gangguan
membaca, anak-anak dengan gangguan membaca seringkali memiliki lebih banyak kesulitan
dalam memusatkan perhatian dan memiliki rentang perhatian yang pendek.
Beberapa penelitian menunjukkan suatu hubungan antara malnutrisi dan fungsi kognitif.
Gangguan membaca berat seringkali disertai dengan masalah psikiatrik.
DIAGNOSIS
Ciri diagnosis utama gangguan membaca adalah pencapaian membaca yang jelas di bawah
kapasitas intelektual seseorang. Ciri karakteristik lain adalah kesulitan dalam mengingat,
evokasi, dan mengikuti huruf dan kata yang dicetak; dalam memproses konstruksi tata bahasa
yang sulit; dan dengan membuat kesimpulan.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Ekspresi Tulisan
A. Keterampilan menulis, seperti yang diukur oleh tes baku yang diberikan secara individual
(atau penilaian fungsional keterampilan menulis), adalah jelas di bawah tingkat yang
diharapkan menurut usia kronologis pasien, intelegensia yang terukur, dan pendidikan
yang sesuai dengan usia.
B. Gangguan dalam kriteria A secara bermakna mengganggu pencapaian akademik atau
aktivitas kehidupan sehari-hari yang memerlukan komposisi teks tertulis (misalnya,
menulis kalimat yang tepat secara tata bahasa dan paragraf yang tersusun).
C. Jika terdapat defisit sensorik, kesulitan dalam keterampilan menulis adalah melebihi apa
yang biasanya berhubungan dengannya.
Tes Psikoedukasional
Disamping tes kecerdasan baku, tes diagnostik psikoedukasional harus dilakukan.
Kumpulan diagnostik dapat termasuk tes pengejaan baku, menulis suatu komposisi, memproses
dan menggunakan bahasa oral, dan mencontoh rancangan, suatu pertimbangan keadekuatan
penggunaan pensil. Kumpulan skrining proyektif dapat termasuk menggambar tokoh manusia,
tes mengisahkan gambar, dan melengkapi kalimat. Pemeriksaan harus juga termasuk pengamatan
sistematik dari variabel perilaku.
GAMBARAN KLINIS
Gangguan membaca biasanya tampak pada usia 7 tahun (kelas dua). Pada kasus berat,
bukti-bukti kesulitan mungkin tampak pada umur 6 tahun (kelas satu). Kadang-kadang gangguan
membaca terkompensasi pada tingkat dasar awal, terutama jika disertai dengan skor yang tinggi

pada tes kecerdasan. Pada kasus tersebut gangguan mungkin tidak terlihat sampai umur 9 tahun
(kelas empat) atau lebih lambat.
1. Membuat banyak kesalahan dalam membaca oralnya. Kesalahan membaca ditandai
oleh menghilangkan, menambahkan, atau penyimpangan kata.
2. Kesulitan membedakan antara karakter dan ukuran huruf.
3. Kecepatan membaca lambat, seringkali dengan pemahaman yang minimal.
4. Hampir semuanya pengeja yang buruk.
5. Masalah penyerta adalah kesulitan bahasa, yang terlihat sebagai gangguan diskriminasi
bunyi dan kesulitan dalam mengurutkan kata dengan tepat.
Anak tidak menyukai membaca dan menulis dan menghindarinya Kecemasan
meningkat, malu dan rendah diri karena kegagalan mereka yang terus menerus dan frustasi.
Anak yang lebih besar cenderung marah, terdepresi, menunjukkan harga diri yang buruk.
PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS
Kendatipun tanpa bantuan pengobatan, banyak anak dengan gangguan membaca akan
memperoleh sedikit informasi tentang bahasa tercetak selama dua tahun pertama dalam sekolah
dasar. Pada akhir kelas satu, beberapa anak telah belajar bagaimana membaca beberapa kata.
Tetapi, jika tidak diberikan intervensi pendidikan pengobatan pada kelas tiga, anak tetap
terganggu membacanya. Dalam keadaan yang paling baik, anak diklasifikasikan dalam risiko
untuk mengalami gangguan membaca selama bertahun-tahun sekolah taman kanak-kanak atau
pada awal kelas satu.
Jika pengobatan diberikan segera, kadang-kadang dapat dihentikan pada akhir kelas satu atau
dua. Pada kasus yang berat dan tergantung pada pola kelemahan dan kekuatan, pengobatan dapat
dilanjutkan sampai tahun-tahun sekolah menengah pertama dan atas. Anak-anak yang telah
mengkompensasi dengan memuaskan ataupun pulih dari gangguan membaca awal adalah banyak
ditemukan dalam keluarga dengan latar belakang sosioekonomi yang maju.
TERAPI
Terapi terpilih untuk gangguan membaca adalah pendekatan pendidikan pengobatan
(remedial educational approach). Seperti dalam psikoterapi, hubungan ahli terapi dan pasien
adalah penting untuk keberhasilan hasil terapi dalam terapi pendidikan pengobatan.
Anak-anak dengan gangguan membaca harus ditempatkan dalam kelas yang sedekat
mungkin dengan tingkat fungsional sosialnya dan diberikan tugas pengobatan khusus dalam

membaca. Masalah emosional dan perilaku yang ada bersama-sama harus diobati dengan cara
psikoterapi yang sesuai. Konseling parental mungkin juga menolong.

GANGGUAN MATEMATIKA
Gangguan matematika sebenarnya adalah suatu ketidakmampuan dalam melakukan
keterampilan aritmatika yang diharapkan untuk kapasitas intelektual dan tingkat pendidikan
seseorang. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi 4 (DSM-IV),
gangguan matematika adalah salah satu gangguan belajar.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 6% pada anak usia sekolah yang tidak mengalami retardasi mental. Gangguan
mungkin lebih sering pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.
ETIOLOGI
Penyebab gangguan matematika adalah tidak diketahui. Suatu teori awal mengajukan
defisit neurologis di hemisfer serebral kanan, terutama di lobus ospitalis. Daerah tersebut adalah
bertanggung jawab untuk memproses stimuli visual-spasial yang, sebaliknya, adalah
bertanggung jawab untuk keterampilan matematika.
Pandangan sekarang adalah bahwa penyebabnya adalah multifaktor. Faktor maturasional,
kognitif, emosional, pendidikan, dan sisioekonomi menyebabkan berbagai derajat dan kombinasi
untuk gangguan matematika.
DIAGNOSIS
Pada kasus gangguan matematika yang tipikal, pertanyaan yang cermat tentang riwayat
kinerja sekolah anak mengungkapkan kesulitan awal dengan subjek aritmatika. Diagnosis
definitif dapat dibuat hanya setelah anak mengerjakan tes aritmatika baku yang diberikan secara
individual dan nilainya jelas di bawah tingkat yang diharapkan, dengan mengingat sekolah dan
kapasitas intelektual anak seperti yang diukur dengan tes kecerdasan baku. Gangguan
perkembangan pervasif dan retardasi mental harus disingkirkan sebelum menegakkan diagnosis
gangguan matematika. Kriteria diagnostik untuk gangguan matematika diberikan dalam tabel
36.2-1
GAMBARAN KLINIS
Sebagian besar anak dengan gangguan matematika dapat diklasifikasikan selama kelas
dua dan tiga dalam sekolah dasar. Kinerja anak yang terkena dalam menangani konsep angka

dasar, seperti menghitung dan menjumlahkan bahkan satu angka, adalah lebih rendah secara
bermakna dibandingkan aturan yang diharapkan menurut usianya, tetapi anak menunjukkan
keterampilan intelektual yang normal pada bidang lain.
Selama dua atau tiga tahun pertama sekolah dasar, seorang anak dengan gangguan
matematika tampak mengalami kemajuan dalam matematika dengan menyandarkan pada ingatan
hafalan. Tetapi dengan segera, saat aritmatika berkembang menjadi tingkat yang kompleks yang
memerlukan diskriminasi dan manipulasi hubungan ruang dan numerik, adanya gangguan
menjadi dicurigai.
PERJALANAN PENYAKIT
Gangguan matematika biasanya tampak pada saat anak berusia 8 tahun (kelas tiga). Pada
beberapa anak gangguan tampak pada usia 6 tahun (kelas satu), dan pada anaka lain tidak terlihat
sampai usia 10 tahun (kelas lima) atau lebih lambat.
Komplikasi termasuk kesulitan akademik yang terus menerus, konsep diri yang buruk,
depresi, dan frustasi. Komplikasi tersebut selanjutnya dapat menyebabkan keengganan masuk
sekolah, membolos, atau gangguan konduksi.
TERAPI
Terapi yang paling efektif sekarang ini untuk gangguan matematika adalah pendidikan
pengobatan.
GANGGUAN EKSPRESI TULISAN
Gangguan ekspresi tulisan ditandai oleh keterampilan menulis yang secara bermakna di bawah
tingkat yang diharapkan menurut usia, kapasitas intelektual, dan pendidikan seseorang seperti
yang diukur dengan tes yang baku.
Beberapa dekade lalu pendapatnya adalah bahwa ketidakmampuan menulis tidak terjadi
tanpa adanya gangguan membaca, tetapi sekarang telah diketahui bahwa gangguan ekspresi
menulis dapat terjadi sendirian. Ketidakmampuan menulis seringkali disertai dengan gangguan
belajar lainnya tetapi dapat didiagnosis lebih lambat dari yang lainnya, karena menulis ekspresif
didapat lebih lambat daripada bahasa dan membaca.
Epidemiologi
Prevalensi diperkirakan 3-10% usia sekolah. Rasio laki-laki:wanita tidak diketahui. Anak
yang terkena seringkali dari keluarga dengan riwayat gangguan tersebut.
Etiologi

Satu hipotesis menyatakan bahwa gangguan ekspresi menulis disebabkan dari kombinasi
efek satu atau lebih gangguan-gangguan berikut ini: gangguan bahasa ekspresif, gangguan
bahasa

reseptif/ekspresif,

dan

gangguan

membaca.

Pandangan

tersebut

menyatakan

kemungkinan adanya defek atau malfungsi neurologis dan kognitif di suatu tempat di area pusat
pemroses informasi di otak.
Predisposisi herediter dinyatakan oleh temuan empiris bahwa sebagaian besar anak
dengan gangguan ekspresi menulis memiliki sanak saudara dengan gangguan.
Karakteristik temperamental mungkin memiliki peranan, terutama dengan karakteristik
tertentu seperti rentang perhatian pendek dan mudah dialihkan perhatiannya.
Diagnosis
Diagnosis gangguan ekspresi menulis dibuat berdasarkan prestasi seseorang yang terus
menerus buruk pada komposisi teks tertulis. Adanya gangguan berat, seperti gangguan
perkembangan pervasif atau retardasi mental, dapat menghilangkan diagnosis gangguan ekspresi
menulis. Gangguan lain yang harus dibedakan dari gangguan ekspresi menulis adalah gangguan
komunikasi, gangguan membaca, dan gangguan penglihatan dan pendengaran.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Ekspresi Tulisan
A. Keterampilan menulis, seperti yang diukur oleh tes baku yang diberikan secara individual
(atau penilaian fungsional keterampilan menulis), adalah jelas di bawah tingkat yang
diharapkan menurut usia kronologis pasien, inteligensia yang terukur, dan pendidikan
yang sesuai dengan usia.
B. Gangguan dalam kriteria A secara bermakna mengganggu pencapaian akademik atau
aktivitas kehidupan sehari-hari yang memerlukan komposisi teks tertulis (misalnya,
menulis kalimat yang tepat secara tata bahasa dan paragraf yang tersusun).
C. Jika terdapat defisit sensorik, kesulitan dalam keterampilan menulis adalah melebihi apa
yang biasanya berhubungan dengannya.
Gambaran Klinis
Anak-anak dengan gangguan ekspresi menulis menunjukkan kesulitan pada kelas-kelas
pertamanya dalam mengeja kata dan mengekspresikan pikirannya menurut aturan tata bahasa
yang sesuai menurut usianya. Kalimat yang diucapkan dan ditulis mengandung kesalahan tata
bahasa yang tidak lazim dan susunan paragraf yang buruk. Selama dan setelah kelas dua, anakanak seringkali membuat kesalahan tata bahasa sederhana dalam menulis kalimat pendek.

Sebagai contohnya, mereka seringkali gagal, walaupun terus menerus diingatkan, untuk memulai
huruf pertama suatu kalimat dengan huruf kapital dan mengakhiri kalimat dengan spasi.
Saat mereka menjadi semakin besar dan naik ke kelas yang lebih tinggi di sekolahnya,
kalimat yang diucapkan dan ditulis anak tersebut menjadi lebih primitif, aneh, dan inferior
dibandingkan apa yang diharapkan dari pelajar dalam kelasnya.
Ciri penyerta gangguan ekspresi menulis adalah penolakan atau keengganan untuk pergi
ke sekolah dan untuk melakukan pekerjaan rumah tertulis, prestasi akademik yang buruk dalam
bidang lain (seperti matematika), tidak memiliki minat seluruhnya dalam pekerjaan sekolah,
membolos, defisit-atensi, dan gangguan konduksi.
Sebagian besar anak dengan gangguan ekspresi menulis menjadi frustasi dan marah
karena perasaan ketidakmampuan mereka dan kegagalan dalam prestasi akademik. Mereka
mungkin memiliki gangguan depresif kronis sebagai akibat dari semakin meningkatnya rasa
isolasi, dijauhi, dan kekecewaan.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Karena gangguan menulis, bahasa, dan membaca seringkali terjadi bersama-sama dan
karena seorang anak normalnya berbicara dengan baik sebelum belajar membaca dan belajar
membaca dengan baik sebelum menulis baik, seorang anak dengan ketiga gangguan tersebut
memiliki gangguan bahasa ekspresif yang didiagnosis pertama kali dan gangguan ekspresi
menulis yang didiagnosis terakhir.
Pada kasus yang parah suatu gangguan ekspresi menulis terlihat pada usia 7 tahun (kelas
dua); pada kasus yang kurang parah gangguan mungkin tidak terlihat sampai usia 10 tahun (kelas
lima).
Terapi
Terapi yang terbaik sekarang ini adalah pendidikan pengobatan. Terapi gangguan
memerlukan hubungan pasien dan ahli terapi yang optimal, seperti dalam psikoterapi.
Keberhasilan atau kegagalan dalam mempertahankan motivasi pasien sangat mempengaruhi
kemanjuran terapi jangka panjang.

GANGGUAN BELAJAR YANG TIDAK DITENTUKAN


Gangguan belajar yang tidak ditentukan (NOS: not otherwise specified) adalah suatu kategori
baru dalam DSM IV untuk gangguan yang tidak memenuhi criteria salah satu gangguan belajar

spesifik tetapi yang menyebabkan gangguan dan mencerminkan ketidakmampuan belajar


dibawah tingkat yang diharapkan menurut intelegensia, pendidikan dan usia seseorang.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Belajar yang Tidak Ditentukan:
Kategori ini adalah untuk gangguan dalam belajar yang tidak memenuhi criteria untuk gangguan
belajar spesifik. Kategori ini mungkin berupa masalah dalam ketiga bidang seluruhnya
(membaca, matematika, ekspresi tulisan) yang bersama-sama secara bermakna mengganggu
pencapaian akademik walaupun prestasi pada tes yang mengukur masing-masing ketrampilan
individual adalah tidak jelas dibawah dari yang diharapkan menurut usia kronologis pasien,
intelegensia yang terukur dan pendidikan yang sesuai dengan usia.

Anda mungkin juga menyukai