Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KELAINAN KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA

A. Pengertian
Mola Hidatidosa merupakan bagian dari penyakit tropoblas dan
dimasukan dalam Gestasional Trophoblastic Disease. Sel trofoblas hanya
ditemukan pada wanita hamil, apabila ditemukan pada wanita tidak hamil
pada teratoma ovarium disebut Non Gestasional Trophoblastic Disease.
Pada umumnya kehamilan diharapkan berakhir dengan sempurna tetapi
sering kali terjadi kegagalan, maka dapat kita simpulkan bahwa penyakit
trofoblas dimana Mola Hidatidosa termasuk di dalamnya pada hakekatnya
adalah kegagalan konsepsi kehamilan.
Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa
berasal dari kata Hydats yang berarti tetesan air.
Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar (
konsepsi yang patologis) dimana tidak ditemukan janin dan hampir
seluruh vili korialis mengalalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian
disebut Mola Hidatidosa atau Complete mole sedangkan bila disertai
janin atau bagian janin disebut sebagai Mola Parsialis atau Partial mole.
Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan adanya
villi korialis yang tidak normal secara histologis yang terdiri dari beberapa
macam tingkatan proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma villus.
Biasanya kehamilan mola terjadi di dalam uterus, tetapi kadang - kadang
terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium.
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang
tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena
itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan

neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 :


238)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma
villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya
meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup
dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh
villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik. Kehamilannya yang
berkembang tidak wajar, tidak ditemukan janin, hampir seluruh villi
korialis mengalami perubahan hidropik, bila disertai janin atau bagian
janin disebut mola parsial, pembuahan sel telur yang kehilangan intinya
atau inti tidak aktif lagi

B. Etiologi
Penyebab dari mola belum sepenuhnya diketahui dengan pasti tetapi
ada beberapa dugaan yang bisa menyebabkan terjadinya mola :
1. Faktor ovum memang sudah patologik, tetapi terlambat untuk
dikeluarkan
2. Imunoselektif dari trofoblas
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah
4. Malnutrisi, defisiensi protein, asam folat, karoten, vitamin A,
asupan lemak hewani yang rendah
5. Paritas tinggi
6. Umur, resiko tinggi kehamilan dibawah 20 atau diatas 40
tahun
7. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
8. Sosio ekonomi rendah
Faktor Resiko :
1.

Defek pada ovarium

2.

Abnormalitas pada uterus

3.

Defisiensi nutrisi antara lain defisiensi protein, asam folat,


karoten

4.

Umur dibawah 20 tahun atau

5.

Usia diatas 40 tahun : memiliki peningkatan resiko 7x


dibanding perempuan yang lebih muda

C. Epidemiologi
Mola Hidatidosa

yang dikenal awam sebagai hamil anggur,

mempunyai frekuensi insiden yang cukup tinggi. Frekuensi insiden di Asia


menunjukan lebih tinggi daripada di negara barat. Di Indonesia 1 : 51
sampai 1 : 141 kehamilan, di Jepang 1 : 500 kehamilan, di USA 1 : 1450
sementara itu di Inggris 1 : 1500. Secara umum sebagian besar negara di
dunia 1 : 1000 kehamilan. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar
negara Asia mempunyai jumlah penduduk yang masih di bawah garis
kemiskinan ( status sosio ekonomi yang rendah ) yang menyebabkan
tingkat gizi yang rendah khususnya defisiensi protein, asam folat dan
karoten. Menurut penelitian umur memegang peranan, umur di bawah 20
tahun dan diatas 40 tahun mempunyai resiko lebih tinggi menderita
kehamilan mola ini.

D. Klasifikasi
1. Mola hidatidosa/komplet
Mola hidatidosa komplet lebih sering daripada mola hidatidosa
parsial. Resiko untuk berkembang menjadi tumor trofoblas dari
mola sekitara 20 %. Mola hidatidosa merupakan hasil konsepsi
tanpa

adanya

embrio.

Ditandai

dengan

gambaran

seperti

sekelompok buah anggur. Villi khorialis yang berkembang menjadi


massa vesikel yang jernih vesikel tersebut tumbuh besar dan
mengisi seluruh cavum uteri. Vesikel tersebut terdiri dari berbagai
ukuran yang hampir tidak terlihat sampai beberapa centimeter
diameternya struktur histologis nya bersifat sebagi berikut :
a.

Degenerasi hidropik dan edema/pembengkakan stroma villi

b.

Tidak adanya pembuluh darah pada villi yang edema

c.

Proliferasi

dari

epitel

tropoblas

mencapai

beberapa

tingkatan/derajat beragam
d.

Tidak adanya fetus atau amnion

Berbagai penelitian sitogenetik terhadap kehamilan mola komplit,


menemukan komposisi kromosom yang paling sering 46, XX,
dengan kromosom sepenuhnya berasal dari ayah. Ovum dibuahi
oleh sebuah sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi
kromosomnya sendiri setelah meiosis. Kromosom ovum bisa tidak
terlihat atau tampak tidak aktif. Tetapi semua mola hidatidosa
komplit tidak begitu khas dan kadang-kadang pola kromosom pada
mola komplit bisa 46, XY. Dalam keadaan ini, dua sperma
membuahi satu ovum yang tidak mengandung kromosom. Variasi
lain juga pernah dikemukakan yaitu 45,X. Resiko neoplasia
trofoblastik yang terjadi pada mola komplit kurang lebih sebesar
20%.
2. Mola hidatidosa parsial
Jika perubahan hidatidosa bersifat fokal dan belum begitu jauh dan
masih terdapat janin dan sedikitnya kantong amnion keadaan ini
disebut sebagai mola parsialis. Pada sebagian villi yang biasanya
avaskuler terjadi pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat
sementara villi yang lainnya yang vaskuler dengan sirkulasi darah
fetus plasenta yang berfungsi tidak mengalami perubahan .
Hiperplasia tropoblastik yang terjadi lebih bersifat fokal daripada
generalisata, kariotipe secara khas triploid yang bisa 69,xxy atau
69,xyy dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua
komplemen haploid paternal. Janin secara khas menunjukan
stigmata triploid yang mencakup malformasi kongenital multipel
dan retardasi pertumbuhan. Resiko terjadinya koriokarasinoma
sangatlah kecil.

Tabel karakteristik mola hidatidosa komplet dan parsialis


Mola hidatidosa/komplet
Kariotipe

Mola hidatidosa parsial

Diploid(46,XX atau 46,XY) Triploid (69,XXX atau 69,


XXY)

Patologi
Fetus

Tidak ada

Kadang-kadang ada

Amnion, sel darah merah

Tidak ada

Kadang-kadang ada

Edema villa

Difus

Bervariasi, fokal

Proliferasi trofoblastik

Bervariasi, ringan sampai

Bervariasi, fokal, ringan

berat

sampai sedang

Diagnosis

Kehamilan mola

Missed Abortion

Ukuran uterus

50% lebih besar u/ umur

Kecil u/ umur kehamilan

janin

Gambaran klinis

kehamilan
Kista theca-lutein

25-30%

Jarang

Komplikasi

Sering terjadi

Jarang

Penyakit post mola

E. Patofisiologi
Pada Mola Hidatidosa atau Complete mole tidak ada jaringan
fetus/janin. 90% merupakan kromosom 46,XX dan 10% merupakan
kromosom 46, XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Sebuah
enukliasi telur dibuahi oleh sperma haploid (yang kemudian berduplikasi
menjadi masing-masing kromosom), atau sel telur dibuahi oleh dua
sperma. Pada mola hidatidosa, vili korion menyerupai anggur dan
hiperplasia trofoblastik muncul.

Pada Mola parsialis atau Partial mole jaringan fetus/janin dapat


ditemukan. Eritrosit dan pembuluh darah janin pada vili dapat ditemukan.
Komplemen kromosom nya 69,XXX atau 69 XXY. Kromosom tersebut
merupakan hasil dari pembuahan sel telur haploid dan duplikasi dari
kromosom haploid paternal. Seperti pada Complete mole, jaringan
hiperplasia trofoblastik dan vili korion yang lunak pun muncul pada mola
ini.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis
dari penyakit trofoblast :
1. Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi
gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan
masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembunggelembung.
2. Teori neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang
abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke
dalam villi sehigga timbul gelembung.
3. Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa
semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi
awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke
lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak
adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan
fungsinya selama pembentukan cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467)

Adanya faktor ovum yang mengalami keterlambatan dalam pengeluaran


menyebabkan kematian terhadap ovum itu sendiri di dalam tubuh, setelah
mengalami kematian ovum mengalami degenerasi, yang kemudian tubuh jonjot
jonjot korion berganda mengandung cairan, jonjot ini berupa kista berbentuk
seperti anggur dan dinamai mola hidatidosa. Ada beberapa penanganannya, ketika
dilakukan tindakan invasif kurtase, terjadilah perdarahan sehingga timbulah risiko

tinggi kekurangan volume cairan. Pada mola hidatidosa terdapat jaringan ulkus,
dan

bakteri

mudah

masuk

kedalamnya,

adanya

bakteri

yang

masuk

mengakibatkan risiko tinggi infeksi. Jaringan ulkus menstimulasi reseptor nyeri


sehingga menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien. Dalam tindakan
invasif ini faktor pengetahuan pasien juga berpengaruh terhadap prosedur
perawatan, kurangnya pengetahuan pasien atau keluarga akan menimbulkan
kecemasan pada pasien itu sendiri.

Pathway Mola Hidatidosa

Faktor Ovum

Mengalami keterlambatan dalam


pengeluaran

Kematian ovum dalam tubuh

Mengalami degenarasi

Jonjot jonjot korion yg tumbuh berganda


mengandung cairan

Kista kista kecil seperti anggur

Mola Hidatidosa

Tindakan Invasif

Kurtase

Jaringan terdapat ulkus

Kurang informasi tentang


prosedur

Bakteri mudah masuk


Perdarahan

Kurang pengetahuan
Risiko jaringan ulkus

Hipovolemik

Risiko tinggi
infeksi

Risiko tinggi
kekurangan
volume cairan

Menstimulasi
reseptor nyeri

Gangguan rasa
nyaman (nyeri)

Cemas

Gangguan
aktivitas

Kelemahan, penurunan
sirkulasi

F. Gejala Klinis
1. Amenore dan tanda tanda kehamilan
2. Perdarahan vaginal merupakan gejala yang mencolok dan dapat
bervariasi mulai spotting sampai perdarahan yang banyak.
Biasanya terjadi pada trisemester pertama dan merupakan gejala
yang paling banyak muncul pada lebih dari 90% pasien mola. Tiga
perempat pasien mengalami gejala ini sebelum usia kehamilan 3
bulan. Hanya sepertiga pasien yang mengalami perdarahan
hebat. Sebagai akibat dari perdarahan tersebut, gejala anemia agak
sering dijumpai lebih jauh.
3. Kadang-kadang terdapat perdarahan tersembunyi yang cukup
banyak di dalam uterus.
4. Hiperemesis gravidarum
Pasien biasanya mengeluh mual muntah hebat. Hal ini akibat dari
proliferasi trofoblas yang berlebihan dan akibatnya memproduksi
terus menerus B HCG yang menyebabkan peningkatan B HCG
hiperemesis gravidarum tampak pada 15 -25 % pasien mola
hidatidosa. Walaupun hal ini sulit untuk dibedakan dengan
kehamilan biasa. 10% pasien mola dengan mual dan muntah cukup
berat sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit.
5. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tropoblastik yang berlebihan,
volume vesikuler vilii yang besar rasa tidak enak pada uterus
akibat regangan miometrium yang berlebihan. Pada sebagian besar
pasien ditemukan tanda ini tetapi pada sepertiga pasien uterus
ditemukan lebih kecil dari yang diharapkan.
6. Tidak adanya aktifitas janin
Meskipun uterus cukup besar untuk mencapai simfisis secara khas
tidak ditemukan aktifitas janin sekalipun dideteksi dengan
instrumen yang paling sensitif tidak teraba bagian janin dan tidak
teraba gerakan janin.

7. Pre-eklamsia
Tanda tanda pre-eklamsia selama trisemester pertama atau awal
trisemester kedua muncul pada 10-12%. Pada trisemester kedua
sekitar 27 % pasien mola hidatidosa komplit berlanjut dengan
toksemia yang dicirikan oleh tekanan darah > 140 /90 proteinuria >
300 mg/dl dan edema generalisata dengan hiperrefleksi. Pasien
dengan konvulsi jarang.
8. Hipertiroid
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering
meningkat (10%), namun gejala hipertiroid jarang muncul.
Terjadinya tirotoksikosis pada mola hidatidosa berhubungan erat
dengan besarnya uterus. Makin besar uterus makin besar
kemungkinan terjadi tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola
dengan uterus besar masih banyak ditemukan, maka dianjurkan
agar pada setiap kasus mola hidatidosa dicari tanda-tanda
tirotoksikosis secara aktif dan memerlukan evakuasi segera karena
gejala-gejala ini akan menghilang dengan menghilangnya mola.
Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih
buruk, baik dari segi kematian maupun kemungkinan terjadinya
keganasan. Biasanya penderita meninggal karena krisis tiroid.
Peningkatan tiroksin plasma mungkin karena efek dari estrogen
seperti yang dijumpai pada kehamilan normal. Serum bebas
tiroksin yang meningkat sebagai akibat thyrotropin like effect
dari Chorionic Gonadotropin Hormon. Terdapat korelasi antara
kadar hCG dan fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar hCG yang
melebihi 100.000 iu/L yang bersifat tirotoksis. Sekitar 7 % mola
hidatidosa komplit datang dengan keluhan seperti hipertensi,
takikardi, tremor, hiperhidrosis, gelisah emosi labil dan warm skin.
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi
sebagai berikut:
1. Anemia

2. Syok
3. Preeklampsi atau Eklampsia
4. Tirotoksikosis
5. Infeksi sekunder.
6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.
7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan
menjadi mola destruens atau koriokarsinoma.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium : Karakteristik yang terpenting pada
penyakit ini adalah kemampuan dalam memproduksi hCG, sehingga
jumlahnya meningkat lebih tinggi dibandingkan kadar -hCG
seharusnya pada usia kehamilan yang sama.
Hormon ini dapat dideteksi pada serum maupun urin penderita dan
pemeriksaan yang lebih sering dipakai adalah -hCG kuantitatif serum.
Pemantauan secara hati-hati dari kadar -hCG penting untuk diagnosis,
penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua kasus penyakit
trofoblastik. Jumlah -hCG yang ditemukan pada serum atau pada urin
berhubungan dengan jumlah sel-sel tumor yang ada.
Untuk pemeriksaan Gallli mainini 1/300 suspek mola hidatiosa dan
jika 1/200 kemungkinan mola hidatidosa atau gemelli. Pengukuran hCG pada urin dengan kadar >100.000 mIU /ml/24 jam dapat dianggap
sebagai mola.
2. Foto rontgen abdomen : Tidak tampaknya tulang janin pada
kehamilan 3-4 bulan
3. USG : Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi atau
janin USG ini merupakan pemeriksaan penunjang yang spesifik antar
kehamilan dengan mola hidatiosa.
Pada kelainan mola, bentuk karakteristik berupa gambaran seperti
badai salju dengan atau tanpa kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan
ini sebaiknya dilakukan pada setiap pasien yang pernah mengalami
perdarahan pada trimester awal kehamilan dan memiliki uterus lebih

besar dari usia kehamilan. USG dapat menjadi pemeriksaan yang


spesifik untuk membedakan antara kehamilan normal dengan mola
hidatidosa. Pada 20-50% kasus dijumpai adanya massa kistik di daerah
adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein.
4. Amniografi : Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam
uterus secara trans abdominal akan memberikan gambaran radiografik
khas pada kasus mola hidatidosa kavum uteri ditembus dengan jarum
untuk amniosentesis. 20 ml Hypaque disuntikkan segera dan 5-10
menit kemudian dibuat foto anteroposterior. Pola sinar X seperti sarang
tawon, khas ditimbulkan oleh bahan kontras yang mengelilingi
gelombang-gelombang korion. Dengan semakin banyaknya sarana
USG yang tersedia teknik pemeriksaan amniografi ini sudah jarang
dipakai lagi. Bahan radiopaq yang dimasukan ke dalam uterus akan
memberikan gambaran seperti sarang tawon.
5. Uji sonde Hanifa : Sonde dimasukan pelan-pelan dan hati-hati ke
dalam kanalis servikalis dan cavum uteri . bila tidak ada tahanan sonde
diputar setelah ditarik sedikit bila tetap tidak ada tahanan maka
kemungkinan adalah mola.
6. Foto thorax : Untuk melihat metastase.
7. T3 dan T4 : Untuk membuktikan gejala tirotoksikosis.
G. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan kehamilan mola hidatidosa adalah evakuasi dan
evaluasi.
1.

Jika perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, maka atasi syok dan
perbaiki keadaan umum terlebih dahulu;

2.

Kuretase dilakukan setelah diagnosis dapat ditegakkan secara pasti

3.

Pemeriksaan dan pemantauan kadar hCG pasca kuretase perlu


dilakukan mengingat kemungkinan terjadi keganasan

4.

Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar hCG normal, dan

5.

Pemberian kemoterapi pada mola hidatidosa dengan resiko tinggi.

Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu


1.

Perbaiki keadaan umum

2.

Pengeluaran jaringan mola

3.

Terapi dengan profilaksis dengan sistostatika

4.

Follow up

Perbaiki keadaan umum


Yang termasuk usaha ini misalnya koreksi dehidrasi, transfusi darah
pada anemia berat (jika <8 gr %) atau karena terjadi syok, dan
menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia dan
tirotoksikosis. Preeklampsia diobati seperti pada kehamilan biasa,
sedangkan untuk tirotoksikosis diobati sesuai protokol penyakit dalam
misalnya propiltiourasil 3 x 100 mg oral dan propanolol 40-80 mg.
Pengeluaran jaringan mola
1. Kuretase : Dilakukan jika pemeriksaan DPL kadar -hCG serta foto
thorax selesai. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan
pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
Sebelum kuretase dengan kuret tumpul terlebih dahulu siapkan darah
500 cc dan pasang infus dengan tetesan oxitocyn 10 mIU dalam 500 cc
Dextrose 5 % dan seluruh jaringan hasil kerokan di PA. Tujuh sampai
10 hari sesudah kerokan itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret
tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong dan untuk
memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang dapat ditemukan.
Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap
kemungkinan keganasan.
2. Histerektomi : Untuk mengurangi frekuensi terjadinya penyakit
tropoblas ganas sebaiknya histerektomi dilakukan pada
wanita diatas 35 tahun
anak hidup di atas 3 orang
wanita yang tidak menginginkan anak lagi

Apabila ada kista teka lutein maka saat histerektomi, ovarium harus
dalam keadaan baik, karena akan menjadi normal lagi setelah kadar HCG menurun.
Terapi profilaksis dengan sitostatika
Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadi keganasan,
misalnya pada umur tua (35 tahun), riwayat kehamilan mola sebelumnya
dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi, atau kasus
dengan

hasil

histopatologi

yang

mencurigakan.Biasanya

diberikan

methotrexat atau actinomycin D. Tidak semua ahli setuju dengan cara ini,
dengan alasan jumlah kasus mola menjadi ganas tidak banyak dan
sitostatika merupakan obat yang berbahaya. Goldstein berpendapat bahwa
pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan
metastase, serta mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak 3 kali.
Kadar -hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko
tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan
methotrexate (MTX)

35 mg sehari selama 5 hari dengan interval 2

minggu sebanyak 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan actinomycin D 12


g/kgBB/hari selama 5 hari.
Follow up
Lama pengawasan berkisar antara satu atau dua tahun, mengingat
kemungkinan terjadi keganasan setelah mola hidatidosa ( 20%). Untuk
tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk
tidak hamil dulu, dengan pemakaian alat kontrasepsi.
Selama

pengawasan,

secara

berkala

dilakukan

pemeriksaan

ginekologik, kadar -hCG dan radiologi. Pemeriksaan ginekologi dimulai


satu minggu setelah pengeluaran jaringan mola. Pada pemeriksaan ini
dinilai ukuran uterus, keadaan adneksa serta cari kemungkinan metastase ke
vulva, vagina, uretra dan cervix. Sekurang-kurangnya pemeriksaan diulang
setiap 4 minggu.

Cara yang paling peka saat ini adalah dengan pemeriksaan -hCG yang
menetap untuk beberapa lama. Jika masih meninggi, hal ini berarti masih
ada sel-sel trofoblas yang aktif. Cara yang umum dipakai sekarang ini
adalah dengan radioimmunoassay terhadap -HCG sub unit. Pemeriksaan
kadar -HCG dilakukan setiap minggu atau setiap 2 minggu sampai kadar
menjadi negatif lalu diperiksa ulang sebulan sekali selama 6 bulan,
kemudian 2 bulan selama 6 bulan. Seharusnya kadar

-HCG harus

kembali normal dalam 14 minggu setelah evakuasi.


Pemeriksaan foto toraks dilakukan tiap 4 minggu, apabila ditemukan
adanya metastase penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian
kemoterapi. Apabila Pemeriksaan fisik, foto toraks dan kadar -HCG dalam
batas normal, follow up dapat dihentikan dan ibu diperbolehkan hamil
setelah 1 tahun. Bila selama masa observasi kadar -HCG menetap atau
bahkan cenderung meningkat atau pada pemeriksaan klinis.
Pemakaian IUD merupakan kontraindikasi. Pil KB kombinasi tidak
hanya memperlambat penurunan titer -HCG namun juga dapat
menstimulasi neoplasia trofoblas dan pil KB kombinasi ini dapat digunakan
bila -HCG negatif. Anjuran sterilisasi biasa dilakukan pada penderita usia
tua ataupun penderita yang telah memiliki cukup anak.

TEORI DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN KELAINAN KEHAMILAN
MOLA HIDATIDOSA

I.

Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Nama : Sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/
Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.

2) Umur : Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi


dan tindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainan
tersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif 25
45 tahun.

3) Alamat : Sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien


apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam
pemeriksaan kehamilan.

4) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga


akan memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan
tentang gejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.

5) Status Perkawinan : Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali


klien mengalami kehamilan Mola Hidatidosa atau hanya sakit karena
penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.

6) Agama : Untuk mengetahui gambaran dan spiritual klien sehingga


memudahkan dalam memberikan bimbingan keagamaan.

7) Nama Suami : Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam


pembiayaan dan pemberian persetujuan dalam perawatan.

8) Pekerjaan : Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien,


sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya kehamilan
Mola Hidatidosa.

b. Keluhan Utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
c. Riwayat kesehatan
1)

Riwayat kesehatan sekarang : Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke


Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

2)

Riwayat penyakit masa lalu : Mengkaji riwayat penyakit pada masa lalu
yang pernah diderita oleh klien misalnya diabetes mellitus, penyakit
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.

3)

Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh


klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.

4)

Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan


dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

5)

Riwayat Kesehatan Reproduksi:

Kaji tentang mennorhoe, siklus

menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya


dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluhan yang
menyertainya.

d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas


Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. Kaji mengenai
aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan
yang menyertainya.

e. Riwayat pemakaian obat


Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis
dan jenis obat lainnya.
f. Data Bio Psiko Sosial - Spiritual
Kaji mengenai aktivitas, sirkulasi, pernapasan, cairan, eliminasi,
kenyamanan/nyeri, keamanan, baik sebelum dan saat sakit.

1) Aktivitas : kelemahan, kesulitan ambulasi.


Sirkulasi : Takikardia, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda
syok) dan edema jaringan.
2) Pernapasan : pernapasan dangkal, takipnea.
3) Makan dan Minum : pengkajiannya antara lain :
a) Anoreksia, mual/muntah, haus
b) Muntah proyektil.
c) Membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor
kulit buruk.
4) Eliminasi :
a) Ketidakmampuan defekasi dan flatus.
b) Diare (kadang-kadang).
c) Cegukan; distensi abdomen.
d) Penurunan haluaran urine, warna gelap.
e) Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras
hilang timbul, bising usus kasar (obstruksi);
kekakuan abdomen, nyeri tekan.

Hiperesonan/timpani (ileus); hilang suara pekak


diatas hati (udara bebas dalam abdomen)
5) Kenyamanan/ nyeri : Nyeri abdomen, Distensi, kaku,
nyeri tekan.
6) Keamanan : Riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis);
infeksi pasca-melahirkan, abses retroperitoneal.
7) Istirahat tidur : adanya rasa nyeri memungkinkan
terganggunya istirahat tidur pasien.
8) Pengaturan suhu : kaji suhu pasien biasanya terjadi
peningkatan suhu tubuh pasien karena adanya proses
inflamasi
9) Kebersihan

Diri

kaji

kebersihan pasien terutaa

kebersihan pada bagian alat reproduksi pasien, kebersihan


bisa mempengaruhi ada tidaknya kuman penyebab infeksi.
10) Sosial dan Komunikasi : Kaji orang terdekat dengan klien,
bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang
menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang
digunakan.
11) Bekerja : Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari
dari klien, sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko
terjadinya kehamilan Mola Hidatidosa. Serta kaji masalah
finansial pasien (status ekonoi pasien)
12) Rekreasi : Kaji mekanisme koping dalam menghadapi
keadaan pasien
13) Belajar : Kaji persepsi / pengetahuan pasien mengenai
mola hidatidosa
14) Spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan
YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.

g. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Inspeksi : Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,


laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.
Pada inspeksi biasanya terdapat :
1) Wajah pucat dan kadang kadang badan kelihatan pucat
kekuning-kunigan yang disebut sebagai mola face.
2) Glembung mola yang keluar
Palpasi : Merasakan suatu edema, mengevaluasi edema, menentukan
karakter nadi, mencatat suhu, derajat kelembaban, mencubit kulit
untuk mengamati turgor dan tekstur kulit, menentukan tegangan/tonus
otot, menentukan kekuatan kontraksi uterus atau respon nyeri yang
abnormal, memperhatikan posisi janin. Hasil palpasi biasanya :
1) Uterus lembek dan membesar tidak sesuai kehamilan
2) Adanya fenomena harmonika kalau darah dan gelembung
mola keluar maka tinggi fundus uteri akan turun lalu naik
lagi karena terkumpulnya darah baru.
3) Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen yang gerak
janin
Perkusi : Menggunakan jari, ketuk lutut dan dada dan dengarkan
bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
Kemudian menggunakan palu perkusi, ketuk lutut dan amati ada
tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit
perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

Auskultasi : Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,


dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin. Hasil auskultasi biasanya :
1) Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin (pada mola
hidatidosa parsial mungkin dapat didengar DJJ)
2) Terdengar bising dan bunyi khas

h. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium : Didapatkan hasil produksi hCG,
meningkat dibandingkan kadar -hCG seharusnya pada usia
kehamilan yang sama.
2) Foto rontgen abdomen : Tidak tampaknya tulang janin pada
kehamilan 3-4 bulan
3) USG : Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi
atau janin USG ini merupakan pemeriksaan penunjang yang
spesifik antar kehamilan dengan mola hidatiosa.
4) Uji sonde Hanifa : Tidak ada tahanan ketika sonde diputar dan
setelah ditarik sedikit juga tetap tidak ada tahanan pengujian ini
memungkinan adalah mola.
5) Foto thorax : Untuk melihat metastase.
II.

Diagnosa
Diagnosa yang bisa muncul pada mola hidatidosa antara lain :
A. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan
perdarahan.
B. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat
pertahanan sekunder.
C. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan
sirkulasi.
D. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan
jaringan intrauteri.
E. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

III.
No

Perencanaan (Intervensi)

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

& Kriteria hasil


1

Risiko

tinggi Tujuan

Tidak 1. Kaji kondisi status

terhadap devisit terjadi devisit volume


volume

cairan cairan,

seimbang

hemodinamika

1.

Pengeluaran

cairan

pervaginal sebagai akibat


abortus

memiliki

berhubungan

antara

intake

dan

dengan

output jumlah maupun

perdarahan

kualitas baik.

karekteristik bervariasi

Kriteria hasil : TTV 2. Ukur pengeluaran


stabil,
mukosa

membrane

2.

harian.

Jumlah cairan ditentukan


dari jumlah kebutuhan

lembab,

harian ditambah dengan

turgor kulit baik.

jumlah

cairan

yang

hilang pervaginal
3. Catat haluaran dan

3.

pemasukan.

Mengetahuai
penurunanan
terhadap

sirkulasi

destruksi

sel

darah merah.

4. Observasi

Nadi

4.

dan Tensi.

Mengetahui

tanda

hipovolume
(perdarahan).

5. Berikan diet halus.

5.

Memudahkan
penyerapan diet

6. Nilai

hasil

lab. 6.

HB/HT.

Menghindari perdarahan
spontan
proliferasi

karena
sel

darah

merah.
7.
7. Berikan

sejumlah

Mempertahankan
keseimbangan cairan dan

cairan IV sesuai

elektrolit

indikasi.

mungkin

dan

tranfusi

diperlukan

pada kondisi perdarahan


masif

8.
8. Evaluasi

status

hemodinamika.

Penilaian

dapat

dilakukan secara harian


melalui

pemeriksaan

fisik.

Resiko

tinggi

Tuajuan

Tidak 1. Kaji

kondisi 3) Perubahan

yang

terjadi

terhadap infeksi

terjadi infeksi selama

keluaran/dischart

berhubungan

perawatan

yang

dengan

perdarahan

jumlah, warna, dan

Adanya warna yang lebih

bau

gelap disertai bau tidak

perdarahan,

Kriteria hasil : TTV

kondisi

vulva dalam batas normal,

lembab.

Ekspresi tenang, Hasil


laboraturium
batas normal.

keluar

pada dischart dikaji setiap


;

saat

dischart

keluar.

enak mungkin merupakan


tanda infeksi

dalam 2. Terangkan
klien

pada 4) Infeksi dapat timbul akibat

pentingnya

perawatan

vulva

selama

masa

kurangnya

kebersihan

genital yang lebih luar.

perdarahan

3. Lakukan perawatan 5) Inkubasi kuman pada area


vulva

genital yang relatif cepat


dapat

menyebabkan

infeksi.
4. Terangkan
klien

pada
cara

mengidentifikasi
tanda infeksi

6) Berbagai

manivestasi

klinik dapat menjadi tanda


nonspesifik

infeksi;

demam dan peningkatan


rasa

nyeri

mungkin

merupakan gejala infeksi


5. Anjurkan

pada

suami untuk tidak


melakukan
hubungan
senggama

7) Pengertian pada keluarga


sangat

penting

untuk

kebaikan

artinya
ibu;

senggama dalam kondisi


selama

masa perdarahan

perdarahan
memperburuk

dapat
kondisi

system reproduksi ibu dan

sekaligus

meningkatkan

resiko
6. Observasi

suhu

tubuh.

infeksi

pada

pasangan.
8) Mengetahui infeksi lanjut.

Gangguan

Tujuan : Klien dapat 1.

Kaji

Aktivitas

melakukan

aktivitas

kemampuan klien

mengalami

berhubungan

tanpa

adanya

untuk beraktivitas

berarti, tetapi perdarahan

dengan

komplikasi

Kaji

masif

kelemahan,

Kriteria hasil: klien

aktivitas terhadap

untuk mencegah kondisi

penurunan

dapat

kondisi

klien lebih buruk

sirkulasi

dalam aktivitas yang

uterus/kandunga

diinginkan/diperlukan, 3.

Bantu klien untuk

peningkatan vaskularisasi

melaporkan

memenuhi

dan

kebutuhan

reproduksi

2.

berpartisipasi

peningkatan
toleransi

dalam
aktivitas

tingkat 1. Mungkin

pengaruh

aktivitas

yang dapat diukur

2. Aktivitas

diwaspadai

merangsang

pulsasi

organ

klilen

secara optimal

melakukan

klien,
sesuai

dengan

kondisi

pada

Mola

Hidatidosa,

istirahat

mutlak sangat diperlukan

kemampuan/kondi 5. Menilai
si klien
5.

perlu

Bantu klien untuk 4. Mengoptimalkan

tindakan

tidak

perubahan

sehari- 3. Mengistiratkan

hari
4.

klien

kondisi

umum

klien

Evaluasi
perkembangan
kemampuan klien
melakukan
aktivitas

Gangguan rasa Tujuan : Klien dapat


nyaman (Nyeri) beradaptasi

dengan

1) Kaji kondisi nyeri


yang

dialami

1. Pengukuran nilai ambang


nyeri

dapat

dilakukan

berhubungan

nyeri yang dialami

dengan

Kriteria hasil :

kerusakan

klien

dengan

2) Terangkan nyeri

2. Klien

yang

diderita
dan

jaringan

mengungkapkan

klien

intrauteri

nyeri

penyebabnya

hilang/berkurang

skala

maupun

diskripsi
2. Meningkatkan

koping

klien dalam melakukan


guidance mengatasi nyeri

3) Kolaborasi

3. Mengurangi

3. Tampak rileks

pemberian

terjadinya

4. Mampu

analgetika

dilakukan

onset
nyeri

dapat
dengan

beristirahat

pemberian analgetika oral

dengan tepat

maupun sistemik dalam


spectrum luas/spesifik
.

Cemas

Tujuan

berhubungan

terjadi

dengan

Tidak

kecemasan,

kurang pengetahuan klien dan

pengetahuan.

keluarga

terhadap

penyakit meningkat

1) Kaji

tingkat

menjadi

epsi

peningkatan rasa cemas.

klien

dan

keluarga terhadap
penyakit.

dapat
derajat

menyebabkan

penurunan

kecemasan yang

objektif

6. Klien

dialami klien.

penyakit.

memahami

dasar

9. Kecemasan yang tinggi

5. Klien tenang
dapat

dapat

pengetahuan/pers

2) Kaji

Kriteria hasil :

8. Ketidaktahuan

3) Bantu

klien

penialaian

klien

tentang

10. Pelibatan klien secara

informasi tentang

mengidentifikasi

aktif

penyakitnya

penyebab

keperawatan merupakan

kecemasan.

support yang mungkin

7. Klien
menerima
kondisinya

dapat

4) Asistensi

klien

dalam

tindakan

berguna bagi klien dan

menentukan

meningkatkan kesadaran

tujuan perawatan

diri klien.

bersama.
5) Terangkan

11. Peningkatan

nilai

hal-

objektif

terhadap

hal seputar Mola

masalah

berkontibusi

Hidatidosa yang

menurunkan kecemasan.

perlu

diketahui

12. Konseling

bagi

klien

oleh

klien

keluarga.

dan

sangat diperlukan bagi


klien

untuk

meningkatkan
pengetahuan

dan

membangun

support

system keluarga; untuk


mengurangi

kecemasan

klien dan keluarga.

IV.

Pelaksanaan (Implementasi)
Pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah
direncanakan sebelumnya

V.

Evaluasi
Evaluasi dilakukan sesuai dengan kriteria yang ingin dicapai pada
intervensi sebelumnya, untuk mengetahui apakah asuhan keperawatannya
berhasil atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2007.

Kelainan

Kehamilan

Molahidatidosa.

(Dalam

:http://cakmoki86.wordpress.com/2007/02/16/hamil-anggur-apaan-sih/).
Diakses pada tanggal 12 Maret 2014

Anonim.

2012.

Laporan

Pendahuluan

Mola

Hidatidosa.

(Dalam

:http://duniakita777.blogspot.com/2012/04/laporan-pendahuluan-molahidatidosa.html). Diakses pada tanggal 12 Maret 2014

Anonim.

2013.

Mola

Hidatidosa.

(Dalam

:http://dokterbagus.wordpress.com/2013/08/23/mola-hidatidosa-hamilanggur/). Diakses pada tanggal 12 Maret 2014.

Carpenito, Lynda. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Penerbit Buku


Kedokteran EGC: Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan. EGC: Jakarta

Hamilton, C. Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC :


Jakarta.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC : Jakarta

Watiaj, harna. 2008. Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa. (Dalam :


http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/10/askep-mola-hidatidosa/)
Diakses pada tanggal 12 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai