Anda di halaman 1dari 36

KESEHATAN KERJA

DISUSUN OLEH :
DUTI ABIMANYU

(K2513019)

FAJAR RIZKI SAPUTRA

(K2513021)

FEBRIANA RAMDHANI S (K2513023)


HADI MUSTOFA

(K2513025)

HAZIS MUIN

(K2513027)

INDRIANA YUNI ASTUTI

(K2513029)

IRFANDA ADI PERDANA

(K2513031)

ISWANDA

(K2513033)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah
SWT, atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah hiperkes yang berjudul Kesehatan Kerja.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah hiperkes. Makalah ini
dapat selesai tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan
2. Bapak Drs. Emilly Dardi, M.kes selaku dosen hiperkes
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Surakarta, 19 April 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.................................................................................................
ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1
A. Latar Belakang
........................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
........................................................................................................................
1
C. Tujuan
........................................................................................................................
2
D. Manfaat
........................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
3
A. Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja
........................................................................................................................
3
B. Gizi Tenaga Kerja
........................................................................................................................
12
C. Penyakit Akibat Kerja

iii

........................................................................................................................
15
BAB III PENUTUP....................................................................................................
30
A. Kesimpulan
........................................................................................................................
30
B. Saran
........................................................................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
31

DAFTAR TABEL
Gambar 2.1 Siklus Pelaksanaan Gizi Kerja...............................................................
13
Gambar 2.2 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan..................................................
19
Gambar 2.3 Pertolongan Pertama Pada Penderita Syok............................................
19
iv

Gambar 2.4 Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar..................................................


20
Gambar 2.5 Patah Tulang...........................................................................................
21
Gambar 2.6 Terkilir....................................................................................................
22
Gambar 2.7 Pertolongan Peratama Pada Gangguan Pernafasan................................
23

iv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Sebuah ungkapan mengatakan Health
is created in everyday live, bahwa kesehatan itu dibentuk atau dihasilkan
dari kehidupan manusia sehari-hari.
Kehidupan manusia berada dalam lingkungan dimana manusia hidup
sehari-hari, mulai dari lahir sampai meninggal dunia, sejak usia bayi sampai
balita hampir dikatakan manusia hidup dilingkungan keluarga atau rumah
tangga saja, akan tetapi pada usia sekolah sampai mahasiswa, sebagian besar
waktu manusia dihabiskan di lingkungan keluarga dan sekolah atau kampus.
Saat usia dewasa yang telah lepas dari pendidikan, manusia cenderung
menghabiskan waktunya di dalam keluarga dan di tempat kerja, oleh sebab
itu lingkungan kerja mempunyai peranan yang penting dalam membentuk
atau mempengaruhi kesehatan seseorang.
Lingkungan mempunyai risiko yang besar terhadap terjadinya penyakit
dan kecelakaan akibat kerja seperti di pertambangan, pabrik-pabrik yang
menghasilkan limbah yang berisiko mengganggu kesehatan manusia, dan
seterusnya. Mengingat pentingnya faktor lingkungan kerja sebagai faktor
risiko bagi kesehatan masyarakat, utamanya bagi pekerja, maka dari itulah
perlu dipelajari dan dipahami tentang upaya kesehatan kerja.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yakni sebagai
berikut:
a. Apakah pengertian dari kesehatan tenaga kerja?
b. Bagaimana aturan yang mengatur tentang kesehatan tenaga kerja?
c. Bagaimana standardisasi gizi tenaga kerja?

d.

Apa pengertian dari penyakit akibat kerja?

C. Tujuan
Beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis:
a. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan tenaga kerja
b. Untuk mengetahui aturan yang mengatur tentang kesehatan tenaga kerja
c. Untuk mengetahui standardisasi gizi tenaga kerja
d.

Untuk mengetahui pengertian penyakit akibat kerja

D. Manfaat
Manfaat yang ingin penulis berikan adalah sebagi berikut:
a.

Memberikan penjelasan yang lebih jelas kepada pekerja di sektor mana


saja, tentang pengertian dari kesehatan tenaga kerja.

b.

Pekerja atau tenaga kerja lebih mengetahui tentang standardisasi gizi


tenaga kerja.

c.

Pekerja atau tenaga kerja di perusahaan atau instansi lain dapat


melakukan pencegahan, pengobatan, dan pemulihan pada penyakit
akibat kerja.

d.

Pekerja atau tenaga kerja lebih mengetahui tentang pengertian dari


penyakit akibat kerja.

BAB II
PEMBAHASAN
A. KESEHATAN

DAN

PEMELIHARAAN

KESEHATAN

TENAGA

KERJA
1.

Pengertian Kesehatan Kerja


Selain faktor keselamatan, hal penting yang juga harus diperhatikan
oleh manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi pada khususnya,
adalah faktor kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris health, yang
pada saat ini tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi
pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat
secara sosial. Pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera
(well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun
pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk
mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar
manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat (Mily, 2009).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan
bahwa pengertian kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial
kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Tahun
1986, WHO dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan
bahwa pengertian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari,
bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan
sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. Menurut UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, sosial dan mental yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :
a.

Kesehatan fisik, aspek ini terwujud apabila sesorang tidak merasa sakit
atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak

sakit, serta semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan.
b.

Kesehatan mental (jiwa), aspek ini mencakup 3 komponen, yakni


pikiran, emosional, dan spiritual.
1) Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2) Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir,
sedih dan sebagainya.
3) Spiritual

sehat,

tercermin

dari

cara

seseorang

dalam

mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya


terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha
Kuasa. Sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan
seseorang, dengan perkataan lain sehat spiritual adalah keadaan
dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan
agama yang dianutnya.
c.

Kesehatan sosial, aspek ini terwujud apabila seseorang mampu


berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa
membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi,
politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

d.

Kesehatan dari aspek ekonomi, aspek ini terwujud apabila seseorang


(dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan
sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau
keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa
atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan
ini tidak berlaku. Bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah
produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi
kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau
mahasiswa,

dan

kegiatan

sosial,

kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

keagamaan,

atau

pelayanan

Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 1960,


BAB I pasal 2, kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan
agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,
baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
pekerjaan, lingkungan kerja maupun penyakit umum.
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang kesehatan yaitu Parkins
(1938) mendefinisikan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan seimbang yang
dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh, serta berbagai faktor yang berusaha
mempengaruhinya. Hal yang sama diutarakan oleh Pepkins (1978), ia
menguraikan bahwa sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis
antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian,
sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar. Menurut White (1977)
menjelaskan bahwa sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu
diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun atau tidak ada tanda-tanda suatu
penyakit dan kelainan.
Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatain karena pekerja
adalah penggerak atau aset perusahaan konstruksi, jadi kondisi fisik harus
maksimal dan sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan
dari ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan
sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan
penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan
psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia kepada jabatannya.
Sumamur (1976) memberikan definisi kesehatan kerja sebagai,
Spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan

setinggi- tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan kesehatan
yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit-penyakit umum.
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan
kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit.
Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I pasal
2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani,
dan kemasyarakatan (Slamet, 2012). Mia (2011) menyatakan bahwa
kesehatan kerja disamping mempelajari factor-faktor pada pekerjaan yang
dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja (occupational
disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (workrelated disease) juga berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau
pendekatan

untuk

pencegahannya,

bahkan

berupaya

juga

dalam

meningkatkan kesehatan (health promotion) pada manusia pekerja tersebut.


2.

Tujuan Kesehatan Kerja


Tujuan utama dari kesehatan kerja yakni :
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaankecelakaan akibat kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
c. Perawatan mempertinggi efisiensi dan produktifitas tenaga kerja.
d. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja.
e. Perlindungan bagi masyarakat sekitar dari bahaya-bahaya pencemaran
yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.

f. Perlindungan bagi masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin


ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.
3.

Pengertian Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja


Manusia merupakan unsur paling penting dalam proses-proses
organisasi ataupun proses kerja. Dalam hal ini manusialah yang dapat
menentukan maju mundurnya sebuah organisasi, dan pada intinya manusialah
yang menjadi sumber daya yang perlu terus dipelihara. Pemeliharaan ataupun
perawatan SDM merupakan salah satu tindakan penting untuk terus
menghasilkan kualitas manusia yang unggul serta memiliki dedikasi tinggi.
Pengertian pemeliharaan (maintenance) menurut Hasibuan (2000;176),
adalah usaha mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik, mental,
dan sikap tenaga kerja, agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk
menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Pemeliharaan yang baik
dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
sebagian besar tenaga kerja serta berpedoman kepada internal dan eksternal
konsistensi.
Pemeliharaan (maintenance) adalah usaha mempertahankan dana atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dansikap tenaga kerja, agar mereka tetap
loyal dan bekerja produktif untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan.
Pemeliharaan (maintenance) tenaga kerja harus mendapat perhatian
yang sungguh-sungguh dari manajer.Jika pemeliharaan tenaga kerja
kurangdiperhatikan, semangat kerja, sikap, loyalitas tenaga kerja akan
menurun. Absensinya dan turn-over meningkat, disiplin akan menurun,
sehingga pengadaan, pengembangan, kompensasi, dan pengintegrasian tenaga
kerja yang telah dilakukan dengan baik dan biaya yang besar kurang berarti
untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Supaya tenaga kerja
semangat bekerja, berdisiplin tinggi, danbersikap loyal dalam menunjang
tujuan perusahaan maka fungsi pemeliharaan mutlak mendapat perhatian
manajer. Tidak mungkin tenaga kerja bersemangat bekerja dan konsentrasi

penuh terhadap pekerjaanya jika kesejahteraan mereka tidak diperhatikan


dengan baik.
4.

Asas-asas Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja


a.

Asas Manfaat dan Efesiensi


Pemeliharaan yang dilakukan harus efesien dan memberikan
manfaat yang optimal bagi perusahaan dan tenaga kerja. Pemeliharaan ini
hendaknya meningkatkan prestasi kerja, keamanan, kesehatan, dan
loyalitas tenaga kerja dalam mencapai tujuan. Asas ini harus deprogram
dengan baik supaya tidak sia-sia.

b.

Asas Kebutuhan dan Kepuasan


Pemenuhan kebutuhan dan kepuasan harus menja didasar program
pemeliharaan tenaga kerja. Asas ini penting supaya tujuan pemeliharaan,
kesehatan, dan sikap tenaga kerja baik, sehingga mereka mau bekerja
secara efektif dan efesien menunjuang tercapainya tujuan perusahaan.

c.

Asas Keadilan dan Kelayakan


Keadilan dan kelayakan hendaknya dijadikan asas program
pemeliharaan tenaga kerja. Karena keadilan dan kelayakan akan
menciptakan ketenangan dan konsentrasi tenaga kerja terhadap tugastugasnya,

sehingga disiplin, kerjasama, dan semangat

kerjanya

meningkat. Dengan asa sini diharapkan tujuan pemberian pemeliharaan


akan tercapai.
d.

Asas Peraturan Legal


Peraturan-peraturan legal yang bersumber dari undang-undang,
Keppres, dan keputusan menteri harus dijadikan asas program
pemeliharaan tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari konflik
dan intervensi serikat buruh dan pemerintah.

e.

Asas Kemampuan Perusahaan


Kemampuan perusahaan menjadi pedoman dan asas program
pemeliharaan kesejahteraan tenaga kerja. Jangan sampai terjadi
pelaksanaan pemeliharaan tenaga kerja yang mengakibatkan hancurnya

perusahaan.

Dalam

pemeliharaan

dibutuhkan

strategi

dalam

pelaksanaannya, pemilihan metode yang tepat sangat penting, supaya


pelaksanaannya efektif dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi
perusahaan. Manajer yang cakap akan menerapkan metode yang sesuai
dan efektif dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Pemeliharaan keamanan,
kesehatan, dan sikap loyal tenaga kerja hendaknya dengan metode yang
efektif dan efesien supaya tercapai manfaat yang optimal.
5.

Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja


a.

Untuk meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja.

b. Meningkatkan disiplin dan menurunkan absensi tenaga kerja.


c. Meningkatkan loyalitas dan menurunkan turn-over tenaga kerja.
d. Memberikan ketenangan, keamanan, dan kesehatan tenaga kerja.
e. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
f. Memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sikap tenaga kerja.
g. Mengurangi konflik serta menciptakan suasana yang harmonis.
h. Mengefektifkan pengadaan tenaga kerja.
6.

Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja


Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans
No Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha
kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan:
a.

Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik


fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan
tenaga kerja

b.

Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul


dari pekerjaan atau lingkungan kerja

c.

Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan


fisik tenaga kerja

d.

Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga


kerja yang menderita sakit

10

Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dapat: diselenggarakan sendiri
oleh pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan
dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan atau pengurus dari beberapa
perusahaan secara bersama-sama menyelenggarakan suatu pelayanan
kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:
a. Pemeriksaan

kesehatan

sebelum kerja, pemeriksaan

berkala

dan

pemeriksaan khusus
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja
g. Pertolongan pertama pada kecelakaan
h. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan
i. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja
j. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya
l. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan
oleh seorang dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang menjalankan
pelayanan kesehatan ini diberikan kebebasan profesional oleh pengurus.
Selain itu mereka juga bebas memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan

11

pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-keterangan yang


diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut wajib
diberikan kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per
03/Men/1982).
7.

Pemeriksaan Kesehatan
Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan
kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga
kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan ini terdiri
dari pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru
(bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang
dianggap perlu. Setelah itu, mereka berhak memperoleh pemeriksaan
kesehatan secara berkala maupun secara khusus.
Pemeriksaan secara berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktuwaktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh seorang dokter,
pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan
tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan
adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. Jika dalam pemeriksaan
kesehatan secara berkala ini ditemukan kelainan-kelainan atau gangguangangguan kesehatan pada tenaga kerja maka pengurus wajib mengadakan
tindak lanjut untuk mengobati/menangani kelainan-kelainan tersebut dan
sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan
kerja. Untuk menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai
sasaran yang luas, maka pengurus dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan
diluar perusahaan.
Sedangkan

pemeriksaan

kesehatan

khusus

adalah

pemeriksaan

kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja
tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini dimaksudkan untuk menilai adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau

12

golongan-golongan tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan khusus ini


dapat pula dilakukan terhadap:
a. Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan lebih dari 2 (dua minggu)
b. Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja
wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan
pekerjaan tertentu.
c. Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguangangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai
dengan kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga diadakan bila terdapat
keluhan-keluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamat pegawai pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan
keselamatan dan balai-balainya atau atas pendapat umum di masyarakat.
Dokter yang melakukan pemeriksaan-pemeriksaan kesehatan ini adalah
dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor
10/Men/1976 dan syarat-syarat lain yang dibenarkan oleh Direktur Jenderal
pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja (Per
02/Men/1980).
B. GIZI TENAGA KERJA
Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai
peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan
disiplin dan produktivitas. Hal ini dikarenakan tenaga kerja menghabiskan
waktunya lebih dari 35% setiap hari di tempat kerja. Oleh karena itu mereka
perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis/beban
pekerjaan yang dilakukannya.
Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja
sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti : pertahanan
tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan

13

menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang


motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya. Dalam keadaan
yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan
produktivitas kerja yang optimal.
Usaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja
harus sejalan pula dengan usaha mengatasi masalah gizi tenaga kerja, yaitu
dengan jalan memperbaiki keadaan kesehatan dan meningkatkan keadaan
gizinya melalui pelaksanaan gizi kerja di perusahaan.

Gambar 2.1 Siklus Pelaksanaan Gizi Kerja


1.

Pengertian
a.

Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban
kerjanya atau ilmu gizi yang diterapkan kepada masyarakat tenaga
kerja dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan tenaga kerja
sehingga tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi kerja yang
setinggi-tingginya.

b.

Penyakit Gizi Kerja merupakan penyakit gizi sebagai akibat kerja


ataupun ada hubungan dengan kerja.

c.

Pengelolaan makan bagi tenaga kerja adalah suatu rangkaian


kegiatan penyediaan makan bagi tenaga kerja di perusahaan yang
dimulai dari rencana perencanaan menu hingga peyajiannya dengan
memperhatikan kecukupan kalori dan zat gizi, pemilihan jenis dan
bahan makanan, santasi tempat pengolahan dan tempat penyajian,
waktu dan teknis penyajian bagi tenaga kerja.

14

d.

Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai


pandangan bahwa mutu kehidupan hari esok harus lebih baik dari
hari ini atau perbandingan antara output (keluaran / jumlah yang
dihasilkan) dengan input (masukan / setiap sumber daya yang
digunakan).

2.

Arti Penting Gizi Kerja


Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
yang mempunyai peranan sangat penting dan menentukan adalah
kecukupan gizi. Faktor ini akan menentukan prestasi kerja tenaga kerja
karena adanya kecukupan dan penyebar kalori yang seimbang selama
bekerja. Seseorang yang berstatus gizi kurang tidak mungkin mampu
bekerja dengan hasil yang maksimal karena prestasi kerja dipengaruhi
oleh derajat kesehatan seseorang. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja
lebih giat, produktif, dan teliti sehingga dapat mencegah kecelakaan yang
mungkin terjadi dalam bekerja.

3.

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keadaan Gizi Tenaga Kerja


a.

Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban


kerja.

b.

Faktor tenaga kerja, yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur,


hamil, menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat
kesehatan karena tingginya penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri
pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi,
mengakibatkan terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over
nutrisi, disiplin, motivasi dan dedikasi.

c.

Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik,


kimia, biologi, fisiologi (ergonomi) dan psikologi. Beban kerja dan
beban tambahan di tempat kerja yaitu tekanan panas, bahan bahan
kimia,

parasit

kesejahteraan.

dan

mikroorganisme,

faktor

psikologis

dan

15

4.

Faktor-Faktor Penentu Kebutuhan Gizi


a.

Ukuran tubuh (tinggi dan berat badan)

b.

Usia

c.

Jenis kelamin

d.

Kegiatan sehari hari

e.

Kondisi tubuh tertentu (wanita hamil dan menyusui)

f.

Lingkungan kerja.

C. PENYAKIT AKIBAT KERJA


1.
a.

Kecelakaan Kerja
Pengertian Kecelakaan Kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998
tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang
dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau
harta benda.
Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat
seseorang melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan peristiwa
yang tidak direncanakan yang disebabkan oleh suatu tindakan yang tidak
berhati-hati atau suatu keadaan yang tidak aman atau kedua-duanya.
(Sheddy Nagara, 2008:177-180)
Menurut Silalahi (dalam Sumamur 1967:55), kecelakaan kerja dapat
didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka
lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara
menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur
penyebab kecelakaan dan mengadakan pengawasan yang ketat.
Menurut Foressman (dalam Sumamur 1967:57), mendefinisikan
bahwa kecelakaan kerja adalah terjadinya suatu kejadian akibat kontak
antara ernegi yang berlebihan (agent) secara akut dengan tubuh yang
menyebabkan kerusakan jaringan/organ atau fungsi faali. Sedangkan,

16

definisi yang dikemukakan oleh Frank E. Bird Jr.(1980) kecelakaan adalah


suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa
serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya
kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur.
b. Jenis Jenis Kecelakaan Kerja
Menurut Purnama (dalam Sumamur 1967:60) jenis- jenis kecelakaan
yang sering terjadi pada proyek konstruksi adalah sebagai berikut :
1) Jatuh
2) Tertimpa benda jatuh
3) Menginjak benda tajam
4) Terjepit,
5) Gerakan berlebihan
6) Kontak suhu tinggi
7) Kontak aliran listrik
8) Kontak dengan bahan berbahaya/radiasi
Bentuk kecelakaan yang terjadi pada dunia industri bermacam-macam
dan merupakan dasar dari penggolongan atau pengklasifikasian jenis
kecelakaan. Macammacam kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis menurut Thomas (1989:87), yaitu :
1) Terbentur (struck by)
Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga
ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak atau bahan kimia.
Contohnya: terkena pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing
misal material.
2) Membentur (struck against)
Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak
terkena atau bersentuhan dengan beberapa objek atau bahan-bahan
kimia. Contohnya: terkena sudut atau bagian yang tajam, menabrak
pipapipa.

17

3) Terperangkap (caught in, on, between)


Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila
kakipekerja tersangkut di antara papanpapan yang patah di lantai.
Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari
pekerja terkena pagar kawat, sedangkan contoh dari caught between
adalahkecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari pekerja
tersangkut bagian mesin yang bergerak.
4) Jatuh dari ketinggian (fall from above)
Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih
tinggike tingkat yang lebih rendah. Contohnya jatuh dari tangga atau
atap.
5) Jatuh pada ketinggian yang sama (fall at ground level)
Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa
tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.
6) Pekerjaan yang terlalu berat (over-exertion or strain)
Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang
dilakukan pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda atau
material yang dilakukan di luar batas kemampuan.
7) Terkena aliran listrik (electrical contact)
Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan
anggota badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.
8) Terbakar (burn)
Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami
kontak dengan percikan, bunga api, atau dengan zat kima yang panas
c.

Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja


Menurut Marihot Tua Efendi (2005:316), ada beberapa penyebab
kecelakaan kerja yaitu :
1) Faktor manusia

18

Manusia memiliki keterbatasan diantaranya lelah, lalai, atau


melakukan kesalahan-kesalahan. Yang disebabkan oleh persoalan
pribadi atau keterampilan yang kurang dalam melakukan pekerjaan.
2) Faktor peralatan kerja
Peralatan kerja bisa rusak atau tidak memadai, untuk itu
perusahaan senantiasa harus memperhatikan kelayakan setiap peralatan
yang dipakai dan melatih pegawai untuk memahami peralatan kerja
tersebut.
3) Faktor lingkungan
Lingkungan kerja bisa menjadi tempat kerja yang tidak aman,
sumpek dan terlalu penuh, penerangan dan ventilasinya yang tidak
memadai.
Selain hal diatas, menurut Abdurrahmat Fathoni (2006:110) penyebab
terjadi kecelakaan kerja yaitu :
1) Berkaitan dengan system kerja yang merupakan penyebab utama dan
kebanyakan kecelakaan yang terjadi pada suatu organisasi. Diantaranya
tempat kerja yang tidak baik, alat atau mesin-mesin yang tidak
mempunyai system pengamanan yang tidak sempurna, kondisi
penerangan yang kurang mendukung, saluran udara yang tidak baik dan
lain-lain.
2) Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia bisa yang dalam hal
akibat dan sistem kerja, tetapi biasa juga bukan dari kelalaian
manusianya selaku pekerja. Seperti malas, ceroboh, menggunakan
peralatan yang tidak aman dan lain-lain.
d. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Setiap aktivitas/ proses pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja
mengandung resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja (ringan sampai
dengan berat), berbagai upaya pencegahan dilakukan supaya kecelakaan
tidak terjadi. Selain itu, keterampilan melakukan tindakan pertolongan
pertama tetap diperlukan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya

19

kecelakaan. Oleh karena itu di setiap tempat kerja harus memiliki petugas
P3K (First Aid), atau setidaknya setiap tenaga kerja memiliki keterampilan
dalam melakukan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan kerja
maupun kegawatan medic (Margaretha, 2010:76).

Gambar 2.2 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Pertolongan pertama yang harus dilakukan untuk menanganai
beberapa kasus kecelakan kerja yang terjadi di dunia industri yaitu sebagai
berikut :
1) Penderita Syok/Terkejut

Gambar 2.3 Pertolongan Pertama Pada Penderita Syok


Seseorang mengalami syok, wajahnya akan tampak pucat,
tubuhnya dingin dan berkeringat, nafasnya cepat.
Penanganannya :
a) Usahakan untuk membaringkan dan menempatkan kakinya pada
posisi yang lebih tinggi daripada kepala, kecuali apabila terdapat
luka di kepalanya.

20

b) Selimuti tubuhnya agar hangat, tetapi jangan sampai terlalu panas


untuknya.
c) Berikan minuman gula kepada penderita apabila penderita dalam
keadaan benar-benar sadar
2) Bahan Kimia Atau Serangga Mengenai Mata
Penanganannya:
a) Baringkan korban dan tuangkan air steril ke dalam matanya untuk
menghilangkan bahan kimianya, kemudian kompreslah dengan
kain kasa steril dan segera ke dokter.
b) Jika serangga yang mengenai mata, ambilah dengan ujung
saputangan bersih. Namun jika masih terasa tidak nyaman
segeralah ke dokter. Jangan sekali-kali mengusap mata yang
terkena bahan kimia atau serangga dengan tangan telanjang
3) Luka Bakar

Gambar 2.4 Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar


Penanganannya :
a) Alirkan/siram dengan air biasa/air mengalir ditempat yang terbakar,
jika lukanya masih tahap awal, lakukan hal tersebut hingga rasa
sakit hilang.
b) Jika lukanya sudah melepuh, bawa ke rumah sakit.

21

4) Luka Lecet/Gores/Tersayat
Penanganannya :
Cucilah dengan air dan tutuplah luka dengan plester atau band
aid. Namun jika luka gores/robek terlalu besar, harus segera ditangani
dokter.
5) Pendarahan
Penanganannya :
a) Hentikan pendarahan dengan cara menekan luka atau sekitar luka.
Tekan terus-menerus. Jangan melepas tekanan walaupun hanya
untuk melihat apakah pendarahan sudah berhenti.
b) Apabila setelah diberikan tekanan pendarahan masih belum
berhenti, mungkin nadi atau pembuluh darah balik terputus, tekan
nadi yang di dekat luka, untuk menghentikan aliran darah dari
jantung ke tempat lain. Kemudian segera bawa ke dokter.
6) Patah Tulang

Gambar 2.5 Patah Tulang

22

Penanganannya :
a) Jangan mencoba mengangkat atau memindahkan badan korban jika
belum mahir melakukannya.
b) Jika tulang belakang yang patah, korban hanya boleh diusung
dengan hati-hati dalam posisi terbaring di atas alas keras.
c) Untuk patah tulang rahang, angkatlah rahang bawah hingga gigi
atas dan bawah bersatu, lalu diikat dan dibawa ke dokter.
d) Untuk patah tulang tangan atau kaki, gunakan tongkat atau
setumpuk

Koran guna menyangga,

dan balutlah

sebelum

memperoleh pertolongan dokter.


7) Terkilir

Gambar 2.6 Terkilir


Penanganannya :
Letakkan bagian tubuh terkilir lebih tinggi dari bagian tubuh
lainnya, untuk mencegah pembengkakan, segera meminta pertolongan
ahli atau dokter. Khusus untuk lutut yang terkilir, segera bawa ke
dokter, karena jika ditangani oleh yang kurang professional, akan
berakibat buruk di kemudian hari.
8) Gangguan nafas atau bahkan sampai nafas berhenti
Untuk mengenal gangguan pada sistem pernapasan digunakan
tahap pemeriksaan dan penanganan sebagai berikut :

23

a) Penolong mengetahui apakah penderita masih bernapas atau tidak.


Tindakan ini dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu LDR
(Lihat, Dengar, Rasakan hembusan nafas korban).
b) Bila

sulit

bernapas/bahkan

tidak

bernapas

segera

cari

bantuan/telepon ambulance. Lakukan pemeriksaan jalan napas,


apakah terdapat sumbatan atau tidak (pangkal lidah, muntahan,
kotoran dalam mulut.)
c) Tindakan

pertolongan

pertama

yang

dilakukan

adalah

membebaskan jalan napas dengan menarik lidah ke luar,


mengeluarkan benda asing dalam rongga mulut (gunakan kedua
jari)

Gambar 2.7 Pertolongan Peratama Pada Gangguan Pernafasan


d) Bila nafas berhenti dan jantung berhenti
Penanganannya :
1.

Maka harus dilakukan pemberian pernapasan buatan dari


mulut ke mulut (mouth-to-mouth) dan kompresi dada.
Baringkan penderita dalam posisi terlentang. Buka mulut
penderita dengan cara menguakkan rahangnya. Jaga agar
selama dilakukan pernafasan buatan mulut selalu dalam
keadaan terbuka. Tutup lubang hidung penderita. Tiup mulut
penderita dan lepaskan mulut anda dari mulut penderita serta
perhatikan apakah mulut penderita mengeluarkan kembali
udara yang anda tiupkan. Jika tidak, periksa sekali lagi
barangkali

masih

terdapat

sesuatu

yang

menghalangi

24

pernafasan di dalam mulut penderita. Berikan 2x napas


bantuan
2.

Memiijat di daerah jantung. Lakukan pengurutan/pijat jantung.


Letakkan kedua telapak tangan anda dalam posisi saling
bertumpuk di bagian paling bawah dada penderita. Tekan
dengan telapak tangan bawah sedalam kurang lebih 5 cm.
Ulangi

tekanan.

Lakukan

dengan

rasio

30:2

(30

kompresi/pijat : 2 tiupan nafas buatan)


2.
a.

Penyakit Akibat Kerja


Pengertian Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja
atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan.

b. Gangguan pada Kesehatan dan Daya Kerja


Perusahaan harus memenuhi tenaga kerja dalam keadaan kesehatan
dan produktivitas kerja yang sebaik-baiknya, maka perlu ada keseimbangan
yang menguntungkan dari faktor, yaitu :
1) Beban Kerja
Setiap pekerjaan apapun memerlukan 2 hal penting yakni
pekerjaan-pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran dan pekerjaanpekerjaan yang lebih memerlukan kekuatan-kekuatan fisik. Kedua hal
ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan tersendiri. Siapapun juga
tidak dapat dituntut dan dipaksakan untuk melaksanakan pekerjaannya
melebihi kemampuan yang dimilikinya. Seseorang yang dituntut dan
dipaksakan untuk melakukan pekerjaannya maka akan membuat
terganggunya kesehatan atau terjadinya kecelakaan kerja bagi yang
bersangkutan.
perusahaan harus berusaha agar para tenaga kerja baik yang
menggunakan kemampuan pemikiran maupun fisiknya mendapatkan
pelayanan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

25

2) Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja


Beban tambahan bagi setiap tenaga kerja adalah lingkungan kerja
yang tidak kondusif. Lingkungan kerja yang tidak kondusif sering
bahkan selalu menghambat atau mempengaruhi kinerja dan pelaksanaan
tugas tenaga kerja. Lingkungan kerja sebagai beban tambahan tenaga
kerja di suatu institusi antara lain :
a) Faktor fisik, misalnya penerangan dalam lingkungan kerja yang
tidak cukup, udara yang panas, kurangnya ventilasi dalam ruangan
kerja, bising, kelembaban udara yang terlalu tinggi atau rendah dan
sebagainya.
b) Faktor kimia, yaitu terganggunya lingkungan kerja dengan adanya
bahan-bahan kimia yang menimbulkan bau tidak sedap, bau gas,
polusi kendaran bermotor, asap rokok, debu dan sebagainya.
c) Faktor biologi, yakni binatang atau serangga yang menggangu
lingkungan kerja misalnya, lalat, nyamuk, kecoa, tanaman yang
tidak teratur, lumut dan sebagainya.
d) Faktor fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan
ukuran tubuh, misalnya meja tulis atau komputer yang terlalu
pendek atau tinggi, meja dan kursi rapat tidak sesuai ukuran dan
sebagainya.
e) Faktor mental psikologis, yakni suasana kerja yang tidak harmonis,
misalnya

adanya

kelompok-kelompok

penggosip,

adanya

kecemburuan satu dengan yang lainnya dan sebagainya.


3) Kapasitas Kerja
Kemampuan kerja dalam mengerjakan tugasnya berbeda satu
dengan yang lainnya. Pekerjaan yang dikerjakan oleh tenaga kerja yang
tingkat pendidikannya sama belum tentu hasilnya akan sama. Perbedaan
hasil pekerjaan tersebut disebabkan karena perbedaan kemampuan yang
dimiliki oleh para tenaga kerja tersebut. Kemampuan seseorang dalam
menjalankan tugasnya pada umumnya sejajar dengan prestasinya.
Kemampuan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah

26

tingkat pendidikan. Faktor lainnya yang mempengaruhi kemampuan


seseorang antara lain: kesehatan, status gizi, genetik, motivasi, latar
belakang sosial, dan lingkungan.
Perusahaan harus melakukan studi terlebih dahulu sebelum
melakukan program pelatihan dalam rangka meningkatkan kinerja para
tenaga kerja untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan tenaga kerja tersebut.solusi yang dapat digunakan bukan
hanya

pelatihan tetapi upaya lain seperti pemberian insentif untuk

meningkatkan motivasi kerja mereka.


c.

Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja


faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja dan
digolongkan sebagai berikut :
1) Golongan fisik, seperti
a) Suara, yang bisa menyebabkan tuli
b) Radiasi sinar-sinar radioaktid, yang menyebabkan antara lain
penyakit susunan darah dan kelainan-kelainan kulit, sedangkan
radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan katarak kepada lensa
mata
c) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stoke, heat cramps
atau hyperpyrexia, sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain
menimbulkan frostbite
d) Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease
e) Penerangan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan
kelainan

kepada

indera

penglihatan

atau

kesilauan

yang

memudahkan terjadinya kecelakaan


2) Golongan kimia, yaitu :
a) Debu yang menyebabkan pneumoconiosis, diantaranya: silicosis,
asbestosis dan lain-lain.
b) Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever,
dermatitis, atau keracunan

27

c) Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain


d) Larutan, yang misalnya menyebabkan dermatitis
e) Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun
jamur dan lain-lain yag menimbulkan keracunan
3) Golongan biologi (infeksi), misalnya oleh bibit penyakit anthrax atau
brucella pada pekerja-pekerja penyamak kulit
4) Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan
pekerjaan dan lain-lain yang kesemuanya menimbulkan kelelahan
fisik, bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh pekerja
5) Golongan mental-psikologis, hal ini terlihat misalnya pada hubungan
kerja yang tidak baik atau keadaan yang membosankan/monoton
d. Diagnosa Penyakit Akibat Kerja
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk menegakkan suatu
diagnose penyakit akibat kerja sebagai berikut :
1) Riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan, cara mengetahui adanya
kemungkinan bahwa salah satu faktor di tempat kerja atau dalam
pekerjaan yang bisa mengakibatkan penyakit. Riwayat penyakit dan
riwayat pekerjaan harus ditanya dengan seteliti-telitinya dari awal ia
bekerja hingga akhir bekerja.Perlu disadari bahwa pada umumnya
tenaga kerja bangsa kita sangat gemar ganti pekerjaan, pindah dari satu
kepada pekerjaan lain.
2) Pemeriksaan klinis, untuk menetukan tanda-tanda dan gejala-gejala
yang sesuai untuk suatu penyakit yang disebabkan oleh salah satu
faktor penyebab penyakit akibat kerja.
3) Pemeriksaan laboratorium, untuk mencocokkan apakah benar atau
tidaknya bahwa penyebab penyakit yang bersangkutan ada dalam tubuh
manusia. Kadang-kadang pemeriksaan laboratorium dimaksudkan
untuk

mengetahui,

apakah

faktor

penyebab

penyakit

menimbulkan kelainan terhadap tenaga kerja atau tidak.

tersebut

28

4) Pemeriksaan radiologi, berguna untuk membantu

menegakkan

diagnosa suatu penyakit akibat kerja, terutama penting untuk penyakitpenyakit yang diakibatkan penimbunan debu di dalam paru-paru yaitu
yang dikenal dengan nama pneumoconiosis
5) Pemeriksaan ruang atau tempat kerja, yang bertujuan untuk mengukur
adanya dan banyaknya faktor penyebab penyakit itu di tempat kerja.
Hasil pengukuran tersebut sangat perlu untuk mengambil kesimpulan,
bahwa apakah benar kadar bahan sebagai sebab penyakit itu cukup
kadarnya atau tidak.
6) Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan gejala penyakit.
Pada umumnya geajal-gejala penyakit akibat kerja akan mengurang,
bahkan kadang-kadang hilang sama sekali, apabila si penderita tidak
masuk bekerja atau bahkan sebaliknya.
Diagnosa penyakit masih meraguan, maka kesimpulan pada akhirnya
berada dan sesuai dengan keputusan dokter yang memeriksanya.
e.

Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat
kerja terhadap pekerjaannya. Kewaspadaan tersebut bisa berupa :
1) Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit
2) Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan
3) Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial
tenaga kerja yang diatur dalam undang-undang
Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah
satu pencegahan terhadap PAK. Beberapa tips dalam mencegah PAK,
diantaranya:
1) Pakailah alat perlindungan diri secara benar dan teratur
2) Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
3) Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan.

29

Pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja bukan menjadi


lahan untuk menuai penyakit. Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar
Penyakit Akibat Kerja, diantaranya:
1) Pencegahan Primer Health Promotion
a) Perilaku Kesehatan
b) Faktor bahaya di tempat kerja
c) Perilaku kerja yang baik
d) Olahraga
e) Gizi seimbang
2) Pencegahan Sekunder Specifict Protection
a) Pengendalian melalui perundang-undangan
b) Pengendalian administrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam
kerja
c) Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri
(APD)
d) Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi
e) Pencegahan Tersier
3) Early Diagnosis and Prompt Treatment
a) Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
b) Pemeriksaan kesehatan berkala
c) Surveilans
d) Pemeriksaan lingkungan secara berkala
e) Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
f)

Pengendalian segera di tempat kerja

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas
kerja yang optimal. Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk menyerasikan
kapasitas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat yang ada di sekelilingnya
(Depekes, 1995; 2).
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah perusahaan harus lebih
memperhatikan kesehatan dari tenaga kerjanya, karena apa bila tenaga kerja
bekerja dengan tubuh yang sehat maka proses produksi dapat berjalan dengan
optimal dan hal ini bermanfaat bagi perusahaan. Dan agar terciptanya tempat kerja
yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, maka perlu dilakukan
pelaksanaan upaya kesehatan sehingga dapat mengurangi atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya juga dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

30

DAFTAR PUSTAKA
Sumamur. 1967. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT
Gunung Agung
Ridley, J. 2003. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga
Anonim. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), (Pdf). Diunduh dari
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-NonDegree-22832-BAB
%20II_fero.pdf. Diakses pada tanggal 16 April 2014

31

Anda mungkin juga menyukai