A. Pengertian
Mola Hidatidosa merupakan bagian dari penyakit tropoblas dan
dimasukan dalam Gestasional Trophoblastic Disease. Sel trofoblas hanya
ditemukan pada wanita hamil, apabila ditemukan pada wanita tidak hamil
pada teratoma ovarium disebut Non Gestasional Trophoblastic Disease.
Pada umumnya kehamilan diharapkan berakhir dengan sempurna tetapi
sering kali terjadi kegagalan, maka dapat kita simpulkan bahwa penyakit
trofoblas dimana Mola Hidatidosa termasuk di dalamnya pada hakekatnya
adalah kegagalan konsepsi kehamilan.
Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa
berasal dari kata Hydats yang berarti tetesan air.
Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar (
konsepsi yang patologis) dimana tidak ditemukan janin dan hampir
seluruh vili korialis mengalalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian
disebut Mola Hidatidosa atau Complete mole sedangkan bila disertai
janin atau bagian janin disebut sebagai Mola Parsialis atau Partial mole.
Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan adanya
villi korialis yang tidak normal secara histologis yang terdiri dari beberapa
macam tingkatan proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma villus.
Biasanya kehamilan mola terjadi di dalam uterus, tetapi kadang - kadang
terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium.
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang
tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena
itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan
B. Etiologi
Penyebab dari mola belum sepenuhnya diketahui dengan pasti tetapi
ada beberapa dugaan yang bisa menyebabkan terjadinya mola :
1. Faktor ovum memang sudah patologik, tetapi terlambat untuk
dikeluarkan
2. Imunoselektif dari trofoblas
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah
4. Malnutrisi, defisiensi protein, asam folat, karoten, vitamin A,
asupan lemak hewani yang rendah
5. Paritas tinggi
6. Umur, resiko tinggi kehamilan dibawah 20 atau diatas 40
tahun
7. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
8. Sosio ekonomi rendah
Faktor Resiko :
1.
2.
3.
4.
5.
C. Epidemiologi
Mola Hidatidosa
D. Klasifikasi
1. Mola hidatidosa/komplet
Mola hidatidosa komplet lebih sering daripada mola hidatidosa
parsial. Resiko untuk berkembang menjadi tumor trofoblas dari
mola sekitara 20 %. Mola hidatidosa merupakan hasil konsepsi
tanpa
adanya
embrio.
Ditandai
dengan
gambaran
seperti
b.
c.
Proliferasi
dari
epitel
tropoblas
mencapai
beberapa
tingkatan/derajat beragam
d.
Patologi
Fetus
Tidak ada
Kadang-kadang ada
Tidak ada
Kadang-kadang ada
Edema villa
Difus
Bervariasi, fokal
Proliferasi trofoblastik
berat
sampai sedang
Diagnosis
Kehamilan mola
Missed Abortion
Ukuran uterus
janin
Gambaran klinis
kehamilan
Kista theca-lutein
25-30%
Jarang
Komplikasi
Sering terjadi
Jarang
E. Patofisiologi
Pada Mola Hidatidosa atau Complete mole tidak ada jaringan
fetus/janin. 90% merupakan kromosom 46,XX dan 10% merupakan
kromosom 46, XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Sebuah
enukliasi telur dibuahi oleh sperma haploid (yang kemudian berduplikasi
menjadi masing-masing kromosom), atau sel telur dibuahi oleh dua
sperma. Pada mola hidatidosa, vili korion menyerupai anggur dan
hiperplasia trofoblastik muncul.
tinggi kekurangan volume cairan. Pada mola hidatidosa terdapat jaringan ulkus,
dan
bakteri
mudah
masuk
kedalamnya,
adanya
bakteri
yang
masuk
Faktor Ovum
Mengalami degenarasi
Mola Hidatidosa
Tindakan Invasif
Kurtase
Kurang pengetahuan
Risiko jaringan ulkus
Hipovolemik
Risiko tinggi
infeksi
Risiko tinggi
kekurangan
volume cairan
Menstimulasi
reseptor nyeri
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
Cemas
Gangguan
aktivitas
Kelemahan, penurunan
sirkulasi
F. Gejala Klinis
1. Amenore dan tanda tanda kehamilan
2. Perdarahan vaginal merupakan gejala yang mencolok dan dapat
bervariasi mulai spotting sampai perdarahan yang banyak.
Biasanya terjadi pada trisemester pertama dan merupakan gejala
yang paling banyak muncul pada lebih dari 90% pasien mola. Tiga
perempat pasien mengalami gejala ini sebelum usia kehamilan 3
bulan. Hanya sepertiga pasien yang mengalami perdarahan
hebat. Sebagai akibat dari perdarahan tersebut, gejala anemia agak
sering dijumpai lebih jauh.
3. Kadang-kadang terdapat perdarahan tersembunyi yang cukup
banyak di dalam uterus.
4. Hiperemesis gravidarum
Pasien biasanya mengeluh mual muntah hebat. Hal ini akibat dari
proliferasi trofoblas yang berlebihan dan akibatnya memproduksi
terus menerus B HCG yang menyebabkan peningkatan B HCG
hiperemesis gravidarum tampak pada 15 -25 % pasien mola
hidatidosa. Walaupun hal ini sulit untuk dibedakan dengan
kehamilan biasa. 10% pasien mola dengan mual dan muntah cukup
berat sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit.
5. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tropoblastik yang berlebihan,
volume vesikuler vilii yang besar rasa tidak enak pada uterus
akibat regangan miometrium yang berlebihan. Pada sebagian besar
pasien ditemukan tanda ini tetapi pada sepertiga pasien uterus
ditemukan lebih kecil dari yang diharapkan.
6. Tidak adanya aktifitas janin
Meskipun uterus cukup besar untuk mencapai simfisis secara khas
tidak ditemukan aktifitas janin sekalipun dideteksi dengan
instrumen yang paling sensitif tidak teraba bagian janin dan tidak
teraba gerakan janin.
7. Pre-eklamsia
Tanda tanda pre-eklamsia selama trisemester pertama atau awal
trisemester kedua muncul pada 10-12%. Pada trisemester kedua
sekitar 27 % pasien mola hidatidosa komplit berlanjut dengan
toksemia yang dicirikan oleh tekanan darah > 140 /90 proteinuria >
300 mg/dl dan edema generalisata dengan hiperrefleksi. Pasien
dengan konvulsi jarang.
8. Hipertiroid
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering
meningkat (10%), namun gejala hipertiroid jarang muncul.
Terjadinya tirotoksikosis pada mola hidatidosa berhubungan erat
dengan besarnya uterus. Makin besar uterus makin besar
kemungkinan terjadi tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola
dengan uterus besar masih banyak ditemukan, maka dianjurkan
agar pada setiap kasus mola hidatidosa dicari tanda-tanda
tirotoksikosis secara aktif dan memerlukan evakuasi segera karena
gejala-gejala ini akan menghilang dengan menghilangnya mola.
Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih
buruk, baik dari segi kematian maupun kemungkinan terjadinya
keganasan. Biasanya penderita meninggal karena krisis tiroid.
Peningkatan tiroksin plasma mungkin karena efek dari estrogen
seperti yang dijumpai pada kehamilan normal. Serum bebas
tiroksin yang meningkat sebagai akibat thyrotropin like effect
dari Chorionic Gonadotropin Hormon. Terdapat korelasi antara
kadar hCG dan fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar hCG yang
melebihi 100.000 iu/L yang bersifat tirotoksis. Sekitar 7 % mola
hidatidosa komplit datang dengan keluhan seperti hipertensi,
takikardi, tremor, hiperhidrosis, gelisah emosi labil dan warm skin.
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi
sebagai berikut:
1. Anemia
2. Syok
3. Preeklampsi atau Eklampsia
4. Tirotoksikosis
5. Infeksi sekunder.
6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.
7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan
menjadi mola destruens atau koriokarsinoma.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium : Karakteristik yang terpenting pada
penyakit ini adalah kemampuan dalam memproduksi hCG, sehingga
jumlahnya meningkat lebih tinggi dibandingkan kadar -hCG
seharusnya pada usia kehamilan yang sama.
Hormon ini dapat dideteksi pada serum maupun urin penderita dan
pemeriksaan yang lebih sering dipakai adalah -hCG kuantitatif serum.
Pemantauan secara hati-hati dari kadar -hCG penting untuk diagnosis,
penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua kasus penyakit
trofoblastik. Jumlah -hCG yang ditemukan pada serum atau pada urin
berhubungan dengan jumlah sel-sel tumor yang ada.
Untuk pemeriksaan Gallli mainini 1/300 suspek mola hidatiosa dan
jika 1/200 kemungkinan mola hidatidosa atau gemelli. Pengukuran hCG pada urin dengan kadar >100.000 mIU /ml/24 jam dapat dianggap
sebagai mola.
2. Foto rontgen abdomen : Tidak tampaknya tulang janin pada
kehamilan 3-4 bulan
3. USG : Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi atau
janin USG ini merupakan pemeriksaan penunjang yang spesifik antar
kehamilan dengan mola hidatiosa.
Pada kelainan mola, bentuk karakteristik berupa gambaran seperti
badai salju dengan atau tanpa kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan
ini sebaiknya dilakukan pada setiap pasien yang pernah mengalami
perdarahan pada trimester awal kehamilan dan memiliki uterus lebih
Jika perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, maka atasi syok dan
perbaiki keadaan umum terlebih dahulu;
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
Follow up
Apabila ada kista teka lutein maka saat histerektomi, ovarium harus
dalam keadaan baik, karena akan menjadi normal lagi setelah kadar HCG menurun.
Terapi profilaksis dengan sitostatika
Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadi keganasan,
misalnya pada umur tua (35 tahun), riwayat kehamilan mola sebelumnya
dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi, atau kasus
dengan
hasil
histopatologi
yang
mencurigakan.Biasanya
diberikan
methotrexat atau actinomycin D. Tidak semua ahli setuju dengan cara ini,
dengan alasan jumlah kasus mola menjadi ganas tidak banyak dan
sitostatika merupakan obat yang berbahaya. Goldstein berpendapat bahwa
pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan
metastase, serta mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak 3 kali.
Kadar -hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko
tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan
methotrexate (MTX)
pengawasan,
secara
berkala
dilakukan
pemeriksaan
Cara yang paling peka saat ini adalah dengan pemeriksaan -hCG yang
menetap untuk beberapa lama. Jika masih meninggi, hal ini berarti masih
ada sel-sel trofoblas yang aktif. Cara yang umum dipakai sekarang ini
adalah dengan radioimmunoassay terhadap -HCG sub unit. Pemeriksaan
kadar -HCG dilakukan setiap minggu atau setiap 2 minggu sampai kadar
menjadi negatif lalu diperiksa ulang sebulan sekali selama 6 bulan,
kemudian 2 bulan selama 6 bulan. Seharusnya kadar
-HCG harus
I.
Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Nama : Sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/
Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
b. Keluhan Utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
c. Riwayat kesehatan
1)
2)
Riwayat penyakit masa lalu : Mengkaji riwayat penyakit pada masa lalu
yang pernah diderita oleh klien misalnya diabetes mellitus, penyakit
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
3)
4)
5)
Diri
kaji
g. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
h. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium : Didapatkan hasil produksi hCG,
meningkat dibandingkan kadar -hCG seharusnya pada usia
kehamilan yang sama.
2) Foto rontgen abdomen : Tidak tampaknya tulang janin pada
kehamilan 3-4 bulan
3) USG : Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi
atau janin USG ini merupakan pemeriksaan penunjang yang
spesifik antar kehamilan dengan mola hidatiosa.
4) Uji sonde Hanifa : Tidak ada tahanan ketika sonde diputar dan
setelah ditarik sedikit juga tetap tidak ada tahanan pengujian ini
memungkinan adalah mola.
5) Foto thorax : Untuk melihat metastase.
II.
Diagnosa
Diagnosa yang bisa muncul pada mola hidatidosa antara lain :
A. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan
perdarahan.
B. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat
pertahanan sekunder.
C. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan
sirkulasi.
D. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan
jaringan intrauteri.
E. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
III.
No
Perencanaan (Intervensi)
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Risiko
tinggi Tujuan
cairan cairan,
seimbang
hemodinamika
1.
Pengeluaran
cairan
memiliki
berhubungan
antara
intake
dan
dengan
perdarahan
kualitas baik.
karekteristik bervariasi
membrane
2.
harian.
lembab,
jumlah
cairan
yang
hilang pervaginal
3. Catat haluaran dan
3.
pemasukan.
Mengetahuai
penurunanan
terhadap
sirkulasi
destruksi
sel
darah merah.
4. Observasi
Nadi
4.
dan Tensi.
Mengetahui
tanda
hipovolume
(perdarahan).
5.
Memudahkan
penyerapan diet
6. Nilai
hasil
lab. 6.
HB/HT.
Menghindari perdarahan
spontan
proliferasi
karena
sel
darah
merah.
7.
7. Berikan
sejumlah
Mempertahankan
keseimbangan cairan dan
cairan IV sesuai
elektrolit
indikasi.
mungkin
dan
tranfusi
diperlukan
8.
8. Evaluasi
status
hemodinamika.
Penilaian
dapat
pemeriksaan
fisik.
Resiko
tinggi
Tuajuan
Tidak 1. Kaji
kondisi 3) Perubahan
yang
terjadi
terhadap infeksi
keluaran/dischart
berhubungan
perawatan
yang
dengan
perdarahan
bau
perdarahan,
kondisi
lembab.
keluar
saat
dischart
keluar.
dalam 2. Terangkan
klien
pentingnya
perawatan
vulva
selama
masa
kurangnya
kebersihan
perdarahan
menyebabkan
infeksi.
4. Terangkan
klien
pada
cara
mengidentifikasi
tanda infeksi
6) Berbagai
manivestasi
infeksi;
nyeri
mungkin
pada
penting
untuk
kebaikan
artinya
ibu;
masa perdarahan
perdarahan
memperburuk
dapat
kondisi
sekaligus
meningkatkan
resiko
6. Observasi
suhu
tubuh.
infeksi
pada
pasangan.
8) Mengetahui infeksi lanjut.
Gangguan
Kaji
Aktivitas
melakukan
aktivitas
kemampuan klien
mengalami
berhubungan
tanpa
adanya
untuk beraktivitas
dengan
komplikasi
Kaji
masif
kelemahan,
aktivitas terhadap
penurunan
dapat
kondisi
sirkulasi
uterus/kandunga
diinginkan/diperlukan, 3.
peningkatan vaskularisasi
melaporkan
memenuhi
dan
kebutuhan
reproduksi
2.
berpartisipasi
peningkatan
toleransi
dalam
aktivitas
tingkat 1. Mungkin
pengaruh
aktivitas
2. Aktivitas
diwaspadai
merangsang
pulsasi
organ
klilen
secara optimal
melakukan
klien,
sesuai
dengan
kondisi
pada
Mola
Hidatidosa,
istirahat
kemampuan/kondi 5. Menilai
si klien
5.
perlu
tindakan
tidak
perubahan
sehari- 3. Mengistiratkan
hari
4.
klien
kondisi
umum
klien
Evaluasi
perkembangan
kemampuan klien
melakukan
aktivitas
dengan
dialami
dapat
dilakukan
berhubungan
dengan
Kriteria hasil :
kerusakan
klien
dengan
2) Terangkan nyeri
2. Klien
yang
diderita
dan
jaringan
mengungkapkan
klien
intrauteri
nyeri
penyebabnya
hilang/berkurang
skala
maupun
diskripsi
2. Meningkatkan
koping
3) Kolaborasi
3. Mengurangi
3. Tampak rileks
pemberian
terjadinya
4. Mampu
analgetika
dilakukan
onset
nyeri
dapat
dengan
beristirahat
dengan tepat
Cemas
Tujuan
berhubungan
terjadi
dengan
Tidak
kecemasan,
pengetahuan.
keluarga
terhadap
penyakit meningkat
1) Kaji
tingkat
menjadi
epsi
klien
dan
keluarga terhadap
penyakit.
dapat
derajat
menyebabkan
penurunan
kecemasan yang
objektif
6. Klien
dialami klien.
penyakit.
memahami
dasar
5. Klien tenang
dapat
dapat
pengetahuan/pers
2) Kaji
Kriteria hasil :
8. Ketidaktahuan
3) Bantu
klien
penialaian
klien
tentang
informasi tentang
mengidentifikasi
aktif
penyakitnya
penyebab
keperawatan merupakan
kecemasan.
7. Klien
menerima
kondisinya
dapat
4) Asistensi
klien
dalam
tindakan
menentukan
meningkatkan kesadaran
tujuan perawatan
diri klien.
bersama.
5) Terangkan
11. Peningkatan
nilai
hal-
objektif
terhadap
masalah
berkontibusi
Hidatidosa yang
menurunkan kecemasan.
perlu
diketahui
12. Konseling
bagi
klien
oleh
klien
keluarga.
dan
untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
membangun
support
kecemasan
IV.
Pelaksanaan (Implementasi)
Pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah
direncanakan sebelumnya
V.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan sesuai dengan kriteria yang ingin dicapai pada
intervensi sebelumnya, untuk mengetahui apakah asuhan keperawatannya
berhasil atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2007.
Kelainan
Kehamilan
Molahidatidosa.
(Dalam
:http://cakmoki86.wordpress.com/2007/02/16/hamil-anggur-apaan-sih/).
Diakses pada tanggal 12 Maret 2014
Anonim.
2012.
Laporan
Pendahuluan
Mola
Hidatidosa.
(Dalam
Anonim.
2013.
Mola
Hidatidosa.
(Dalam