DISUSUN OLEH :
1. ANGKI FEBRI PRANOTO
2. EKA OKTIFIANI
3. HERDIN PERMANA
4. KRISTIANA PRISKA ADVENTA
5. MASNGADI
6. RINA RIMBAWATI
7. FERI IRAWAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tali pusat adalah tali penghubung yang memanjang dari umbilikus sampai ke
permukaan fetal plasenta. Umumnya tali pusat puput saat bayi berumur antara 6-7 hari,
tetapi lepasnya tali pusat dapat pula terjadi dalam 2 minggu setelah lahir, dalam masa
perawatan sebelum puput hendaknya diperhatikan cara-cara perawat-an yang steril dan
intensif untuk menghindari tali pusat berbau dan infeksi yang akan memperlama waktu
puput. (Depkes RI, 1994)
Sebagai tempat masuknya kuman pada bayi baru lahir biasanya melalui tali pusat,
kulit atau membran mukosa traktus gastro intestinalis, traktus respiratorius, traktus
urinarius dan mata. Tali pusat dalam beberapa jam setelah lahir dapat kemasukan kuman.
Karena tidak memperhatikan aseptik dalam perawatan tali pusat, sering kali terjadi infeksi
berat yang disebarkan melalui pembuluh darah tali pusat, oleh karena itu persyaratan
asepsis yang ketat harus diawasi pada perawatan tali pusat. Dengan puputnya tali pusat
lebih cepat kemungkinan infeksi yang melalui tali pusat dapat ditekan. (Wiknjosastro H,
1991)
Penelitian Nyoman Kandun dkk. di Jawa Tengah alkohol banyak digunakan untuk
merawat tali pusat dibandingkan di Sumatera Barat.Povidone Iodine 10% telah dipakai
secara
rutin
di
sub
Bagian
Perinatologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, sementara itu di ruang rawat
gabung (Perinatologi) RSUD Banjarnegara sampai sekarang masih digunakan alkohol
70% untuk perawatan tali pusat bayi baru lahir. Tampak bahwa belum ada keseragaman
dalam penggunaan antiseptik untuk perawatan tali pusat bayi baru lahir di beberapa senter
rumah sakit di Indonesia. (Pritchard JA, 1991)
Perawatan tali pusat dengan Povidone Iodine 10% sangat bermanfaat dipakai
sebagai obat antiseptik, karena dapat mengurangi pertumbuhan kuman, alasan
digunakannya Povidone Iodine 10% karena bahan ini telah diproduksi di Indonesia,
distribusinya mudah, tahan lama dan harganya tidak terlalu mahal serta fungsi anti
septiknya baik. Pemakaian Povidone Iodine 10% akan membuat tali pusat menjadi kering
karena Povidone Iodine 10% dapat larut dalam air dan membuat tali pusat menjadi kasar
dan kering. (Jawetz E, 1992)
Digunakannya alkohol 70% dengan alasan karena alkohol dengan konsentrasi
70% masih digunakan di ruang Perinatologi RSUD Banjarnegara, banyak diproduksi,
distribusinya mudah, harganya tidak mahal dan pada konsentrasi 70% fungsi
antiseptiknya baik. Dengan pemakaian alkohol 70% tali pusat akan menjadi kering.
B. Rumusan Masalah
Adakah perbedaan lama lepasnya tali pusat dengan menggunakan povidon iodine 10%
dengan alcohol 70% ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan pemberian povidon iodine 10% atau dengan alcohol
70% terhadap puputnya tali pusat di RSUD Banjarnegara.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui penggunaan alcohol 70% terhadap lepasnya tali pusat bayi
di RSUD Banjarnegara.
b. Untuk mengetahui penggunaan povidon iodine 10% terhadap lepasnya tali
pusat bayi di RSUD Banjarnegara.
c. Untuk mengetahui perbedaan povidon iodine 10 % dan alcohol 70% terhadap
lepasnya tali pusat bayi di RSUD Banjarnegara.
D. Manfaat
Penelitian yang berjudul perbedaan lama lepasnya tali pusat dengan menggunakan
povidon iodine 10% atau dengan alcohol 70% di RSUD Banjarnegara diharapkan dapat
memberikan manfaat pada :
1. Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat ibu yang mempunyai bayi, lebih memahami perbedaan
penggunaan povidon iodine 10% atau dengan alcohol 70% terhadap lama lepasnya
tali pusat.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Teori terkait
1. Perawatan tali pusat
Morley menyatakan bahwa penyakit dan kematian anak di negara yang sedang
berkembang banyak terjadi selama periode perinatal dan neonatal. Infeksi neonatus di
Indonesia merupakan masalah gawat, 10%-15% dari morbiditas perinatal. Kejadian
infeksi pada bayi baru lahir di beberapa tempat berbeda-beda tergantung pada
keadaan perawatan, kondisi bayi dan faktor predisposisi. Kamilah dkk, mendapatkan
kejadian infeksi neonatus di RSUD Banjarnegara 21,85% dengan angka kematian
32,96%. Angka kejadian infeksi neonatal di beberapa rumah sakit rujukan di
Indonesia berkisar antara 8,76% dan 30,29% dengan angka kematian antara 11,56%
dan 49,9%. Sebagai tempat masuknya kuman biasanya melalui umbilikus, kulit atau
membran mukosa traktus gastrointestinal, traktus respiratorius, traktus urinarius dan
mata. (Agoestono,1978)
Beberapa peneliti/penulis mendapatkan bahwa pangkal tali pusat dan kulit
sekitarnya merupakan sumber utama untuk stafilokokus. Dalam usaha untuk
mencegah infeksi pada neonatus melalui tali pusat, telah banyak digunakan bahanbahan antiseptik. Dalam masa perawatan sebelum puput hendaknya diperhatikan caracara perawatan yang steril dan intensif untuk menghindari tali pusat berbau dan
infeksi yang akan memperlama waktu puput. Cara perawatan yang benar diperhatikan
daerah-daerah antara pangkal pusat dan bagian lipatan perut sering tertimbun kotoran
dan iritasi tali pusat yang belum kering dan tempat ini juga sangat sering terjadi
infeksi karena kotor dan lembab yang dapat berkembang biak mikroorganisme yang
dapat memudahkan infeksi dan sepsis pada bayi. Karena tidak memperhatikan asepsis
dalam perawatan tali pusat, sering kali terjadi infeksi berat yang disebarkan melalui
pembuluh darah tali pusat, oleh karena itu persyaratan asepsis yang ketat harus
diawasi pada perawatan tali pusat. (Pritchard JA, 1991)
Faktor predisposis terjadinya infeksi pada bayi baru lahir yaitu antara lain: (Monintja
HE, 1997)
a. Keadaan sosial ekonomi yang kurang,
b. Ketuban pecah dini
c. pelayanan kesehatan antenatal yang tidak adekuat
d. gizi dan kesehatan ibu yang tidak baik,
e. pertolongan persalinan yang tidak higienis,
f. partus dengan tindakan,
g. kelahiran kurang bulan,
h. asfiksia,
i. trauma lahir,
j. sarana perawatan bayi tidak baik,
k. tindakan invasif,
l. pemberian makanan bayi dengan susu buatan.
Untuk mengurangi kejadian infeksi,.kulit dan daerah sekitar tali pusat, seluruh
kulit dan tali pusat serta daerah sekitarnya harus dibersihkan. Mulai di kamar bersalin
dan selanjutnya di ruang rawat, tali pusat dengan pangkalnya dan daerah sekitarnya
harus dioles dengan bahan bakterisid / antiseptik untuk mengurangi kolonisasi kuman,
setiap hari sampai puput. (Aminullah A,1991)
Dalam perawatan tali pusat, Hellman dan Pritchard, dikutip dari Suradi R
menganjurkan perawatan tali pusat terbuka, karena dengan demikian tali pusat cepat
kering dan lepas. Sedangkan Crosse menganjurkan perawatan tali pusat tertutup,
karena perawatan terbuka lebih mudah terkontaminasi. (Suradi R,1979)
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui:
a. Infeksi antenatal. Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta,
disinikuman melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis.
b. 1nfeksi intranatal. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk kedalam
ronggaamnion setelah, ketuban pecah, mempunyai peran penting terhadap
2. Antiseptik
Antiseptik adalah proses untuk melenyapkan atau menghambat pertumbuhan
mikroba pada manusia. Penggunaan antiseptik didalam upaya untuk inaktivasi atau
melenyapkan mikroba merupakan langkah yang penting untuk pencegahan terjadinya
infeksi. Tidak ada antiseptik universal yang dapat dipakai untuk semua keadaan,
faktor yang dipertimbangkan dalam memilih antiseptik adalah: jenis zat aktif,
konsentrasi, aktivitas cepat/lambat,inaktivasi oleh bahan organik, keamanan,
toksisitas, biaya.
Sekarang ada 5 golongan antiseptik dipasaran yaitu:
a. Alkohol,
b. Chlorhexidine glukonat (CHG),
c. Iodophor,
d. Para chiorometaxylenol (PCMX),
e. Triclosan.
(Utji R,1996)
Alkohol 70%
Cara
kerjanya
adalah
denaturasi
protein.
Bersifat
bakterisidal
(mikobakterisidal) juga aktif untuk jamur dan virus tetapi tidak untuk spora.
Alkohol adalah yang paling aman. Pada konsentrasi 60-90% ethil atau isopropil
alkohol cepat mengurangi jumlah kuman di kulit. Pada pemakaian alkohol kulit
akan menjadi kering karena menghilangkan lemak, inaktivasi oleh bahan organik,
tidak ada efek residu, mudah menguap dan mudah terbakar. Perawatan tali pusat
dengan menutup tali pusat dengan kain kasa alkohol 70% ternyata tidak baik
sebab alkoholnya cepat menguap dan tinggallah kain kasa basah. (Suradi R,1979)
tonjolan berbentuk jari. Permukaan fetus amat lembut, dengan tali pusar biasanya
terdapat di bagian tengah. Bila tali pusar di bagian pinggir disebut battledore
plasenta. Plasenta yang sudah dewasa, berbentuk seperti piringan datar. Beratnya
sekitar 500 gram,diameternya 20 cm (8 inci) tebal bagian tengahnya 2,5 cm (1
inci). Ukuran dan berat plasenta disesuaikan dengan ukuran janin. Plasenta
biasanya berada pada bagian atas rahim, tapi bila terdapat di bagian bawah, maka
disebut Plasenta Previa.
Tugas-tugas plasenta
1) Berfungsi mengirimkan gizi dan oksigen dari darah ibu pada janin.
2) Membawa karbondioksida dan sisa-sisa pembuangan janin kembali ke darah
ibu.
3) Membentuk penahanan untuk infeksi dan obat-obatan tertentu. Tapi virus
rubella dan aspirin dosis tinggi dapat menembus pertahanan plasenta.
Antibodi dari darah ibu juga dapat menembus plasenta dan memberikan
kekebalan terhadap penyakit tertentu sesaat setelah persalinan.
4) Mengeluarkan hormon, terutama human chorionic gonadotrophin (HCG),
progesteron dan oestrogen.
Semuanya penting untuk kelangsungan hidup dinding rahim, pertumbuhan rahim
dan payudara.
b. Tali Pusat
Tali pusat tampak mengkilap dan berwarna kebiru-biruan, didalamnya
terlihat pembuluh darah yang dilindungi dan didukungnya. Vena tali pusar yang
besar bertugas membawa darah berisi gizi dan oksigen dari plasenta, serta dua
arteri tali pusar yang melingkari vena membawa darah yang sudah ter-deoksidasi
serta sisa-sisa dari etus menuju plasenta. Semuanya dikelilingi bahan seperti jeli
yang disebut Wharton jelly.Tali pusar mulai memuntir dengan sendirinya, dan saat
persalinan sudah terdapat sekitar 40 lingkaran. Bukan hal aneh pula bila tali pusar
membelit bayi. Tali pusar akan tetap kaku, akibat aliran darah didalamnya.
Panjangnya rata-rata 50cm, meskipun sebenarnya bervariasi antara 200cm
hingga 7,5 cm. Ketebalannya sekitar 12mm, namun tidak merata karena adanya
benjolan kecil yang disebut false knot. Hal itu mungkin karena tidak samanya
pembuluh darah atau meningkatnya gumpalan wharton jelly.
True knot juga bisa terjadi akibat gerakan fetus namun selama tidak
tertarik terlalu kuat tak akan ada efek pada sirkulasinya. Tali pusar terlalu pendek
dapat menyulitkan kelahiran seorang bayi, sebaliknya, jika terlalu panjang dapat
jatuh" ke ruang vagina mendahului kepala bayi. Tali yang panjang cenderung
melilit tubuh bayi, tapi bahaya akan timbul bila lilitannya terlalu kencang. Begitu
kepalanya keluar, leher bayi umumnya diperiksa untuk meyakinkan bahwa tali
pusar tidak membelitnya. Jika terjadi demikian, maka tali pusat akan diurai
melalui kepalanya atau dijepit dan dipotong. Meskipun USG sulit mendeteksi tali
pusar, namun posisi plasenta lebih mudah dilihat dan bila perlu dilakukan operasi
caesar.
pengendapan fibrin. Berat rata-rata plasenta bertambah sampai saat mendekati aterm
dengan kecepatan lebih lambat dari pada pertumbuhan fetus, sehingga sejak usia
kehamilan 38 minggu, pertumbuhan janin akan berkurang. Dombrowski dkk, dikutip
dari Wijayanegara H, Wirakusumah FF, menemukan bahwa ratio berat lahir
dibandingkan dengan berat plasenta, tidak meningkat setelah usia kehamilan 40
minggu. (Wijayanegara H,1997)
Tali pusat adalah saluran'kehidupan bagi janin, memanjang dari umbilikus
janin sampai ke permukaan fetal plasenta. Warna dari luar putih, kusam, lembab dan
bukan merupakan tali yang lurus .tetapi berpilin. Panjang rata-rata 55 cm, namun
mempunyai rentang panjang antara 30 sampai 100 cm, dengan garis tengah/diameter
antara 1 sampai 2,5 cm, tali pusat diliputi oleh amnion, yang sangat erat melekat,
mengandung 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis, alantois yang rudimenter,
sisa-sisa duktus omfalomesenterikus, selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar yang
disebut dengan selei wharton. Arteri umbilikalis mempunyai kemampuan kontraktil
yang kuat, sedangkan vena kemampuan kontraktilnya lebih kecil, sehingga setelah
lahir vena umbilikalis tetap mempunyai lumen yang cukup besar. Kalau tali pusat
lepas, sebagian struktur ini akan tetap tinggal, pembuluh darah secara fungsional
tertutup, tetapi secara anatomik tetap terbuka selama 20 sampai 25 hari. Arteri
umbilikalis akan menjadi ligamentum umbilikalis kanan dan kiri, vena umbilikalis
menjadi ligamentum teres hepatis dan duktus venosus akan menjadi ligamentum
venosum. Selama interval ini pembuluh darah tali pusat potensial merupakan gerbang
masuknya infeksi. Insersi tali pusat pada plasenta ( ujung tali pusat pada plasenta )
mungkin terdapat di tengan plasenta (insertio centralis), mungkin sedikit kesamping
(insertio para sentralis), pada pinggir plasenta (insertio marginalis) dan pada selaput
janin (insertio velamentosa). Kelainan pada tali pusat akan menyebabkan janin dalam
keadaan tidak baik. Kelainan tersebut seperti tali pusat yang terlalu pendek atau
terlalu panjang, hematom pada tali pusat, torsi, striktur, trombus, insersi pada
membran dan tali pusat yang hanya memiliki satu arteri umbilikalis. (Hastjarjani
AG,1997)
Plasenta berbentuk bulat/hampir bulat dengan diameter antara 15 sampai 20
cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm, dengan berat rata-rata 500 gr, perbandingan berat
plasenta dengan berat badan lahir bayi bervariasi tergantung dari berat badan lahir
bayi. Pada persalinan aterm, perbandingan berat plasenta dengan berat badan lahir
rata-rata 1:6. Ukuran plasenta ditinjau hubungannya dengan janin, secara normal
berubah dari minggu ke minggu selama kehamilan, dan adanya degenerasi atau infark
derajat ringan pada akhir kehamilan merupakan hal yang normal. Plasenta penting
dalam memantau kesejahteraan janin. Scott (2004) dikutip dari Hastjarjani AD,
Sabarudin U, melakukan pemeriksaan plasenta terutama pada kasus pertumbuhan
janin terhambat, ternyata menemukan adanya hubungan berat badan lahir bayi yang
rendah dengan gangguan pada tali pusat, berat plasenta, adanya kalsifikasi dan infark
plasenta. Berat plasenta juga dipengaruhi beberapa faktor, misalnya pada ibu dengan
hipertensi kronis, kelainan kongenital, didapatkan berat plasenta yang kurang.
Sedangkan plasenta akan lebih besar pada ibu dengan keadaan diabetes melitus,
hydrops foetalis, anemia berat Hipertensi pada ibu maupun sklerosis pembuluh darah
mempunyai pengaruh yang buruk terhadap pertumbuhan janin intra uterine.
Pertumbuhan plasenta juga dapat terhambat akibat preeklamsi dan sklerosis yang
berat. Hastjarjani AD, Sabarudin U, menemukan bahwa adanya hubungan yang
bermakna antara berat plasenta dan diameter tali pusat dengan berat badan lahir bayi.
(Hastjarjani AG,1997)
5. Patofisiologi lepasnya tali pusat (puput)
Selei wharton mengandung banyak air, maka setelah bayi lahir, tali pusat
mudah menjadi kering dan lekas terlepas dari pusar bayi. Dengan makin besarnya tali
pusat (diameter tali pusat) selei wharton akan semakin banyak sehingga akan
mempengaruhi waktu keringnya tali pusat dan lepasnya tali pusat. Hilangnya air dari
sele wharton mengakibatkan mumifikasi tali pusat segera setelah lahir, dalam 24 jam,
warna yang khas putih kebiruan yang basah menghilang dan segera berubah menjadi
kering dan kehitaman. Berangsur-angsur garis pembatas timbul tepat di dekat kulit
abdomen, dan dalam beberapa hari puntungnya lepas, meninggalkan luka kecil
dengan granulasi yang setelah sembuh akan membentuk umbilikus. Lepasnya puntung
tali pusat biasanya terjadi dalam 2 minggu pertama setelah lahir dan rata-rata sekitar
hari ke 10, tetapi terkadang dapat setelah beberapa minggu. Umumnya tali pusat
puput saat bayi berumur antara 6-14 hari setelah lahir. Dalam masa perawatan
sebelum puput hendaknya diperhatikan cara-cara perawatan yang steril dan intensif"
untuk menghindari talipusat berbau dan infeksi yang akan mempengaruhi lamanya
waktu lepas tali pusat (puput). Cara perawatan yang steril dan intensif salah satunya
ialah dengan menggunakan bahan-bahan antiseptik seperti misalnya Povidone Iodine
10% / Alkohol 70%. Kondisi tali pusat yang tidak kering / selalu basah akan
mempengaruhi lamanya waktu lepas tali pusat (puput). Tali pusat mengering lebih
cepat dan lebih mudah lepas (puput) bila terbuka kena udara. (Pritchard JA, 1991)
B. Kerangka Teori
Antiseptik
Povidone Iodine
10%
Alkohol 70%
Melepaskan Iodium
Denaturasi Protein
Menembus Sel
Kuman
Bersifat Bakterisidal
Menurunkan Resiko
Infeksi
Menurunkan Resiko
Infeksi
C. Kerangka Konsep
ANTISEPTIK POVIDONE
IODINE 10% & ALKOHOL
70%
PUPUT
Lama lepasnya tali pusat
D. Hipotesa
Ho
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah komparasi experiment yakni untuk mengetahui
perbedaan lama lepasnya tali pusat dengan menggunakan povidon iodine 10% dan
alcohol 70%.
2. Sampel
Sample adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Pengambilan sampel dalam penelitian menggunaan teknik nonprobability sampling
(Saryono, 2008).
Kriteria Inklusi:
a. Bayi baru lahir sehat (resiko ringan).
b. Cukup bulan (aterm).
c. Berat badan lahir normal ( 2.500 - 4.000 gram ).
Kriteria Eksklusi:
a. Terjadi infeksi pada tali pusat.
b. Tidak merawat tali pusat dengan benar sesuai dengan petunjuk.
c. Bayi menderita penyakit lain.
d. Perawatan tali pusat diberikan obat-obatan yang lain.
3. Teknik Sampling
Pengambilan sample dalam penelitian adalah mengambil sampel secara acak.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel bebas penelitian adalah pemberian antiseptic
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel terikat penelitian adalah lamanya lepasnya tali pusat
E. Definisi operasional
No
Variabel
Definisi
Cara ukur
operasional
1.
Pemberian Memberikan
antiseptic
perawatan
pusat
Dengan
Skala
ukur
pengukuran
tali menjadi
dua
dengan kelompok
menggunakan
Hasil
yaitu
kelompok A dan B,
kelompok
antiseptic
baru lahir
berupa Kelompok A
diberi
antiseptic
diberi
antiseptic
alcohol 70%
2.
Lama
Lama
lepasnya Dengan
Berapa
lepasnya
hari
tali pusat
di
lepasnya
lakukan masing-masing
perawatan
kelompok
tali
dan tali
berapa pusat
pusat
Numeric
F. Pengumpulan data
Menurut Setiadi (2007), ada beberapa cara memperoleh data dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Data primer, data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran,
pengamatan, survey dan lain-lain.
2. Data sekunder, data yang diperoleh dari pihak pihak lain, badan/intansi yang secara
rutin mengumpulkan data.
3. Data tersier, data yang diperoleh dari orang /badan/instansi lain yang telah di
publikasikan dari pihak lain dalam bentuk tabel, grafik, laporan penelitian.
Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengatur perizinan penelitian di RSUD Banjarnegara serta memperoleh data bayi
post partum.
2. Setelah mendapat izin peneliti dan mengidentifikasi responden penelitian
3. Mengumpulkan responden sesuai criteria inklusi.
4. Menjelaskan pada calon responden (ibu bayi) tentang tujuan dan manfaat penelitian
dan meminta ketersedianya untuk menjadi responden
5. Responden menandatangani inform concent
6. Membentuk dua kelompok untuk dilakukan intervensi
7. Melakukan intervensi kelompok A menggunakan povidone iodine 10% dan kelompok
B dengan menggunakan alcohol 70%.
8. Mengobservasi lama lepasnya tali pusat pada masing-masing kelompok
9. Memasukan hasil observasi kedalam lembar observasi.
H. Pengolahan data
Menurut Setiadi (2007), dalam pengolahan data dalam penelitian ada beberapa cara :
1. Editing
Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data,
pemeriksaan daftar pertanyan yang telah selesai ini dilakukan terhadap kelengkapan
jawaban
2. Koding
Adalah mengklasifikasikan jawaban dari para responden ke dalam kategori.Biasanya
klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masingmasing jawaban.
3. Sorting
Adalah mensortir dengan memilih/mengelompokan data menurut jenis yang
dikehendaki (klasifikasi data).
4. Tabulasi Langsung
Sistem pengolahan data langsung yang di tabulasi oleh kuesioner. Ini juga metode
yang paling sederhana bila dibandingkan dengan metode lain. Tabulasi ini dilakukan
dengan memasukkan data dari kuesioner kedalam kerangka tabel yang sudah
disiapkan, tanpa prosesperantara yang lain. Tabulasi langsung biasanya dikerjakan
dengan sistym tally yaitu cara menghitung data menurut klasifikasi yang telah
ditentukan. Cara lain adalah kuesioner dikelompokan menurut jawaban yang
diberikan, kemudian dihitung jumlahnya lalu dimasukkan ke dalam tabel yang sudah
disiapkan. Dengan cara ini kemungkinan salah karena lupa dapat diatasi.
Kelemahannya adalah pengaturan menjadi rumit bila jumlah klasifikasi dan
sampelnya besar.
5. Entry data
Jawaban yang sudah diberi kode katagori kemudian dimasukkan alam tabel
dengan cara menghitung Frekuensi data.Memasukkan data,boleh dengan cara
manual/melalui pengolahan komputer.
6. Cleaning
Pembersihan data,lihat variabel apakah data sudah benar/belum .
7. Komputer
Untuk pengolahan data dengan komputer peneliti terlebih dahulu perlu menggunakan
program tertentu,baik yang sudah tersedia maupun program yang sudah di siapkan
secara khusus dapat ditambahkan bahwa dalam ilmu-ilmu sosial banyak sekali
digunakan program SSPS (Statistical Program For Social Sciences). Dengan
menggunakan program tersebut dapat dilakukan tabulasi sederhana. Tabulasi
silang,regresi, korelasi, analisa faktor, dan berbagai tes statistik penyajian data adalah
sebagai berikut:
a. Tulisan atau narasi, dibuat dalam bentuk narasi mulai dari pengambilan data
sampai kesimpulan.
b. Tabel atau daftar penyajian dalam bentuk angka yang disusun dalam klom dan
baris dngan tujuan untuk menunjukkan frekuensi kejadian dalam kategori yang
bebeda.
c. Grafik atau diagram
8. Mengeluarkan informasi
Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan
I. Analisa Data
Penelitian ini dilakukan uji statistic dengan Uji independent t test
5. Pada kolom Label, ketik Indeks Prestasi untuk baris pertama dan Jenis Kelamin untuk
baris kedua
6. Pada baris kedua, pada kolom Values, klik mouse pada kotak kecil di kanan sel. Pada
kotak isikan Value ketik 1, pada kotak isian Value label, ketik Laki-laki, Klik
tombol Add, selanjutnya isi kembali untuk value, ketik 2 dan pada Velue label ketik
perempuan, klik kembali tombol Add, kerena sudah selesai maka klik OK
7. Abaikan kolom yang lainnya
8. Klik Data View, pada SPSS Data Editor
9. Ketik datanya seperti data di atas sesuai dengan variabelnya
10. Setelah itu, Klik menu Analyze Compare Means Independent Samples T test
11. Muncul kotak dialog baru, pada kotak tersebut klik variable Indeks Prestasi,
masukkan ke kotak Test Variable (s)
12. Pada Grouping Variable, klik Define Groups ketik 1 pada Group 1 dan ketik 2 pada
Group 2, kemudian klik Continue
13. Untuk Option, gunakan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%,
klik Continue
14. Untuk mengakhiri perintah Klik OK. Maka akan muncul output SPSS
J. Etika Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang berhubungan dengan etika
penelitian yang meliputi:
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden) adalah lembar
persetujuan yang akan diberikan pada subyek yang akan diteliti. Tujuannya adalah
agar subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti
selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani
lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati haknya
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan nama
subyek pada lembar pengumpulan data (observasi) yang diisi oleh subyek. Lembar
tersebut hanya diberi nomor kode tertentu (Nursalam, 2001).
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti (Nursalam,
2001).
DAFTAR PUSTAKA.
1. Agoestono, Soeparman, Effendi M, Subakir. Perawatan tali pusat bayi baru lahir dengan
larutan Povidone Iodine 10% dibandingkan dengan Alkohol 70%. (KONIKAIV
Yogyakarta 1978).
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Modul 10: Bayi baru lahir.edisi 1. Jakarta:
Dep.Kes. RI, 1994.
3. Hastjarjani AG, Sabarudin U. Hubungan antara plasenta-tali pusat dengan berat badan
lahir bayi pada kehamilan normal dan kehamilan dengan preeklamsia berat di RSUP
Dr.Hasan Sadikin Bandung. Kumpulan makalah ilmiah. Pertemuan tahunan POGI ke X.
Ujung Pandang, Bagian/SMF Obsgn. FK UNPAD/RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung,
1997;264-77.
4. Kandun IN. Masalah tetanus neonatorum dan program eliminasi tetanus neonatorum di
Indonesia. Dala: Marnoto W, Rachimhadhi T, Pusponegoro TS. Penanganan terpadu
infeksi perinatal. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 1996;99-107.
5. Monintja HE. Peningkatan pelayanan kesehatan pada janin dan neonatus. Dalam: Adinoto
S, Sumantri, Sudigbia, Kosnadi LH. eds. Simposium perinatologi nasional II. Semarang:
UKK. Neonatologi IDAIRSDK FK UNDIP, 1979;71-83.
6. Saryono, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia.
7. http://www.konsistensi.com/2014/03/uji-independent-sample-t-test-lengkap.html diaskes
tanggal 10 November jam 10:15 wib
8. http://bidanku.com/pengertian-fungsi-plasenta-dan-tali-pusar
November 2014 jam 10:00 wib
di
askes
tanggal
10
Lampiran 1
Banyumas, . 20..
No
Hal
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan rencana penelitian sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas riset keperawatan di semester 5 Akper Yakpermas Banyumas,
Mahasiswa tersebut dibawah ini:
Nama
Program Studi
: D3 Keperawatan
Judul Penelitian
()
Lampiran 2
No. Responden :
Banyumas, . 20..
Responden
(....)
Lampiran 3
Lembar Observasi
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Kelompok