Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
: Laila Andini
: B1J012053
: II
: 2
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fertilisasi adalah suatu proses bertemunya sel gamet jantan dan sel gamet
betina yang disertai fusi materi genetik antar keduanya. (Gilbert, 2000). Fertilisasi
pada hewan ada dua macam yaitu fertilisasi eksternal dan fertilisasi internal.
Fertilisasi eksternal khas pada hewan-hewan akuatik, yaitu merupakan proses
fertilisasi dimana gamet-gametnya dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebelum
fertilisasi. Fertilisasi internal khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat,
sperma dimasukkan ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul
dengan fertilisasi. Setelah pembuahan telur itu membentuk membran fertilisasi
(membran vitellina) untuk merintangi pemasukan sperma lebih lanjut. Sperma
juga diperlukan hanya untuk mengaktifkan sel telur (Effendie, 2002).
Dengan berkembangnya metode induced spawning pada ikan dimana
pembuahan telur dan sperma dapat dilakukan secara manual di luar tubuh ikan,
maka memungkinkan untuk dapat memanipulasi perkembangan gamet untuk
memproduksi jenis ikan sesuai dengan tujuan budidaya (Rustidja, 1991).
Manipulasi dalam bidang reproduksi hewan dilakukan untuk memperoleh
keturunan seperti yang diharapkan. Manipulasi dilakukan pula untuk mengontrol
faktor-faktor seperti musim atau cuaca yang mempengaruhi proses reproduksi
menjadi terkontrol. Selain itu manipulasi reproduksi dimaksudkan untuk mengatur
waktu pada pembuahan buatan yang dilakukan pada jenis hewan air. Pembuahan
buatan ini telah banyak dilakukan pengusaha budidaya ikan dan telah menjadi
bagian dari usaha budidaya, manipulasi ini telah dimulai dari persiapan induknya
yaitu dengan manipulasi hormonal menggunakan ekstrak hipofisa dalam prosedur
hipofisasi atau hormone lain yang termasuk dalam hormone sintetik. Pembuahan
buatan banyak dilakukan karena mudah dilakukan dan semua segi perlakuannya
dapat terkontrol.
Manipulasi kromosom termasuk salah satu dari usaha manipulasi genetik.
Manipulasi set kromosom dapat meng-hasilkan individu diploid homozigot dan
poliploid. Manipulasi ini dapat dilakukan pada proses pembuahan dan pembentuk-
B. Tujuan
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah peralatan untuk
pengambilan gamet, mangkuk pembuahan, baskom kultur lengkap dengan aerator
mengalir, mikroskop/loup, pipet, objek glass, water bath 40oC, saringan teh,
stopwatch / timer, spuit tanpa jarum, cawan petri dan kapas.
Bahan yang digunakan antara lain induk-induk penghasil gamet dari
jenis spesies berbeda, dua jenis gamet jantan dan betina dari jenis berbeda (misal
ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan tawes (Puntius javanicus) dan medium
Ringer atau medium pengenceran spermatozoa lain.
B. Metode
Cara kerja dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Telur nilem segar hasil striping di campurkan pada saringan teh dengan milt
encer dan dicatat waktu percampurannya.
11. Setelah satu menit atau tiga menit dari waktu percampuran tadi, telur terbuahi
dalam saringan teh, di celupkan pada air hangat water bath 40oC selama 90
detik atau setengah menit, kemudian langsung ke temperatur inkubasi biasa
dalam baskom kultur.
12. Dipelihara dan diamati perkembangan larvanya selama 1 minggu.
13. Dibandingkan perkembangan larva dengan kelompok larva hasil pembuahan
yang tidak diberi perlakuan dicelup (dikejut panaskan) dalam waterbath
temperature 40oC selama 90 detik sebagai larva diploid, yang diberi kejut
panas adalah larva triploid.
14. Diambil larva pada umur tujuh hari dari kelompok yang dikejut panaskan,
diletakkan di object glass, di bawah mikroskop dengan jarum, dikeluarkan
darah larva tersebut.
15. Dibuat apus darah larva, diamati diameter sel darahnya.
16. Dengan cara yang sama, diamati sel darah larva yang tidak dikejut panaskan,
sebagai larva diploid.
A. Hasil
Tabel 1.1 diameter sel darah merah
SDM KONTROL (mm) KEJUT 1 (mm) KEJUT 2 (mm)
1
30
15
10
25
10
7.5
30
15
10
25
12.5
10
17,5
10
7.5
25
10
7.5
20
10
10
35
12.5
7.5
32.5
12.5
10
10
27.5
10
7.5
B. Pembahasan
Pembuahan atau fertilisasi adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa
nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau
peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami)
dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Meiosis, zigot itu membentuk ciri
fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil maka fertilisasi itu
disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka
disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan
oogami (Huttner, 1980).
Umumnya persentase penetasan ikan secara normal berkisar antara 5080%. Tetapi dalam praktikum ini, rata-rata larva tidak menetas. Rendahnya derajat
penetasan telur ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kualitas
telur, kualitas air media inkubasi (penetasan), dan perlakuan kejutan panas.
Kualitas telur dan kualitas air media inkubasi sangat menentukan keberhasilan
proses penetasan telur. Kualitas telur yang baik dan didukung oleh kualitas air
media yang memadai dapat membantu kelancaran pembelahan sel dan
perkembangan telur unutk mencapai tahap akhir terbentuknya embrio ikan
(Basaran, 2008).
Dari hasil praktikum fertilisasi invitro tidak ada satupun telur yang
menetas dalam setiap kelompok. Gagalnya telur menetas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, eperti tingkat kematangan gonad ikan, kualitas spermatozoa dan
telur, dan prosedur pelaksanaan praktikum. Kualitas air media pemijahan seperti
temperatur, pH, suhu, dan oksigen telarut bepengaruh tehadap proses fertilisasi,
selain itu kuantitas dan kualitas sperma dan faktor penghalang di lingkungan
seperti turbiditas air juga berpengaruh. Keberhasilan fertilisasi tergantung pada
periode ejakulasi sperma (mijah) dan kemampuan sperma bersaing untuk
membuahi telur dan peluang fertilisasi dipengaruhi, perilaku jantan, anatomi dan
fisiologi (Martinez et al., 2012).
Pembuahan pada ikan anggota familia Cyprinidae terjadi secara eksternal
dan biasanya bersifat monospermik. Pada umumnya telur ikan berbentuk bulat
dengan diameter yang bervariasi menurut jenis ikannya, misalnya pada ikan tawes
diameter telur sekitar 0,73 mm (Imanuella, 1992 dalam Tahajuddin, 2002) dan
pada ikan nilem diameter berkisar antara 0,8-1,2 mm (Soeminto et al., 1995
dalam Tahajuddin, 2002).
Ginburg dalam Gustianto et al. (1988), menyatakan bahwa keberhasilan
suatu pembuahan telur ikan bergantung kepada kemampuan spermatozoa
melewati mikrofil telur. Kemampuan ini ditentukan oleh diameter kepala sperma
yang harus sesuai dengan diameter mikrofil, panjang ekor sperma yang
menunjang keaktifan sperma serta kesehatan sperma. Hybrid dalam jumlah
banyak
akan
menunjukkan
peningkatan
mutu
pertumbuhan,
penundaan
kematangan gonad serta ketahahan yang lebih tinggi terhadap penyakit dan
lingkungan yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan salah satu dan atau
kedua induknya.
Hasil praktikum fertilisasi poliploidisasi dengan kejut panas tidak ada
satupun sel telur terfertilisasi yang menetas. Poliploidisasi merupakan salah satu
metode manipulasi kromosom untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik
ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara
lain: pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap
penyakit. Induksi poliploid dalam budidaya ikan sangat menarik perhatian
masyarakat petani ikan maupun para peneliti di bidang perikanan. Poliploidisasi
pada ikan dapat dilakukan melalui perlakuan secara fisik seperti melakukan
kejutan (shocking) suhu baik panas maupun dingin,
pressure
(hydrostatic
pressure) dan atau secara kimiawi untuk mencegah peloncatan polar body II atau
pembelahan sel pertama pada telur terfertilisasi (Mukti, 2001).
Pendekatan praktis untuk induksi poliploidi melalui kejutan panas
merupakan perlakuan aplikatif sesaat setelah fertilisasi (untuk induksi triploidi)
atau sesaat setelah pembelahan pertama (untuk induksi tetraploidi) pada suhu
lethal. Kejutan suhu selain murah dan mudah juga efisien dapat dilakukan dalam
jumlah banyak. Kejutan panas merupakan teknik perlakuan fisik yang paling
umum digunakan untuk menghasilkan poliploidi pada ikan. Tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam perlakuan kejutan suhu pada telur, yaitu waktu awal kejutan,
suhu kejutan dan lama kejutan (jelas sangat rendah daya hidupnya. Nilai
parameter tersebut berbeda untuk setiap spesies (Mukti, 2001).
Tetraploidisasi adalah manipulasi kromosom pada ikan yang memiliki
jumlah kromosom 2n (diploid) menjadi ikan dengan jumlah kromosom 4n
(tetraploid). Tidak ada ikan tetraploid (4n) yang telah ditemukan pada perairan
alam, tetapi duplikasi genom diploid kemungkinan terjadi selama filogenesis
yang membentuk spesies baru. Induksi tetraploidi adalah penghambatan dari
pembentukan membran sel di antara sel-sel daughter pada pembelahan mitosis
untuk tujuan penggandaan whole genome. Tetraploidisasi secara teori mudah,
tetapi dalam praktik sulit untuk dicapai. Carman et al. (1992) menyatakan bahwa
ikan tetraploid relatif mudah untuk diproduksi melalui pencegahan peloncatan
pembelahan sel pertama pada telur terfertilisasi menggunakan perlakuan fisik
atau kimia.
B. Saran
Berdasarkan hasil praktikum, sebaiknya perlakuan saat pengambilan sel
telur lebih hati - hati.
DAFTAR REFERENSI