Anda di halaman 1dari 7

Anatomi dan Fisiologi Traktus Urinarius

1. Anatomi dan Fisiologi Traktus Urinarius


Sistem urinaria merupakan suatu sistem yang di dalamnya terjadi penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini akan larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urine (Syaifuddin, 2006).
Sistem urinaria terdiri dari organ-organ yang memproduksi

urine

dan

mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk
mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal). Sistem urinaria terdiri
dari dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam
sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara; dan urethra yang mengalirkan
urine keluar tubuh melalui orifisium urethra eksterna.
Selain itu dalam sistem ini terjadi proses penyaringan darah sehingga darah
bebas dan bersih dari zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh (Sloane, 2003).

Keterangan Gambar :
1. Costal Arch

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Vena Ginjal Kanan


Ginjal Kanan
Vena Cava Inferior
Ilohypogastric Nerve and quadratus lumborum muscle
Ureter (Abdominal part)
Muskulus psoas mayor dan genitofemoral nerve
Iilacus muscle
Arteri illiaka eksternal
Ureter (Pelvic part)
Duktus deferens
Testis dan epididimis
Celiac trunk
Arteri mesenterika superior
Ginjal Kiri
Aorta abdominal
Arteri Mesenterika Inferior
Common Iliac artery
Krista illiaka
Promotori sakrum
Rektum
Ligamen umbilikus medial
Kandung Kemih
Penis (Urethra)

Gambar 2.1 Anatomi Traktus Urinarius (Rohen, 2011)


a. Ginjal
Ginjal biasanya disebut juga ren atau kidney. Organ ini terletak secara
retroperitoneal dan di antara otot otot punggung dan peritoneum rongga abdomen
atas. Ginjal terletak di area cukup tinggi, yaitu pada dinding abdomen posterior yang
berdekatan dengan

2 pasang iga terakhir. Ginjal terdiri dari dua buah yaitu bagian

kanan dan bagian kiri. Berbentuk seperti kacang, pada margo lateral berbentuk
conveks sedangkan pada margo medial berbentuk concave (Syaifuddin, 2006).
Setiap ginjal mempunyai kelenjar adrenal pada bagian atasnya. Ginjal kiri letaknya
lebih tinggi daripada ginjal kanan dikarenakan adanya hepar pada sisi kanan tubuh.
Ginjal kiri biasanya berada 1 cm superior ginjal kanan. Tepi atas ginjal kiri berada
setinggi interspace columna vertebra thorakal 11-12. Tepi bawah ginjal kanan berada
setinggi tepi atas columna vertebra lumbal 3.
Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan, dan pada umumnya ginjal laki laki lebih
panjang dari ginjal perempuan. Berat ginjal pada orang dewasa sangat ringan, yaitu
150 gram. Adapun ukuran ginjal yaitu panjang : 4-5 inchi (10-12 cm); lebar : 2-3 inchi

(5-7 cm);

tebal : 1 inchi (5 cm). Walaupun kecil, ginjal memiliki fungsi yang sangat

penting. Tidak berfungsinya ginjal dapat menyebabkan kematian (Setiadi, 2007).


Menurut Sloane (2003), fungsi ginjal adalah sebagai berikut :
1) Pengeluaran zat sisa organik. Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin, dan
2)

produk penguraian hemoglobin dan hormon.


Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium,
kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan

dan ekskresinya melalui rute lain, seperti pada saluran gastrointestinal atau kulit.
3) Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ginjal mengendalikan ekskresi ion
hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan amonium (NH4+) serta memproduksi urine asam
4)

atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.


Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropietin, yang mengatur

5)

produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.


Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi
pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin. Renin adalah
komponen

6)

penting

dalam

mekanisme

renin

angiotensin-aldosteron,

yang

meningkatkan tekanan darah dan retensi air.


Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah.
Ginjal, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab atas

konsentrasi nutrien dalam darah.


7) Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan obatobatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu juta satuan fungsional berukuran mikroskopik
yang dikenal sebagai nefron yang disatukan satu sama lain oleh jaringan ikat. Susunan
nefron di dalam ginjal membentuk dua daerah khusus yaitu daerah sebelah luar yang
tampak granuler (korteks ginjal), dan daerah bagian dalam yang berupa segitiga-

segitiga bergaris-garis (piramida ginjal), yang secara kolektif disebut sebagai medula
ginjal (Sherwood, 2001).

Keterangan Gambar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Vena Ginjal
Arteri Ginjal
Pelvis renalis
Abominal part dari ureter
Kalik Mayor
Area Kribiformis dari papilla ginjal
Korteks suprarenal gland
Medulla dari suprarenal gland
Korteks ginjal
Medulla ginjal
Papilla ginjal
Kalik Minor
Renal Sinus
Kolum ginjal
Kapsula fibrosa ginjal

Gambar 2.2 Anatomi Ginjal Kanan (Rohen, 2011)


b. Ureter
Ureter merupakan dua saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) dengan panjang sekitar 25 sampai 30 cm. Memiliki dinding yang tebal
dan saluran yang sempit, yang berlanjut dengan pelvis ginjal dan terbuka ke dasar
kandung kemih. Terdapat tiga tempat penyempitan pada ureter yaitu : (a) pada

sambungan dengan pelvis ginjal; (b) tempat ureter yang melewati tepi pelvis yang lebih
kecil; (c) di titik ureter melewati kandung kemih. Bagian menyempit ini dapat menjadi
tempat penimbunan kalkulus ureterik (batu) (Watson, 2002).
Ureter memiliki diameter sekitar 1 mm - 10 mm. Letaknya menurun dari ginjal
sepanjang bagian belakang dari rongga peritoneum dan di depan dari muskulus psoas
dan processus transversus dari vertebrae lumbal dan berjalan menuju ke bawah dan
belakang serta di depan dari sayap Os. sakral, kemudian melengkung pada bagian
anterior dan medial dan selanjutnya masuk ke kandung kemih melalui bagian posterior
lateral (Syaifuddin, 2006).
c. Vesika Urinaria
Vesika Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urine. Pada
laki laki, organ ini terletak di belakang symphisis pubis dan di depan rectum. Pada
perempuan, organ ini terletak agak di bawah uterus, di depan vagina. Saat kosong,
berukuran kecil seperti buah kenari dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi
urine, tingginya dapat mencapai umbilicus dan berbentuk seperti buah pir.
Vesika urinaria sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli. Organ ini
merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter,
untuk selanjutnya diteruskan ke urethra dan lingkungan eksternal tubuh melalui
mekanisme relaksasi sphincter. Dalam menampung urine, buli buli mempunyai
kapasitas maksimal yang volume untuk orang dewasa 300 450 ml. Vesika urinaria
diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan, arteri
vesicalis inferior digantikan oleh arteri vaginalis (Setiadi, 2007)
d. Urethra
Urethra adalah saluran akhir dari Traktus Urinarius yang mengalirkan urine ke luar
tubuh. Pada laki laki, urethra memiliki panjang hingga 20 cm, dan selain berfungsi

untuk mengeluarkan urine, juga berfungsi untuk membawa keluar semen namun tidak
pada saat yang bersamaan.
Menurut Setiadi (2007), urethra pada laki laki dibagi menjadi 4 bagian yaitu : a)
pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat; b) Urethra pars Prostatika yang merupakan muara dari 2 buah
duktus ejakulatorius dan dari beberapa duktus dari kelenjar prostat;

c) Urethra

pars Membranosa yang merupakan bagian terpendek dan berdinding tipis; dan d)
urethra pars Cavernosa yang merupakan bagian terpanjang menerima duktus dari
kelenjar bulbourethralis dan bermuara pada ujung penis.
Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan
dengan kelenjar prostat). Sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3,5 cm.
Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine
lebih sering pada pria (Setiadi, 2007).

Gambar 2.3 Anatomi Urethra pria (Syaifuddin, 2006)

Anda mungkin juga menyukai