Anestesi Spinal
Disusun oleh :
Rucmana Aga
11.2013.319
Pembimbing :
Dr. Amelia Martira Sp.An
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU ANESTESI & REANIMASI
RUMAH SAKIT BHAKTI YUDHA DEPOK
PERIODE 20 OKTOBER 8 NOVEMBER 2014
Pendahuluan
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada
impuls syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk
sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi
pasien tetap sadar.
Pembagian Anestesi Regional
1. Blok sentral (blok neuroaksial), meliputi blok spinal, epidural dan kaudal
2. Blok perifer (blok saraf) misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok lapangan, blok
saraf, dan regional intravena
Tinjauan Pustaka
Anestesi spinal
Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat
anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai
analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal. Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka
jarum suntik akan menembus kutis subkutis lig. Supraspinosum lig. Interspinosum
lig. Flavum ruang epidural durameter ruang subarachnoid. 1,2
Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal,
dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan pleksus venosus). Pada dewasa berakhir
setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi L3. 3
Indikasi anestesi spinal 1
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah panggul
3. Tindakan sekitar rektum perineum
4. Bedah obstetrik-ginekologi
5. Bedah urologi
6. Bedah abdomen bawah
7. Pada
bedah
abdomen
atas
dan
bawah
pediatrik
biasanya
dikombinasikan
karena jarang menyebabkan nyeri kepala pasca penyuntikan spinal. Perlengkapan lain berupa
kain kasa steril, povidon iodine, alcohol, dan duk steril juga harus disiapkan1,4
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah
posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa
dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan posisi
berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.
Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus. Beri bantal
kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil. Buat pasien
membungkuk maximal agar processus spinosus mudah teraba. Posisi lain adalah duduk.
Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista iliaka, misal L2-L3,
L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko trauma terhadap medulla
spinalis.
Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml
Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, 25G dapat
langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G dianjurkan
menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Tusukkan
introduser sedalam kira-kira 2cm agak sedikit kearah sefal, kemudian masukkan jarum
spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam
(Quincke-Babcock) irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada
posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk menghindari kebocoran
likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala pasca spinal. Setelah resensi
menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat
dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya
untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik.
Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid (wasir)
dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa 6cm.
5. Trauma saraf
6. Mual-muntah
7. Gangguan pendengaran
Komplikasi pasca tindakan
1. Nyeri tempat suntikan
2. Nyeri punggung
3. Nyeri kepala karena kebocoran likuor
4. Retensio urine
5. Meningitis
Pencegahan komplikasi anestesi spinal
1. Pakailah jarum lumbal yang lebih halus
2. Posisi jarum lumbal dengan bevel sejajar serat duramater
3. Hidrasi adekuat,minum/infuse 3L selama 3 hari
Pengobatan komplikasi anestesi spinal
1. Posisi berbaring terlentang minimal 24 jam
2. Hidrasi adekuat
3. Hindari mengejan
Bila cara diatas tidak berhasil berikan epidural blood patch yakni penyuntikan darah pasien
sendiri 5-10ml ke dalam ruang epidural.
Kesimpulan
Anestesi spinal termasuk salah satu dari anestesi regional, yang mekanisme
kerjanya memblok neuroaksial pada radiks saraf. Setiap blockade ini dapat
dilakukan dengan suntikan tunggal atau dengan kateter, tetapi pasien tetap sadar.
Melakukan tusukan lumbal di subarachnoid harus di bawah L1 (L3 pada anak)
untuk menghindari kemungkinan trauma oleh jarum pada medulla spinalis. Obat
anestesi local yang sering digunakan dalam anestesi spinal ini yaitu lidokain dan
Daftar Pustaka
1. Latief S A, Suryadi K A, Dachlan M R,. Anestetik Inhalasi dalam buku:Petunjuk Praktis
Anestesiologi edisi kedua, hal 48-64, penerbit BagianAnestesiologi dan Terapi Intensif
FKUI , Jakarta, 2002.
2. Joenoerham J, Latief S A, Anestesi Umum dalam buku : Anestesiologi,editor: Muhiman
M, Thaib R M, Sunatrio S, Dahlan R, hal 93-102,Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif FKUI Jakarta, 1989.
3. Mangku G, Diktat Kumpulan Kuliah Buku I, penerbit BagianAnestesiologi dan
Reanimasi FK UNUD, hal 74-84, Denpasar, 2002.
4. Mangku G, Anestesi Inhalasi dalam buku Standar Pelayanan danTatalaksana AnestesiaAnalgesia dan Terapi Intensif, hal 28, penerbitBagian Anestesiologi dan Reanimasi FK
UNUD/RSUP SanglahDenpasar, 2000.
5. .Barash P G, Cullen B F, Stoelting R K, Inhalation Anesthesia on:Clinical Anesthesia,
2002.