Anda di halaman 1dari 11

Peningkatan Risiko Fraktur Panggul pada Pasien

Diabetes di Taiwan
Penelitian berdasarkan populasi
Hua-Fen Chen, Ching-An Ho, Chung-Yi Li
Objektif Dengan menggunakan data klai dari Taiwans National Health,
kami mengevaluasi usia, jenis kelamin, dan urbanisasi- kepadatan kejadian spesifik
dan risiko relatif dari fraktur panggul pada populasi diabetes
Desain Penelitian dan Metode Pasien diabetes (n = 500,868) dan kelompok
kontrol berdasarkan usia dan jenis kelamin (n= 500,248), dihubungkan dengan klaim
rawat inap (1997-2002) untuk mengidentifikasi perawatan rumah sakit pada fraktur
panggul yang tidak berhubungan dengan transportasi. Pendekatan orang-tahun dengan
asumsi Poisson dan analisis Kaplan-Meier digunakan untuk memperkirakan kejadian
dan angka kejadian kumulatif. Kami juga menilai hubungan usia, jenis kelamin, dan
urbanisasi yang merupakan risiko relatif pada fraktur panggul dengan model Cox
propotional hazard regression.
Hasil Dari seluruh kejadian fraktur panggul pada laki-laki dan perempuan
dengan diabetes, secara respektif, didapatkan 3.01 dan 6.75/1,000 orang-tahun, yang
lebuh tinggi dari kelompok kontrol laki-laki dan perempuan. Didapatkan hubungan
signifikan antara diabetes dan usia serta diabetes dan status urbanisasi. Hazard ratios
(HRs) dari pasien diabetes usia 35-44 tahun (laki-laki 2.45 [95% CI 1.653.64];
perempuan 3.19 [1.397.33]) lebih tinggi dari pasien diabetes usia 55-64 tahun (lakilaki 1.90; perempuan 2.81), namun pada pasien diabetes laki-laki usia >74 tahun dan
pasien diabetes perempuan usia >84 tahun, HRs dibandingkan dengan null secara
statistik (HRs 0.98 dan 0.91, secara respektif). Pasien diabetes hidup di area pedesaan
cenderung untuk memiliki HRs fraktur panggul yang lebih tinggi.
Kesimpulan Di Taiwan, diabetes meningkatkan risiko fraktur panggul pada
kedua jenis kelamin di seleuruh kelompok umur, kecuali pada laki-laki dengan
diabetes usia >74 tahun dan perempuan dengan diabetes usia >84 tahun. HRs fraktur
panggul yang lebih tinggi secara tidak prporsional ditemukan pada pasien diabetes
muda dan mereka yang tinggal di daerah pedesaan.

Kejadian fraktur panggul diperkirakan akan meningkat di seluruh dunia, dan


disusul ketidakmampuan fungsional, morbiditas, dan mortalitas secara sangat hebat
berkontribusi pada masalah kesehatan di lingkungan kita. Pasien diabetes, yang sudah
lumpuh karena berbagai komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular, dilaporkan
meningkatkan risiko fraktur panggul. Banyak dari penelitian sebelumnya yang
berfokus pada perempuan atau pada pasien yang lebih tua dengan usia >65 tahun
sehingga secara data sedikit secara relatif yang tersedia untuk risiko spesifik pada
berbagai kelompok umur dan kelompok jenis kelamin. Dekat-dekat ini seluruh
penelitian yang dipublikasikan dilakukan pada kulit putih, dan sedikit informasi yang
tersedia untuk populasi diabetes dia Asia. Selain itu, penelitian terbaru
mengindikasikan bahwa risiko relatif penyakit makrovaskular yang berhubungan
dengan diabetes menunjukkan variasi geografik yang signifikan di Taiwan,
menyiratkan perbedaan kualitas perawatan dialamatkan pada pasien diabetes di areaarea tertentu. Sejauh ini tidak ada penelitian yang dilakukan untuk menginvestigasi
apakah terdapat perbedaan antara tinggal di perkotaan atu pedesaan pada kejadian dan
risiko relatif fraktur panggul pada pasien diabetes. Di Taiwan, kejadian yang tinggi
dari fraktur panggul pada populasi umum telah dilaporkan sebelumnya, tapi kejadi
fraktur panggul diantara pasien diabetes belum diselidiki. Dengan menggunakan
perwakilan diabetes yang didapatkan kembali secarat kohort dari data National Health
Insurance (NHI), penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki usia, jenis kelamin, dan
area perkotaan efek diabetes pada kejadian risiko relatif fraktur panggul antara tahun
1997 dan 2002 diantara populasi populasi diabetes tidak terpilih di Taiwan.

Desain penelitian dan metode Penelitian ini merupakan penelitian kohort


berdasarkan pendataan, dilakukan antara tahun 1997 dan 2002, pada fraktur panggul
diantara populasi diabetes di Taiwan. Data didapatkan dari data NHI, yang secara
rutin dikumpulkan oleh National Health Research Institute dan diawasi oleh biro
Negara dari NHI (BNHI). Program NHI merupakan program kesehatan keseluruhan
di Taiwan yang dilaksanakan pada Maret 1995. Sebanyak 96% dari populasi Taiwan
diikutkan pada program NHI, dan BNHI telah bekerja sama dengan 97% rumah sakit
dan klinik di seluruh negara pada akhir 1996. Untuk memastikan keakuratan dari
klaim data, BNHI melakukan peninjauan ahli pada sampel acak pada tiap 50 sampai
100 klaim rawat jalan dan rawat inap di tiap rumah sakit dan klinik tiap 3 bulan dan
salah pelaporan diagnosis menghasilkan hukuman yang berat dari BNHI. Dengan
2

persetujuan etik dari National Health Research Institute, kami menggunakan data
untuk klaim data rawat jalan diabetes (1997-2002), seluruh klaim rawat inap (19972002), dan data terbaru untuk penerima (1995-2002) untuk penelitian ini. Seluruh set
data dapat dihubungkan melalui tiap nomer identifikasi individu. Rincian dari klaim
data dan metode dari pemilihan kelompok diabetes dan kelompok kontrol
digambarkan pada laporan kami sebelumnya. Secara singkat seorang individu
diklasifikasikan sebagai pasien diabetes jika dia memiliki diagnosis yang
berhubungan dengan diabetes (ICD-9 250 atau Kode A 181) pada tahun 1997 dan
memiliki satu atau lebih diagnosa dalam 12 bulan berikutnya. Kunjungan pasien
rawat jalan yang pertama dan terakhir dalam satu tahun harus lebih dari 30 hari
jauhnya untuk menghindari kesalahan inklusi dari pasien yang salah dikodeka. Kohort
diabetes akhir meliputi 500,868 pasiean dan tanggal penunjuk diatur pada tanggal saat
mereka melakukan kunjungan rawat jalan pertama dengan kode diabetes pada tahun
1997.
500,248 subjek kontrol diidentifikasi dari data penerima setelah menghapus
data pasien-pasien yang telah diinklusikan pada kelompok diabetes. Kelompok
kontrol dipilih dengan mencocokkan kelompok diabetes dengan distribusi frekuensi
pada kedua umur (tiap 5 tahun mulai dari usia 0-105 tahun) dan jenis kelamin.
Kandidat kontrol distratifikasi berdasarkan usia yang ditentukan dan klasifikasi jenis
kelamin (total 42 strata), dan teknik simple random sampling digunakan untuk subjek
kontrol di tiap strata. Tanggal penunjuk untuk subjek pada kelompok kontrol adalah
tanggal pertama dari pendaftaran di NHI. Jika mereka tanggal pertama
pendaftarannya sebelum 1 januari 1997, kami mengatur tanggal penunjukknya adalah
tanggal 1 Januari 1997.
Usia pada tiap penelitian dihitung dengan perbedaan waktu antara tanggal
penunjuk dan tanggal lahir. Kami mengelompokkan area geografis untuk tiap subjek
penelitian dari unit NHI, baik area tinggal penerima atau lokasi mereka bekerja,
kedalam empat area geografis (Utara, Tengah, Selatan, dan Timur) atau dua tingkat
urbanisasi (perkotaan dan pedesaan) berdasarkan kepada National Statistics of
Regional Standard Classification.
Titik Akhir Penelitian
Dengan nomer identifikasi individu yang unik, kami menghubungkan subjek
penelitian pada kedua kelompok ke rekaman klaim rawat inap (1997-2002) untuk
mengidentifikasi episode pertama dari diagnosis primer maupun sekunder dari fraktur
3

panggul (ICD-9 820) digunakan sebagai titik akhir penelitian ini. Kami
mengeksklusikan diagnosa dengan kecelakaan lalu lintas (E800-E848). Tanggal dari
menghadapi titik akhir klinis adalah hari pertama dari rawat inap. Periode penelitian
ini adalah antara 1 Januari 1997 dan 31 Desember 2002.
Analisis Statistik
Usia, jenis kelamin, dan tingkat urbanisasi kepadatan kejadian spesifik
fraktur panggul dihitung dengan orang-tahun dengan penyebut dibawah asumsi
Poisson. Analisis nonparametric Kaplan-Meier digunakan untuk menentukan angka
kejadian kumulatif dari fraktur panggul tidak terkait kecelakaan lalu lintas
berdasarkan usia dan periode lebih dari 6 tahun follow-up, dan uji log-rank digunakan
untuk menguji perbedaan antara kurva kelangsungan hidup. Subjek penelitian yang
meninggal di rumah sakit untuk alasan yang tidak berhubungan dengan luaran klinis
dianggap sensor dari analisis kelangsungan hidup, dan tanggal sensor adalah tanggal
dari kematian mereka. Jika subjek penelitian tidak dijumpai kematian di rumah sakit,
maka tanggal sensornya adalah baik tanggal terakhir penarikan dari NHI atau tanggal
penelitian berakhir (31 Desember 2002). Untuk menilai efek independen dari status
diabetes pada risiko fraktur panggul, kami mengadakan model Cox proportional
hazard regression dengan usia, jenis kelamin, area geografis, dan status urbanisasi
disesuaikan secara simultan dalam model. Kami menyesuaikan dua variabel regional
terakhir karena ada perbedaan yang jelas antar perkotaan dan pedesaan dalam akses
ke pelayanan medi di Taiwan. Untuk menghindari penyesuaian umur berlebihan yang
tidak penting, yang munhkin menimbulkan prasangka estimasi risiko, kami
menggunakan usia sebagai variabel kontinyu dalam model ini. Sebagai tambahan,
dengan menggunakan angka prevalensi diabetes tahun 1997, kami juga menghitung
keseluruhan dan spesifik umur pada presentasi risiko yang dianggap berasal dari
populasi (population attributable risk percentage, PAR%) untuk menilai dampak
kesehatan publik diabetes pada fraktur. seluruh analisis statistik dilakukan dengan
SAS (versi 9.1; SAS Institute, Cary, NC). Nilai P <0,05 dianggap signifikan secara
statistik. Kurva kelangsungan hidup digambarkan dengan software statistik Stata
(release 8.0; Stata, College Station, TX).

Hasil Mean SD usia dari populasi diabetes adalah 59,71 12.52 tahun, dan
kelompok kontrol adalah 59.61 12.64 tahun. Distribusi usia dan jenis kelamin
adalah sama pada kedua kelompok. Presentase usia <35, 35-44, 45-54, 55-64, 65-74,
4

75-84, >85 tahun adalah 3.04, 8.87, 19.33, 29.41, 29.40, 9.28, dan 0.67%, secara
respectif. Pasien laki-laki secara samar lebih dominan pada kedua kelompok.
Gambar 1 menunjukkan kurva kelangsungan hidup Kaplan-Meier spesifik
jenis kelamin pada kejadian fraktur panggul bukan karena kecelakaan pada kelompok
diabetes dan kelompok kontrol lebih dari periode 6 tahun. Perempuan lebih sering
mengalami fraktur panggul dibandingkan laki-laki terlepas dari status diabetes. Angka
kejadian kumulatif 6 tahun untuk laki-laki diabetes dan perempuan diabetes adalah
1.74% (95% CI 1.681.80%) dan 3.87% (3.793.95%), secara respektif, dimana pada
kelompok kontrol laki-laki dan perempuan adalah 1.50% (1.441.56%) dan 2.55%
(2.482.62%), secara respektif. Keempat kurva kelangsungan hidup memiliki
perbedaan yang signifikan (P untuk tes log-rank <0.0001).

Hanya ada satu laki-laki dan dua perempuan usia <35 tahun yang mengalami
fraktur panggul dari kelompok kontrol, sehingga kami mengekslusikan kelompok usia
ini untuk analisis lebih lanjut untuk menghindari perkiraan risiko yang tidak dapat
dipercaya. Kepadatan kejadian secara keseluruhan dan spesifik usia dan jenis kelamin
dan risiko relatif fraktur panggul ditunjukkan pada gambar 1. Kepadatan kejadian
secara keseluruhan untuk laki-laki dan perempuan dengan diabetes adalaj 3.01 dan
6.75 per 1,000 orang-tahun, secara respektif. Hasil untuk kelompok kontrol laki-laki
dan perempuan adalah 2.48 dan 4.21 per 1,000 orang-tahun. Pada kedua kelompok
diabetes dan kontrol, kepadatan kejadian fraktur panggul meningkat sesuai dengan
usia, dan kepadatan kejadian tertinggi ditemukan pada kelompok pasien >84 tahun
secara tidak respektif pada jenis kelamin dan status diabetes. Secara umum kepadatan
5

kejadian fraktur panggul spesifik usia dan jenis kelamin lebih tinggi pada pasien
diabetes dibandingkan dengan subjek kontrol kecuali pada laki-laki usia >74 tahun
dan perempuan usia >84 tahun.

Dibandingan dengan subjek kontrol, laki-laki dan perempuan diabetes


menunjukkan peningkatan risiko fraktur panggul dengan pembesaran 28% (hazard
ratio [HR] 1.28 [95% CI 1.21-1.34]) dan 72% (1.72 [1.66-1.78]), secara respektif.
Didapatkan hubungan signifikan antara diabetes dan usia (P < 0.0001) untuk kedua
kelompok laki-laki dan perempuan sehingga kami melakukan analsis stratifikasi
untuk memperkirakan HR spesifik usia untuk tiap jenis kelamin. Pasien diabetes
dengan usia yang lebih muda memiliki HR yang lebih tinggi, tapi laki-laki diabetes
usia >74 tahun dan perempuan diabetes >84 tahun memiliki risiko yang menyerupai
subjek kontrol. HR spesifik usia dan jenis kelamin tertinggi pada fraktur panggul
didapatkan pada laki-laki diabetes (2.45 [1.65-3.64]) dan perempuan antara 35 da 44
tahun (3.19 [1.39-7.33]).

Kepadatan kejadian fraktur panggul spesifik jenis kelamin serta tingkat


urbanisasi dan hubungan bahaya relatif fraktur panggul dengan diabetes ditunjukkan
pada tabel 2. Kejadian fraktur panggul didapatkan lebih tinggi pada laki-laki dari
daerah perkotaan daripada daerah pedesaan tidak respektif dari status diabetes
mereka, namun perbedaan perkotaan-pedesaan tidak tampak pada wanita di kedua
kelompok. Kami mendapatkan hubungan signifikan antara diabetes drngan tingkat
urbanisasi pada kedua kelompok laki-laki (P= 0.0053) dan perempuan (P= 0.0248).
HR fraktur panggul lebih tinggi pada kedua kelompok laki-laki dan perempuan (HR
1.43 vs 1.22) dan perempuan (HR 1.82 vs 1.67) dari daerah pedesaan daripada mereka
yang dari daerah perkotaan.
PAR% spesifik usia meningkat dari 1.84% untuk laki-laki usia 35-44 tahun
hingga 6.70% untuk laki-laki usia 55-64 tahun dan menurun setelahnya. Untuk
perempuan, didapatkan pula peningkatan PAR% pada mereka yang berusia 35-44
tahun (2.20%) hingga mereka yang berusia 55-64 tahun (15.48%). PAR% menurun
hingga 10.03 dan 2.53% untuk wanita berusia 65-74 dan 75-84 tahun secara respektif.
Secara keseluruhan PAR% untuk laki-laki dan perempuan diperkirakan 0.39-1.35%.

KesimpulanChie et al. melaporkan bahwa insiden fraktur panggul pada


populasi umum di Taiwan mendekati dengan populasi Negara-negara eropa, tetapi
lebih tinggi dari Beijing, Hongkong, dan laki-laki kulit putih Amerika Serikat. Pada
penelitian berdasarkan populasi, kami mendapatkan bahwa diabetes mungkin
memiliki peningkatan risiko fraktur panggul pada populasi diabetes Taiwan. Kecuali
pada subjek yang lebih tua, kepadatan kejadian fraktur panggul bukan karena
kecelakaan lalu lintas secara keseluruhan dan spesifik usia dan jenis kelamin secara

konsisten dan signifikan lebih tinggi pada kohort kelompok diabetes daripada
kelompok kontrol. Penelitian di Norwegia melaporkan bahwa kejadian fraktur
panggul meningkat seiring dengan usia dan subjek perempuan diabetes memiliki
kejadian lebih tinggi untuk fraktur panggul dibandingkan dengan laki-laki diabetes,
hasilnya sejalan dengan penelitian kami. Selain itu angka kejadian fraktur panggul
pada populasi diabetes yang didapatkan pada penelitian kami serupa dengan
penelitian diatas namun lebih tinggi dari yang didapatka di Amerika serikat.
Dibandingkan dengan kelompok kontrol yang disesuaikan usia dan jenis
kelaminnya, risiko keseluruhan dari terjadinya fraktur panggul lebih tinggi pada
kedua populasi laki-laki dan perempuan di Taiwan. Walaupun kami tidak dapat
membedakan antara diabetes tipe 1 dan tipe 2 pada pasien diabetes kami, diabetes tipe
1 hanya merupakan 1.8% dari seluruh populasi di Taiwan. Mayoritas pasien diabetes
pada penelitian kami, oleh karena itu, mungkin merupakan pasien diabetes tipe 2.
Maka dari itu, perkiraan risiko secara keseluruhan dari subjek penelitian perempuan
sebanding dengan penelitian lain pada perempuan Kaukasia diabetes tipe 2. Untuk
laki-laki diabetes tipe 2, pada kebanyakan penelitian sebelumnya tidak mendapatkan
adanya hubungan diabetes dengan fraktur panggul, namun laki-laki diabetes pada
penelitian kami menunjukkan peningkatan risiko fraktur panggul, perkiraan risiko
diperkirakan sedikit lebih tinggi dari penelirtan terkini di Kanada.
Usia merupakan efek pengubah yang signifikan pada data kami (P <0.0001);
risiko relatif fraktur panggul meningkat hingga dua sampai tiga kali lipat, secara
respektif, pada laki-laki dan perempuan diabetes usia 35-54 tahun, namun risiko
relatif ini dilemahkan dengan meningkatnya usia. Pada laki-laki diabetes usia >74
tahun dan wanita diabetes usia >84 tahun, risiko fraktur panggul spesifik jenis
kelamin sangat serupa dengan subjek kontrol. Pada penelitian di Norwegia,
peningkatan risiko fraktur panggul ditemukan pada perempuan diabetes tipe 2 dengan
usia antara 50 dan 47 tahun dengan durasi diabetes lebih dari 5 tahun )HR 1.8 [95%
CI 1.1-2.9]), namun tidak didapatkan peningkatan risiko signifikan dari fraktur
panggul pada pasien diabetes usia >75 tahun (1.41 [0.9-2.1]). Pada penelitian mereka,
Meyer et al. dan Holmberg et al. merekrut hanya subjek dengan usia pertengahan dan
dilaporkan peningkatan risiko fraktur panggul secara signifikan pada pasien diabetes.
Penelitian oleh Dobnig et al., yang melibatkan hanya individu usia >70 tahun, yang
bagaimanapun juga, menunjukkan HR fraktur panggul 0.90 (95% CI 0.60-1.34),
disesuaikan usia dan berat badan, hasilnya hampir serupa dengan HR yang didapatkan
8

pada penelitian kami untuk kelompok usia tertua. Penelitian terkini di Kanada juga
mendapatkan pola serupa dengan ratio risiko tinggi pada fraktur panggul pada pasien
diabetes yang lebih muda (usia <60 tahun) namun dengan penurunan risiko pada
pasien diabetes yang lebih tua.
Mekanisme bagaimana terjadinya diabetes dapat meningkatkan kemungkinan
fraktur yang lebih tinggi diantara pasien diabetes belum secara jelas dijelaskan.
Penelitian terdahulu mengindikasikan bahwa orang dengan diabetes lebih sering
mengalami jatuh diperburuk dengan keseimbangan yang buruk, hilangnya sensitifitas
tekanan karena neuropati perifer, atau gangguan visual karena retinopati dan katarak.
Stroke, yang merupakan komplikasi tersering dari diabetes, juga berhubungan dengan
peningkatan risiko fraktur panggul. Sebagai tambahan, formasi tulang pada pasien
diabetes mungkin terganggu oleh disfungsi osteoblas dan produk akhir glycation yang
meningkat menginduksi apoptosis osteoblas. Pada percobaan dengan binatang, femur
pada tikus diabetes didapatkan memiliki kapasitas menyerap energi yang lebih rendah
dan meningkatkan kekakuan pembengkokkan, yang mungkin mendisoposisi kea rah
fraktur dengan trauma minimal. Kualitas tulang yang rendah seperti itu meningkatkan
frekuensi jatuh pada pasien diabetes dewasa muda yang mungkin menyebabkan risiko
fraktur panggul bukan kecelakaan menjadi lebih tinggi, yang secara relatif jarang
pada populasi umum usia <50 tahun. Orang dengan diabetes, khususnya dewasa
muda, lebih kurang aktif secara fisik dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes,
yang mungkin menyebabkan densitas tulang menurun. Selain itu, peningkatan
proporsi pada individu dengan diabetes tipe 1, yang dilaporkan memiliki risiko fraktur
panggul yang lebih tinggi, pada populasi yang lebih muda mungkin berkontribusi
untuk peningkatan HR fraktur panggul pada pasien kami yang lebih muda.
Berdasarkan pengetahuan kami, literatur tentang variasi geografis pada
kejadian fraktur panggul pada populasi diabetes masih langka. Pada penelitian kami,
laki-laki yang tinggal atau bekerja di daerah perkotaan memiliki risiko fraktur
panggul yang lebih tinggi secara sederhana daripada laki-laki dari daerah pedesaan
tanpa memperhatikan status diabetes mereka, namun perbedaan perkotaan-pedesaan
pada angka kejadian kurang jelas pada perempuan. Menariknya, kami mendapatkan
bahwa terdapat perbedaan signifikan antara perkotaan-pedesaan pada HR fraktur
panggul berhubungan dengan diabetes, terutama pada pasien laki-laki. Hubungan
signifikan antara diabetes dengan tingkat urbanisasi pada lingkungan kerja/ tinggal
memiliki keterlibatan yang penting. Pada penelitian cohort yang sama, Chen
9

melaporkan bahwa peningkatan risiko penyakit makrovaskular lebih tinggi pada lakilaki dan perempuan diabetes dari daerah pedesaan dibandingkan mereka yang dari
daerah perkotaan. Perbedaan peningkatan risiko komplikasi makrovaskular, yang
dapat meningkatkan risiko jatuh pada pasien diabetes di pedesaan mungkin
disebabkan oleh ketidaksamaan sumber medis atau perbedaan di praktis medis antara
daerah perkotaan dan pedesaan. Investigasi lebih lanjut dibutuhkan untuk mendeteksi
alasan dasar dan juga ukuran yang dapat secara efektif mengeliminasi perbedaan pada
pasien diabetes perkotaan-pedesaan.
Penelitian kami memiliki beberapa kekuatan metodologi. Pertama, kelompok
kohort diabetes dan kelompok kontrol dikumpulkan dari data NHI, yang berdasar
populasi dan perwakilan yang tinggi, mengijinkan ruangan kecil untuk memanggil
dan prasangka terpilih, dan juga lebih sedikit kemungkinan untuk tidak responsive
dan

kehilangan

anggota

kohort

untuk

ditindaklanjuti.

Kedua,

keuntungan

menggunakan data klaim asuransi pada penelitian klinis adalah mudah diakses untuk
rekaman longitudinal untuk sample pasien yang banyak yang secara geografis
berpencar-pencar. Ketiga, jumlah subjek penelitian yang banyak juga membuat
mungkin untuk kami untuk membuat analisis stratifikasi berdasarkan variabel tertentu
seperti usia, jenis kelamin, dan status urbanisasi
Selain kekuatan diatas, beberapa keterbatasan juga ditemukan pada penelitian
kami. Pertama, kepercayaan eksklusif pada pengklaiman data mungkin menghasilkan
kesalahan klasifikasi pada penelitian kami. Keakuratan dari diagnosis tunggal
diabetes pada pengklaiman data tahun 2000 dilaporkan hingga 74,6%, namun kami
menggunakan setidaknya dua diagnosis yang berhubungan dengan kunjungan
pertama dan terakhir dengan jarak >30 hari, yang secara luas mengurangi
kemungkinan kesalahan klasifikasi. Kelompok kontrol mungkin juga telah tercampur
dengan onset baru atau diabetes yang tidak terdiagnosis. Selain itu, kemungkinan
ketidak-akuratan perekaman data klaim juga dapat menimbulkan kemungkinan
kesalahan pengklasifikasian fraktur panggul. Namun bagaimanapun kesalahan
pengklasifikasian biasanya nondeferensial, yang akan lebih condong untuk
merendahakan dibanding menaksir terlalu tinggi bahaya relatif. Kedua, sebagaimana
telah kami jelaskan sebelumnya, kami tidak dapat membedakan antara diabetes tipe 1
dan tipe 2 pada penelitian kami, yang juga membatasi intepretasi spesifik pada hasil
penelitian. Ketiga, kami tidak menetapkan BMI, kegiatan fisik, durasi diabetes,
kepadatan mineral tulang, dan prevalensi komorbiditas dari populasi penelitian, yang
10

mungkin juga merancukan hasil penelitian. Yang terakhir, kami tidak memiliki
informasi tentang riwayat fraktur panggul terdahulu dari subjek penelitian, yang dapat
secra palsu meningkatkan angka kejadian fraktur panggul pada populasi penelitian,
namun hal ini memiliki dampak kecil pada estimasi risiko fraktur panggul
dihubungkan dengan diabetes.
Kesimpulannya, pada penelitian selama 6 tahun, populasi laki-laki dan
perempuan diabetes di Taiwan didapatkan peningkatan risiko kejadian fraktur
panggul bukan karena kecelakaan dengan pembesaran 28 dan 72%, secara respektif.
Peningkatan risiko didapatkan pada seluruh kelompok umur kecuali laki-laki usia >74
tahun dan perempuan diabetes >84 tahun. Dengan dampak kesehatan serius dan
konsekuensi ekonomi dari fraktur panggul, kita harus melihat ke penyebab dasar dari
peningkatan risiko fraktur panggul pada pasien diabetes usia muda dan yang tinggal
di daerah pedesaan serta implementasi intervensi program dari bebagai segi untuk
memastikan pencegahan yang efektif untuk fraktur panggul pada populasi diabetes
berisiko tinggi.

11

Anda mungkin juga menyukai