OLEH :
DIAN PRASTIWI
14.401.11.023
ii
OLEH :
DIAN PRASTIWI
14.401.11.023
ii
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Dian Prastiwi
Judul
ASUHAN
KEPERAWATAN
TERMOREGULASI
GANGGUAN
PENINGKATAN
SUHU
DALAM
RSUD
GENTENG
BANYUWANGI
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
Tanggal : 28 Juni 2014.
Oleh :
Pembimbing
Sayektiningsih, SST.,MM.
NIK : 200603.02
Mengetahui
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
Direktur,
iii
iv
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dian Prastiwi
14.401.11.023
Mengetahui,
Pembimbing
Sayektiningsih SST.,MM
NIK: 200603.02
vi
Motto :
Orang hebat tidak
dihasilkan melalui
kemudahan, kesenangan
atau kenyamanan. Tapi
mereka dibentuk melalui
kesukaran, tantangan dan
air mata
vi
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T berkat rahmat, taufik dan
hidayahnya Karya Tulis ilmiah ini dapat saya selesaikan dengan baik. Karya Tulis
Ilmiah ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku Pak Timbul dan Ibu Kusmiati yang telah memberikan
dukungan baik materi maupun moril yang tidak akan terganti oleh apapun,
serta doa yang selalu beliau panjatkan untukku selama penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Kakakku Kusuma Danu yang telah memberikan dukungan dan Doa dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah.
3. Semua keluarga besarku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang
telah memberikan doa dan support dalam penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah.
4. Sahabat-sahabat ku yang selama ini menemaniku selama 3 tahun dan
melewati susah senang selama penyelesaian Karya Tulis Ilmiah Linur,
Fina, Eka, Mbk Sofi.
5. Teman teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan memberi dorongan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Almamater ku AKPER RUSTIDA.
vii
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena hanya
dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah penelitian dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN TERMOREGULASI : PENINGKATAN SUHU TUBUH
PADA PASIEN TYPHOID DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUD
GENTENG BANYUWANGI dapat terselesaikan dengan baik sebagai
persyaratan Akademik untuk menyusun KTI dalam rangka menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan di Akademi Kesehatan Rustida.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Anis Yuliastutik S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Direktur Akademi
Kesehatan Rustida
2. Bapak Aripin S.Kep.,Ns Selaku Kepala Prodi D-III Keperawatan Akademi
Keshatan Rustida
3. Ibu Sayektiningsih SST.,MM dan selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan tekun dan
sabar dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Firdawsyi Nuzula S.Kp selaku Pembimbing Asuhan Keperawatan
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan tekun dan
sabar dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
viii
ix
5. Ibu Sri Widodo Yuliati, S.Kep.,Ns beserta staf perawat di Ruang Penyakit
Dalam RSUD Genteng yang memberikan ijin kepada penulis untuk
melalukan studi kasus dan telah memberikan bimbingan serta pengarahan
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
6. Semua Dosen Program Studi D-III Keperawatan Akademi Kesehatan
Rustida yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis sebagai bekal
dalam pembuatan KaryaTulis Ilmiah ini.
7. Bapak, ibu, kakak ku dan seluruh keluarga yang telah memberikan
dorongan dan doa untuk keberhasilan ini.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi D-III Keperawatan Rustida yang
telah banyak memberikan ilmu kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan. Dan
semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca
serta perkembangan ilmu keperawatan pada umumnya.
Dian Prastiwi
14.401.11.023
ix
DAFTAR ISI
xi
xi
xii
LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Angka kejadian demam typhoid
tahun 2010 sebanyak 601 dan tahun 2011 sebanyak 301 (Dinkes Banyuwangi
2011).
Kuman Salmonella thypi masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi akan masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid
kuman salmonella typhi berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan
mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian
melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu
(Haryono,2012). Pada minggu pertama terjadi hyperplasia (pembesaran selsel) plak player, disusul minggu kedua terjadi nekrosis dalam minggu ketiga
terjadi ulserasi plak player selanjutnya minggu keempat terjadi penyembuhan
dengan menimbulkan jaringan parut (Suratun, 2012). Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan sampai perforasi usus. Hepar, kelenjar mesenterikal
dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan
gejala saluran cerna karena kelainan pada usus halus (Dermawan, 2010 ).
Sampai saat ini masih dianut trilogy penatalaksanaan demam typhoid
pemberiaan antibiotic, istirahat/bedrest untuk mencegah komplikasi dan diet
pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya
nasi sesuai tingkat kesembuhan (Mansjoer, 2000).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah
bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gangguan Termoregulasi : Peningkatan
rencana
Asuhan
Keperawatan
Dengan
D. Sistematika Penulisan
Meliputi :
1. Bagian awal terdiri : halaman sampul, kata pengantar, daftar isi
2. Bagian inti terdiri
BAB II
TINJAUAN TEORI
terutama
menyerang
bagian
saluran
pencernaan
(Suratun,2012).
Typhoid adalah penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
salmonella typhi A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal,
makanan dan minuman yang terkontaminasi (Padila, 2013).
2. Etiologi typhoid abdominalis
Etiologi menurut Haryono, 2012. Demam typhoid timbul akibat dari
infeksi oleh bakteri golongan salmonella yang memasuki tubuh melalui
saluran pencernaan.
a. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam
antigen:
1) Antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida)
2) Antigen H (flagella)
instabilitas
vaskuler,
gangguan
mental
dan
koagulasi)
4. PATHWAY
air dan makanan yang mengandung kuman salmonella typhi
Masuk ke saluran pencernaan
Lambung
Usus halus
Mual muntah
Anoreksia
bakterimia
Diare
Output berlebihan
Resiko deficit volume
cairan
reaksi peradangan
pelepasan zat pirogen
pusat termogulasi tubuh
Demam
Hepetermi
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
10
11
d. Pemeriksaan widal
Hasil pemeriksaan test widal dianggap positif mempunyai arti klinis
sebagai berikut menurut Harti, 2010 :
a. Titer antigen O sampai 1/80 pada awal penyakit berarti suspek
demam typhoid, kecuali pasien yang telah mendapat vaksinasi.
b. Titer antigen O diatas 1/160 berarti indikasi kuat terhadap demam
typhoid.
c. Titer antigen H sampai 1/40 berarti suspek terhadap demam
typhoid kecuali pada, pasien yang divaksinasi jauh lebih tinggi.
d. Titer antigen H diatas 1/80 memberi indikasi adanya demam
typhoid.
e. Pemeriksaan urine, didapatkan proteinurine ringan (<2 gr/liter) dan
leukosit dalam urine.
f. Pemeriksaan tinja, kemungkinan terdapat lendir dan darah karena
terjadi pendarahan usus dan perforasi. Biakan tinja untuk menemukan
salmonella typhi dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta biakan
urine pada minggu ketiga dan keempat.
g. Pemeriksaan radiologi, pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada
kelainan atau komplikasi akibat demam typhoid (Suratun, 2010).
7. Penatalaksanaan typhoid abdominalis
Pengobatan atau penatalaksanaan pada penderita typhoid menurut
Suratun,2010:
12
13
14
B. Konsep Hipertermi
Pemenuhan kebutuhan dasar manusia ada beberapa macam, diantaranya
yaitu kebutuhan keamanan atau perlindungan salah satunya yaitu hipertermi
atau demam. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
normal (NANDA, 2012). Menurut Maryunani (2010), demam (hipertermi)
adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan
merupakan gejala dari suatu penyakit. Sebagian besar demam berhubungan
dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau sistemik.
Tanda klinis dari demam
1. Denyut jantung meningkat
2. Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat
3. Menggigil
4. Pucat, kulit dingin (selama fase menggigil)
5. Kulit kemerahan dan hangat
6. Mengeluh merasa dingin (selama fase menggigil)
7. Bulu roma berdiri pada kulit (selama fase menggigil)
15
16
keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan
pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya
untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain:
ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan
fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium
serta penunjang lain yang tepat. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada
demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan
dan gejala lain yang menyertai demam (NANDA, 2012).
C. Konsep Asuhan Keperawatan Typhoid Abdominalis
1. Pengkajian typhoid abdominalis
a. Pengkajian
1) Identitas
Typhoid lebih banyak menyerang pada anak usia 12-13 tahun (7080%), pada usia 30-40 tahun (10-20%) dan diatas usia pada anak
12-13 tahun sebanyak (5-10%) (Mansjoer, 2000). Demam typhoid
pada umumnya terjadi pada masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah. Angka kejadian tinggi pada daerah tropik
dibandingkan daerah berhawa dingin (Smeltzer, 2001).
2) Alasan utama MRS
Pasien mengalami demam bersifat remiten suhu meningkat setiap
hari menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore serta malam
hari (Dermawan, 2010). Nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
17
18
2) Tanda-tanda vital
Pada
pasien
typhoid
mengalami
demam
tinggi
yang
denyut
nadi
lemah,
pernapasan
semakin
cepat
(Haryono,2012).
3) Pemeriksaan persystem
a) System pernafasan
I: Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
P: Tidak ada nyeri tekan
P: Sonor
A: Terkadang terdapat bunyi napas tambahan seperti ronchi
(Suratun, 2010).
b) System kardiovaskuler
I : Bentuk dada
P: Peningkatan denyut jantung Ictus cordis teraba pada ics 5-6
P: Peka
A: S1 S2 tunggal (Suratun, 2010).
c) System syaraf
Penurunan Kesadaran biasanya terjadi pada keadaan yang lebih
berat yaitu apatis sampai samnolen jarang sampai koma
(NANDA, 2012).
19
d) System eliminasi
Pada pasien typhoid kadang-kadang mengalami diare atau
konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan
(kurang dari normal) normal 1/2 1 cc/kgbb/jam (Haryono,
2012).
e) System pencernaan
I: Bibir kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih
kotor (coated tongue) ditepi dan ujung kemerahan, nafas
berbau tidak enak.
A: Bising usus menurun < 6-12x/menit jika pasien mengalami
konstipasi. Bising usus akan meningkat pada pasien yang
mengalami diare.
P: Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan bawah dan daerah
abdomen
P: Hipertimpani (kembung) (Dermawan, 2010).
f) System integument
Turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat
(Haryono, 2012). Bintik merah pada kulit (roseola) akibat
emboli basil dalam kapiler kulit (Dermawan, 2010).
g) System musculukeletal
Biasanya pada pasien tyhpoid mengalami badan lemah
(Haryono, 2012).
20
h) System endokrin
Pada kasus typhoid jarang ditemukan kelainan pada system
endokrin (Suratun, 2010).
4) Pola kebutuhan sehari-hari
a) Pola aktivitas
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan
fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat
penyakitnya (Haryono, 2012).
b) Pola istirahat tidur
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan
yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu
tidur (Haryono, 2012).
c) Pola nutrisi
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama
sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah ( Haryono, 2012).
d) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi
karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan ( Haryono, 2012).
e) Pola psikologis
Psikososial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis
pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dialami, apakah
21
pasien
dapat
menerima
pada
apa
yang
dideritanya
(Haryono,2012).
f) Pola persepsi dan konsep diri
Adakah gangguan konsep diri ( Haryono, 2012).
g) Pola peran dan hubungan
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan mengalami hambatan dalam menjalankan
perannya selama sakit ( Haryono, 2012).
h) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya gangguan dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari
(Haryono, 2012).
i) Pola reproduksi dan seksual
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang telah atau
sudah menikah akan terjadi perubahan ( Haryono, 2012).
j) Pola persepsi dan pengetahuan
Persepsi terhadap status kesehatan saat ini dan sampai sejauh
mana
pasien
memahami
penyakit
dan
perawatanya
(Haryono,2012).
k) Pola penanggulangan stress
Kaji apakah yang biasa dilakukan pasien dalam menghadapi
setiap stressor ( Haryono, 2012).
22
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi:
1) Pemeriksaan darah tepi: dapat ditemukan leucopenia, limfositosis
relative, aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
2) Biakan empedu: basil salmonella typhii ditemukan dalam darah
penderita biasanya dalam minggu pertama sakit.
3) Uji widal
Hasil pemeriksaan test widal dianggap positif mempunyai arti
klinis sebagai berikut menurut Harti, 2010 :
a) Titer antigen O sampai 1/80 pada awal penyakit berarti
suspek demam tifoid, kecuali pasien yang telah mendapat
vaksinasi.
b) Titer antigen O diatas 1/160 berarti indikasi kuat terhadap
demam tifoid.
c) Titer antigen H sampai 1/40 berarti suspek terhadap demam
tifoid kecuali pada, pasien yang divaksinasi jauh lebih
tinggi.
d) Titer antigen H diatas 1/80 memberi indikasi adanya
demam tifoid.
4) Pemeriksaan SGOT dan SGPT pada demam typhoid sering kali
meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid
(Haryono, 2012).
23
kelainan
atau
komplikasi
akibat
demam
typhoid
(Suratun,2010).
d. Penatalaksanaan
Pengobatan atau penatalaksanaan pada penderita typhoid menurut
Suratun, 2010:
1) Bed
rest
untuk
mencegah
komplikasi
dan
mempercepat
24
dari bubur saring, bubur kasar hingga nasi. Diet tinggi serat akan
meningkatkan kerja usus sehingga resiko perforasi usus lebih
tinggi.
3) Pemberian anti biotika
a) Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral selama 10 hari.
b) Kotrimoksazol 6 mg/kgbb/hari, IV atau IM sekali sehari selama
5 hari.
c) Seftriakson 80 mg/kgbb/hari, oral dibagi dalam 2 dosis selama
10 hari.
d) Untuk anak pilihan antibiotik yang utama adalah kloramfenikol
selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan kuman
serta waktu perawatan dipersingkat.
4) Anti radang (anti inflamasi). Kortikosteroid diberikan pada kasus
berat dengan gangguan kesadaran. Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari
IV, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
5) Anti piretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol.
6) Anti emetic untuk menurunkan keluhan mual dan muntah pasien.
2. Diagnose keperawatan
a. Hipertermi
berhubungan
(NANDA,2012).
Batasan karakteristik:
dengan
infeksi
salmonella
typhi
25
26
pemasukan
atau
mencerna
makanan
atau
rasa
nyaman
(Nyeri
akut)
berhubunngan
dengan
27
ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Batasan karakteristik:
Mengucapakan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat,
posisi untuk menghindari nyeri, perubahan tonus otot (dengan rentang
dari lemas tidak bertenaga sampai kaku), respon autonomik (misalnya:
perubahan tekanan darah, pernapasan, nadi, dilatasi pupil, pucat),
perubahan selera makan, perilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir,
mencari orang dan/atau aktivitas lain, aktivitas berulang), perilaku
ekspresif (misalnya: gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang),
wajah topeng (nyeri), perilaku menjaga atau sikap melindungi, fokus
menyempit (gangguan persepsi waktu, gangguan proses pikir,
interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun), bukti nyeri
yang dapat diamati, berfokus pada diri sendiri, ganguan tidur (mata
terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu dan
menyeringai).
Faktor yang berhubungan:
Agen-agen penyebab cidera (biologis, kimia, fisik, dan psikologis)
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan
nutrisi (mual,muntah), pembatasan aktifitas (Suratun, 2010).
Batasan karakteristik
28
berhubungan
dengan
infeksi
salmonella
typhi
(NANDA,2012).
Tujuan
hipertermi teratasi.
Kriteria hasil (NOC) : Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37oC/),
Nadi dan RR dalam rentang normal, Tidak ada perubahan warna kulit,
tidak ada pusing dan merasa nyaman.
Intervensi (NIC) :
1) Kaji dan catat suhu tubuh setiap 2 jam atau 4 jam.
Rasional: sebagai dasar untuk menentukan intervensi
2) Observasi membran mukosa, pengisian kapiler, turgor kulit.
Rasional : untuk mengidentifikasi tanda-tanda dehidrasi akibat
panas.
3) Berikan minum 2-2,5 liter sehari/24 jam
29
30
Tujuan
31
32
33
Intervensi (NOC):
1) Kaji nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, durasi, frekuensi,
kualitas, dan faktor presipitasi
Rasional: Perubahan karakteristik nyeri menunjukkan penyebaran
penyakit atau terjadi komplikasi
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Rasional: Reaksi non verbal menunjukkan tingkat nyeri yang
dirasakan
3) Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri, seperti suhu
ruangan dan kebisingan
Rasional: Lingkungan yang nyaman dapat meminimalkan stresor
yang dirasakan
4) Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi relaksasi
Rasional: Relaksasi dapat melepaskan ketegangan emosional dan
meningkatkan koping
5) Ajarkan tehnik distraksi
Rasional: Distraksi merupakan pengalihan perhatian dalam
membantu menurunkan rasa nyeri
6) Pantau keefektifan kontrol nyeri
Rasional: Mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan
7) Bantu pasien dalam mengatur posisi yang nyaman untuk
mengurangi rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan
34
35
36
implementasi
yang
dilakukan,
maka
evaluasi
yang
:
a. Pasien dan keluarga akan menunjukkan metode yang tepat untuk
mengukur suhu
b. Pasien dan keluarga akan menjelaskan tindakan untuk mencegah
atau meminimalkan peningkatan suhu tubuh
c. Pasien dan keluarga akan melaporkan tanda dan gejala dini
hipetermi
:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37oC)
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit
d. Tidak ada pusing dan klien merasa nyaman
: Tujuan tercapai
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas
1. Identitas pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 55 th
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sumbergondo RT 3 RW 1 Glenmore
Suku bangsa
: Madura
Status pernikahan
: Kawin
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
:IRT
No. Register
: 230271
Diagnosa medis
Tanggal masuk
: 2 Juni 2014
: Ny. R
Umur
: 35 th
37
38
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
: Dagang
Suku bangsa
: Madura
Status pernikahan
: Nikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
39
meningkat pada malam hari serta pagi hari turun. Bila demam
dirasakan pasien mengeluarkan keringat. Klien mengatakan sudah
berobat di petugas kesehatan tetapi tidak kunjung sembuh. Suhu
tubuh pasien 38,8 C.
b.
c.
d.
Riwayat lingkungan
Pasien mengatakan tinggal di daerah pedesaan
6. Genogram
Keterangan
:
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
40
= Laki-laki meninggal
= Perempuan meninggal
= Tinggal serumah
7. Pola fungsi tatalaksana kesehatan
a.
b.
c.
Pola eliminasi
1)
Eliminasi urine
Pasien mengatakan BAK lancar warna kuning jernih
2)
Eliminasi alvi
Pasien mengatakan BAB hitam seperti petis.Pasien
mengatakan di rumah sudah 2 kali BAB seperti ini.
d.
mengatakan
aktivitas
terganggu
akibat
kelemahan
41
e.
f.
Pola psikologis
Pasien menerima keadaan sakit seperti ini dengan tabah dan sabar.
g.
Identitas diri
Pasien berjenis kelamin perempuan.Klien adalah seorang
istri dan ibu rumah tangga.
2)
Peran diri
Peran diri pasien sebagai ibu rumah tangga dan sebagai istri
3)
Gambaran diri
Pasien menerima penyakitnya ini dengan tabah dan
sabar.Pasien merasa ini hanya cobaan dari Tuhan.
4)
Ideal diri
Pasien merasa sebagai seorang yang berharga walaupun
keadaannya seperti ini dan mengatakan ingin cepat sembuh.
5)
Harga diri
Pasien tidak merasa minder dengan penyakit yang
dideritanya.
42
h.
i.
j.
k.
pelaksanaan
ibadah
sehari-hari
8. Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum
1. K/u lemah
2. Terpasang infuse RL 20 tpm di tangan kiri
3. Kesadaran composmetis GCS 4-5-6
4. Pasien bedrest
5. Klien tampak pucat
6. Berkeringat banyak
b.
: 110/70 mmhg
: 110 x/menit
pasien
mengatakan
43
c.
: 38,8C
RR
: 20 x/menit
Antropometri
BB sebelum sakit : 53 kg
BB saat sakit : 52 kg
d.
Palpasi
Perkusi
: Sonor
Bentuk
dada
simetris,
tampakICS
4,5mid
clavikula
Palpaasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa
Perkusi
: Peka
Auskultasi : S1 S2 tunggal
3) Sistem persarafan
Pada system persyarafan tidak mengalami gangguan
44
4) Sistem perkemihan
Tidak ada nyeri saat berkemih, tidak ada jejas, pasien
mengatakan dalam BAK lancar warna kuning
5) Sistem pencernaan
Inspeksi
Perkusi
: Hipertimpani (kembung)
6) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe.
7) Sistem reproduksi
Pasien mengatakan masih menstruasi tetapi tidak rutin.
8) Sistem muskuluskeletal
Pengkajian tanggal 2 Juni 2014
Tidak terjadi perubahan, kulit tampak pucat, warna kulit
kemerahan, tidak ada odem, akral hangat, gerakan terbatas
karena terdapat infuse di tangan kiri, turgor kulit menurun
5555 5555
kembali >2detik, kekuatan otot
555
555
45
46
9. Pemeriksaan penunjang
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Hitung jenis
- Eosinofil
- Basofil
- Netrofil
- Lymfosit
- Monosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
Total kolestrol
Glukosa acak
Asam urat
Fungsi hati
- SGOT
- SGPT
Widal
- Typi O
- Typi H
10. Terapi
Terapi UGD tanggal 2 Juni 2014
1. IVFD : RL 20 tpm
2. Cefotaxim 1gr/IV
3. Tramadol 1 amp/IV
4. Ranitidine 1 amp/IV
5. Kalnex 500 mg/IV
6. Plantacyd 3x1 sdm/oral
7. Lanzoprazole 1-0-1/oral
Terapi tanggal 3 Juni 2014
1. Cefriaxone 3x1 gr/IV
Hasil
13,9 g/dl
15.930
Nilai normal
15,0-16,00 g/dl
4.000-11.000/uL
0
0
74
20
6
4,4 juta
36
378.000
179
157
7,3
0-4 %
0-1 %
46-73 %
18-44 %
3-9 %
3,0-6,0 juta/UL
37-47 %
150.000-400.000/UL
150-230 mg%
<135 mg %
2,4-5,7 (mg/dl)
95
65
<32 U/L
<31 U/L
1/320
1/160
47
48
A. ANALISA DATA
Nama klien
: Ny. S
No. rgister
: 230271
Rawat hari ke : I
No.
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1. Ds :
Makanan yang
Hipetermi
- Klien mengatakan mengandung Salmonella
I minggu panas
typhi
naik turun
- Saat
pengkajian
Masuk lambung (usus
pasien mengeluh
halus)
badan panas
Do:
Respon imunitas humoral
- TTV
mukosa (IgA) usus
TD: 110/70 mmhg
kurang baik
N: 110 x/menit
S: 38,8 C
S. typhi berkembang biak
- Akral hangat
di limfosit
- Turgor
kulit
menurun >2dtk
Bakterimia
- Berkeringat banyak
- Mukosa
bibir
Reaksi peradangan
pecah-pecah
Mempengaruhi
- Kulit kemerahan
termoregulasi tubuh
- Typi O : 1/320
Demam
- Typi H : 1/160
Hipetermi
Makanan yang
2. Ds:
Nyeri (perut)
mengandung Salmonella
- Klien mengatakan
typhi
nyeri pada perut,
Masuk lambung (usus
nyeri
dirasakan
halus)
seperti
ditusukS. typhi berkembang biak
tusuk
di limfosit
Do:
plak payeri mengalami
- TTV
hiperplasia
TD : 110/70 mmhg
nyeri (perut)
N : 110 x/menit
49
S: 38,8 C
-
Pasien
tampak
menyeringai
-
K/u lemah
Skala nyeri 5
Pasien
memegangi
tampak
perut
Do :
-
4. Ds :
-
Do :
-
Klien mengatakan
mual-mual
Klien mengatakan
nafsu
makan
menurun
TTV
TD : 110/70 mmhg
N : 110 x/menit
S : 38,8 C
Bising usus 16
x/menit
Perkusi Abdomen:
hipertympani
Pasien
tampak
mual-mual
ingin
muntah
Pasien muntah 1
kali
BB sebelum sakit
53kg, BB saat sakit
52 kg
Makanan yang
mengandung Salmonella
typhi
Gangguan
Pola Nutrisi
Makanan yang
Pasien mengatakan mengandung Salmonella
BAB hitam seperti
typhi
petis
Pasien mengatakan
Masuk lambung (usus
di rumah sudah 2
halus)
kali BAB hitam
seperti petis
S. typhi berkembang biak
di limfosit
BAB hitam seperti
petis
Plak payeri mengalami
Resiko
Perdarahan
Gastrointestin
al
50
hiperplasia
Perforasi usus
BAB darah/hitam
Resiko Perdarahan
Gastrointestinal
51
B. DAFTAR MASALAH
No.
1
Nama Klien
: Ny. S
No. Reg
: 230271
Rawat Hari Ke
:1
Tgl Muncul
Diagnosa Keperawatan
02 06 Hipetermi berhubungan dengan infeksi salmonella typhi
2014
ditandai dengan Klien mengatakan I minggu panas
naik turun, Saat pengkajian pasien mengeluh badan
panas, TTVTD: 110/70 mmhg, N: 110 x/menit, S: 38,8
C, Akral hangat,Turgor kulit menurun >2dtk,
Berkeringat banyak, Mukosa bibir pecah-pecah, Kulit
kemerahan, Typi O : 1/320, Typi H : 1/160.
02 06 Nyeri (perut) berhubungan dengan plak payeri
2014
mengalami
hyperplasiaditandai
dengan
Klien
mengatakan nyeri pada perut, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, TTVTD : 110/70 mmhg, N : 110
x/menit, S: 38,8 C, Pasien tampak menyeringai, k/u
lemah, skala nyeri 5, pasien tampak gelisah, pasien
tampak memegangi perut yang terasa sakit.
02 06 Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan mual
2014
muntah ditandai dengan Klien mengatakan mual-mual,
Klien mengatakan nafsu makan menurun, TTVTD :
110/70 mmhg, N : 110 x/menit, S : 38,8 C, Bising usus
16 x/menit, Perkusi Abdomen: hipertympani, Pasien
tampak mual-mual ingin muntah, Pasien muntah 1 kali,
BB sebelum sakit 53kg, BB saat sakit 52 kg
02- 06- 2014
Resiko Perdarahan Gastrointestinal berhubungan
dengan BAB darah/hitam
52
: Ny.S
No. Reg
: 230271
:1
No.
1
Tujuan
Intervensi
Setelah dilakukan
1. Kaji dan catat
tindakan
suhu
tubuh
keperawatan
setiap 2 jam
selama 3x24 jam
atau 4 jam.
diharapkan
2. Observasi
hipetermi teratasi
membrane
KH:
mukosa,
1. Suhu
tubuh
pengisian
dalam rentang
kapiler, turgor
normal
(36kulit.
37C)
2. Pasien merasa
3. Berikan minum
nyaman
2-2,5
liter
3. TTV
dalam
sehari/24 jam
rentang normal
(TD: 110/704. Berikan
120/80 mmhg
kompres hangat
N:
60-100
pada
dahi,
x/menit
ketiak dan lipat
RR:
16-20
paha.
x/menit)
4. Tidak
ada
perubahan
warna kulit
5. Anjurkan klien
untuk
tirah
baring/pembata
san
aktifitas
selama
fase
akut
Rasional
1. Sebagai dasar untuk
menentukan
intervensi.
2. Untuk
mengidentifikasi
tanda-tanda
dehidrasi
akibat
panas.
3. Kebutuhan
cairan
dalam tubuh cukup
mencegah terjadinya
panas.
4. Kompres
hangat
memberi
efek
vasodilatasi
pembuluh
darah
sehingga
mempercepat
penguapan
panas
tubuh.
5. Menurunkan
kebutuhan
metabolisme tubuh
sehingga
menurunkan panas
53
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24jam
di harapkan tingkat
nyeri
berkurang/
hilang, pasien dapat
mengontrol nyeri
dengan
kriteria
hasil:
1. wajah tampak
rileks (tampak
tenang)
2. pasien
tidak
meringtih
kesakitan
3. melaporkan
nyeri
berkurang/hila
ng
4. Ajarkan
tentang 4. Relaksasi
dapat
teknik
melepaskan
nonfarmakologi
ketegangan emosional
relaksasi
dan
meningkatkan
koping
5. Ajarkan
tehnik 5. Distraksi merupakan
distraksi
pengalihan perhatian
dalam
membantu
menurunkan
rasa
nyeri
6. Pantau keefektifan 6. Mengevaluasi
kontrol nyeri
tindakan yang sudah
dilakukan
54
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
tidak
ada gangguan pada
pola nutrisi dengan
KH:
1. Tidak ada
mual
muntah
2. Nafsu
makan
meningkat
3. Porsi makan
dihabiskan
8. Kolaborasi dengan
tim dokter dalam
pemberian analgetik
jika perlu
1. Kaji pola makan
dan status nutrisi
klien
2. Berikan
makan
yang
tidak
merangsang (pedas,
asam
dan
mengandung gas)
3. Berikan
makan
lunak selama fase
akut (masih ada
panas/ suhu lebih
dari normal)
4. Berikan
makan
dalam porsi kecil
tapi sering
8. Analgetik
terapi
farmakologi
untuk
menghilangkan nyeri
1. Sebagai
dasar
menentukan intervensi
2. Mencegah iritasi usus
dan distensi abdomen
3. Mencegah terjadinya
iritasi
usus
dan
komplikasi perforasi
usus
4. Mencegah rangsangan
mual/muntah
55
tanda-tanda
5. Observasi
(warna
konsistensi)
BAB
dan
6. Kolaborasi dengan
dokter
dalam
pemberian
anti
koagulan
1. Mengatahui tingkat
keparahan klien dan
sebagai
dasar
menentukan
intervensi
2.
Karena
gerakan
batuk,
mengejan
dapat meningkatkan
tekanan
intra
abdomen sehingga
dapat
terjadi
perdarahan lanjut
3. Penggantian cairan
intravena
dapat
menggantikan
cairan yang hilang
4.
Sebagai
dasar
menentukan
intervensi
5. Mengatahui tingkat
keparahan klien dan
sebagai
dasar
meneentukan
intervensi.
6. Anti koagulan dapat
mencegah
penggumpalan
darah
56
D. IMPLEMENTASI
Nama Klien
: Ny. S
No. Reg
: 230271
:1
20.05
20.10
20.15
20.20
20.25
20.30
20.40
21.00
IMPLEMENTASI
TTD
1. Menjelaskan kepada klien dan keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan
Respon : Klien dan keluarga mengerti dan
kooperatif
2. Menjelaskan tentang penyebab hipetermi
dengan menjelaskan tentang proses
peningkatan suhu tubuh yang terjadi
karena adanya infeksi dalam usus halus
Respon : Pasien mengerti dengan
penjelasan
perawat,
pasien
dapat
menjelaskan kembali peningkatan suhu
tubuh disebabkan oleh infeksi
3. Mengkaji TTV klien
Respon : TD : 110/70 mmhg, N:110
x/menit, S: 38,8 C
4. Mengobservasi membran mukosa, turgor
kulit,
Respon : Mukosa bibir klien kering pecahpecah, turgor kulit menurun >2 detik
5. Memberikan minum air putih
Respon : Klien meminum air putih I gelas
6. Menganjurkan klien menggunakan pakaian
yang tipis dan menyerap keringat
Respon : Klien dan keluarga mengerti dan
akan menerapkannya
7. Memberikan kompres hangat pada dahi,
ketiak
Respon : Keluarga tampak melakukan
kompres hangat pada dahi dan ketiak
8. Memberikan terapi antipiretik Paracetamol
500 mg
Respon : Obat Paracetamol diminum
setelah 30 menit observasi panas menurun
9. Mengobservasi suhu tubuh klien
Respon : Suhu tubuh klien 37,7C
57
2.
2 Juni 2014
20.03
20.15
20.23
20.28
20.33
3.
2 Juni 2014
20.00
20.20
20.25
4.
2 Juni 2014
20.00
20.05
58
20.10
20.22
22.00
59
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien
: Ny.S
No. Reg
: 230271
:1
No.
1
Tanggal / EVALUASI
Jam
2
Juni S:Klien mengatakan badan terasa panas
2014
O:
21.00 WIB 1. TTV
TD: 110/70 mmhg
N : 110 x/menit
S : 37,7 C
RR : 20 x/menit
2. Akral hangat
3. Pasien minum air putih 100 cc
4. Mukosa bibir kering
5. Turgor kulit menurun >2 detik
A:
Hipetermi masih berlanjut
P:
Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan kompres hangat pada dahi dan ketiak
2. Pantau suhu tubuh setiap 4 jam
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum
4. Anjurkan pasien untuk mengunakan baju tipis dan
menyerap keringat
5. Pantau/ observasi tanda-tanda vital
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antipiretik jika perlu
7. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
2
Juni S : Pasien mengeluh nyeri pada perut
2014
O:
21.00 WIB
1. TTV
TD : 110/70 mmhg
N : 110 x/menit
S :37,7 C
RR : 20 x/menit
2. Klien tampak menyeringai
3. Skala nyeri 5
4. Klien tampak memegangi perut
5. K/u lemah
A : Nyeri berlanjut
60
4.
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi tanda-tanda Vital
2. Kaji nyeri secara komperhensif termasuk nyeri,
lokasi, durasi, skala
3. Ajarkan teknik distraksi
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Bantu pasien dalam mengatur posisi yang nyaman
untuk mengurangi nyeri
6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian
analgesic jika perlu
2
Juni S :Klien mengatakan mual-mual.
2014
O:
23.00 WIB
1. K/u lemah
2. Mukosa bibir kering
3. Perkusi abdomen hipertimpani
4. Pasien muntah 1 kali
5. TTV
TD : 110/70 mmhg
N : 110 x/menit
S : 37,7 C
RR : 20 x/menit
A :Gangguan pola nutrisi berlanjut
P : Lanjutkan intervensi.
1. Jelaskan kembali pentingnya asupan nutrisi dalam
proses penyembuhan penyakit
2. Anjurkan kembali untuk memberi makanan sedikit
tapi sering
3. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit
bubur TKTP Rendah Serat
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antiemetic
2
Juni S: Klien mengatakan BAB hitam seperti petis
2014
O:
21.00 WIB
1. TD : 110/70 mmhg, N:110 x/menit, S: 38,8 C
2. Cairan RL masuk melalui selang infuse 20 tpm
3. BAB hitam dengan konsistensi lembek
A: Perdarahan gastrointestinal berlanjut
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji perdarahan yang dialami klien
2. Observasi TTV klien
3. Berikan cairan intravena RL
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian anti koagulan
61
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien
: Ny.S
No. Reg
: 230271
Tanggal / EVALUASI
Jam
3 Juni 2014 S :Pasien mengatakan setelah dilakukan kompres hangat
07.00 WIB panas menurun.
O:
1. K/u lemah
2. TTV
TD : 120/80 mmhg
N : 100 x/menit
S : 37,5 C
RR : 18 x/menit
3. Kulit kemerahan
4. Akral hangat
5. Turgor kulit menurun kembali > 2 detik
A:Hipetermi teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
1. Pertahankan kompres hangat pada dahi dan ketiak
2. Pantau suhu tubuh setiap 4 jam
3. Observasi membran mukosa, warna kulit, turgor
kulit
4. Anjurkan pasien untuk banyak minum
5. Anjurkan pasien untuk mengunakan baju tipis dan
menyerap keringat
6. Pantau/ observasi tanda-tanda vital
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antipiretik jika perlu
8. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
I :
07.05 WIB
1. Melakukan advice dokter dalam pemberian
Paracetamol 500 mg.
Respon : Obat Paracetamol diminum setelah
observasi 30 menit tidak ada tanda-tanda alergi.
08.00 WIB
2. Melakukan advice dokter dalam pemberian
antibiotic Ceftriaxone 1 gr/IV.
Respon : Ceftiaxone masuk secara IV dan tidak
ada tanda-tanda alergi muncul.
08.05 WIB
3. Mengobservasi membran mukosa, warna kulit,
62
08.30 WIB
12.30 WIB
12.32 WIB
12.35 WIB
13.00 WIB
16.00 WIB
16.30 WIB
20.00WIB
21.00 WIB
23.00 WIB
turgor kulit
Respon : Membran mukosa kering , bibir pecahpecah, warna kulit kemerahan, turgor kulit
menurun kembali >2 detik
4. Menganjurkan pasien untuk mempertahankan
banyak minum air putih untuk membantu
mengembalikan suhu tubuh normal dan
mencegah dehidrasi.
Respon :Klien minum air putih 1 gelas.
5. Mengobservasi TTV.
Respon : TD : 120/90 mmhg
N: 96 x/menit
S: 37,3 C
RR : 20 x/menit
6. Menganjurkan pasien untuk menggunakan baju
tipis dan menyerap keringat
Respon : Pasien mengerti dan akan melakukan
anjuran dari perawat
7. Menganjurkan untuk mengkompres hangat pada
ketiak dan dahi
Respon : Pasien tampak mengkompres hangat
pada dahi
8. Melakukan advise dokter dalam pemberian
Paracetamol 500mg.
Respon : Obat Paracetamol diminum setelah
observasi 30 menit panas menurun.
9. Melakukan advise dokter dalam pemberian
antibiotic Ceftriaxone 1gr/IV.
Respon :Ceftiaxone masuk secara IV dan tidak
ada tanda alergi muncul.
10. Mengobservasi TTV.
Respon : TD : 120/80 mmhg
N: 98 x/menit
S: 36,8 C
RR : 20 x/menit
11. Melakukan advise dokter dalam pemberian
antibiotic Ceftriaxone 1gr/IV.
Respon : Ceftiaxone masuk secara IV dan tidak
ada tanda alergi muncul
12. Mengobservasi TTV.
Respon : TD : 120/80 mmhg
N: 98 x/menit
S : 36,4 C
RR : 20 x/menit
E:
S :Pasien mengatakan badan tidak panas
O:
1. K/u lemah
2. TTV
TD : 120/80 mmhg
N: 98 x/menit
S : 36,4 C
RR : 20 x/menit
63
3.
4.
5.
6.
7.
3 Juni 2014
07.00 WIB
08.00 WIB
08.05 WIB
08.10 WIB
08.20 WIB
Akral hangat
Membran mukosa kering
Bibir pecah-pecah
Warna kulit kemerahan
Turgor kulit mmenurun kembali >2 detik
64
12.30 WIB
16.00 WIB
16.30 WIB
20.00 WIB
21.00 WIB
23.00 WIB
3 Juni 2014
07.00 WIB
5. Mengobservasi TTV.
Respon : TD : 120/90 mmhg
N: 96 x/menit
S : 37,3 C
RR : 20 x/menit
6. Melakukan advise dokter dalam pemberian
Cefriaxone 1 gr/IV
Respon : Ceftiaxone masuk secara IV dan tidak
ada tanda-tanda alergi muncul
7. Mengobservasi TTV.
Respon : TD : 120/80 mmhg N: 98 x/menit
S : 36,8 C
RR : 20 x/menit
8. Melakukan advise dokter dalam pemberian
cefriaxone 1 gr/IV
Respon : Ceftiaxone masuk secara IV dan tidak
ada tanda-tanda alergi muncul
9. Mengobservasi TTV.
Respon: TD : 120/80 mmhg
N: 98 x/menit
S: 36,4 C
RR : 20 x/menit
E:
S :Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan
tidak berkurang.
O:
1. TTV
TD : 120/80 mmhg
N: 98 x/m
S : 36,4 C
RR : 20 x/m
2. Skala nyeri 5
3. Klien tampak menyeringai kesakitan
4. Klien tampak memegangi perut
R : Tujuan belum tercapai intervensi dilanjutkan .
S :Pasien mengatakan mual-mual tetapi tidak muntah.
O:
1. K/u lemah
2. Mukosa bibir kering
3. Perkusi hipertimpani (kembung)
4. Bising usus 15 x/menit
5. Diit yang diberikan tidak diberikan hanya 3
sendok saja yang dimakan.
A:Gangguan pola nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi.
1. Kaji mual yang dirasakan klien
2. Anjurkan kembali untuk memberi makanan
sedikit tapi sering
3. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit
bubur TKTP Rendah Serat
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antiemetic
65
I :
07.10 WIB
07.55 WIB
08.00 WIB
08.05 WIB
10.00 WIB
10.10 WIB
12.00 WIB
12.10 WIB
12.30 WIB
13.00 WIB
16.30 WIB
66
17.00 WIB
21.00 WIB
23.00 WIB
4.
3 Juni 2014
07.00 WIB
07.30 WIB
08.00 WIB
09.00 WIB
67
12.30 WIB
12.50 WIB
16.30 WIB
17.30 WIB
17.30 WIB
21.00 WIB
21.30 WIB
23.00 WIB
68
: Ny. S
No. Reg
: 230271
Tanggal / EVALUASI
Jam
4 Juni 2014 S : Pasien mengatakan panas menurun.
07.00 WIB O:
1. K/u lemah
2. TTV
TD : 120/80 mmhg
N : 100 x/menit
S : 36,5 C
RR : 18 x/menit
3. Kulit tidak kemerahan
4. Akral hangat
5. Turgor kulit kembali > 2 detik
A: Hipetermi teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
1. Pantau suhu tubuh setiap 4 jam
2. Observasi membran mukosa, warna kulit, turgor
kulit
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum
4. Pantau/ observasi tanda-tanda vital
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antipiretik jika perlu
6. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
I :
08.00 WIB
1. Melakukan advice dokter dalam pemberian
antibiotic Ceftriaxone 1 gr/IV.
Respon : Ceftriaxone masuk secara IV dan tidak
ada tanda-tanda alergi muncul.
08.20 WIB
2. Mengobservasi membran mukosa, warna kulit,
turgor kulit
Respon : Membran mukosa kering , bibir pecahpecah, warna kulit tidak kemerahan, turgor kulit
menurun kembali >2 detik
08.25 WIB
3. Menganjurkan pasien untuk mempertahankan
banyak minum air putih untuk membantu
mengembalikan suhu tubuh normal dan mencegah
dehidrasi.
69
12.30 WIB
16.00 WIB
16.30 WIB
20.00 WIB
21.00 WIB
23.00 WIB
4 Juni 2014
07.00 WIB
70
08.10 WIB
12.30 WIB
16.00 WIB
16.30 WIB
20.00 WIB
21.00 WIB
23.00 WIB
71
4 Juni 2014
07.00 WIB
07.10 WIB
07.15WIB
08.10 WIB
10.00 WIB
10.20 WIB
11.50 WIB
12.00 WIB
2. Skala nyeri 3
3. Klien tampak menyeringai kesakitan
R : Tujuan belum tercapai intervensi dilanjutkan .
S : Pasien mengatakan mual yang dirasakan berkurang.
O:
1. K/u lemah
2. Mukosa bibir kering
3. Diit yang diberikan belum dimakan.
A: Gangguan pola nutrisi belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
1. Kaji mual yang dirasakan klien
2. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit
bubur TKTP Rendah Serat
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
Antiemetic
I :
1. Melakukan advise dokter pemberian Plantacyd 1
sdm/oral sebelum makan.
Respon : Obat Plantacyd diminum sebelum
makan setelah 30 menit observasi pasien tidak
muntah.
2. Memberikan diit BTKTP Rendah Serat pada
pasien .
Respon : Diit yang diberikan tidak dihabiskan
sisa porsi.
3. Melakukan advise dokter dalam pemberiam
Domperidone 10 mg/oral dan Ranitidin 150
mg/oral
Respon : Obat Domperidone dan Ranitidin
diminun setelah 30 menit observasi pasien tidak
muntah
4. Memberikan makan ringan berupa kue dari tim
gizi
Respon : Kue hanya dimakan .
5. Menanyakan tingkat mual yang dirasakan klien.
Respon : Klien mengatakan mual berkurang tetapi
sudah tidak muntah.
6. Memberikan obat Plantacyd 1 sdm/oral sebelum
makan
Respon : Obat Plantacyd diminum sebelum
makan setelah 30 menit observasi pasien tidak
muntah.
7. Memberikan diit BTKTP Rendah Serat pada
pasien .
Respon : Pasien memakan diit yang diberikan
hanya porsi.
72
12.30 WIB
12.40 WIB
16.30 WIB
17.00 WIB
21.00 WIB
23.00 WIB
4.
4 juni 2014
07.00
8. Mengobservasi TTV.
Respon : TD : 120/80 mmh
N: 98 x/menit
S : 36,8 C
RR : 20 x/menit
9. Melakukan advise dokter dalam pemberian
Domperidone 10 mg/oral dan Ranitidin150
mg/oral
Respon : Obat Domperidone dan Ranitidin
diminun setelah 30 menit observasi pasien tidak
muntah
10. Memberikan obat Plantacyd 1 sdm/oral sebelum
makan
Respon : Obat Plantacyd diminum sebelum
makan setelah 30 menit observasi pasien tidak
muntah.
11. Memberikan diit BTKTP Rendah Serat
Respon : Pasien hanya memakan porsi
makanan yang diberikan.
12. Mengobservasi TTV.
Respon : TD : 120/80 mmhg
N: 98 x/menit
S : 36,4 C
RR : 18x/menit
E:
S :Pasien mengatakan mual berkurang tetapi sudah tidak
muntah.
O:
1. TTV
TD : 120/80 mmhg
N: 98 x/menit
S: 36,4 C
RR : 18x/menit
2. K/u lemah
3. Diit dihabiskan hanya porsi makanan yang
diberikan
4. Obat masuk tidak ada tanda-tanda alergi
R : Tujuan tercapai sebagian, lanjutkan intervensi.
S: Klien mengatakan BAB 1 kali warna kecoklatan
O:
1. TTV
TD : 120/80 mmhg
N : 100 x/menit
S : 36,5 C
RR : 18 x/menit
2. Pasien BAB darah 1 kali warna kecoklatan
konsistensi lembek
A : Perdarahan gastrointestinal berkurang
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji perdarahan yang dialami klien
2. Observasi TTV klien
3. Berikan cairan intravena RL
73
4. Kolaborasi
koagulan
dengan
dokter
pemberian
anti
I:
07.20 WIB
08.10 WIB
11.00 WIB
12.30 WIB
12.50 WIB
16.30 WIB
17.30 WIB
19.10 WIB
21.00 WIB
21.20 WIB
22.00 WIB
74
: Ny. S
DATA
5. Ds :
ETIOLOGI
Faktor usia/ konsumsi
makanan yang
1. Klien
mengatakan
mengandung purin
berlebih
nyeri menjalar di kaki
Kadar asam urat
kiri, terutama pada
meningkat
persendian
nyeri,
Bengkak pada persendian
2. Klien
mengatakan
Nyeri (sendi)
nyeri
pada
saat
digerakkan
Do :
1. Area
persendian
bengkak.
2. Skala nyeri 3
3. Asam urat 7,3 (2,45,7)
MASALAH
Nyeri (sendi)
75
: Ny. S
No. Reg
: 230271
Rawat hari ke : 3
No.
1
Tgl Muncul
Diagnosa Keperawatan
04 06 Nyeri (sendi) berhubungan dengan kadar asam urat
2014
yang meningkat ditandai dengan Klien mengatakan
nyeri menjalar di kaki kiri, terutama pada persendian
terasa nyeri, Klien mengatakan nyeri pada saat
digerakkan, Area persendian bengkak, Skala nyeri 3 dan
Asam urat 7,3 (2,4-5,7).
76
: Ny.S
No. Reg
: 230271
: 3 (4 Juni 2014)
No.
1
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x
24jam diharapkan tingkat
nyeri berkurang/ hilang,
pasien dapat mengontrol
nyeri dengan criteria hasil:
1. Wajah
tampak
rileks
(tampak
tenang)
2. Pasien
tidak
merintih kesakitan
3. Melaporkan nyeri
berkurang/hilang
4. Mengerti
dan
memahami
penyebab
dari
nyeri (sendi)
5. Keluarga
dapat
menyebutkan
kembali makanan
yang
harus
dihindari
Intervensi
1. Kaji nyeri
2. Beri HE tentang
makanan
yang
harus dihindari
pada
pasien
dengan
nyeri
(sendi)
seperti
bayam, emping,
nangka, jeroan,
otak, lemak
Rasional
1. Perubahan
karakteristik
nyeri
menunjukkan
penyebaran
penyakit
2. Makanan yang
mengandung
purin
dapat
meningkatkan
kadar asam urat
4. Mengetahui
tingkat
kesembuhan
klien
5. Kolaborasi
5. Analgesic terapi
dengan
dokter
farmakologi
pemberian
untuk
analgesik
menghilangkan
nyeri
77
: Ny. S
No. Reg
: 230271
Tanggal
/ EVALUASI
Jam
4 Juni 2014
S : Pasien mengeluh nyeri pada perut hilang timbul
07.00 WIB
nyeri dirasakan menjalar di kaki kiri. Nyeri dirasakan di
daerah persendian. Pasien mengatakan nyeri saat
digerakkan
O:
1. Area persendian bengkak.
2. Skala nyeri 3
3. Asam urat 7,3 (2,4-5,7)
A: Nyeri sendi berlanjut
P : Lanjutkan intervensi.
1. Jelaskan pada klien dan keluarga akibat nyeri
sendi yang di rasakan klien
2. Lakukan Kompres hangat pada daerah sendi
yang nyeri
3. Berikan penjelasan tentang makanan yang harus
dihindari pada pasien dengan asam urat
4. Kaji skala nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgesik
I :
08.00 WIB
1. Melakukan advise dokter dalam pemberian
Analgesic Ketorolax 30 mg/IV, Antibiotic
Cefriaxone 1 gr/IV, dan Dexametason 5 mg/IV
Respon : Ketorolax, Ceftiaxone, Dexametason
masuk secara IV dan tidak ada tanda-tanda
alergi muncul
08.20 WIB
78
08.25 WIB
08.40 WIB
09.00 WIB
12.30 WIB
16.00 WIB
16.30 WIB
20.00 WIB
21.00 WIB
23.00 WIB
E:
S : Pasien mengatakan nyeri pada perut dan menjalar di
kaki kiri. Nyeri dirasakan pada persendian.Pasien
mengatakan nyeri sendi jika digerakkan
O:
79
1. TTV
TD : 120/80 mmhg
S : 36,4 C
N: 98 x/menit
RR : 18x/menit
2. Skala nyeri 3
3. Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali
anjuran dari perawat
R : Tujuan belum tercapai intervensi dilanjutkan .
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas apakah asuhan keperawatan yang
telah diberikan pada kasus Asuhan Keperawatan Gangguan Termoregulasi :
Peningkatan Suhu Pada Pasien Ny. S dengan Typhoid Di Ruang Penyakit Dalam
RSUD Genteng Banyuwangi 2014 yang dilakukan mulai tanggal 2 Juni 4 Juni
2014 apakah sesuai dengan tinjauan pustaka. Pembahasan ini dibuat menurut
teori, fakta yang ada pada tinjauan kasus yang penulis lakukan dan opini dari
penulis sendiri yang didukung oleh teori.
1. Pengkajian
Pada pengkajian Asuhan Keperawatan Gangguan Termoregulasi :
Peningkatan Suhu Tubuh Pada Ny. S Dengan Typhoid Di Ruang
Penyakit Dalam RSUD Genteng Banyuwangi 2014 didapatkan
kesenjangan antara fakta dan teori menurut tinjauan kasus Ny.S
dengan
Typhoid
didapatkan
pengkajian
fisik
pada
sistem
80
81
82
tinjauan
kasus
Asuhan
Keperawatan
Gangguan
83
dahi,
ketiak
dan
lipat
paha,
Anjurkan
klien
untuk
tirah
ketiak
dan
lipat
paha,
Anjurkan
klien
untuk
tirah
kasus
Asuhan
Keperawatan
Gangguan
84
Memberikan
terapi
antipiretik
Paracetamol
500
mg,
tinjauan
kasus
Asuhan
Keperawatan
Gangguan
85
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dari hasil studi kasus dan
saran yang dapat diberikan penulis tentang Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Gangguan Termoregulasi : Peningkatan Suhu Tubuh Pada
Ny. S Dengan Typhoid di Ruang Penyakit Dalam RSUD Genteng Banyuwangi
2014
A. Kesimpulan
1. Pada pemeriksaan fisik musculuskeletal pada tinjauan kasus Ny.S
didaptkan Klien mengatakan nyeri menjalar di kaki kiri, terutama pada
persendian terasa nyeri, nyeri pada saat digerakkan, pada area persendian
bengkak. Pemeriksaan penunjang pada tinjauan kasus Ny. S ditemukan
SGPT 65, SGOT 95 dan widal (typhi O 1/320 dan typhi H 1/160).
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus Ny. S adalah
hipetermi, gangguan pola nutrisi, nyeri (perut), resiko perdarahan
gastrointestinal dan nyeri (sendi).
3. Untuk intervensi yang dilakukan pada pasien hipetermi dengan typhoid
direncanakan tindakan kompres hangat dan pemberian antipiretik untuk
menurunkan hipetermi.
4. Implementasi sesuai dengan rencana intervensi keperawatan yang telah
ditetapkan dengan mempertahankan kondisi pasien. Untuk tindakan yang
85
86
untuk
menerapkan
Asuhan
Keperawatan
Gangguan
87
88
DAFTAR PUSTAKA
89
gangguan
system
90
Dian Prastiwi
91
92
93
94
95
96
97
98