Persalinan macet/ distosia: persalinan yang tidak maju/ persalinan yang sulit
Sebab-sebab persalinan macet dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1. Persalinan macet oleh karena faktor kelainan tenaga/ kelainan his
2. Persalinan macet oleh karena faktor kelainan janin
3. persalinan macet oleh karena faktor kelainan jalan lahir
1. Persalinan macet oleh karena faktor kelainan tenaga/ kelainan his
Kontraksi uterus pada persalinan biasa:
a. kontraksi uterus dimulai pada salah satu tanduk uterus, kadang dari sebelah
kanan atau kiri. Dari sini kontraksi menjalar ke seluruh miometrium.
b. Fundus uteri berkontraksi lebih dahulu, lebih lama dan lebih kuat
dibandingkan bagian lain.
c. Tonus otot meningkat pada waktu his dan kembali pada keadaan semula.
Jenis-jenis kelainan his:
1. inersia uteri
Di sini his bersifat biasa, dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan
lebih dahulu daripada yang lain, dan peranan fundus tetap menonjol.
Kelainannya: kontraksi uterus lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang.
Bila ketuban masih utuh tidak banyak bahaya (kecuali jika persalinan
berlangsung terlalu lama)
a. inersia uteri primer: kalau kelainan his timbul pada permulaan persalinan
b. inersia uteri sekunder: timbulnya setelah berlangsungnya his kuat untuk
waktu yang lama.
Permasalahan: sulit mendiagnosis inersia uteri dalam masa laten, sering salah
dengan false labour.
2. his terlampau kuat
His terlampau kuat tidak menyebabkan distosia, tetapi merupakan salah satu
bentuk kelainan his.
Disebut partus presipitatus: his terlalu kuat dan terlalu efisien sehingga
persalinan berlangsung cepat (kurang dari 3 jam)
Bahaya partus presipitatus: perlukaan luas dari jalan lahir, perdarahan
intrakranial.
Pada kasus DKP atau kelainan letak: his yang terlampau kuat maka kontraksi
dan retraksi bagian atas uterus berjalan terus sedangkan bagian bawah makin
diregangkan,
3. incoordinate uteri
Dalam keadaan ini, sifat his berubah. His menjadi: tonus otot meningkat (baik di
dalam maupun di luar His), tidak ada sinkronisasi antar bagian-bagian uterus)
Akibatnya:
- his tidak efisien menimbulkan pembukaan dan penurunan kepala
- tonus otot yang meningkat menimblkan nyeri pada ibu
- hipoksia janin
- partus lama
Etiologi
- primigravida, terutama primigravida tua
- bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segment bawah rahim
(misal: kelainan letak janin, DKP, presbo, anencephalus)
- terdapat kelainan benyuk uterus (misal uterus bikornis unikolis)
Penanganan:
Secara umum:
- awasi keadaan umum ibu
- pengawasan DJJ (tiap 30 menit)
- pemberian rehidrasi
- persalinan lama, evaluasi: false labour(?), incoordinate uterine action(?), atau
DKP(?)
Secara khusus:
a) Inersia Uteri:
Dulu, pada saat teknik pembedahan belum semaju sekarang, menunggu
merupakan sikap yang bijaksana dalam menangani inersia uteri. Tapi dengan
teknik pembedahan, anestesi dan obat antibiotik yang baik, maka menunggu
sudah banyak ditinggalkan. Bila dijumpai inersia uteri, dapat dilakukan
augmentasi/stimulasi dengan 5 IU oxytocine dalam Dextrose 5% dimulai
dengan 8 tts/menit naik tiap 15 menit, dengan tetesan maksimal 60
tetes/menit. Diharapkan dengan stimulasi ini maka akan memperbaiki His.
b) Partus precipitatus: ada kecenderungan berulang sehingga pada saat ANC
maupun saat
4) LETAK
Hubungan antara sumbu fetus dengan sumbu jalan lahir:
a) Letak memanjang: Sumbu fetus searah / sejajar sumbu jalan lahir
b) Letak melintang: Sumbu fetus tegak lurus sumbu jalan lahir
c) Letak oblik: Sumbu fetus dalam sudut tertentu dengan sumbu jalan lahir
POSISI OKSIPITALIS POSTERIOR PERSISTENS
Pada persalinan normal, kepala janin masuk PAP dengan sutura sagitalis
melintang atau miring. Dengan majunya persalinan maka umumnya UUK akan
memutar ke arah depan dengan kepala janin dalam keadaan fleksi pada wanita
dengan panggul normal. Sehingga bagian kepala janin yang sampai ke Hodge III
adalah oksiput dan akan berada tepat dibawah SOP.
Adakalanya UUK tidak memutar ke depan tetapi tetap di belakang karena
kepala menyesuaikan diri dengan bentuk panggul. Sering terjadi pada panggul
android, multipara (karena otot dasar panggul sudah lembek), bentuk kepala
janin bundar atau agak kecil.
Penanganannya:
a) Pada panggul yang dalam hubungannya dengan kepala janin cukup luas dapt
lahir spontan, meskipun agak lambat. Tetapi menimbulkan regangan vagina dan
perineum cukup besar, sehingga hati-hati terhadap laserasi jalan lahir (karena
kepala janin sudah dalam keadaan fleksi maksimal).
b) Kalau diputuskan mengakhiri persalinan, dengan forcep dan dicoba dahulu
apakah UUK dapat diputar ke depan.
PRESENTASI MUKA
Pada presentasi muka, maka kepala janin dalam keadaan defleksi maksimal.
Diagnosis
Palpasi:
dada
teraba
seperti
punggung,
teraba
kepala
yang
menonjol
bertentangan dengan letak dada. Pada tempat dada teraba bagian kecil janin
dan didengar DJJ paling jelas.
Pemeriksaan dalam: kalau muka sudah masuk panggul, jari pemeriksa dapat
meraba dagu, mulut, hidung dan pinggir orbita. Kadang kaput sussedanum
menyulitkan pemeriksaan sehingga kadang-kadang disangka bokong.
Etiologi
Kepala janin dalam keadaan di antara fleksi dan defleksi. Biasanya presentasi
dahi ini bersifat sementara dan akan berubah menjadi presentasi muka ata
presentasi belakang kepala.
Diagnosis
Pada
permulaan
persalinan
sulit
membuat
diagnosis
presentasi
dahi.
janin
masuk
ke
dalam
rongga
panggul
dengan
sirkumferensia
maksilloparietale yang mempunyai ukuran besar pada saat aterm, yaitu 36 cm.
Pada janin kecil mungkin dapat lahir spontan. Tetapi janin cukup bulan akan
mengalami kesulitan. Karena besarnya ukuran ini, maka kepala janin baru dapat
masuk ke dalam rongga panggul setelah terjadi moulage. Sehingga persalinan
membutuhkan waktu lama (hanya 15% yang berlangsung spontan), angka
mortalitas janin 20% dan sering disertai perlukaan luas pada perineum.
Penanganan
Sikap penolong menghadapi presentasi dahi sama dengan menghadapi
presentasi muka. Jika kepala janin pada akhir kala I belum masuk panggul dapat
dicuba dahulu dengan prasat Thorn. Jika tidak berhasil, dilahirkan dengan seksio
sesarea.
PRESENTASI BOKONG
PENDAHULUAN
Umur kehamilan lebih dari 37 mgg, hanya sekitar 5-7% persalinan dijumpai
dalam keadaan letak sungsang / presentasi bokong. Sedang pada kehamilan
trimester ke 2 (21-24 minggu), presentasi bokong dijumpai pada 33%
? lahirnya kepala, dengan cara Mauriceau-Veit-Smellie, Najouk, Wigand MartinWinckel, Prague terbalik, atau dengan cunam Piper
c) Ekstraksi bokong
2. Sectio cesarea
PERTOLONGAN PERSALINAN SPONTAN (BRACHT)
1. lahirnya bokong s/d umbilikus (spontan)
2. fase cepat: umbilikus s/d mulut (batas waktu 8 menit): karena tali pusat
terjepit antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin mengalami hipoksia
sesaat.
3. fase lambat: mulut s/d seluruh kepala (hindari terjadinya perdarahan
intrakranial (ruptura tentorium cerebelli) akibat dekompresi yang mendadak
Teknik : hiperlordosis badan bayi
PROSEDUR MANUAL AID (PARTIAL BREECH EXTRACTION)
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan
2. Tahap kedua : Melahirkan bahu dan lengan
a) Cara klasik
b) Cara Muller
c) Cara Lovset
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dengan cara Mauriceau-Veit-Smellie, Najouk,
Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik, atau dengan cunam Piper
Ekstraksi pada presentasi bokong (lihat gambar)
1. Teknik ekstraksi kaki (Pinard)
2. Teknik ekstraksi bokong
3. DISTOSIA KARENA KELAINAN PANGGUL
JENIS KELAINAN PANGGUL
Caldwell-Moloy berdasarkan penyelidikan rotgenologik dan anatomik panggulpanggil menurut morfologinya dibagi dalam 4 jenis pokok:
1) tipe gynaecoid : bentuk pintu atas panggul seperti ellips melintang kirikanan, hampir mirip lingkaran. Diameter transversal terbesar terletak di tengah.
Dinding samping panggul lurus. Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female
type)
2) tipe anthropoid : bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur
anteroposterior. Diameter transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding
samping panggul juga lurus. Merupakan jenis panggul tipikal golongan kera
(ape type)
3) tipe android : bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter
transversal terbesar terletak di posterior dekat sakrum. Dinding samping
panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah bawah. Merupakan jenis
panggul tipikal pria (male type)
4) tipe platypelloid : bentuk pintu atas panggul seperti kacang atau ginjal.
Diameter transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping panggul
membentuk sudut yang makin lebar ke arah bawah.
Berhubung karena pengaruh faktor ras dan sosial-ekonomi maka frekuaensi dan
ukuran jenis panggul berbeda di tiap bangsa demikian juga dengan standar
ukuran normal
Perubahan bentuk panggul (menurut Munro Kerr):
1) Perubahan bentuk panggul karena kelainan pertumbuhan intrauterine:
a. Panggul Naegele: hanya mempunyai sebuah sayap pada sakrum, sehingga
panggul tumbuh sebagai panggul miring
b. Panggul Robert:
c. Split pelvis: penyatuan tulang panggul pada simpisis tidak terjadi sehingga
panggul terbuka di depan
d. Panggul asimilasi:
2) Perubahan bentuk panggul karena penyakit pada tulang panggul dan/ atau
sendinya:
a. Rakitis: dahulu banyak menyerang masyarakat dengan sosek rendah, berupa
kekeurangan vitamin D serta kalsium serta sinar matahari sehingga tulang dan
sendi menjadi lembek. Pada saat duduk maka promontorium bergerak ke
depan. Ciri panggul ini adalah mengecilnya diameter anterioposteror pada PAP
b. Osteomalasia: suatu penyakit karena gangguan gizi hebat dan karena
kekurangan sinar matahari sehingga rongganya menjadi sempit
c. Neoplasma: kesempitan panggul akibat tumor tulang panggul
d. Fraktur
b. Ruptur uteri imminen: apabila his makin kuat dan janin tertahan dalam jalan
lahir.
c. Dengan persalinan yang tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, maka
jalan lahir suatu tempat akan mengalami tekanan yang lama anatara kepala
janin dan tulang. Hal ini akan mengganggu sirkulasi daerah tersebut dan terjadi
iskemia dan kemudian menjadi nekrosis pada tempat tersebut. Sehingga
beberapa
hari
postpartum
sering
ditemukan
fistula
(misal
fistula
c) UK tidak boleh lebih dari 40-42 mg (karena kepala makin besar dan lebih
sukar mengadakan maulage dan kemungkinan fungsi dari plasenta yang sudah
menurun)
d) Pengawasan selama persalinan percobaan:
i. Awasi secara seksama keadaa ibu dan janin (bahaya dehidrasi dan asidosis,
makanan
jangan
diberikan
secara
biasa
tapi
secara
intravena
karena
Distosia
DEFENISI
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan
kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir
Pembagian Distosia Berdasarkan Penyebab
Distosia karena kelainan tenaga
Inersia uteri
Incordinate uterina action
Distosia karena kelainan letak
Presentasi belakang kepala oksiput posterior menetap
Presentasi belakang kepala oksiput melintang
Presentasi puncak kepala
Presentasi dahi
Presentasi muka
Presentasi rankap
Letak sungsang
Letak lintang
Presentasi ganda
Kehamilan ganda
ETIOLOGI
Multiparitas
prematuritas,
kehamilan
ganda,
hidramnion,
hidrosefallus,
DEFINISI
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan.
Distosia dapat disebabkan karena kelainan his ( his hipotonik dan his hipertonik ), karena
kelainan besar anak, bentuk anak ( hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat ), letak anak
( letak sungsang, letak melintang ), serta karena kelainan jalan lahir.
1. DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS
Kelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik atau inersia uteri hipertonik.
a) Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya
jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia,
uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau
makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi
kurang baik.
Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala
pengeluaran.
Inertia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :
1. Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk
memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
2. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan
selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
Penanganan :
1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
diperhatikan.
2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang
kemungkinan-kemungkinan yang ada.
3. Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong
bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat
dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan
dilakukan sectio cesaria.
b) Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus,
sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya "tetania uteri" karena obat
uterotonika yang berlebihan.
Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada
janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus,
misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi,
dan sebagainya.
Penanganan
Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri, mengurangi
ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.
Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah ratarata kedua diameter minimal 16.0 cm.
Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut
kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.
b. Kelainan jalan lahir lunak
Adalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir yang
menghalangi lancarnya persalinan.
1) Distosia Servisis
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada servik uteri. Walaupun
harus normal dan baik, kadang kadang permukaan servik menjadi macet karena ada
kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.
Ada 4 jenis kelainan pada servik uteri :
Servik kaku (rigid cervix)
Servik gantung (hanging cervix)
Servik konglumer (conglumer cervix)
Edema servik
2) Kelainan selaput dara dan vagina
Selaput dara yang kaku, tebal
Penanganannya : dilakukan eksisi selaput dara (hymen)
Septa vagina
Sirkuler
Anteris posterior
Penanganan :
Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga persalinan berjalan
Lancar
Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan sectio
Cesaria
3) Kelainan kelainan lainnya
Tumor tumor jalan lahir lunak : kista vagina ; polip serviks, mioma
uteri, dan sebagainya.
Kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar.
Rectum yang penuh skibala atau tumor.
Kelainan letak serviks yang dijumpai pada multipara dengan perut
gantung.
Ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis.
Kelainan kelainan bentuk uterus : uterus bikorvus, uterus septus,
uterus arkuatus dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC
FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan ginekologi.
Bandung : Eleman
FKUI Universitas Padjajaran. 1982. Obstetric Patologi. Bandung : Elstar offset
Cunningham, F. Gary. 1995. Obstetric Williams. Jakarta : EGC
Oxorn, Harry. 1990. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Essentia
Medica
Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo
by Khaidir muhaj di 09:55
Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang digunakan.
Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk
melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan
episiotomi.
Gross dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa dari 0.9%
kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% yang memenuhi kriteria
diagnosa diatas.
Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia
bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval
waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada
distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu
tersebut lebih dari 60 detik.
American College of Obstetrician and Gynecologist (2002) : angka kejadian distosia bahu
bervariasi antara 0.6 1.4%.
Komplikasi Fetal
Diabetes Gestational
Kehamilan postmatur
Riwayat distosia bahu
Tubuh ibu pendek
2. Fetal
Dugaan macrosomia
3. Masalah persalinan
Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah atau pada
gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang.
Ginsberg dan Moisidis (2001) : distosia bahu yang berulang terjadi pada 17% pasien.
Rekomendasi dari American College of Obstetricians and Gynecologist (2002) untuk
penatalaksanaan pasien dengan riwayat distosia bahu pada persalinan yang lalu:
1. Perlu dilakukan evaluasi cermat terhadap perkiraan berat janin, usia kehamilan,
intoleransi glukosa maternal dan tingkatan cedera janin pada kehamilan sebelumnya.
2. Keuntungan dan kerugian untuk dilakukannya tindakan SC harus dibahas secara baik
dengan pasien dan keluarganya.
American College Of Obstetricians and Gynecologist (2002) : Penelitian yang dilakukan
dengan metode evidence based menyimpulkan bahwa :
1. Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah.
2. Tindakan SC yang dilakukan pada semua pasien yang diduga mengandung janin
makrosomia adalah sikap yang berlebihan, kecuali bila sudah diduga adanya
kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat badan janin yang dikandung
oleh penderita diabetes lebih dari 4500 gram.
PENATALAKSANAAN
1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan.
2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan traksi
curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
3. Lakukan episiotomi.
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan bahu
anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :
1. Tekanan ringan pada suprapubic
2. Maneuver Mc Robert
3. Maneuver Woods
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah
pada kepala janin.
2. Maneuver Mc Robert
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya William A Mc
Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga
paha menempel pada abdomen ibu
Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala
maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi
cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.
Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana terlihat
pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara bersamaan (panah
vertikal)
Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian
diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis
4. Melahirkan bahu belakang
A. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan
kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan
posisi fleksi siku
B. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
C. Lengan posterior dilahirkan
5. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
(1). Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan pada
abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :
(2). Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian ditekan
kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga
diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis
Maneuver Rubin II
A. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
B. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga diameter
bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit
6. Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.
7. Maneuver Zavanelli : mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan
melalui SC.
Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang sudah
terjadi.
Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.
8. Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.
9. Simfisiotomi.
Hernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan serangkaian tindakan
emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu
1.
2.
3.
4.
8. Lam MH, Wong GY, Lao TT: Reappraisal of neonatal clavicular fracture :
Relationship between infant size and neonatal morbidity Obstet Gynecol 100:115,
2002
9. Llewelyn-Jones : Obstetrics and Gynecology 7th ed. Mosby, 1999
10. Spong CY, Beal M,Rodrigues D,et al: An onjective definition of shoulder dystocia :
Prolonged head-to-body delivery intervals and/or the use of ancillary obstetric
maneuvers. Obstet Gyncol 86;433, 1995