Anda di halaman 1dari 12

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Pada Syok Kardiogenik

Oleh:
Ni Nyoman Adi Pala Dewi
Nim. 1102105071

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2014

Syok Kardogenik
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi/ Pengertian

Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung
kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah jantung dengan
perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok
sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya
sering

terjadi

sebagai

komplikasi

MI,

namun

bisa

juga

terajdi

pada

temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia (Smeltzer&Suzanne,


2002)

Shock kardiogenik merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang


berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya disebabkan
oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi perifer yang
menyeluruh dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat (Tjokronegoro, A., dkk,
2003).

2. Epidemiologi/ Insiden Kasus


Syok kardiogenik terjadi pada 2,9 % pasien angina pectoris tak stabil dan 2,1 % pasien
IMA non STEMI. Median waktu perkembangan menjadi syok pada pasien ini adalah 76
jam dan 94 jam, dimana yang tersering setelah 48 jam. Syok lebih sering dijumpai
sebagai komplikasi IMA STEMI daripada tipe lain dari sindrom koroner akut. Pada studi
besar di Negara maju, pasien IMA yang mendapat terapi trombolitik tetap ditemukan
kejadian syok kardiogenik yang berkisar antara 4,2% - 7,2%. Tingkat mortalitas masih
tinggi sampai saat ini berkisar antara 70-100%.

3. Etiologi
Etiologi menurut Tjokronegoro, dkk( 2003), yaitu :

a. Gangguan fungsi miokard : Infark miokard akut yang cukup jelas (>40%), infark
ventrikel kanan. Penyakit jantung arteriosklerotik. Miokardiopati : Kardiomiopati
restriktif kongestif atau kardiomiopati hipertropik..
b. Mekanis : Regurgitasi mitral/aorta Ruptur septum interventrikel Aneurisma ventrikel
masif Obstruksi : Pada aliran keluar (outflow) : stenosis atrium Pada aliran masuk
(inflow) : stenosis mitral, miksoma atrium kiri/thrombus, perikarditis/efusi
perikardium
c. Aritmia: Bradiaritmia/takiaritmia.

4. Pathway (terlampir)
5. Manifestasi klinis
-

Tekanan sistolik arteri < 80 mmHg (dengan pengukuran intra arteri)

Produksi urin < 20 ml/hari atau gangguan status mental

Tekanan pengisian ventrikel kiri > 12 mmHg


Tekanan vena sentral > 10 mmH2O tidak menandakan hipovolemik

Peningkatan katekolamin (gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi dan lainlain)

Dapat disimpulkan terdapat 3 komponen utama syok kardiogenik yaitu:


-

Gangguan fungsi ventrikel

Bukti kegagalan organ

Tidak adanya hipovolemik


(Tjokronegoro, A., dkk, 2003).

6. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal ditemukan tekanan darah sistolik menurun sampai < 90 mmHg
bahkan dapat turun < 80 mmHg pada pasien yang tidak memperoleh pengobatan adekuat.
Denyut jantung cenderung meningkat akibat stimulasi simpatis, peningkatan frekuensi
nafas akibat kongesti paru. Pemeriksaan dada menunjukkan adanya ronki, system
kardiovaskuler seperti vena-vena di leher seringkali meningkat distensinya. Letak impuls
apical dapat bergeser pada pasien kardiomiopati dilatasi dan intensitas bunyi jantung

akan jauh menurun pada efusi pericardial ataupun tamponade. Irama gallop dapat timbul
akibat adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna. Pasien dengan gagal jantung kanan
bermakna menunjukkan beberapa tanda seperti : hepatomegali, pulsasi di liver atau
asites. Pulsasi arteri perifer akan menurun intensitasnya dan edema perifer dapat timbul
pada gagal jantung kanan. Sianosis dan ekstermitas yang teraba dinginj menunjukkan
terjadinya penurunan perfusi ke jaringan (Tjokronegoro, A., dkk, 2003).

7. Pemeriksaan diagnostic/ penunjang


1. Electrocardiography (elektrokardiografi)

Elevasi segmen ST dapat terobservasi. Right-sided leads dapat menunjukkan


suatu pola infark ventrikel kanan, yang mengindikasikan terapi yang berbeda dari
terapi untuk penyebabpenyebab lainnya dari syok kardiogenik.

Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal ventrikel kiri (LV failure),
gelombang Q (Q waves) dan/atau >2-mm ST elevation pada multiple leads atau
left bundle branch block biasanya tampak. Lebih dari setengah (> 50%) dari
semua infark yang berhubungan dengan syok adalah anterior. Global ischemia
karena severe left main stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3
mm) pada multiple leads.

2. Radiografi

Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada mulanya atau
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif akut (acute congestive heart
failure), yaitu:
a. Cephalization karena dilatasi pembuluh darah-pembuluh darah pulmoner.
b. Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic
pressures) meningkat, akumulasi cairan interstitial ditunjukkan secara
radiografis dengan adanya gambaran fluffy margins to vessels,
peribronchial cuffing, serta garis Curley A dan B. Dengan tekanan
hidrostatik yang sangat tinggi, cairan dilepaskan (exuded) ke alveoli,
menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates.

Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin tampak pada
penderita syok kardiogenik:
a. Kardiomegali ringan
b. Edema paru (pulmonary edema)
c. Efusi pleura
d. Pulmonary vascular congestion
e. Ukuran jantung biasanya normal jika hasil syok kardiogenik berasal dari
infark miokard yang pertama, namun membesar jika ada riwayat infark
miokard sebelumnya.

3. Bedside echocardiography

Ini berguna untuk menunjukkan:


a. Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).
b. Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).
c. Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade.

4. Laboratorium

Penemuan laboratorium :
a. Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.
b. Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya
normal, namun blood urea nitrogen (BUN) dan creatinine meningkat
secara cepat (rise progressively).
c. Hepatic transaminases jelas meningkat karena hipoperfusi hati (liver
hypoperfusion).
d. Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat menyebabkan
anion gap acidosis dan peningkatan (elevation) kadar asam laktat (lactic
acid level).
e. Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan hypoxemia
dan metabolic acidosis, dimana dapat dikompensasi oleh respiratory
alkalosis.
f. Petanda jantung (cardiac markers), creatine phosphokinase dan MB
fractionnya, jelas meningkat, begitu juga troponins I dan T.
(Mubin,2008)

8. Diagnosis / kriteria diagnosis


Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan :
a. Keluhan Pokok
-

Oliguri (urin < 20 mL/jam).

Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).

Nyeri substernal seperti IMA.

b. Tanda Penting
-

Tensi turun < 80-90 mmHg

Takipneu dan dalam

Takikardi

Nadi cepat

Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru

Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar

Sianosis

Diaforesis (mandi keringat)

Ekstremitas dingin

Perubahan mental

c. Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
-

Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.

Produksi urin < 20 mL/jam.

Tekanan vena sentral > 10 mmH2O

Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi

9. Penatalaksanaan
Langkah-langkah tata laksana syok kardiogenik adalah :

Etiologi syok harus ditentukan secepat mungkin

Pemantauan hemodinamik (kalau mungkin menggunakan kateter Swan-ganz

Pemberian oksigen (kalau mungkin menggunakan oksigen 28-48% dengan venture


fase mask

Menghilangkan nyeri dengan morfin 4-8 intravena

Berikan

dopamine

2-15

m/kg/m

atau

Dobutamin

2,5-10m/kg/m

untuk

meninggikan tekanan perfusi arterial dan kontraktilitas. Boleh juga diberikan amrinon
intravena

Cairan intravena, kalau mungkin diberikan dextran 40.

Furosemid 40-80 mg atau asam etakrinik 50 mg (bila ada bendungan paru). Diuretic
menyebabkan vasodilatasi vena dan diuresis, hingga bendungan bendungan paru
berkurang dan oksigenasi darah meningkat. Juga ukuran jantung serta kebutuhan
oksigen dikurangi .

Digitalis hanya diberikan pada takikardi supraventrikel dan fibrilasi atrial.

Vasodilator hanya diberikan bila dijumpai vasokontriksi perifer hebat dan penderita
dipantau ketat secara klinik dan hemodinamik.

Tindakan pintaskoroner dan angioplasty darurat kalau perlu.


(Tjokronegoro, A., dkk, 2003).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Tgl/Jam

:-

No. RM

:-

Triage

: P1/P2/P3

Diagnosa Medis : -

AIR
WA
Y

Identitas

Transportasi : Ambulan/Mobil Pribadi/Lain-lain.........

Nama

Jenis Kelamin :

Umur

Alamat

Keluhan Utama : penurunan kesadaran

Jalan Nafas : Paten

Tidak Paten

Obstruksi : Lidah

Cairan

Benda Asing Tidak Ada

Muntahan Darah
Suara Nafas :

Oedema

Snoring

Gurgling

crowing

Tidak ada
Keluhan Lain: ... ...

Masalah Keperawatan:

Nafas

: Spontan

Tidak Spontan

Gerakan dinding dada: Simetris


Irama Nafas : Cepat

Asimetris

Dangkal Normal

Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur


BREATHING

Jenis

: Dispnoe Kusmaul Cyene Stoke

Suara Nafas : Vesikuler Wheezing


Sesak Nafas : Ada

Tidak Ada

Cuping hidung Ada

Tidak Ada

Lain

Ronchi

Retraksi otot bantu nafas : Ada

Tidak Ada

Pernafasan : Pernafasan Dada

Pernafasan Perut

RR :
Keluhan Lain:
Masalah Keperawatan:
Nadi

: Teraba

Tidak teraba

N:

CIRCULATION

Tekanan Darah :
Pucat

: Ya

Tidak

Sianosis

: Ya

Tidak

CRT

: < 2 detik > 2 detik

Akral

: Hangat

Dingin

S: ... ...C

Pendarahan : Ya, Lokasi: ... ... Jumlah ... ...cc


Turgor

: Elastis

Lambat

Tidak ada

Diaphoresis: Ya

Tidak

Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: Diare Muntah Luka bakar


Keluhan Lain: ... ...
Masalah Keperawatan:

DISABILITY

Kesadaran: Composmentis Delirium Somnolen Koma


GCS

: Eye ...

Verbal ...

Motorik ...

Pupil

: Isokor

Unisokor

Pinpoint

Medriasis

Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada


Refleks fisiologis: Patela (+/-) Lain-lain
Refleks patologis : Babinzky (+/-) Kernig (+/-) Lain-lain ... ..
Kekuatan Otot :
Keluhan Lain :

EXPOSURE

Masalah Keperawatan:

Deformitas : Ya

Tidak

Lokasi ... ...

: Ya

Tidak

Lokasi ... ...

Contusio

Abrasi

: Ya

Tidak

Lokasi ... ...

Penetrasi

: Ya

Tidak

Lokasi ... ...

Laserasi

: Ya

Tidak

Lokasi ... ...

Edema

: Ya

Tidak

Lokasi ... ...

Luka Bakar : Ya

Tidak

Lokasi ... ...

Grade : ... ... %


Jika ada luka/ vulnus, kaji:
Luas Luka

: ... ...

Warna dasar luka: ... ...


Kedalaman : ... ...
Lain-lain

: ... ...

Masalah Keperawatan:
FIVE INTERVENSI

Monitoring Jantung : Sinus Bradikardi


Saturasi O2 : %
Kateter Urine : Ada

Tidak

Pemasangan NGT : Ada, Warna Cairan Lambung : ... ...


Pemeriksaan Laboratorium : ... ...
Lain-lain: ... ...
Masalah Keperawatan:

GIVE COMFORT

Nyeri : Ada

(H 10 SAMPLE

Sinus Takikardi

Tidak

Problem
: ... ...
Qualitas/ Quantitas : ... ...
Regio
: ... ...
Skala
: ... ...
Timing
: ... ...
Lain-lain
: ... ...
Masalah Keperawatan:
Keluhan Utama

Mekanisme Cedera (Trauma)

Sign/ Tanda Gejala

Allergi

Tidak

Medication/ Pengobatan

Past Medical History

: Riwayat Penyakit sebelumnya

Last Oral Intake/Makan terakhir :


Event leading injury

: Peristiwa sebelum/awal cedera

(H2) HEAD TO TOE

(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)


Kepala dan wajah

Leher

Dada

Abdomen dan Pinggang

Pelvis dan Perineum

Ekstremitas

Masalah Keperawatan:

2. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan dyspnea
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
5. intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan
kebutuhan oksigen

3. Rencana asuhan keperawatan (terlampir)

Daftar Pustaka

Smeltzer,Suzanne. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth volume


2.Jakarta :EGC
Tjokronegoro, A dkk. 2003. Panduan Gawat Darurat, Jilid I Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Johnson, M, dkk .2004. Nursing Outcome Classification (NOC). Mosby: Philadelphia
McCloskey, dkk .2004. Nursing intervention Classification (NIC). Mosby: Philadelphia
NANDA. 2012. Diagnosa Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. NANDA
Internasional: Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai